Anda di halaman 1dari 18

MATERIAL dan PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN RAYA

PENDAHULUAN

Salah satu sarana bagi manusia untuk berinteraksi adalah jalan


raya yang telah dikenal sejak zaman dahulu. Mereka menyadari
dengan adanya sarana jalan raya akan memudahkan untuk melakukan
berbagai macam kegiatan. Di era globalisasi sekarang ini sedikitnya
telah dikenal model transportasi darat, laut dan udara. Jalan raya
merupakan salah satu sarana untuk moda transportasi darat. Seiring
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka jalan raya
pun tidak luput dari sentuhan teknologi tersebut dengan ditemukan
beberapa jenis bahan yang bias dipakai untuk pekerjaan pelapisan
diantaranya Laston, Asbuton, Burtu, dan lain- lain.
Jalan- jalan modern yang dilengkapi dengan lapis perkerasan
banyak dijumpai dikota-kota ataupun dengan adanya jalan- jalan akses
ke

perkampungan

dan

pemukiman

penduduk.

Seiring

dengan

pengoperasian jalan tersebut selama periode umur rencana jalan,


maka jalan tersebut mengalami penurunan kualitas. Untuk itu, pada
saat pelaksanaan perkerasan jalan raya itu harus teliti dan sesuai
dengan data- data yang diperoleh dilapangan. Misalkan; barapa
kenderaan

yang

melintasi,

umur

rencana,

serta

persentase

peningkatan kenderaan hariannya, dan banyak lagi yang lainnya yang


harus kita lihat.

BAB II
PEMBAHASAN
1. MATERIAL- MATERIAL PADA PELAKSANAAN JALAN RAYA
A. Tanah Dasar (Sub Grade)

Tanah dasar ialah jalur tanah bagian dari jalan tanah yang terletak
dibawah pengerasan jalan.

Kekuatan dan keawetan pengerasan jalan itu sangat tergantung pada


sifat- sifat dan daya dukung tanah dasar. Oleh karena itu, maka pada
perencanaan pembuatan jalan baru harus diadakan pemeriksaan tanah
yang teliti ditempat- tempat yang akan dijadikan tanah dasar yang
berfungsi untuk mendukung pengerasan jalan. Lebih utama kalau
diambil beberapa contoh tanah dari tanah dasar itu dan dikirimkan ke
laboratorium penyelidikan tanah untuk diselidiki.
Jenis- jenis tanah:
- Tanah Liat Koloidal (Colloid)
Bentuk butir- butir tanah liat koloidal itu bulat dan mempunyai
permukaan yang licin. Besar butir- butirnya kurang dari 1 (
dibaca mikron ;1 =1/1000 mm). Butir- butirnya diselimuti
oleh suatu selaput air. Gaya adhesi tanah liat koloidal
terhadap air itu besar sekali.
- Tanah liat biasa (clay)
Bentuk butir- butir tanah liat biasa itu bulat dan mempunyai
permukaan yang licin. Besar butir- butirnya antara 1 dan 5
. Gaya Adhesi tanah liat biasa terhadap air itu tidak seberapa
besar.
- Tanah lumpur (silt)
Bentuk butir- butir tanah lumpur itu bulat dan mempunyai
permukaan yang agak kasar. Besar butir- butirnya antara 5
dan 50 gaya adhesi tanah lumpur terhadap air itu kecil
sekali.
- Pasir halus (fine sand)
Bentuk butir- butir pasir halus itu tidak bulat benar tetapi
bersudut- sudut kasar. Besar butir- butirnya antara 50 dan
200 . Tidak ada gaya adhesi antara butir- butir pasir halus
dan air.
- Pasir Kasar (Coarse sand)

Bentuk butir- butir pasir halus itu tidak bulat benar tetapi
bersudut- sudut kasar dan tajam. Besar butir- butirnya antara
200 dan 2 mm. tidak ada gaya adhesi antar butir- butir pasir
kasar dan air.
- Kerikil (gravel)
Bentuk butir- butir kerikil itu bermacam- macam ada yang
bulat, bulat telur dan ada yang pipih. Besar butir- butirnya
lebih dari 2 mm.
B. Agregat (Sub Base Course dan Base Course)
Ditinjau dari asal kejadiannya agregat/ batuan dapat dibedakan :

- Batuan beku
Batuan yang berasal dari magma yang mendingin dan
membeku. Dibedakan atas, batuan beku luar (extrusive
igneous rock) dan batuan beku dalam (intrusive igneous rock).
- Batuan sedimen
Sedimen berasal dari campuran partikel mineral, sisa- sisa
hewan dan tanaman.
Berdasarkan cara pembentukannya batuan sedimen dapat
ddibedakan atas:

Batuan sedimen yang dibentuk secara mekanik seperti


breksi, konglomerat, batu pasir dan batu lempung. Batuan
ini banyak mengandung silica.

