Anda di halaman 1dari 8

HUKUM PIDANA

Lanjutan Sistematika KUHP Indonesia

 Muqowimul Aman dan


 Drs. Budi Priyatmono, MH
TEMU 4
Lanjutan Sistematika KUHP
Indonesia
 Psl. 103 KUHP ada pembagian Hk.Pidana menjadi
Hk.Pidana Umum dengan Hk. Pidana Khusus
Asas Hukum : lex specialis derogate legi generali
 Buku II tentang kejahatan, terdiri dari 33 Bab dan 385
Pasal.
 Sedangkan Buku III tentang pelanggaran terdiri dari 10
Bab dan 81 Pasal
UU tidak memberikan penjelasan yang rinci mengenai
perbedaan antara kejahatan dan pelanggaran
Lingkup berlakunya hukum pidana

1. Asas Legalitas : dapat dipidananya seseorang atas suatu delik yang


dilakukan apabila delik itu telah dinyatakan secara tertulis dalam
UU Pidana
• Dasar : Pasal I KUHP
• Ayat (1) suatu perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali
berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-undangan pidana
yang telah ada
• Pepatah Latin : Nullum Delictum, nulla poena sine praevia lege
poenali (tiada kejahatan, tiada hukuman pidana tanpa undang-
undang Hk. Pidana terlebih dahulu)
• Dua hal penting :
Sanksi Pidana (straf sanctie) hanya dapat ditentukan dengan
undang-undang
Ketentuan sanksi pidana tidak boleh berlaku surut
untuk menegakkan kepastian hukum (rechts-
zekerheid)
Lingkup berlakunya.........
• Pengecualian dari larangan berlaku surut :
Pasal 1 ayat (2) KUHP bilamana ada perubahan perundang-
undangan sesudah perbuatan dilakukan, maka terhadap terdakwa
diterapkan ketentuan yang paling menguntungkan
• Dalam hal ada perundang-undangan yang mengatur hal yang sama
terjadi pertentangan/konflik, maka ada 3 (tiga) atas :
A. Lex superior derogate legi inferiori peraturan yang lebih
tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi
B. Lex specialis derogate legi generali perundang-undangan
khusus mengalahkan perundang-undangan yang sifatnya umum
C. Lex posterior derogate legi priori perundang-undangan baru
mengalahkan perundang-undangan yang lama.
Lingkup berlakunya .........
2. Berlakunya Hk. Pidana menurut tempat dan orang
A. Asas teritorial, diatur dalam Ps. 2 dan 3 KUHP
• Psl 2 ketentuan pidana dalam perundang-undangan
Indonesia diterapkan bagi setiap orang yang melakukan tindak
pidana di Indonesia
Landasan berlakunya adalah pada kedaulatan negara, dalam hal
ini kekuatan berlakunya Hk. Pidana adalah wilayah negara itu
sendiri
• Pengecualian asas teritorial hak imunitas atau
exteritorialitas orang-orang dari negara asing melakukan
tindak pidana di wilayah Indonesia, yang bersangkutan tunduk
pada undang-undang pidana yang berlaku di negara asalnya,
apabila yang bersangkutan adalah:
Pengecualian........
 Kepala negara asing dan keluarganya yang berkunjung ke
Indonesia dengan sepengetahuan Pemerintah Indonesia
 Para duta besar dan pegawai-pegawai termasuk keluarganya
 Para konsultan (bila sudah ada perjanjian diplomatik tentang
pengakuan hak kekebalan diplomatik)
 Pasukan tentara negara asing dan ABK kapal perang negara
asing yang memasuki/melewati wilayah Indonesia dengan
sepengetahuan Pemerintah Indonesia
 Sekjen PBB
 Anggota delegasi negara asing yang melewati wilayah dan
sedang singgah di Indonesia dengan maksud menuju sidang
PBB.
Berlakunya Hk. Pidana ...........
• Perluasan asas teritorial pada Psl 3 KUHP setiap orang
diluar wilayah Indonesia melakukan tindak pidana di dalam
kendaraan air atau pesawat udara Indonesia
• Kendaraan air tidak dijelaskan di KUHP
• Kapal Indonesia Psl 95 KUHP
• Pesawat udara Psl 95a KUHP
B. Asas Personalitas / Nasional Aktif (actief nationaliteits - beginsel)
•Diatur dalam Psl 5 ayat (1) KUHP
•Dinamakan nasional aktif karena berhubungan
dengan keaktifan berupa kejahatan dari seorang
nasional atau warga negara
•Jadi Hk. Pidana Indonesia akan selalu mengikuti WNI
dimanapun ia berada
TERIMA KASIH

Lanjut ke Pertemuan ke 5

Anda mungkin juga menyukai