Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................................2
BAB II............................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................3
Ekonomi......................................................................................................5
BAB III.........................................................................................................................17
PENUTUP....................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan...............................................................................................17
3.2 Saran........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
1
penghasilan minyak dan pinjaman internasional serta grand telah diizinkan
untuk disusun, termasuk sektor kesehatan, penurunan dalam penghasilan
membuat sukarnya medukung infrastruktur dengan memuaskan.melalui proyek
pembelanjaan sektor kesehatan, aka nada beberapa percobaan dengan
membayar di muka (prepaid), dalam bentuk organisasi dana sosial kesehatan
melalui dana sehat. Melalui asuransi kesehatan dengan menyediakan perawatan
primer melalui fasilitas setempat penyedia lokal dan pusat kesehatan serta
penyediaan perawatan sekunder oleh rumah sakit kabupaten.
Dalam sistem kesehatan nasional difungsikan untuk membantu
meningkatkan penyelenggaraan pembangunan kesehatan khususnya
pembangunan social. Tujuan pembangunan pembangunan nasional bidang
kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap
penduduk agar dapat mewujudkan derajad kesehatan masyarakat yang optimal
sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional.
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
ekonomi kesehatan sebagai ilmu yang mempelajari suplai dan demand sumber
terhadap populasi.
Tentu saja definisi hanya merepresentasikan sebagian kecil topik yang dipelajari
dalam ekonomi kesehatan. Ekonomi kesehatan perlu dipelajari, karena terdapat
hubungan antara kesehatan dan ekonomi. Kesehatan mempengaruhi kondisi
ekonomi, dan sebaliknya ekonomi mempengaruhi kesehatan.
pembangunan adalah proses perubahan yang terencana dalam segi pertumbuhan
ekonomi, sosial, dan budaya untuk dapat meningkatkan kesejahteraan manusia yang
lebih baik. Manusia merupakan pelaku terciptanya pertumbuhan ekonomi diukur dari
pertumbuhan pendapatan penduduk per kapita yang akan menentukan pembangunan
dalam meningkatkan kualitas hidup manusia tersebut. Kegagalan dalam sistem
pembangunan terjadi dilihat dari tingginya angka pengangguran, kesenjangan social
dan meningkatnya kemiskinan.
Pembangunan adalah sebagai suatu proses, akan terkait dengan mekanisme
sistem atau kinerja suatu sistem. Menurut Eastonn, proses sistemik paling tidak
terdiri atas tiga un sur: pertama adanya input, yaitu bahan masukan konversi;
kedua, adanya proses konversi, yaitu wahana untuk mengolah bahan masukan;
ketiga, adanya output, yaitu sebagai hasil dari proses konversi yang
dilaksanakan. Proses sistenik dari suatu sistem akan saling terkait dengan
subsistem dan sistem-sistem lainnya termasuk lingkungan internasional.
Proses pembangunan sebagai proses sistemik, pada akhirnya akan menghasilkan
keluaran (output) pembangunan, kualitas dari output pembangunan tergantung
pada bahan masukan (input), kualitas dari proses pembangunan yang
3
dilaksanakan, serta seberapa besar pengaruh lingkungan dan faktor-faktor alam
lainnya. Bahan masukan pembangunan, salah satunya adalah saumber daya
manusia, yang dalam bentuk konkritnya adalah manusia. Manusia dalam proses
pembangunan mengandung beberapa pengertian, yaitu manusia sebagai
pelaksana pembangunan, manusia sebagai perencana pembangunan, dan
manusia sebagai sasaran dari proses pembangunan (as object).
Menurut H.L Blum (1974) derajat kesehatan dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan medis dan keturunan. Yang sangat
besar pengaruhnya terhadap kesehatan adalah keadaan lingkungan yang tidak
memenuhi syarat kesehatan dan perilaku masyarakat yang merugikan, baik
masyarakat di pedesaan maupun perkotaan yang disebabkan karena kurangnya
pengetahuan dan kemampuan masyarakat dibidang kesehatan, ekonomi maupun
teknologi (Departemen Kesehatan RI, 2004).
Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan
masyarakat baik dalam bidang promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif agar
tingginya baik fisik, mental dan sosial serta harapan berumur panjang. Untuk
penting, yaitu harus ada pengertian, bantuan dan partisipasi masyarakat secara
pembangunan harus berawal dari pembangunan aspek nasional satu per satu.
