Anda di halaman 1dari 18

Tindak Pidana tertentu di luar KUHP

• Sejarah Tindak Pidana di Luar KUHP


• Dasar hukum pengaturan T.P diluar KUHP (Pasal 103 KUHP)
• Urgensi Pengaturan Tindak Pidana Di Luar KUHP
• Delik-delik di Luar KUHP
Pengertian dan istilah
Banyak istilah yang berkembang dalam ilmu hukum pidana disebutkan sebagai
• Hukum Pidana Khusus
• Tindak Pidana Khusus
• Hukum Pidana diluar KUHP
• Hukum Pidana di Luar kodifikasi
• Delik-delik diluar kodifikasi
Sejarah Tindak Pidana di Luar KUHP
• Sejarah mencatat sistem kodifikasi mulai dilakukan pada abad ke XVI-XIX di Eropa dan Amerika latin yang
pada dasarnya agar hukum itu sederhana, tersusun secara rapi, serasi dan logis, serta mempunyai sifat
tertentu dan pasti. Selain itu juga untuk menggantikan keadaan hukum yang berbeda-beda dari berbagai
propinsi atau wilayah, dengan membentuk satu sistem hukum yang bersifat kesatuan dan nasional seperi
politik hukum di Jerman tahun 1907. Khusus untuk politik kodifikasi hukum di Indonesia pada masa
kolonial yang bernama Hindia Belanda pada waktu itu adalah untuk dapat memberikan kepastian hukum
yang lebih besar kepada setiap kepemilikan harta dan setiap langkah usaha, dan khususnya juga kepada
setiap bentuk transaksi aktivitas ekonomi yang diharapkan dapat cepat berkembang.
• Perkembangan Kejahatan mempengaruhi KUHP dimana telah terjadi perkembangan kejahatan yang
diatur diluar KUHP atau seringkali disebut perkembangan KUHP diluar kodifikasi
• Terjadi perkembangan dalam KUHP dan terdapat penyimpangan terkait dengan norma dalam buku I KUHP
tentang asas-asas penerapan pasal-pasal tindak pidana. Dalam padanan lain, disebut menyimpangi
hukum pidana materil yang merupakan salah satu ciri dari hukum pidana khusus. Hukum pidana khusus
mempunyai ciri mengatur hukum pidana material dan formal yang berada diluar hukum kodifikasi,
dengan memuat norma, sanksi, dan asas hukum yang disusun khusus menyimpang karena kebutuhan
masyarakat terhadap hukum pidana yang mengandung, peraturan dari anasir-anasir kejahatan yang
konvensional
Lanjutan
• Pasal 103 mengatakan ketentuan umum KUHP, kecuali Bab IX (interpretasi istilah) berlaku juga terhadap perbuatan
yang menurut undang-undang dan peraturan lain diancam dengan pidana, kecuali ditentukan lain oleh undang-
undang. Maksudnya, Pasal 1-85 Buku I KUHP tentang Ketentuan Umum/Asas-asas Umum berlaku juga bagi