Batuan sedimen yang di bentuk secara organis seperti batu


gamping, batu-bara, opal.

Batuan sedimen yang dibentuk secara kimiawi seperti batu


gamping, garam, gips dan flint.

- Batuan metamorf
Berasal dari batuan sedimen ataupun batuan beku yang
mengalami

proses

perubahan

bentuk

akibat

perubahan tekanan temperature dari kulit bumi.

adanya

Berdasarkan proses pengolahannya.

- Agregat alam
Agregat yang dapat dipergunakan sebagaimana bentuknya di
alam atau dengan sedikit proses pengolahan, dinamakan
agregat alam.
Dua bentuk agregat alam yang sering dipergunakan yaitu:
kerikil dan pasir.
Kerikil adalah agregat dengan ukuran partikel > inch (6,35
mm), Pasir adalah agregat dengan ukuran partikel < inch
tetapi lebih besar dari 0,075 mm (saringan no.200).
- Agregat yang melalui proses pengolahan
Digunung- gunung atau di bukit- bukit sering ditemui agregat
masih berbentuk batu gunung sehingga diperlukan proses
pengolahan terlebih dahulu sebelum dapat digunakan sebagai
agregat konstruksi perkerasan jalan.
Agregat ini harus melalui proses pemecahan terlebih dahulu
supaya diperoleh:

Bentuk partikel bersudut diusahakan berbentuk kubus.


Permukaan partikel kasar sehingga mempunyai gesekan
yang baik.

Gradasi sesuai yang diinginkan.

Proses pemecahan agregat sebaiknya menggunakan mesin


pemecah batu (Crusher stone) sehingga ukuran partikel yang
dihasilkan dapat terkontrol sesuai dengan spesifikasi yang
ditetapkan.
- Agregat buatan
Agregat yang merupakan mineral filler/ pengisi (partikel
dengan ukuran <0,075>
C. Aspal (Surface Course)

Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat


tua,pad temperature ruang berbentuk padat sampai agak
padat.jika dipanaskan sampai suatu temperature tertentu aspal
dapat menjadi lunak atau cair sehingga dapat membungkus
partikel agregat pada waktu pembuatan aspal beton atau dapat
masuk kedalam pori-pori yang ada pada penyemprotan atau
penyiraman pada kekerasan macadam ataupun peleburan.Jika
temperature mulai turun,aspal akan mengeras dan mengikat
agregat pada rempatnya (sifat termoplastis).
Jenis Aspal:

Berdasarkan cara diperolehnya aspal dapat dibedakan atas :


1. Aspal alam,dapat dibedakan atas
- Aspal gunung (rock asphalt),contoh aspal dari pulau beton
-

Aspal

danau

(lake

asphalt)

contoh

aspal

dari

Bermudez,Trinidad.
2. Aspal buatan
- Aspal minyak merupakan hasil penyulingan minyak bumi
-

Tar,merupakan
digunakan

hasil

untuk

mengeras,peka

penyulingan

perkerasan

terhadap

batubara

jalan

perubahan

kara

tidak

umum

lebih

cepat

temperature

dan

beracun.
SIFAT ASPAL

Aspal yang digunakan pada konsturksi perkersan jalan berfungsi


sebagai :
1. Bahan pengikat,member ikatanyang kuat antara aspal dan
agregat dan antara aspal itu sendiri
2. Bahan pengisi mengisi rongga antara butir-butir agregat dan
pori-pori yang ada dari agregat itu sendiri.

2. PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN RAYA


A. Uraian Teknis

Terutama tentu kita akan mendapatkan gambar-gambar serta


syarat-syarat dari pekerjaan itu (spesifikasi) dan daerah yang
akan diperkerjakan.
Langkah utama untukk memulai pekerjaan ialah :
Survey

kembali,dalam

hal

ini

untuk

menentukan

titik

dasar/pedoman ketinggian dari pekerjaan selanjutnya, setelah


ditetapkan

dassar

ini,maka

selanjutnya

dapat

diteruskan

membikin B.M (Benk Mark) dan titik lainya C (center line),dan


lain-lain.apabila telah selesai/deketahui hal-hal yang diperlukan
yang dilaksanakan surveyor/pengukuran baru dapat dimulai
pekerjaan selanjutnya.

1. Pekerjaan Tanah (Earth work)

Dalam pekerjaan tanah pada umumnya kita menemui 2 macam:


Galian- cut
Timbunan- fill

Ad.1 Galian- cut


Kalau tanah dari galian akan dipergunakan untuk timbunan pertamatama kita harus bersihkan dari tumbuh-

tumbuhan dan lapisan

humusnya harus dibuang, tebal lapisan ini umumnya setebal 10- 30 cm


pekerjaan ini disebut juga Top Soil Stripping. Dapat tidaknya tanah/
material galian ini dipakai untuk timbunan akan dilakukan pengetesan
oleh laboratorium. Jadi, dalam hal ini material itu boleh dapat dipakai
untuk timbunan setelah ada hasil atau ketetapan tertulis Dario
laboratorium.
Teknik penggalian:

Setiap akan berhenti pekerjaan sedapat mungkin diusahakan kalau hujan


datang air tidak tergenang. Sebab, kalau sampai air tergenang

mengakibatkan menyulitkan kerja dan selanjutnya akan mempengaruhi


mutu/klasifikasi dari material.
Ad.2 Timbunan :fill-

embankment.

Materialnya:

Dapat dipakai dari hasil galian atau cut. Yang termasuk


dalam rencana yang juga disebut Common excavation atau
material atau bahan galian yang didatangkan dari luuar
daerah pekerjaan disebut Borrow Excavation.
Jenis tanah:
- Tanah- clay
- Tanah bercampur batu- rock clay
- Pasir + Batu (sirtu)- Granular material
- Batu hasil dari pemecahan (memakai dynamit)-rock.
- Pasir sand.

Pasir dapat dipakai minimal 0,60 dibawah permukaan badan


jalan.
Cara pelaksanaan :

Setelah diketahui dengan pasti daerah yang dilaksanakan


serta siap segala persiapan patok- patok dan lain- lain
(pengukuran/ surveyor) maka dapat dikerjakan pekerjaan
sebagai berikut:
- Clearing & grubbing pekerjaan pemotongan pohon- pohon besar/ kecil.
- Top Soil & Stripping- pembuangan humus- humus/ lapisan atas, akarakar kayu dan umumnya setebal 10-30 cm.
- Compaction of foundation of Embankment.
- Pemadatan tanah dasar sebelum dilaksanakan penimbunan.
- Lapisan ini perlu di test (density- test of proof rolling test) baru
diteruskan pekerjaan selanjutnya- penimbunan.
- Penimbunan dilaksanakan lapis demi lapis/ layer by layer setebal 20
cm dan didapatkan dibawah 1.00 dari sub-grade pengetesan(density
test dapat dilaksanakan setiap 3 lapis, jadi setiap lapisnya cukup
dengan test proof rolling).
2. Sub-Base Course

Sesudah lapisan sub-grade ini betul- betul telah memenuhi syarat- syarat
evalasi dan kepadatan kita akan mulai pekerjaan sub-base course.
Terlebih dahulu kita tentukan lagi patok- patoknya. Untuk mencapai
ketebalan yang dikehendaki. Titik yang diperlukan minimum : 5 titik
menurut potongan melintang (X section) dan dengan jarak maksimum
25 meter menurut potongan memanjang atau profil.
Cara pengamparan :

Setelah selesai pemasangan patok- patok untuk menentukan ketinggian/


ketebalannya maka kita dapat mendatangkan material seb-base ini
kelapangan. Patok- patok itu dipasang harus cukup kuat, dan kita lindungi
sekelilingnya dengan material sub-base tersebut 30 cm.
Cara pemadatan:

Prinsip pemadatan harus dimulai dari pinggir/ dari rendah ke tengah


/tinggi.
Setelah kita ratakan permukaan dengan motor grader. Pemadatan
pertama kita laksanakan dengan road roller (MacAdam Roller atau Tandem
Roller).
Selanjutnya dengan Tire Roller dimana sambil ikut memadatkan pada
waktu/ keadaan memerlukan sambil menyiram.
Untuk menyelesaikan pemadatan kita pakai sebaiknya Mac Adam Roller.
Sudah cukup padat, melihat dengan pandangan mata pertama kali
(pengalaman). Sebelumnya meneruskan pekerjaan selanjutnya mencetak
elevasi (oleh surveyor) dan kepadatan. Density Test oleh Soil Material
Enginer/ Laboratorium.
Apabila sudah memenuhi syarat untuk hal kedua ini (elevasi dan
kepadatannya)

secara

tertulis

baru

dapat

dilaksanakan

pekerjaan

berikutnya/ base course.


3. Base Course

Seperti yang diuraikan pada pekerjaan sub-base course pekerjaan base


course prinsipnya sama saja. Yaitu:
- Permukaan sub- base course harus sudah rata dan padat.
- Dipasang patok- patok untuk pedoman ketinggiannya (dalam arah
melintang 5 titik dan arah memanjang dengan jarak maksimal setiap
25 m) sesuai dengan station X-section.
- Dengan mengetahui volume dari truck, maka didapatkan setiap jarak
tertentu volumenya yang diperlukan.

- Toleransi ketinggian diambil 1 cm, dimana menurut pengalaman


waktu pengamparannya dilebihkan dari tinggi yang diperlukan
Ump. : tebal 15 cm padat, sebelum dipadatkan kita ampar tebalnya
16.5- 17.50. Ini jangan lupa bahwa lebih kering akan banyak susut/
turunnya daripada materialnya basah. Menurut pengalaman dengan
cara itu kita telah mendapatkan ketinggian dalam ketentuan
(toleransi) dan mengurangi segregation.
- Sesudah tersedia dilapangan kerja dengan volume yang diperlukan
barulah kita apreading/ampar dan grading/ratakan, sesudah rata
kelihatannya baru kita padatkan (pertama dengan Mac Adam Roller
atau Tandem Roller, dimana biasanya dapat dilihat mana yang
rendah dan tinggi perlu kita tambah/kurangi. Setelah kira-kira rata
lagi baru selanjutnya kita padatkan pakai Tire Roller sambil disiram.
Untuk finishing, lebih baik dipadatkan pakai Mac Adam Roller lagi.
- Setelah rata dan padat tentu dengan pengecekan oleh surveyor (Check
level/permukaan) dan kepadatannya oleh Soil Material Enginer
(Density test) dengan data tertulis, baru pekerjaan selanjutnya
dilanjutkan ke pekerjaan Prime-Coat.
4. Prime Coat

Sebagai mana disebut diatas, apabila pekerjaan prime coat ini


akan

dilaksanakan,

base

coursenya

betul-

betul

sudah

memenuhi syarat yang dikehendaki, baik ketinggiannya dan


kepadatannya.
Sesudah itu kita harus menjaga hal seperti berikut ini :
Permukaan harus bersih dari kotoran dan debu, serta kering.
Alat untuk membersihkan adalah kompresor, sapu lidi, dan
karung goni, power brom, atau power blower.
Pemakaian alat-alat ini melihat pada keadaan dari kotoran/
debu yang melekat pada permukaan base-course tersebut.
Mungkin pada sapu lidi dan karung goni saja sudah cukup,
dan adakalanya harus dipakai kompresor dahulu baru dengan
sapu dan karung goni, prinsip harus bersih dari debu dan
kotoran dan material yang terlepas harus dibuang.

Setelah ini selesai baru kita mempersiapkan untuk primecoating yang dipersiapkan ialah alat- alatnya (distributor
kecil), dan alat penarik (Tire Roller) atau distributor (besar),
juga disebut distributor- car distributor. Tentu semua alat ini
telah diperiksa baik dan berjalan lancar.
Untuk

memenuhi

banyaknya

yang

dikehendaki

tentu

sebelumnya melalui beberapa kali percobaan dengan dasar


pedoman

dari

yang

sudah

diketahui

sebelumnya.