Pada hal ini yang kita khususkan adalah aspek kesehatan. Bidang kesehatan
merupakan salah satu aspek nasional yang penting dan harus dibangun secara
4
baik. Mejadi baiknya bidang kesehatan memiliki beberapa faktor seperti
sebagainya.
Ekonomi
5
bentuk suatu fungsi produksi di mana output, GNP merupakan fungsi dari dua
input utama yaitu tenaga kerja dan modal. Dalam hubungan ini yang
dipentingkan adalah sejauh mana pertambahan modal, yang ditunjukkan oleh
perkembangan modal melalui investasi, atau pertambahan tenaga kerja, yang
disebabkan oleh pertambahan penduduk, menyebabkan pertambahan GNP.
Namun demikian, penelitian atas pertumbuhan ekonomi, khususnya di
Amerika Serikat, menunjukkan bahwa perubahan dalam GNP bukan
ditunjukkan semata – mata oleh adanya perkembangan dalam tenaga kerja atau
modal, tetapi dari faktor residual, yang kemudian merupakan peningkatan
kualitas dari faktor – faktor produksi. Dalam hubungan inilah peranan
kesehatan dan pendidikan yang mempengaruhi kualitas sumber daya manusia
menjadi penting dan perlu dikaji.
Penelitian yang dilakukan oleh Schultz (1960) dan Denison (1962)
menunjukkan bahwa sekitar 20% dari pertumbuhan ekonomi di Amerika
Serikat, untuk beberapa dasawarsa, disebabkan oleh perbaikan dalam tingkat
pendidikan. Sementara itu kesehatan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
melalui beberapa cara, misalnya : perbaikan kesehatan seseorang akan
menyebabkan pertambahan dalam partisipasi tenaga kerja, perbaikan kesehatan
dapat pula membawa perbaikan dalam tingkat pendidikan yang kemudian
menyumbang dalam pertumbuhan ekonomi, ataupun perbaikan kesehatan
menyebabkan bertambahnya penduduk yang akan membawa tingkat partisipasi
angkatan kerja.
Pada negara – negara sedang membangun, yang kebanyakan masih
bersifat agraris, perkembangan output disektor pertanian memegang peranan
yang sangat penting. Berbagai cara dicari untuk meningkatkan output sektor
pertanian ini. Revolusi hijau yang ditandai oleh pemakaian teknologi baru
sektor pertanian merupakan salah satu usaha ke arah itu. Oleh karenanya
melihat perkembangan output sektor pertanian dalam hubungannya dengan
perbaikan di bidang kesehatan menjadi sangat relevan dalam pembahasan ini.
Salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas sumber daya manusia
terletak pada keadaan kesehatannya sendiri. Rendahnya tingkat gizi dan kalori
6
bagi penduduk usia muda di pedesaan, akan menghasilkan pekerja – pekerja
yang kurang produktif dengan tingkat mental yang agak terbelakang. Pada
kelanjutannya, hal ini akan menyebabkan produktivitas yang kurang tinggi dan
menyebabkan tingkat output yang rendah.
Malenbaum (1970) mencoba meneliti gejala rendahnya output disektor
pertanian, melalui analisis makro ekonomi bagi 22 negara miskin, juga secara
khusus untuk negara – negara India, Muangthai dan Meksiko. Dalam analisis
ini output disektor pertanian diangggap sebagai variabel tidak bebas (dependent
variabel), sedangkan ukuran – ukuran kesehatan, ekonomi dan sosial,
dipergunakan sebagai variabel bebas (independent variabel).
Hasil dari penelitian Malenbaum (1970) menunjukkan hubungan yang
cukup baik antara tingkat produktivitas dengan tingkat kesehatan, yang tampak
dari besarnya pengaruh variabel – variabel ini. Terlebih lagi derajat saling
keterhubungan antara variabel – variabel bebas cukup kecil. Selain itu terlihat
jelas ada hubungan antara tingkat kesehatan dan tingkat output sektor
pertanian. Tampaknya bahwa derajat kesehatan sangat mempengaruhi output
sektor pertanian, khususnya dalam regresi yang dilakukan untuk 22 negara –
negara berkembang dan Meksiko.
