SOAL:
1. Sebutkan dasar hukum masing-masing dan berikan pula suatu kesimpulan Saudara disertai
dengan masing-masing contoh dari Asas Nasional Aktif dan Asas Nasional Pasif!
2. Contoh Kasus
Kagura adalah seorang wanita berkewarganegaraan Jepang yang bekerja sebagai seorang desain
grafis pada sebuah perusahaan di Filiphina. Karena keahliannya, Kagura mampu membuat uang
rupiah yang sangat mirip dengan aslinya. Kemudian Kagura mencetak uang palsu tersebut
sebanyak delapan puluh juta rupiah, kemudian ia tukarkan kepada warga negara Indonesia yang
ada di Filiphina. Salah satu korbannya adalah Badang yang pada suatu hari menukarkan mata
uang Filiphina dengan uang rupiah palsu hasil buatan Kagura tersebut sebelum kembali ke
Indonesia.
Ketika sampai di Indonesia, Badang pun membeli oleh-oleh di Bandara dengan uang palsu
tersebut. Setelah itu Badang pergi membeli sate dengan uang rupiah palsu yang dimilikinya,
ketika menerima uang, tangan pedagang sate yang basah melunturkan warna uang tersebut.
Badang ditangkap dengan tuduhan menyebarkan uang palsu.
3. Dalam kasus No 2 di atas, Jika dilihat dari teori dan asas hukum pidana, apakah Badang dapat
dipidana? Uraikanlah alasannya!
JAWABAN:
Dasar Hukum:
Ketentuan: Pidana berlaku bagi warga negara di mana pun berada, termasuk di luar wilayah
negara asalnya, sepanjang menurut negara asal pelaku dan negara tempat perbuatan dilakukan
itu merupakan tindak pidana.
Dasar Hukum:
1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
Pasal 4 ayat (1) dan (2), menyatakan bahwa tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh
warga negara Indonesia atau orang asing di wilayah Indonesia dapat diadili di Indonesia.
2. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Pasal 5 dan Pasal 7, menegaskan bahwa
setiap orang yang melakukan tindak pidana di wilayah Indonesia dapat dihukum sesuai
dengan undang-undang Indonesia.
Contoh Penerapan Konsep Asas Nasional Aktif:
Seorang warga negara Indonesia yang terlibat dalam tindak pidana korupsi di luar negeri dapat
dituntut di Indonesia berdasarkan prinsip Asas Nasional Aktif, sebagaimana diatur dalam UU
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan KUHP.
Ketentuan: Berlakunya ketentuan pidana didasarkan pada kepentingan hukum suatu negara
yang dilanggar oleh seseorang di luar negeri tanpa mempersoalkan kewarganegaraan pelaku.
Dasar Hukum (Pasal 4 dan Pasal 8 KUHP):
Pasal 4 ayat (1) KUHP menyatakan bahwa hukum pidana Indonesia berlaku bagi siapa saja yang
melakukan tindak pidana di wilayah Indonesia. Pasal 8 KUHP mengatur tentang berlakunya
hukum pidana bagi orang asing yang melakukan tindak pidana di luar wilayah Indonesia yang
merugikan kepentingan negara.
Contoh Penerapan Konsep Asas Nasional Pasif:
Orang asing yang melakukan kejahatan perjudian online yang merugikan kepentingan negara
Indonesia dapat dituntut dan dihukum di Indonesia.
Kesimpulan:
Menurut yang saya baca dan saya ketahui, prinsip-prinsip hukum pidana yang melibatkan
kewarganegaraan pelaku dan kepentingan hukum suatu negara. Asas Nasional Aktif
mencerminkan aplikasi ekstrateritorial hukum pidana berdasarkan kewarganegaraan, sementara
Asas Nasional Pasif menyoroti berlakunya hukum pidana tergantung pada pelanggaran terhadap
kepentingan hukum negara yang bersangkutan, tanpa memandang kewarganegaraan pelaku.
Pasal 4 dan Pasal 8 KUHP dapat dianggap sebagai dasar hukum untuk prinsip-prinsip tersebut.