perbuatan yang diancam dengan pidana berdasarkan undang-undang atau peraturan di luar KUHP, kecuali undang-
undang atau peraturan itu menyimpang.
• Bertitik tolak dari hal itu, Andi Hamzah berpendapat di Indonesia dapat timbul undang-undang tersendiri di luar
KUHP karena ada dua faktor yaitu :
• Adanya ketentuan lain di luar KUHP : Pasal 103 KUHP yang memungkinkan pemberlakuan ketentuan pidana dan
sanksinya terhadap suatu perbuatan pidana yang menurut undang-undang dan peraturan-peraturan lain di luar
KUHP diancam dengan pidana kecuali ditentukan lain oleh undang-undang;
•  Adanya pasal 1-85 KUHP (Buku I) tentang Ketentuan Umum yang memungkinkan penerapan aturan-aturan pidana
umum bagi perbuatan-perbuatan pidana yang ditentukan di luar KUHP, kecuali perbuatan tersebut menyimpang.
• Hanya saja, Andi Hamzah menggarisbawahi hal terpenting untuk diperhatikan, yaitu penyimpangan-penyimpangan
dalam undang-undang atau peraturan-peraturan khusus tersebut terhadap ketentuan umum KUHP. Selebihnya,
yang tidak menyimpang dengan sendirinya tetap berlaku ketentuan umum KUHP, berdasarkan asas lex specialis
derogate legi generali (ketentuan khusus menyingkirkan ketentuan umum). Jadi selama tidak ada ketentuan
khusus berlakulah ketentuan umum itu
• DASAR HUKUM BERLAKUNYA TINDAK PIDANA DI LUAR KUHP
• Pasal 103 mengatakan ketentuan umum KUHP, kecuali Bab IX (interpretasi
istilah) berlaku juga terhadap perbuatan yang menurut undang-undang dan
peraturan lain diancam dengan pidana, kecuali ditentukan lain oleh undang-
undang.
• Maksudnya, Pasal 1-85 Buku I KUHP tentang Ketentuan Umum/Asas-asas
Umum berlaku juga bagi perbuatan yang diancam dengan pidana
berdasarkan undang-undang atau peraturan di luar KUHP, kecuali undang-
undang atau peraturan itu menyimpang.
• Pasal 284 ayat (2) menyebutkan bahwa dalam waktu dua tahun setelah
KUHAP berlaku, maka terhadap semua perkara diberlakukan ketentuan
KUHAP, dengan pengecualian untuk sementara mengenai ketentuan khusus
acara pidana dalam undang-undang tertentu.
• Batasnya hingga ada perubahan atau dinyatakan tidak berlaku lagi.
Fungsi Pasal 1 0 3 KUHP
• Sebagai dasar hukum berkembangnya UU di luar KUHP
(Dimungkinkkannya muncul ketentuan lain di luar KUHP)
• Sebagai pasal jembatan/penghubung ketentuan bab I s/d
Bab VIII Buku I KUHP dg ketentuan pidana di Luar KUHP

