Anda di halaman 1dari 4

NAMA: Aksana iyansyari

NIM: H1A120259

KELAS : F

TUGAS HUKUM ACARA PIDANA

1. Hukum acara pidana dikenal dengan dua sistem pemeriksaan dalam persidangan, jelaskan dua
sistem tersebut!
2. Asas legalitas dalam bahasa latinnya Nullum Delictum Nulla Poena Sine Praevia Lege
Poenale mengandung tiga pengertian, jelaskan!
3. Menganut asas-asas yang dianut hukum pidana indonesia, hukum acara pidana menganut 4
asas hukum pidana materiil, sebut dan jelaskan secara rinci ke- 4 asas tersebut!
4. Kasus!
Ani berusia 15 tahun dan Ibunya berusia 42 tahun yang tinggal di lingkungan lokalisasi.
Burhan yang merupakan bos mucikari melihat Ani dan Ibunya berpotensi menghasilkan
pundi-pundi rupiah untuknya, sehingga Burhan mengancam dan memaksa Ani beserta ibunya
untuk bekerja dan diperdagangkan di lokalisasi miliknya. Pasal dan UU apa yang dapat di
kenakan pada Burhan?

Jawab:

1. Dalam hukum acara pidana dikenal da system pemeriksaan :


a. System inquisitoir artinya pemeriksaan , yaitu system pemeriksaan dimana si
tersangka merupakan objek utama dalam pemeriksaan. Pemeriksaan atas diri
tersangka diarahkan sedemikian rupa menurut kemauan penyidik sampai diperoleh
pengakuan bersalah dari tersangka dan kemudian dicatat dalam berkas pemeriksaan.
Terhadap system ini, sekiranya dudah terang bahwa dalam Negara Indonesia, juga
berhubungan dengan adanya satu sila dari Pancasila yang merupakan Pri
Kemanusiaan harus dalam hakiatnya dianut system accusatior . Maka dalam
melakukan kewajibannya pejabat – pejabat pengusut dan penuntut perkara pidana
harus selalu ingat kepada hakikat ini dan menganggap tersangka selalu sebagai subjek
yang mempunyai hak penuh untuk membela diri.
b. System accusatoir dalam bahasa Indonesia artinya menuduh dimana si tersangka
dianggap suatu subjek dan si tersangka memperoleh kesempatan untuk saling
melakukan argumentasi dan berdebat dengan pihak pendakwa yaitu Kepolisian atau
Jaksa Penuntut Umum yang secara sedemikian rupa sehingga masing-masing pihak
mempunyai hak yang sama nilainya.

2. Nulla Poena Sine Lege, yang artinya bahwa setiap penjatuhan hukuman haruslah
didasarkan pada suatu undang-undang pidana;

Nulla Poena Sine Crimine, yang artinya bahwa suatu penjatuhan hukuman hanyalah dapat
dilakukan, apabila perbuatan yang bersangkutan telah diancam dengan suatu hukuman
oleh undang-undang;

Nullum Crimen Sine Poena Legali, yang artinya bahwa perbuatan yang telah diancam
dengan hukuman oleh undang-undang itu apabila dilanggar dapat berakibat dijatuhkannya
hukuman seperti yang diancamkan oleh undang undang terhadap pelanggarannya;

Asas legalitas tersebut mengandung tiga pengertian, yaitu :

1. Tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana, jika perbuatan yang
dimaksud belum dinyatakan sebagai perbuatan yang dilarang dalam suatu aturan
undang-undang. Dengan kata lain, untuk dapat mempidanakan seseorang ketentuan
tentang perbuatan pidana tersebut terlebih dulu tertuang dalam aturan perundang-
undangan tertulis.

2. Tidak diperbolehkannya penggunaan penafsiran analogi (kiyas) dalam hukum pidana.


Perbuatan pidana haruslah nyata. Ada perbedaan pandangan dari para ahli hukum
pidana mengenai pengertian analogi dan penafsiran, sebagian dari mereka
mengatakan antara analogi dan penafsiran adalah sama, sementara sebagian para ahli
hukum yang lain menyatakan bahwa suatu perbuatan pidana tidak boleh digunakan
analogi, akan tetapi boleh diadakan penafsiran secara ekstensif terhadap suatu
perbuatan, apakah ia tergolong perbuatan pidana atau tidak.

