Anda di halaman 1dari 3

NAMA MAHASISWA : KARDIKO SIMBOLON

JURUSAN : S1-ILMU HUKUM


NIM : 049516408

TUGAS 2 – HUKUM PIDANA

1. Sebutkan dasar hukum masing-masing dan berikan pula suatu kesimpulan Saudara
disertai dengan masing-masing contoh dari Asas Nasional Aktif dan Asas Nasional
Pasif!

JAWABAN:

Asas nasionalitas aktif adalah salah satu asas keberlakuan hukum pidana
Indonesia. Asas atau prinsip ini dianut dalam Pasal 5 KUHP yang pada intinya
menyatakan ketentuan-ketentuan hukum pidana Indonesia berlaku bagi warga
negara Indonesia yang melakukan tindak pidana di luar wilayah negara Indonesia.
Prinsip ini dinamakan asas nasionalitas aktif karena berhubungan dengan keaktifan
berupa kejahatan dari seorang warga negara.

Dalam pengertian yang lebih sederhana, Asas Nasionalitas Aktif artinya adalah
ketentuan hukum pidana Indonesia berlaku bagi semua WNI yang melakukan tindak
pidana di mana pun ia berada.

Contoh Kasus Asas Nasionalitas Aktif adalah Kasus Perempuan Indonesia, Khasanah
yang membunuh majikannya di Singapura sebelum kebali ke Indonesia. Dalam proses
hukumnya diberlakukan Asas Nasionalitas Aktif walaupun korbannya berada di
Singapura.

Sumber Kasus : Bunuh 2 Majikan di Singapura, WNI Diadili di Jakarta -


https://www.viva.co.id/berita/nasional/931238-bunuh-2-majikan-di-singapura-wni-
diadili-di-jakarta

Asas Nasional Pasif disebut juga sebagai Asas Perlindungan, Asas ini memperluas
berlakunya ketentuan-Ketentuan hukum pidana Indonesia di luar wilayah Indonesia
yang memiliki dampak kerugian nasional yang amat besar sehingga siapa saja
termasuk orang asing yang melakukannya dimana saja pantas dihukum oleh
pengadilan negara Indonesia.

Dasar hukum dari asas ini ialah bahwa setiap negara yang berdaulat berhak
melindungi kepentingan hukumnya sendiri sekalipun kepentingan hukum itu
dilanggar di luar negeri dan bukan oleh warga negaranya.

Contohnya adalah ketika terjadi tindak pidana perdagangan orang di luar Indonesia
yang dilakukan oleh Warga Negara Asing, maka untuk dapat menerapkan sanksi
berdasarkan hukum Indonesia, diperlukan bantuan dari aparat penegak hukum di
negara tempat terjadinya perkara (locus delicti) untuk menangkap dan menyerahkan
pelaku tindak pidana ke penegak hukum Indonesia, untuk diadili di Indonesia.
2. Contoh Kasus
Kagura adalah seorang wanita berkewarganegaraan Jepang yang bekerja sebagai
seorang desain grafis pada sebuah perusahaan di Filiphina. Karena keahliannya,
Kagura mampu membuat uang rupiah yang sangat mirip dengan aslinya. Kemudian
Kagura mencetak uang palsu tersebut sebanyak delapan puluh juta rupiah, kemudian
ia tukarkan kepada warga negara Indonesia yang ada di Filiphina. Salah satu
korbannya adalah Badang yang pada suatu hari menukarkan mata uang Filiphina
dengan uang rupiah palsu hasil buatan Kagura tersebut sebelum kembali ke Indonesia.

Ketika sampai di Indonesia, Badang pun membeli oleh-oleh di Bandara dengan uang
palsu tersebut. Setelah itu Badang pergi membeli sate dengan uang rupiah palsu yang
dimilikinya, ketika menerima uang, tangan pedagang sate yang basah melunturkan
warna uang tersebut. Badang ditangkap dengan tuduhan menyebarkan uang palsu.
*nama tokoh pada contoh kasus diatas adalah fiktif

Dalam kasus di atas, apakah Kagura dapat dituntut menurut hukum pidana di
Indonesia? Uraikan alasan dan sebutkan dasar-dasar hukumnya!

JAWABAN:

Dengan diberlakukannya Asas Nasionalis Pasif dan untuk melindungi kepentingan


hukumnya maka Kagura dapat diproses hukum oleh Negara Indonesia karena tindak
pidana yang dilakukan menimbulkan kerugian Nasional Negara Indonesia. Kagura
dapat dituntut menurut hukum pidana di Indonesia karena tindakannya membuat
dan menyebarkan uang palsu yang merugikan masyarakat Indonesia.

Dasar hukum untuk menuntut Kagura adalah Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang No. 7
Tahun 2011 tentang Mata Uang, yang menyatakan bahwa setiap orang yang dengan
sengaja membuat, memperbanyak, memalsukan, atau menggunakan mata uang palsu
dapat dikenai sanksi pidana. Selain itu, Pasal 55 ayat (1) KUHP juga dapat digunakan
sebagai dasar hukum karena tindakan Kagura merupakan suatu tindak pidana yang
dilakukan di luar wilayah Indonesia namun merugikan masyarakat Indonesia.

3. Dalam kasus No 2 di atas, Jika dilihat dari teori dan asas hukum pidana, apakah Badang
dapat dipidana? Uraikanlah alasannya!

JAWABAN:

Dalam teori dan asas hukum pidana, Badang dapat dipidana karena menggunakan
uang palsu yang diketahuinya sebagai palsu dalam melakukan transaksi pembelian.
Dasar hukum untuk menuntut Badang adalah Pasal 245 KUHP yang menyatakan
bahwa setiap orang yang dengan sengaja menggunakan uang yang diketahuinya
sebagai uang palsu dalam melakukan transaksi pembelian atau penjualan dapat
dikenai sanksi pidana. Meskipun Badang tidak mengetahui secara langsung bahwa
uang yang ia terima adalah palsu, ia tetap dapat dipidana karena telah menggunakan
uang tersebut untuk melakukan transaksi pembelian.
Referensi Jawaban:

• Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.


• R. Soesilo. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-
Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal. Bogor: Politeia, 1991;
• Pasal 61 ayat (2) Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2007
tentang Ketertiban Umum.

Anda mungkin juga menyukai