• Boleh disimpanginya KUHP


Pasal 63 (2) KUHP

Jika suatu perbuatan, yang masuk dalam suatu


aturan pidana yang umum, diatur pula
dalam aturan pidana yang khusus,
maka hanya yang khusus itulah yg dikenakan.

Lex Specialist deroget lex generali


TINDAK PIDANA DI LUAR KUHP
• Pengertian pertama kali dikenal istilah Hukum Pidana Khusus, sekarang diganti
dengan istilah Hukum Tindak Pidana di Luar KUHP. Timbul pertanyaan apakah ada
perbedaan dari kedua istilah ini. Secara prinsipil tidak ada perbedaan antara kedua
istilah ini. Oleh karena yang dimaksud dengan kedua istilah itu adalah UU Pidana
yang berada di luar Hukum Pidana Umum yang mempunyai penyimpangan dari
Hukum Pidana Umum baik dari segi Hukum Pidana Materil maupun dari segi
Hukum Pidana Formal.
• Kalau tidak ada penyimpangan tidaklah disebut hukum Pidana Khusus atau Hukum
Tindak Pidana Khusus. Hukum tindak pidana khusus mengatur perbuatan tertentu
atau berlaku terhadap orang tertentu yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain
selain orang tertentu. Oleh karena itu hukum tindak pidana khusus harus dilihat
dari substansi dan berlaku kepada siapa Hukum Tindak Pidana Khusus itu
Pengertian hukum pidana khusus
Menurut SOEDARTO Adalah:
• Peraturan UU pidana dalam arti sesungguhnya yaitu UU yang menurut
tujuannya bermaksud mengatur hak memberi pidana dari negara, jaminan
ketertiban hukum.
• Peraturan – peraturan hukum pidana dalam suatu UU tersendiri yaitu
peraturan- peraturan yang hanya dimaksudkan untuk memberikan sanksi pidana
terhadap aturan- aturan salah satu bidang yang terletak diluar hukum pidana.
Pompe : Menunjuk pada Pelaku Khusus dan Obyek Khusus.Maksud khusus di sini
adalah :
• Pelaku Khusus artinya tidak semua orang dapat melakukan tindak pidananya.
• Obyek yg Khusus artinya perbuatan yg diatur adalah perbuatan-perbuatan yg
tidak diatur dalam aturan pidana umum tetapi dalam peraturan pidana khusus.
Andi Hamzah : Keseluruhan ketentuan-ketentuan aturan Pidana (perundang-
undangan Pidana) di luar KUHP.
Kesimpulannya :
Hukum Tindak Pidana di Luar KUHP ialah hukum pidana yang
berlaku khusus untuk orang-orang yang tertentu. Hukum pidana
khusus sebagai perundang-undangan di bidang tertentu yang
memiliki sanksi pidana, atau tindak pidana yang diatur dalam
perundang-undangan khusus, diluar KUHP baik perUU Pidana
maupun bukan pidana tetapi memiliki sanksi pidana.
Tujuan pengaturan Hukum Tindak Pidana di Luar KUHP
• Tujuan pengaturan terhadap tindak-tindak pidana yang bersifat khusus
adalah ;
• untuk mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang tidak tercakup
pengaturannya dalam KUHP, namun dengan pengertian bahwa
pengaturan itu masih tetap dan berada dalam batas-batas yang
diperkenankan oleh hukum pidana formil dan materiil.
• Dengan kata lain penerapan ketentuan pidana khusus dimungkinkan
berdasarkan azas lex specialis derogate legi generali yang
mengisyaratkan bahwa ketentuan yang bersifat khusus akan lebih
diutamakan daripada ketentuan yang bersifat umum.
TUJUAN PENGATURAN TERHADAP TINDAK PIDANA YANG BERSIFAT
KHUSUS
• Untuk mengisi kekurangan ataupun kekosongan hukum yang tidak tercakup
pengaturannya dalam KUHP., namun dengan pengertian bahwa pengaturan itu masih
tetap dan berada dalam batas-batas yang diperkenankan oleh hukum pidana formil
dan materil.
• Kendati demikian, ada pengecualian terhadap berlakunya Pasal 103 KUHP yaitu :
• Undang-undang yang lain itu menentukan dengan tegas pengecualian berlakunya
(Pasal 103 KUHP);
• Undang-undang lain itu menentukan secara diam-diam pengecualian seluruh atau
sebagian dari Hal pasal 103 KUHP ini sesuai dengan asas………..
• Dengan kata lain, penerapan ketentuan pidana khusus dimungkinkan berdasarkan
asas lex spesialis derogate lex generalis, yang mengisyaratkan bahwa ketentuan yang
bersifat khusus akan lebih diutamakan daripada ketentuan yang lebih bersifat umum.
Ciri-ciri Pidana Khusus
1. Menyangkut dengan orang-orang khusus
2. Menyangkut dengan perbuatan-perbuatan khusus
3. Adanya penyimpangan khusus
4. Sanksi pidana dapat ditetapkan secara kumulatif, alternatif, minimum khusus
5. Perkembangan jenis sanksi baru yang tidak ada didalam pasal 10 KUHP
UU Pidana Khusus (Bijzondere Wetten):
Yaitu :
UU pidana selain KUHP yg merupakan induk peraturan
hk pidana.

3 kelompok UU yg bs dikualifikasikan sbg UU Pidana khusus :