2. Menurut saya, YA Dalam kasus tersebut, Kagura dapat dituntut menurut hukum pidana di Indonesia.
Beberapa alasan saya dan dasar hukumnya dapat diuraikan sebagai berikut:
Kesimpulan:
Berdasarkan alasan-alasan yang saya kemukakan di atas, Menurut saya Kagura dapat dituntut menurut
hukum pidana di Indonesia karena melanggar ketentuan hukum pidana terkait pencetakan, penggunaan
mata uang palsu, penipuan, dan peredaran uang palsu di wilayah Indonesia.
3. Menurut saya, perbuatan Badang dapat dianggap sebagai tindak pidana pemalsuan uang, yang
diatur dalam Pasal 243 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Indonesia. Pasal tersebut
menyatakan bahwa "Barangsiapa, dengan sengaja, membuat atau menggunakan uang palsu yang
dapat diperbaurkan, atau mengetahui bahwa uang yang diterimanya adalah palsu, diancam dengan
pidana penjara paling lama dua belas tahun."
Alasan Badang dapat dipidana karena menurut saya melanggar beberapa asas dari peristiwa yang telah
pada kasus diatas yaitu:
Asas Legalitas (nullum crimen, nulla poena sine praevia lege poenali): Asas ini menekankan
bahwa tidak ada perbuatan pidana dan tidak ada hukuman tanpa adanya undang-undang yang
mengatur secara tegas. Dalam hal ini, Pasal 243 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Indonesia menjadi dasar hukum yang mengatur tindak pidana pemalsuan uang.
Asas Kesalahan (nulla poena sine culpa): Asas ini menyatakan bahwa tidak ada hukuman tanpa
kesalahan. Dalam konteks ini, Badang dapat dipidana karena melakukan tindak pidana
pemalsuan uang, yang termasuk dalam Pasal 243 KUHP. Badang disinyalir mengetahui bahwa
uang yang diterimanya adalah palsu, dan dengan sengaja menggunakan uang palsu tersebut.
Asas Individualisasi (nulla poena sine individualization): Asas ini menekankan bahwa hukuman
harus disesuaikan dengan individu dan karakteristik kejahatannya. Dalam hal ini, hukuman yang
akan dijatuhkan pada Badang akan bergantung pada berbagai faktor, termasuk peran
individualnya dalam kejadian tersebut.
KESIMPULAN:
Mengetahui bahwa uang adalah palsu: Badang memiliki pengetahuan bahwa uang yang
diterimanya adalah palsu. Hal ini terlihat dari fakta bahwa Badang menukarkan mata uang
Filipina dengan uang rupiah palsu buatan Kagura. Karena mengetahui sifat palsu uang tersebut,
Badang bisa dianggap telah melanggar Pasal 243 KUHP.
Niat untuk menyebarkan uang palsu: Meskipun Badang mungkin tidak langsung terlibat dalam
pembuatan uang palsu, tindakannya menukarkan mata uang di Filipina dan menggunakan uang
palsu tersebut di Indonesia menunjukkan niat untuk menyebarkan uang palsu. Niat ini dapat
dianggap sebagai unsur kesengajaan yang diperlukan untuk dipidana berdasarkan Pasal 243
KUHP.
Ketahuan menggunakan uang palsu: Saat Badang menggunakan uang palsu untuk membeli sate
dan tangan pedagang sate melunturkan warna uang tersebut, ini dapat dianggap sebagai bukti
bahwa Badang menyebarkan uang palsu secara tidak sah, yang dapat mendukung dakwaan
pidana.
TERIMA KASIH
Referensi:
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
KUHP Pasal 5, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 55, Pasal 242, Pasal 243, Pasal 244, Pasal 378
BMP HKUM4203 Modul 5 (Hal 5.1-5.22), Modul 6 (Hal 6.1-6.26), Modul 7 ( Hal 7.1 – 7.43)
Materi inisiasi tuton sesi-4 dan sesi-5
Materi pengayaan tuton sesi-4 dan sesi-5