DELICTI
Dr.Ivan Zairani Lisi,SH,S.Sos,M.Hum
LOCUS DELICTI
Dimana (tempat) terjadinya delik. Hal ini penting untuk
menentukan:
1. Berlakunya undang-undang pidana suatu negara (Pasal 2
sampai Pasal 8 KUHP).
2. Kompetensi relatif hakim (pengadilan). Pengadilan mana
yang berwenang/berhak memeriksa suatu perkara
pidana.
3. Semua perkara yang mensyaratkan (sebagai salah satu
unsur) yaitu yang dilakukan di tempat umum.
4. Semua perkara yang diatur oleh perundang-undangan
yang lebih rendah (provinsi,kabupaten, atau desa) yang
khusus berlaku dalam wilayah daerah itu.
5. Kompetensi penyidikan antara penyidik Polri dengan
penyidik PPNS, dan penyidik lain (TNI )
AJARAN PENENTUAN (TEORI TENTANG LOCUS DELICTI &
TEMPUS DELICTI
LOCUS DELICTI :
1. DELIK COMMISI : TEMPAT PEMBUAT
MELAKUKAN PERBUATAN YG DILARANG
LOCUS DELICTI :
LOCUS DELICTI :
B. Menurut Tempat/Orang
Ada 4 Asas:
1. Asas Teritorialitas (Wilayah)
Berlakunya undang-undang pidana suatu negara didasarkan
pada tempat di mana perbuatan itu dilakukan. Tempat itu
harus terletak di dalam wilayah negar berlakunya hukum
pidana itu.
2. Pasal 2 KUHP:
Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia
berlaku bagi setiap orang yang dalam wilayah Indonesia
melakukan perbuatan pidana.
Setiap orang berarti siapa pun juga, baik warga negara sendiri,
maupun warga negara asing, tanpa membedakan jenis kelamin,
agama, atau kedudukan/pangkat.
Pasal 3 KUHP
Ketentuan Pidana dalam perundang-undangan Indonesia
berlaku bagi setiap orang yang di luar wilayah Indonesia
melakukan perbuatan pidana di dalam perahu (kapal) atau
pesawat udara Indonesia.
- Pasal ini adalah perluasan ketentuan Pasal 2 tentang
wilayah Indonesia dengan syarat, perbuatan pidana itu
dilakukan dalam perahu (kapal) Indonesia di luar wilayah
Indonesia.
- Perahu (kapal) Indonesia adalah perahu (kapal) yang
mempunyai surat laut atau pas kapal menurut aturan
umum mengenai surat laut atau pas kapal di Indonesia.
- Pesawat udara Indonesia adalah pesawat udara yang
didaftarkan di Indonesia, termasuk juga pesawat udara
asing yang disewa tanpa awak pesawat dan dioperasikan
oleh perusahaan penerbangan Indonesia.
2. Asas Nasionalitas Aktif (Personalitas)
Berlakunya undang-undang pidana suatu negara di dasarkan
pada kewerganegaraannya. Hal ini berarti bahwa hukum
pidana yang berlaku di suatu negara mengikuti warga
negaranya ke mana pun dan di mana pun ia berada.
Pasal 5 KUHP
Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia
berlaku bagi warga negara Indonesia yang di luar Indonesia
melakukan:
Ke-1. salah satu kejahatan tersebut dalam Bab 1 dan Bab 2
Buku II dan Pasal-pasal: 160,161,240,279,450, dan 451.
Ke-2. suatu perbuatan yang dipandang sebagai kejahatan
menurut hukum Indonesia dan boleh dihukum menurut
undang-undang negara dimana perbuatan itu dilakukan.
3. Asas Nasionalitas Pasif (Perlindungan)
Berlakunya undang-undang pidana suatu negara didasarkan
kepada kepentingan hukum negara itu. Apabila kepentingan
hukum negara yang menganut asas ini dilanggar, baik oleh
warga negaranya maupun orang asing, dilakukan, baik di
dalam maupun di luar wilayah negara yang menganut asas
ini.
Pasal 4 KUHP. Ketentuan pidana dalam perundang-undangan
Indonesia berlaku bagi setiap orang yang di luar Indonesia
malakukan:
2e. Salah satu kejahatan yang diatur dalam Pasal-pasal:
104,106,107,108,110,111 bis, pada 1e,127, dan 131.
3e. Pemalsuan tentangsurat-surat utang atau sertipikat-
sertipikat utang yang ditanggung Indonesia, daerah atau
sebagian daerah ….dst.
Pasal 8 KUHP …dst.
4. Asas Universalitas
Undang-undang Pidana suatu negara yang menganutnya dapat
diperlakukan terhadap siapa pun yang melanggar kepentingan
umum (dunia) yang bersifat universal.
Pasal 4 sub 2e dan 4e KUHP
Pengecualian:
Dalam hukum Internasional:
1. Duta Besar, utusan, Staf Pegawai dan Keluarga (Hak
kekebalan diplomatik)
2. Kepala negara asing yang masuk dengan persetujuan
negara ybs.
3. Anak buah kapal perang asing yang masuk dengan
persertujuan negara ybs.
4. Anggota Angkatan perang asing yang masuk dengan
persetujuan negara ybs.
n BAP PENYIDIK
(PASAL 121 KUHAP)
PASAL 9 RKUHP :
WAKTU TINDAK PIDANA ADALAH PADA
WAKTU PEMBUAT MELAKUKAN
PERBUATAN YG DILARANG OLEH
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
LOCUS DAN TEMPUS DELICTI
MENURUT KONSEP RKUHP
PASAL 10 RKUHP :
TEMPAT TINDAK PIDANA ADALAH :
A. TEMPAT PEMBUAT MELAKUKAN
PERBUATAN YG DILARANG OLEH
PERUNDANG-UNDANGAN, ATAU
B. TEMPAT TERJADINYA AKIBAT YG
DIMAKSUD DALAM PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN ATAU TEMPAT
YG MENURUT PIKIRAN PEMBUAT AKAN
TERJADI AKIBAT TERSEBUT.