Penelitian ini dilakukan di negara – negara yang memiliki tenaga kerja
berlimpah ruah. Oleh karenanya hubungan antara tingkat kesehatan, masukan
dalam proses produksi, dan hasil sektor pertanian, menunjukkan pula pengaruh
dalam perubahan keinginan dan sikap. Dengan kata lain, tingkat kesehatan
yang cukup baik akan merangsang keinginan meningkatkan produktivitas, dan
mengubah sikap ke arah aktivitas yang lebih bersifat kewiraswastaan atau
bersikap produktif. Sehingga implikasi kebijaksanaan yang terkandung enjadi
jelas. Bila jangkauan kesehatan masyarakat diperluas, yang berarti pula
penambahan jumlah tenaga kesehatan, kemungkinan besar hasil (output) akan
bertambah besar dan perekonomian bertambah baik.
Akan tetapi hasil penelitian Malenbaum tersebut dikritik banyak orang,
diantaranya Weisboard (et al 1971) yang menyatakan: pertama, persamaan
regresi ini tidak dispesifikasi secara benar, karena indikator – indikator atau
7
rasio – rasio dalam bidang kesehatan dianggap masukan, sedang variabel bebas
yang lain dalam bentuk output (jumlahnya). Jadi sulit ditentukan variabel bebas
mana yang mempunyai pengaruh terbesar dalam produktivitas ataupun output
di sektor pertanian. Kedua, ukuran yang dipakai untuk tenaga kerja merupakan
persentase dari angkatan kerja disektor pertanian yang tentu saja bukan ukuran
yang tepat. Akan lebih baik bila yang dipakai jumlah tenaga kerja dan bukan
persentase (Tjiptoherijanto & Soesetyo, 1994) .
2.2.1 Sumbangan Sektor Kesehatan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Tampaknya ada semacam persetujuan di kalangan para peneliti bahwa
timbulnya kekurangan gizi serta derajat kesehatan masyarakat erat
hubungannya dengan kemiskinan, sehingga sangat dimungkinkan apabila
derajat kesehatan diperbaiki, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi akan
dinikmati. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh produktif
sumber daya manusianya, yang merupakan masukan bagi perkembangan
perekonomian tersebut.
Pengaruh dari program gizi terhadap produktivitas yang kemudian juga
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dikemukakan secara jelas oleh Cesario,
Simon dan Kinne (1980). Perbaikan di dalam status gizi akan menurunkan
tingkat kematian dan kesakitan khususnya bagi penduduk usia kerja, sehingga
dapat meningkatkan partisipasi bagi yang belum bekerja, dan meningkatkan
hari kerja bagi yang sedang melakukan kegiatan kerja.
Selain itu, perbaikan gizi dan kesehatan tenaga kerja akan meningkatkan
efisiensi kerja melalui peningkatan kemampuan individualnya. Pengaruh dari
program kesehatan serta gizi terhadap penduduk usia muda akan terlihat pada
GNP di masa depan, yang terjadi sebagai akibat perubahan kehadiran dan hasil
di dalam lembaga pendidikan. Sedangkan program gizi dan kesehatan juga
akan mempengaruhi GNP melalui pertumbuhan ekonomi yakni dengan
bertambahnya tingkat partisipasi angkatan kerja dan secara tidak langsung
melalui tingkat partisipasi dalam dunia pendidikan.
Salah satu penelitian yang dilakukan untuk beberapa Negara di Amerika
Serikat selama periode 1950-1962, dilaporkan oleh Correa Cummins (1970)
8
menyatakan bahwa rendahnya tingkat nutrisi dan gizi akan mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi, khususnya di Negara-negara berkembang. Selain itu
studi yang lain menunjukkan pentingnya peningkatan kesehatan anak-anak
yang diharapkan dapat ,meningkatkan pendidikan mereka. Hal ini penting
diperhatikan, karena pendidikan itu sendiri memegang peranan yang cukup
penting dalam meningkatkan pendidikan mereka dan dalam peningkatan
konsumsi kalori. Dengan pendidikan yang terarah dapat ditanamkan
pentingnya “Hidup sehat sejak dini”. Gaya “hidup sehat” ini yang pada
selanjutnya akan menentukan kemampuan mental serta fisik dalam menuntut
pendidikan yang lebih tinggi(Tjiptoherijanto & Soesetyo, 1994).
Menurut Atmawikarta (2009), hubungan keterkaitan antara kesehatan
dengan pembangunan ekonomi yang dapat diterangkan melalui berbagai
mekanisme. Berikut ini akan diuraikan pembahasan terhadap tiga fokus area,
yaitu pertama, kesehatan dan pembangunan, kedua, kesehatan dan kemiskinan,
dan ketiga, pendekatan dari aspek demografi.