Panas/temperature, kecapatan, menentukan volume yang


keluar,

jarak

nozel

dengan

permukaan

base-course

menentukan ratanya disamping juga ikut menentukan volume


tersebut.
Untuk pengontrolan mendapatkan volume yang dikehendaki
itu, walaupun sudah ada patokan/pedoman dasar selalu setiap
pelaksanaan tenaga bahagian laboratorium (Soil Material
Engineer) harus hadir untuk mengecek dilapangan (cara
timbangan). Sesudah selesai dengan sempurna, dengan
menunggu kering lebih dahulu baru pekerjaan selanjutnya/
asphalt concrete dilaksanakan.
Umumnya sesudah 48 jam sudah cukup kering, dan asphalt
concrete dilaksanakan.
Cepat dan lambatnya kering itu dipengaruhi oleh cuaca/panas
matahari dan tebalnya lapisan dari prime coat tersebut.
5. Asphalt Concrete

Sebagaimana yang telah diuraikan tadi, Asphalt- concrete


baru dapat dilaksanakan apabila prime- coat telah memenuhi
syarat sebagai berikut :
a. Harus sudah kering.
b. Permukaan prime-coat itu bersih dari kotoran/ debu.
Apa yang kita perlukan/ perhatikan?
a. Sesudah kita mengetahui beberapa lebar jalan yang akan dilaksanakan
kita pakai form (bentuk atau mal)

Gunanya adalah :
a. Mendapatkan bentuk yang dikehendaki.
b. Yang lebih penting sewaktu kita memadatkan asphalt concrete tidak
lari/bergeser keluar daerah yang kita perlukan.

Apabila area/daerah yang kita akan laksanakan tersebut


sudah selesai/ memenuhi syarat kita akan beralih pada alatalatnya.
Tebal asphalt concrete
Ini tergantung perencanaan.

Pengamparan tebalnya sebelum dipadatkan biasanya diampar


25% dari tebal yang diperlukan.
Sebelum

memulai

pengamparan,

finisher

disetel/

diatur

sedemikian rupa, supaya dapat asphalt concrete yang kita


perlukan.
Finisher itu dapat diatur untuk tebal dan kemiringan/slope
yang kita perlukan.
Asphalt

concrete

dapat

dipakai/diampar

setelah

sampai

dilapangan harus utuh/ tidak basah (yang mungkin dalam


perjalanan ditimpa air hujan) dan panasnya memenuhi syarat
(spesifikasi)Ump. , dengan adanya jarak lapangan kerja A.M.P
(Produksi Asphalt Concrete) tentu aka nada penurunan/
perubahan panas. Dalam pengalaman setiap jarak ditempuh
1 jam perjalanan penurunan panas adalah .
Pemadatan :

Sewaktu penghamparan mungkin saja terjadi pada tempattempat

tertentu

kurang

rata,

maka

perlu

ditambah

pengamparan cukup dengan tenaga manusia.


Memulai

pemadatan

dilaksanakan

telah

cukup

tersedia

areanya dan panas- panas/ temperature dari asphalt concrete


sesudah dihampar.
Sewaktu pemadatan roda roller harus disiram air secukupnya.
Cara pemadatan :

a. Apabila pertama dari lebar jalan belum ada asphalt concrete


pemadatannya dilakukan secara berturut- turut sebagai berikut:
1) Pada sambungan melintang/ Transverse joints.
2) Dari pinggir tepi sebelah luar (out side edge)
3) Dari bagian terendah kebagian tinggi sewaktu pemadatan pertama.
4) Pemadatan kedua urutannya sama dengan pemadatan pertama.
5) Pemadatan terakhir pun sama dengan pertama dan kedua
urutannya.
b. Apabila dibagian lain ( jalan) sudah ada asphalt concretenya
pemadatan dilaksanakan sebagai berikut:
1) Pada sambungan melintang (transverse joints)
2) Pada sambungan memanjang (4 center line)
3) Dari pinggir tepi sebelah luar (out side edge)
4) Dari bagian terendah kebahagiaan yang tinggi sewaktu pemadatan
pertama.
5) Pemandangan ke dua sama urutannya dengan pemadatan pertama.
6) Pemadatan terakhir pun sama dengan pemadatan pertama dan
kedua urutannya.
6. T.B.S.T (Triple Bitominous Suface Treatment)