1. UU yg tdk dikodifikasikan
Ex. UU TPK, UU Narkotika, UU TP Imigrasi,,
2. Peraturan2 hk administratif yg memuat sanksi pidana
Ex. UU PA, UU Perburuhan, UU LH
3. UU yg memuat hk pidsus, yg memuat delik2 unk kelompok
orang ttt atau berhub dg perbuatan ttt.
Ex. UU TPE, UU Perpajakan, KUHP Militer
Ruang Lingkup Hukum Tindak Pidana di
Luar KUHP
• Sebagai suatu perundang-undangan yang besifat khusus dasar hukum maupun keberlakuannya
dapat menyimpang dari ketentuan umum buku 1 KUHP bahkan terhadap ketentuan hukum acara
(hukum formal) peraturan perundang-undangan tindak pidana khusus dapat pula menyimpang dari
undang-undang hukum acara pidana (KUHAP).
• Peraturan perundang-undangan tindak pidana khusus merupakan peraturan perundang-undangan
yang mengatur tentang hal-hal yang bersifat khusus di luar KUHP.
• Jadi titik tolak keputusan adalah dapat dilihat dari perbuatan yang diatur masalah subyek tindak
pidana, pidananya dan pemidanaannya itu sendiri. Dalam tindak pidana khusus mengenai subyek
hukum dapat diperluas tidak saja meliputi orang pribadi melainkan juga badan hokum/korporasi.
• Dari aspek masalah pemidanaan dilihat dari pola perumusan atau pola ancaman sanksi yang
menyimpang dari ketentuan KUHP.
• Sedangkan substansi hukum tindak pidana khusus meliputi tiga permasalahan yakni tindak pidana,
pertanggungjawaban pidana serta pidana dan pemidanaan.
Kekhususan Hukum Tindak Pidana Khusus
dibidang Hk. Pidana Materil
• Pegawai Negeri merupakan Sub. Hukum tersendiri.(ket. khs)
• Mempunyai sifat terbuka, maksudnya adanya ketentuan untuk memasukkan
tindak pidana yang berada dalam UU lain asalkan UU lain itu menetukan
menjadi tindak pidana (ket.khus).
• Pidana denda + 1/3 terhadap korporasi. (menyimpang).
• Perampasan barang bergerak, tidak bergerak (ket. khs).
• Adanya pengaturan tindak pidana selain yang diatur dalam UU itu.(ket.khs).
• Tindak pidana bersifat transnasional. (ket.khs).
• Adanya ketentuan yurisdiksi dari negara lain terhadap tindak pidana yang
terjadi.(ket.khs).
• Tindak pidananya dapat bersifat politik ( ket.khs).
• Dapat pula berlaku asas retroactive.
Penyimpangan terhadap Hukum Pidana
Formal
• Penyidikan dapat dilakukan oleh Jaksa maupun Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
• Perkara pidana khusus harus didahulukan dari perkara pidana lain;
• Adanya gugatan perdata terhadap tersangka / terdakwa TP Korupsi.
• Penuntutan Kembali terhadap pidana bebas atas dasar kerugian negara;
• Perkara pidana Khusus di adili di Pengadilan khusus (HPE);
• Dianutnya Peradilan In absentia;
• Diakuinya terobosan terhadap rahasia bank;
• Dianutnya Pembuktian terbalik;
• Larangan menyebutkan identitas pelapor;
Urgensi dan jenis tindak pidana diluar KUHP
Setidaknya ada 3 jenis hukum pidana tertulis diluar KUHP, yakni : (1) undang-undang yang merubah/menambah KUHP, (2)
undang-undang pidana khusus; dan (3) aturan hukum pidana dalam undang-undang yang bukan mengatur hukum
pidana. Undang-undang pidana khusus yang murni mengatur tindak pidana diluar KUHP (generic crime) misalnya seperti
tindak pidana ekonomi, tindak pidana subversif, tindak pidana terorisme, tindak pidana Hak Asasi Manusia, tindak pidana
narkotika, tindak pidana korupsi, tindak pidana pencucian uang, dan lain sebagainya. Sementara, aturan hukum pidana
dalam undang-undang bukan hukum pidana sering juga disebut sebagai tindak pidana administrasi (administratif penal
law), seperti tindak pidana dibidang perbankan, tindak pidana pajak, tindak pidana dibidang konstruksi dan sebagainya.
Perkembangan hukum pidana diluar KUHP tersebut menjadi salah satu persoalan yang mengemuka dalam revisi KUHP.
Beberapa pengaturan hukum pidana diluar KUHP dianggap jauh menyimpangi KUHP dan memunculkan ‘dualisme hukum
pidana’ nasional.
Dalam naskah akademik RKUHP disebutkan beberapa masalah undang-undang pidana dilauar KUHP, yakni:
• banyak perundang-undangan khusus tidak menyebutkan/ menentukan kualifikasi tindak pidana sebagai ”kejahatan”
atau ”pelanggaran”;
• Mencantumkan ancaman pidana minimal khusus, tetapi tidak disertai dengan aturan pemidanaan/penerapannya.
• Subjek tindak pidana ada yang diperluas pada korporasi, tetapi ada yang tidak disertai dengan ketentuan
”pertanggungjawaban pidana korporasi.
• Pemufakatan jahat dipidana sama dengan tindak pidananya, namun tidak ada ketentuan yang memberikan
pengertian/batasan/syarat-syarat kapan dikatakan ada ”pemufakatan jahat” seperti halnya dalam KUHP (Pasal 88).

Anda mungkin juga menyukai