Pada fokus kesehatan dan pembangunan, di tingkat mikro, yaitu pada
tingkat individual dan keluarga, kesehatan adalah dasar bagi produktivitas kerja
dan kapasitas untuk belajar di sekolah. Tenaga kerja yang sehat secara fisik dan
mental akan lebih energik dan kuat, lebih produktif, dan mendapatkan
penghasilan yang tinggi. Sedangkan pada tingkat makro, penduduk dengan
tingkat kesehatan yang baik merupakan masukan (input) penting untuk
menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan ekonomi
jangka panjang. Beberapa pengalaman sejarah besar membuktikan berhasilnya
tinggal landas ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi yang cepat didukung
oleh terobosan penting di bidang kesehatan masyarakat, pemberantasan
penyakit dan peningkatan gizi.
Peranan kesehatan diantara berbagai faktor pertumbuhan ekonomi dapat
dilihat dari pembangunan ekonomi disatu pihak, merupakan fungsi dari
kebijakan dan institusi (kebijakan ekonomi, pemerintahan yang baik, dan
penyediaan pelayanan publik), dan faktor masukan (sumber daya manusia,
teknologi, dan modal perusahaan) dilain pihak. Kesehatan mempunyai peranan
9
ekonomi yang sangat kuat terhadap sumber daya manusia dan modal
perusahaan melalui berbagai mekanisme.
Kesehatan yang buruk akan memberikan pengaruh buruk terhadap
pertumbuhan ekonomi, hal ini antara lain terjadi di sub-Sahara Afrika dan Asia
Selatan. Beban berat yang diakibatkan oleh penyakit dan pengaruh gandanya
terhadap produktivitas, kependudukan, dan pendidikan mempunyai peranan
dalam kinerja ekonomi yang buruk dan kronis di negara-negara Afrika. Studi
terbaru yang dilakukan oleh Bloom dan Sachs, menemukan bahwa lebih dari
setengahnya dari keterbelakangan pertumbuhan di negara-negara Afrika jika
dibandingkan dengan negara-negara di Asia Timur, secara statistik dapat
diterangkan oleh beban berat akibat penyakit, kependudukan, dan geografis
jika dibandingkan dengan variabel-variabel tradisional dari ekonomi makro dan
politik pemerintahan. Sebagai contoh, tingginya angka prevalensi penyakit
malaria menunjukkan hubungan yang erat dengan penurunan pertumbuhan
ekonomi sebesar satu persen atau lebih setiap tahunnya.
Pada fokus kesehatan dan kemiskinan, berbagai indikator kesehatan di
negara-negara berpendapatan rendah dan menengah jika dibandingkan dengan
negara-negara berpendapatan tinggi, memperlihatkan bahwa angka kesakitan
dan kematian secara kuat berkorelasi terbalik dengan pendapatan. Komitmen
global untuk meningkatkan status kesehatan secara jelas dicantumkan dalam
Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals-MDGs).
Tujuan pembangunan milenium tersebut antara lain: (1) menurunkan angka
kematian anak sebesar dua pertiganya pada tahun 2015 dari keadaan tahun
1990; (2) menurunkan angka kematian ibu melahirkan sebesar tiga
perempatnya pada tahun 2015 dari keadaan 1990; dan (3) menahan
peningkatan prevalensi penyakit HIV/AIDS dan penyakit utama lainnya pada
tahun 2015. Tujuan pembangunan milenium difokuskan terhadap pengurangan
kemiskinan pada umumnya dan beberapa tujuan kesehatan pada khususnya,
sehingga terdapat keterkaitan antara upaya keseluruhan penurunan kemiskinan
dengan investasi di bidang kesehatan.
Beberapa alasan meningkatnya beban penyakit pada penduduk miskin
10
adalah: Pertama, penduduk miskin lebih rentan terhadap penyakit karena
terbatasnya akses terhadap air bersih dan sanitasi serta kecukupan gizi. Kedua,
penduduk miskin cenderung enggan mencari pengobatan walaupun sangat
membutuhkan karena terdapatnya kesenjangan yang besar dengan petugas
kesehatan, terbatasnya sumber daya untuk memenuhi kebutuhan dasar, dan
terbatasnya pengetahuan untuk menghadapi serangan penyakit.