3. Tidak diperbolehkannya ketentuan yang berlaku secara retroaktif atau berlaku surut
ke belakang. Bahwa suatu perbuatan dikatakan perbuatan pidana dikarenakan adanya
aturan-aturan yang mengatur tentang hal tersebut.
3. a. Asas Legalitas

Asas ini berkaitan dengan seseorang itu tidak dapat dikenakan suatu sanksi pidana
selama tindak kejahatan yang dilakukan itu tidak terdapat dalam KUHP sebagaimana
di jelaskan pasal 1 ayat (1) yang berbunyi :” tidak ada perbuatan apapun yang dapat
dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana perundang-undangan yang sudah
dicantumkan.”

b. Asas Teritorialitas

Asas ini sebenarnya berlaku pada hukum internasional karna asas ini sangat penting
untuk menghukum semua orang yang berada di Indonesia yang melakukan tindak
pidana yang dilakukan oleh orang tersebut baik dilakukan di Indonesia maupun di
luar. Akan tetapi asas ini berisi asas positif yang dimana tempat berlaku seorang
pidana itu berdiam diri. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 2 KUHP berbunyi :

”ketentuan pidana dalam perundang-undangan di indonesia diterapkan bagi setiap


orang melakukan tindak pidana di Indonesia.”

Dan dalam pasal 3 KUHP juga berbunyi :”ketentuan pidana dalam perundang-
undangan Indonesia berlaku bagi setiap orang yang diluar wilayah Indonesia
melakukan tindak pidana didalam kendaraan air atau pesawat Indonesia.”

c. Asas Nasional Aktif (Asas Personalitas)

Asas ini membahas tentang KUHP terhadap orang-orang Indonesia yang melakukan


tindak pidana diluar negara Indonesia. Dalam hukum internasional hukum ini disebut
asas Personalitas. Akan tetapi hukum ini tergantung dengan perjanjian bilateral antar
negara yang membolehkan untuk mengadili tindak pidana tersebut sesui asal
negaranya.  Terdapat dalam Pasal 5 KUHP :

1. Ketentuan pidana dalam undang-undang Indonesia berlaku bagi warga


Negara Indonesia yang melakukan di luar Indonesia:

a. satu kejahatan yang tersebut dalam Bab I dan II Buku Kedua, dan
dalam pasal-pasal 160,161,240,279,450, dan 451;

b. Suatu perbuatan terhadap suatu yang dipandang sebagai kejahatan


meurut ketentuan pidana dalam undang-undang negeri, tempat
perbuatan itu dilakukan.
2. Penuntutan terhadap suatu perbuatan yang dimaksudkan pada huruf b
boleh juga dilakukan, jika tersangka baru menjadi warga negara Indonesia
setelah melakukan perbuatan itu.

d. Asas Nasional Pasif (Asas Perlindungan)

Asas ini memberlakukan KUHP terhadap siapapun baik WNI ataupun warga negara
asing yang melakukan perbuatan tindak pidana diluar negara Indonesia sepanjang
erbuatan tersebut melanggar kepentingan negara Indonesia.

Terdapat dalam Pasal 4 KUHP :

Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia diterapkan bagi setiap orang


yang melakukan di luar Indonesia: salah satu kejahatan berdasarkan pasal-pasal 104,
106, 107,108,dan 131.

suatu kejahatan mengenai mata uang atau uang kertas yang dikeluarkan oleh negara
atau bank, ataupun mengenai meterai yang dikeluarkan dan merek yang digunakan
oleh pemalsuan surat hutang atau sertifikat hutang atas tanggungan Indonesia, atas
tanggungan suatu daerah atau bagian daerah Indonesia, termasuk pula pemalsuan
talon, tanda dividen atau tanda bunga, yang mengikuti surat atau sertifikat itu, dan
tanda yang dikeluarkan sebagai pengganti surat tersebut, atau menggunakan surat-
surat tersebut di atas, yang palsu atau dipalsukan, seolah-olah asli dan tidak dipalsu;
salah satu kejahatan yang tersebut dalam pasal-pasal 438, 444 sampai dengan 446
tentang pembajakan laut dan pasal 447 tentang penyerahan kendaraan air kepada
kekuasaan bajak laut dan pasal 479 huruf j tentang penguasaan pesawat udara secara
melawan hukum, pasal 479 huruf I, m, n, dan o tentang kejahatan yang mengancam
keselamatan penerbangan sipil.emerintah Indonesia.

4. Pasal dan UU yang dikenakan kepada burhan yaitu:


1. Bahwa sudah jelas burhan merupakan seorang mucikari dimana pasal yang dapat
dikenakan yaitu pasal 296 jo pasal 506 KUHP
2. UU yang berlaku yaitu TPPO (Tindak Pidana Perdagangan Orang) pasal 2 ayat 1
dimana ada pengancaman dan juga pemaksaan oleh burhan

Anda mungkin juga menyukai