Sebagaimana diuraikan diatas, lapisan pengerasannya sama


dengan pekerjaan kalau kita pakai asphalt concrete, hanya
lapisan aus (pavement) yang berlainan.
Untuk pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Prime-coat :
Sesudah base-course memenuhi syarat- syarat baik kepadatan dan
kerataannya baru pekerjaan Prime Coat(M.C. -1) dilaksanakan, dengan
volume yang diperlukan, dengan volume yang diperlukan Ump.: 0.6
kg/m2, setelah kering, yang memerlukan waktu 24 jam, tetapi kalau
udara baik/ panas dengan wakktu 5 jam sudah cukup kering.
b. Bituminous R.C-2:
Setelah prime-coat (M.C.-1) kering, lanjutkan dengan penyiraman
asphalt (R.C.-2) lagi dengan volume yang diperlukan Ump.:0,8 kg/m2.
c. Grading B.:
Selagi R.C.-2 ini masih dalam panas, segera diamparkan material batu
pecah (grading B) dengan volume yang diperlukan Ump. 27 kg/m 2.
Hasil amparan ini harus marata.

Sesudah merata dan cukup padat, lalu kita padatkan dengan tandem
roller.
Pemadatan cukup satu kali jalan (mundur dan maju). Harus diingat
bahwa pemadatan itu jangan sampai material hancur.
d. Bituminous R.C-2

Selesai grading B dipadatkan dan sudah cukup rata, maka


disiramkan lagi asphalt (R.C-2) dengan volume yang
diperlukan Ump. : 1,6 kg/m2.
e. Grading E.:

Selagi R.C-2 itu panas diampar lagi material batu pecah


(grading E) dengan volume yang diperlukan Ump.:9 kg/m 2
dan dipadatkan.
Bituminous R.C-2 :
Sesudah grading E dipadatkan dan rata disiram lagi
asphalt dengan volume yang diperlukan.
Pasir/Abu Batu:
Terakhir R.C-2 yang panas dihamparkan pasir dengan
volume

yang

telah

ditetapkan

dan

dipadatkan,

pemadatanya lebih baik pakai Tire-Roller.

Zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz
PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN
1. Cakupan dan urutan pekerjaan konstruksi jalan dan jembatan
1.1 Cakupan pekerjaan konstruksi jalan dan jembatan
a) biasanya kontrak pekerjaan jalan dan jembatan meliputi:
- pembangunan jalan dan/atau jembatan baru
- peningkatan jalan dan/atau penggantian jembatan
- pemeliharaan berkala jalan, pada ruas jalan dan/atau jembatan.
b) sedangkan pekerjaan-pekerjaan yang dicakup di dalam spesifikasi teknik meliputi :
- pekerjaan Utama
- pekerjaan Pengembalian Kondisi dan Minor dan
- pekerjaan Pemeliharaaan Rutin.
1.1a. pekerjaan utama, pekerjaan konstruksi jalan yang termasuk pekerjaankonstruksi
jalan, antara lain:
a. pekerjaan pelapisan aspal struktural meliputi:

i) pelapisan aspal (overlay) yang terdiri dari perataan dan perkuatan dari AC-BC atau
HRS-Base dan dilanjutkan dengan pelapisan permukaan memakai AC-WC atau HRSWC,
ii) penghamparan lapis pondasi agregat untuk rekonstruksi ruas jalan yang rusak berat
terdiri dari lapisan pondasi bawah, lapis pondasi atas dan diikuti dengan salah satu jenis
pelapisan permukaan yang disebutkan diatas.
b. pekerjaan pelapisan non struktural:
i) pelapisan aspal (overlay) satu lapis seperti latasir, HRS-WC, ACWC, lasbutag,
latasbusir atau campuran dingin untuk meratakan permukaan dan menutup perkerasan
lama yang stabil,
ii) pelapisan aspal (overlay) dua lapis seperti lapis AC-BC atau HRSBase, dan
dilanjutkan dengan pelapisan permukaan memakai AC1-24WC atau HRS-WC untuk
meratakan dan menutup perkerasan lamayang stabil.
c. pekerjaan pelaburan non struktural:
i) pelaburan BURTU atau BURDA pada perkerasan jalan lama dengan lalu lintas rendah,
permukaan perkerasan cukup rata dan mempunyai punggung jalan (camber) yang baik.
d. pekerjaan pengerikilan kembali jalan tanpa berpenutup aspal:
i) pengerikilan kembali mengganti kerikil yang hilang oleh lalu lintas dan meningkatkan
kekuatan struktur perkerasan kerikil yang ada pada ruas jalan yang lemah.
e. pekerjaan penambahan/rekonstruksi bahu jalan sepanjang jalan berpenutup aspal:
i) bahu jalan berpenutup aspal yang terdiri dari lapis pondasi agregat kelas A yang dilapisi
dengan BURTU,
ii) bahu jalan tanpa penutup aspal terdiri dari lapis pondasi agregat kelas B.
f. penambahan atau rekonstruksi pekerjaan penunjang:
i) selokan tanah,
ii) selokan dan drainase yang dilapisi,
iii) gorong-gorong pipa dari beton,
iv) gorong-gorong persegi dari beton,
v) pekerjaan tanah untuk perbaikan kelongsoran,
vi) peninggian elevasi permukaan jalan (grade raising), hanya bila benar-benar diperlukan
dan dana dalam kontrak masih mencukupi,
vii) pekerjaan struktur lainnya, seperti jembatan kecil dan sebagainya,
viii) pekerjaan perlindungan talud, seperti pasangan batu kosong dengan atau tanpa
adukan dan bronjong,
ix) realinyemen horisontal minor, hanya bila benar-benar diperlukan untuk alasan
keamanan dan dana dalam kontrak masih mencukupi.
g. pekerjaan pembangunan jembatan baru atau penggantian jembatan lama:
i) pekerjaan pondasi, seperti sumuran, tiang pancang, dan sebagainya,
ii) pekerjaan bangunan bawah, seperti abutment dan pier jembatan,
iii) pekerjaan bangunan atas, seperti gelagar beton bertulang atau beton pratekan atau
baja.
1.1b. Pekerjaan pengembalian kondisi dan pekerjaan minor:
a. pengembalian kondisi perkerasan:
i) penambalan perkerasan, penggalian lokasi tertentu jalan yang berlubang-lubang atau
rusak berat dan pengisian kembali, pemadatan dan pengembalian kondisi sesuai dengan
bahan

perkerasan lama,
ii) penutupan lubang-lubang yang besar pada perkerasan berpenutup aspal,
iii) perbaikan tepi perkerasan pada perkerasan berpenutup aspal,
iv) pelaburan setempat pada perkerasan berpenutup aspal yang retakretak, dimana luas
bagian yang retak lebih besar dari 10% dan kurang dari 30% terhadap luas total
perkerasan,
v) pekerjaan perataan setempat pada jalan dengan atau tanpa berpenutup aspal untuk
mengisi bagian yang ambles (depression) setempat dan untuk mengurangi kekasaran
perkerasan,
vi) perataan berat setempat pada jalan tanpa penutup aspal untuk menghi-langkan
ketidakrataan permukaan dan mempertahankan bentuk permukaan semula, dilanjutkan
dengan pemadatan kembali dengan mesin gilas.
b. pengembalian kondisi bahu jalan:
i) sama dengan pengembalian kondisi perkerasan tetapi terbatas pada bahu jalan yang
berlubang-lubang atau rusak berat,
ii) pengupasan bahu jalan yang lebih tinggi dari permukaan perkerasan sehingga
mencapai ketinggian yang benar.
c. pengembalian kondisi selokan, saluran air, timbunan, galian dan penghijauan:
i) penggalian dan pembentukan kembali saluran drainase tanpapelapisan (unlined) yang
runtuh atau alinyemen yang jelek pada lokasi tertentu agar kemampuan operasional
sistem drainase dapat dikembalikan seperti semula,
ii) perbaikan setempat pada beton non-struktural yang retak atau terke-lupas, pasangan
batu dengan mortar (mortared stonework) atau pasangan batu (stone masonry) untuk
saluran yang dilapisi (lined) dan gorong-gorong,
iii) pekerjaan galian minor atau penimbunan untuk membentuk ulang dan meratakan
kembali timbunan atau galian yang ada, timbunan atau galian tersebut mengalami
kelongsoran atau erosi,
iv) stabilisasi dengan tanaman pada timbunan atau galian yang terekspos,
v) penanaman semak atau pohon baru sebagai pengganti tanaman lama yang ditebang
untuk pelebaran jalan atau untuk tujuan lainnya.
d. perlengkapan jalan dan pengatur lalu lintas:
i) pengecatan marka jalan,
ii) penyediaan dan pemasangan rambu jalan, patok pengarah dan patok kilometer,
iii) penyediaan dan pemasangan rel pengaman,
iv) penyediaan dan pemasangan paku jalan dan mata kucing,
v) penyediaan dan pemasangan kerb dan trotoar,
vi) penyediaan dan pemasangan lampu pengatur lalu lintas dan lampu penerangan jalan.
e. pengembalian kondisi jembatan
perbaikan terbatas atau penggantian bagian-bagian dari struktur atas jembatan yang
menunjukkan tanda-tanda kerusakan struktural atau non-struktural. Perbaikan dapat
dilakukan terhadap struktur jembatan beton, baja atau kayu dan dapat meliputi:
i) penyuntikan (grouting) pada beton yang retak,
ii) perbaikan pada beton yang terkelupas,
iii) pembuangan dan penggantian beton struktur yang rusak,
iv) penggantian baja yang tertanam seperti sambungan ekspansi,
v) perbaikan atau penggantian sandaran (hand railing) yang rusak,

vi) pembuangan dan penggantian baja struktur yang berkarat berat,


vii) pembuangan dan penggantian kayu yang lapuk,
viii) penggantian konektor yang berkarat,
ix) pembersihan dan pengecatan kayu atau baja struktur.
1.1c. Pekerjaan pemeliharaan rutin
a. perkerasan lama
i) penambalan lubang kecil dan pelaburan setempat pada permukaanperkerasan
berpenutup aspal lama yang masih utuh (sound) dimana luas lokasi yang retak kurang
dari 10% terhadap luas total perkerasan,
ii) perataan ringan secara rutin dengan motor grader pada jalan tanpa penutup aspal untuk
mengendalikan terjadinya lubang atau keriting (corrugations).
b. bahu jalan lama
i) penambalan lubang pada bahu jalan lama tanpa penutup aspal,
ii) penambalan lubang dan pelaburan retak pada bahu jalan lama berpenutup aspal.
c. selokan, saluran air, galian dan timbunan
i) pembersihan dan pembuangan lumpur secara rutin pada selokan dan saluran,
ii) pembuangan semua sampah dari sistem drainase,
iii) pemotongan rumput secara rutin dan pengendalian pertumbuhan tanaman pada galian,
timbunan, lereng dan berm.
d. perlengkapan jalan
i) pengecatan ulang semua rambu jalan, patok tanda dan lainnya yang tidak terbaca,
ii) pembersihan rutin terhadap semua perlengkapan jalan dan pengatur lalu lintas,
iii) perbaikan minor terhadap masing-masing jenis perlengkapan jalan.
e. jembatan
i) pemeriksaan dan pembersihan rutin pada semua komponen struktur jembatan, guna
melindungi korosi pada baja atau pelapukan pada kayu,
ii) pemeriksaan dan pembersihan rutin kotoran dari semua saluran air melindungi
penggerusan terhadap timbunan atau pondasi jembatan,
iii) pemeriksaan dan pembersihan rutin semua kotoran dan sampah dari lubang-lubang
drainase lantai jembatan dan pipa-pipa saluran.
1.2 Urutan pekerjaan konstruksi jalan dan jembatan
a) biasanya dalam kontrak mensyaratkan bahwa kegiatan pelaksanaan proyek harus
diselesaikan secara berurutan sesuai dengan tahapan kegiatan dalam mencapai sasaran
proyek; seperti contoh spesifikasi dibawah ini:
- survei lapangan termasuk peralatan pengujian yang diperlukan dan penyerahan laporan
oleh kontraktor : 30 hari setelah pengambil alihan lapangan oleh kontraktor
- peninjauan kembali rancangan oleh Direksi Pekerjaan selesai. : 60 hari setelah
pengambil alihan lapangan oleh kontraktor, walau keluarnya detail pelaksanaan dapat
bertahap setelah
tanggal ini.
- pekerjaan pengembalian kondisi perkerasan dan bahu jalan selesai. : 60 hari setelah
pengambilalihan lapangan oleh kontraktor.
- pekerjaan minor pada selokan, saluran air, galian dan timbunan, pemasangan
perlengkapan jalan dan pekerjaan pengembalian kondisi jembatan. : 90 hari setelah
pengambilalihan lapangan

oleh kontraktor.
- Pekerjaan drainase selesai. : Sebelum dimulainya setiap overlay.

Anda mungkin juga menyukai