Konsekuensi ekonomi jika terjadi serangan penyakit pada anggota keluarga
merupakan bencana jika untuk biaya penyembuhannya mengharuskan menjual
aset yang mereka miliki atau berhutang. Hal ini akan menyebabkan keluarga
jatuh kedalam kemiskinan, dan jika tidak bisa keluar dari hal ini akan
mengganggu tingkat kesejahteraan seluruh anggota keluarga bahkan generasi
berikutnya. Serangan penyakit yang tidak fatal dalam kehidupan awal akan
mempunyai pengaruh yang merugikan selama siklus hidup berikutnya.
Pendidikan secara luas dikenal sebagai kunci dari pembangunan, tetapi
masih belum dihargai betapa pentingnya kesehatan anak dalam pencapaian
hasil pendidikan. Kesehatan yang buruk secara langsung menurunkan potensi
kognitif dan secara tidak langsung mengurangi kemampuan sekolah. Penyakit
dapat memelaratkan keluarga melalui menurunnya pendapatan, menurunnya
angka harapan hidup, dan menurunnya kesejahteraan psikologis.
Sedangkan pada fokus pendekatan dari aspek demografi, hal yang paling
merugikan, namun kurang diperhatikan adalah biaya yang tinggi dari kematian
bayi dan anak yang dapat ditinjau dari aspek demografi. Keluarga miskin akan
berusaha mengganti anaknya yang meninggal dengan cara memiliki jumlah
anak yang lebih banyak. Jika keluarga miskin mempunyai banyak anak maka
keluarga tersebut tidak akan mampu melakukan investasi yang cukup untuk
pendidikan dan kesehatan untuk setiap anaknya. Dengan demikian, tingginya
beban penyakit pada keluarga yang memiliki banyak anak akan menyebabkan
rendahnya investasi untuk kesehatan dan pendidikan untuk setiap anaknya.
Bukti empiris tentang adanya hubungan antara tingkat fertilitas dengan tingkat
kematian anak adalah sangat kuat. Negara-negara yang memiliki angka
kematian bayi kurang dari 20, mempunyai angka rata-rata tingkat fertilitas
11
(Total Fertility Rate) sebesar 1.7 anak. Negara-negara dengan tingkat kematian
bayi diatas 100 mempunyai angka rata-rata tingkat fertilitas 6,2 anak. Pola ini
menuntun pengertian kita bahwa negara-negara yang mempunyai tingkat
kematian bayi yang tinggi mempunyai tingkat pertumbuhan penduduk tercepat
di dunia dengan segala konsekuensinya.
Ketika angka kematian anak menurun, disertai dengan turunnya tingkat
kesuburan, secara keseluruhan tingkat pertumbuhan penduduk juga menurun
dan rata-rata umur penduduk akan meningkat. Ratio ketergantungan penduduk
juga akan menurun. Perubahan demografi ini akan mendorong keseluruhan
peningkatan GNP per kapita dan pertumbuhan ekonomi. Meningkatnya
proporsi penduduk usia kerja secara langsung meningkatkan GNP per kapita.
2.2.2 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Pada Derajat Kesehatan
Peningkatan GNP akan membawa pengaruh pada penurunan tingkat
kesakitan dan kematian serta perbaikan dalam status gizi, baik bagi masyarakat
secara keseluruhan maupun individu tertentu. Perbaikan gizi merupakan
program prioritas dalam membentuk kualitas manusia Indonesia. Terlebih
dalam keadaan krisis saat ini telah berakibat lebih parah menjadi krisis. Krisis
ekonomi berakibat 60-70% anak-anak menderita kurang gizi karena daya beli
yang rendah. Krisis ekonomi telah menurunkan status gizi dan kesehatan
masyarakat. Upaya pemecahan masalah gizi di jadikan sebagai ujung tombak
menuju sehat. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian terhadap masalah
gizi.
Penelitian yang dilakukan oleh Amin (1983), mencoba melihat hubungan
antara tingkat kematian bayi (infant mortality rate atau IMR) dengan
pertumbuhan GNP di Indonesia. Dengan menggunakan data time series selama
14 tahun mulai 1969, penelitian ini menemukan hubungan antara kedua
variabel tersebut sebagai berikut :
IMR = 175,6098 – 0,9965 GNP
(10,8300)
R2 = 0,93
Angka di dalam kurung adalah t-statistic. Dengan menggunakan GNP menurut
12
harga konstan 1973, terlihat bahwa pengaruh kenaikan GNP terhadap
penurunan IMR tersebut cukup berat, hanya mempunyai koefisien yang sangat
rendah. Sehingga bila pada tahun 1988 GNP Indonesia diharapkan meningkat
menjadi Rp 16247 miliar, dengan asumsi laju pertumbuhan ekonomi selama
Repelita iv mencapai rata – rata 5% setahun. IMR diperkirakan akan turun
menjadi 70 ± 4,38. Jadi IMR pada tahun tersebut akan berkisar antara 65,62
sampai dengan 74,38 per 1000 lahir hidup.
Akan tetapi , menghubungkan laju pertumbuhan ekonomi dengan
pembangunan sektor kesehatan harus berhati – hati karena masih banyak faktor
yang mempengaruhi derajat kesehatan tidak hanya pertumbuhan ekonomi.
Mungkin distribusi dari pendapatan atau kekayaan menurut golongan –
golongan ekonomi di masyarakat, yang lebih relevan untuk melihat
pengaruhnya terhadap pembangunan di sektor kesehatan.
Penghitungan manfaat dan biaya ekonomis dari suatu program kesehatan
dapat menjadi alat yang penting, khususnya bagi perencanaan pembangunan
ekonomi di negara – negara di Asia, Afrika dan Amerika Selatan. Untuk negara
– negara ini harga yang nyata bagi program – program kesehatan seringkali
termasuk juga tekanan akibat pertumbuhan penduduk dan tidak semata – mata
pengeluaran untuk proyek – proyek kesehatan. Tekanan ini semakin nyata
karena penurunan kematian sebagai akibat pemakaian teknik –teknik kesehatan
masyarakat yang modern.
Berbagai teknik analisis yang diuraikan mempunyai kelemahan masing–
masing. Di dalam analisis biaya manfaat misalnya, kesulitan menghitung
manfaat dalam nilai uang merupakan hambatan yang utama. Dalam hubungan
ini analisis cost-effectiveneess tampaknya lebih memadai. Tetapi bila terdapat
keadaan dimana pilihan dengan proyek – proyek lain di luar sektor kesehatan
harus dilakukan, maka analisis biaya manfaat yang sering kali dipakai. Hal ini
dihubungkan dengan keterbatasan dana yang ada, yang harus dialokasikan
untuk proyek – proyek disemua sektor perekonomian. Oleh karenanya,
peningkatan dan perbaikan harus selalu diusahakan, terutama dibidang
metodologi serta pengumpulan data, untuk menerapkan peralatan – peralatan
13
ekonomi tersebut dalam menilai kerugian yang ditimbulkan oleh suatu
penyakit.
Telah diakui bahwa pembangunan kesehatan mendorong pertumbuhan
ekonomi dibeberapa bidang. Namun, tidak bisa dilupakan perubahan –
perubahan dalam derajat kesehatan justru menyebabkan hambatan dalam
pembangunan ekonomi. Khususnya bila perkembangan di sektor kesehatan
menyebabkan tingkat kematian menurun, yang kemudian akan menyebabkan
pertambahan jumlah penduduk.
Sementara itu perbaikan dibidang ekonomi yang sering ditunjukkan
dengan meningkatkannya GNP atau GNP per kepala, tidak secara langsung
meningkatkan pembangunan sektor kesehatan. Masih bayak sektor lain yang
perlu dikaji sehubungan dengan pengaruh terhadap perkembangan sektor
kesehatan(Tjiptoherijanto & Soesetyo, 1994).
14
Di lain sisi, kesehatan adalah barang mahal, kebutuhan akan kesehatan
tidak terbatas tetapi dana untuk pembiayaan penyediaan fasilitas kesehatannya
sangat terbatas. Satu sumber saja tidak akan cukup. Untuk itu dibutuhkan
kombinasi dari berbagai sumber.
Sumber dana kesehatan:
1. Bersumber dari anggaran pemerintah
Pada sistem ini, biaya dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah. Pelayanannya diberikan secara cuma-
cuma oleh pemerintah sehingga sangat jarang penyelenggaraan pelayanan
kesehatan disediakan oleh pihak swasta. Untuk negara yang kondisi
keuangannya belum baik, sistem ini sulit dilaksanakan karena memerlukan
dana yang sangat besar.
Contoh :
Dana pemerintah pusat
15
Pengeluaran rumah tangga baik yang dibayarkan tunai atau melalui sistem
asuransi
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran