INTERNASIONAL
TEAM TEACHING
KONSEP DASAR HPI
PENGERTIAN
Salah satu pihak atau kedua belah pihak yang bersangkutan dalam
hubungan hukum itu adalah orang asing atau warga negara asing
4
Kalau sumbernya adalah hukum nasional,
kenapa dipakai istilah internasional?
Istilah inilah yang membedakan antara hukum
perdata dan HPI
Istilah internasional yang dipakai untuk
menunjukan bahwa dalam kasus-kasus HPI
selalu ada fakta-fakta atau materi-materi yang
bersifat internasional.
Hubungan-hubungan hukum internasional tetapi
kaidah-kaidah HPI semata-mata adalah hukum
nasional 5
SEJARAH PERKEMBANGAN
Masa Kekaisaran Romawi (abad ke 2 s/d abad ke 6 SM)
6
Ius Civile adalah Hukum yang di buat untuk mengatur
hubungan pergaulan antar bangsa
Ius Gentium adalah perkembangan dari ius Civile
Ius Privatum adalah hukum yang mengatur persoalan-
persoalan hukum orang-perorangan)
Ius Publicum adalah hukum yang mengatur persoalan-
persoalan kewenangan negara sebagai kekuasaan
publik.
7
Masa Pertumbuhan Asas
Personal Abad ke 6 s/d 10
Akhir Abad ke 6 Romawi di taklukan oleh banga Bar-
Bar dari wilayah-wilayah bekas provinsi jajahan
Romawi. Wilayah bekas jajahan romawi itu kemudian
diduduki oleh berbagai suku bangsa yang satu sama
lainnya hanya dapat di bedakan secara geneologis.
Suku bangsa yang dikenal zaman itu misalnya
Visigoth, Lombard, Burgundy, Franka, Ghalia
Persoalan muncul ketiga timbul perkara-perkara yang
menyangkut dua atau lebih suku bangsa.
8
Tumbuh beberapa prinsip HPI yang dibuat atas dasar
asas geneologis yakni:
1. Asas umum yang menetapkan bahwa dalam setiap
proses penyelesaian sengketa hukum yang
diberlakukan adalah hukum dari pihak tergugat.
2. Penetapan kemampuan untk membuat perjanjian bagi
seseorang harus dilakukan berdasarkan hukum
personal dari masing-masing pihak.
3. Proses Pewarisan harus dilangsungkan berdasarkan
hukum personal dari pihak pewaris
4. Pengesahan perkawinan haruslah dilakukan
berdasarkan hukum dari pihak suami.
5. Penyelesaian perkara terkait perbuatan melawan
hukum diselesaikan berdasarkan hukum personal dari
pihak pelaku
9
Pertumbuhan azas Teritorial
Abad ke 11 s/d 12 di Italia
10
PERKEMBANGAN TEORI STATUTA
ABAD KE 13 s/d 15
Dengan semakin meningkatnya intensitas perdagangan antar
kota di italia, ternyata asas teritorial perlu di tinjau kembali.
Misalnya: seorang warga kota Bologna berada di florence dan
mengadakan perjanjian jual-beli di florence, maka
berdasarkan asas teritorial ia harus tunduk pada hukum
Florence, disini timbul permasalahan misalnya
sejauhmanakah perjanjian jual-beli itu dapat dilaksanakan
dalam wilayah hukum bologna.
Tumbuhnya teori statuta di Italia dipicu oleh gagasan yang
dikemukakan oleh seorang tokoh Post Glossators (ahli hukum
italia) Accursius yang mengajukan pemikiran bahwa: “Bila
seorang yang berasal sari suatu kota tertentu di Italia di gugat
disebuah kota lain, maka ia tidak dapat dituntut berdasarkan
hukum dari kota lain itu karena ia bukan subjek hukum dari
kota lain itu” 11
SUMBER-SUMBER HPI
Hukum Nasional dari setiap negara
12
Yurisprudensi dari badan-badan pengadilan nasional tentang
perkara-perkara perdata Internasional dan Yurisprudensi dari
Internastional Court of justice;
14
TITIK-TITIK PERTALIAN (TITIK TAUT)
Menurut Sudargo Gautama adalah hal-hal atau keadaan yang
menyebabkan berlakunya suatu stelsel hukum (feiten en
omstandigheden die voor toepassing in aanmerking doen
komen het een of andere rechtstelsel)
Terbagi atas:
1. Titik Pertalian Primer (titik taut pembeda)
2. Titik Pertalian Sekunder (titik taut penentu)
3. Titik Pertalian Kumulatif
4. Titik Pertalian Alternatif
5. Titik Pertalian Pengganti (Subsidair)
6. Titik Pertalian Tambahan
7. Titik Pertalian Accesoir
Titik Pertalian Primer
adalah faktor-faktor atau keadaan-keadaan atau
sekumpulan fakta yang melahirkan atau menciptakan
hubungan HPI
Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Kewarganegaraan
2. Bendera Kapal
3. Domisili (domicile)
2. Aliran Teritorialitas atau Domisili (lex Domicilii) yang memakai hukum domisili
sebagai titik tautnya. status personal suatu pribadi tunduk pada hukum
dimana ia berdomisili
Akibat
bipatride/multypatride
apatride
Domisili
Adalah negara atau tempat menetap yang menurut hukum dianggap
sebagai pusat kehidupan seseorang (centre of his life)
a. domicile of origin
b. domicile of choice
1. Qualification – Perancis;
2. Qualifikation/Characterisierung-Jerman;
3. Classification/Characterization - Inggris;
4. Qualificatie-Belanda
27
MACAM-MACAM KUALIFIKASI DALAM HPI
28
TEORI KUALIFIKASI
Kualifikasi:
29
TEORI KUALIFIKASI MENURUT LEX FORI
Menurut teori ini bahwa kualifikasi harus
dilakukan menurut hukum materiil pihak hakim
yang mengadili perkara yg bersangkutan (Lex
Fori);
Dianut oleh Fransz Kahn (Jerman) & Bartin
(Perancis)
Sisi positif lex fori: perkara yg ada relatif lebih
mudah diselesaikan; sedangkan
Sisi negatifnya adalah sering kali adanya
ketidak-adilan yang dirasakan oleh para pihak
yang bersengketa. 30
TEORI KUALIFIKASI MENURUT LEX CAUSAE
31
TEORI KUALIFIKASI SECARA OTONOM
32
Teori ini memang ideal, tetapi dalam
prakteknya sukar untuk dilaksanakan, karena:
1. Menemukan & menetapkan pengertian-
pengertian hukum yang dapat dianggap
sebagai pengertian yang berlaku umum,
adalah pekerjaan yang sulit dilaksanakan; dan
2. Hakim yang akan menggunakan kualifikasi
haruslah mengenal semua sistem hukum di
dunia ini, agar ia dapat menemukan konsep-
konsep yang memang diakui di seluruh dunia.
33
Sebagai variasi dari teori kualifikasi Lex Fori, disebutkan
juga teori kualifikasi lain yaitu teori Kualifikasi Bertahap
(teori Kualifikasi Primer dan Sekunder);
1. Teori Kualifikasi Primer: digunakan untuk
mencari/menemukan hukum yang harus digunakan (lex
causae). Untuk dapat menemukan hukum seharusnya
dilakukan kualifikasi berdasarkan lex fori. Pada tahap ini
dicari kepastian mengenai pengertian-pengertian hukum,
seperti domisili, pewarisan, tempat pelaksanaan kontrak;
2. Teori Kualifikasi Sekunder: semua fakta dalam
perkara harus dikualifikasikan kembali berdasarkan
sistem kualifikasi yang ada pada Lex Causa.
34
Contoh Kasus:
seorang meninggal dunia dengan meninggalkan
sejumlah harta peninggalan, baik berupa benda
tetap maupun benda bergerak di berbagai negara.
Dalam hal ini, pewaris adalah WN Swiss, tetapi
domisili terakhir di Inggris. Perkara pembagian
warisan diajukan di Pengadilan Swiss.
Yang menjadi persoalan, adalah: berdasarkan
hukum mana proses pewarisan itu harus diatur?
Apabila proses tersebut dilakukan menggunakan
teori kualifikasi bertahap, sbb:
35
Tahap Pertama:
1. Dengan mendasarkan diri pada hukum intern Swiss,
maka hakim terlebih dahulu menentukan kategori hukum
dari sekumpulan fakta yg dihadapinya. Disini kualifikasi
dilakukan berdasarkan lex fori;
2. Seandainya hukum swiss menganggap bahwa peristiwa
hukum yang bersangkutan dikualifikasikan sebagai
masalah pewarisan, maka langkah berikutnya adalah
menetapkan kaedah HPI apa dari lex fori yg harus
digunakan untuk menetapkan lex cause dalam proses
pewarisan tersebut;
3. Kaedah HPI Swiss menetapkan bahwa pewarisan harus
diatur oleh hukum dari tempat tinggal terakhir pewaris,
tanpa membedakan status bendanya (bergerak / tidak
bergerak). Hal ini berarti bahwa kaedah HPI Swiss
menunjuk kearah hukum Inggris sebagai lex cause.
36
Tahap Kedua:
37
Pada tahap ini hakim dapat menjumpai:
a. Untuk benda-benda bergerak. Pewarisan dilakukan
berdasarkan hukum dari tempat pewaris bertempat
tinggal (berdomisili) pada saat meninggalnya. Jadi,
hakim harus menggunakan hukum Intern Inggris;
b. Untuk benda-benda tetap. Kaidah-kaidah HPI
Inggris menetapkan bahwa hukum yang berlaku
adalah hukum dari tempat dimana benda itu berada
(lex rei sitae). Jadi seandainya pewaris
meninggalkan sebidang tanah di Perancis, maka
tidak mustahil, hukum perancislah yang harus
dipergunakan untuk mengatur pewarisan tersebut.
38
KUALIFIKASI MASALAH SUBSTANSIAL
2 hal yang harus disadari dalam perkara-perkara HPI
adalah Pembedaan masalah dalam masalah substansial
(substance) dan masalah prosedural
Masalah Substansial berkenan dgn hak-hak subyek
hukum yg dijamin oleh kaidah hukum obyektif,
sedangkan prosedural berkenan dengan upaya-upaya
hukum yang dapat dilakukan oleh subyek hukum
untuk mengadakan hak-haknya yang dijamin oleh
kaidah-kaidah hukum obyektif dengan bantuan
pengadilan.
39
PENYELUDUPAN HUKUM
a. Westonduiking (Belanda);
Bila salah seorg dr ke-2 ortu anak itu telah pernah kawin sebelumnya,
mk perlu jg ditentukan : apakah perceraian dr perkawinan terdahulu itu
adalah sah adanya? (persoalan pendahuluan tahap III);
Demikian proses ini dapat berlangsung, hingga dianggap sdh tidak lagi
persoalan pendahuluan yg harus ditentukan sebelumnya.
Persyaratan Persoalan Pendahuluan
Untuk menetapkan adanya suatu persoalan
pendahuluan dlm suatu perkara harus memenuhi 3
syarat:
1. Masalah utama (main issue), berdasarkan kaidah HPI
lex fori seharusnya diatur berdasarkan hukum asing;
2. Dlm perkara harus ada masalah pendahuluan atau
masalah subsider yg menyangkut suatu unsur asing,
yg sebenarnya dpt timbul secara terpisah & dpt diatur
oleh kaidah HPI lain secara bebas (independen);
3. Kaidah HPI yg diperuntukan bg masalah
pendahuluan akan menghasilkan kesimpulan yg
berbeda dr kesimpulan yg akan dicapai, seandainya
hukum yg mengatur masalah utama yg digunakan.
Cara2 Penyelesaian Persoalan
Permasalahan utama HPI: Apakah persoalan pendahuluan akan diatur
oleh suatu sistim hukum yg ditetapkan berdasarkan kaidah HPI yg
khusus & harus ditentukan secara tersendiri (repartition) atau
berdasarkan sistim hukum yg juga mengatur masalah utama
(absorption)?
Dalam hal ini, para pihak memang bebas melakukan pilihan hukum yg
mereka kehendaki, tetapi kebebasan ini bukan berarti boleh sewenang-
wenang;
Dgn kata lain, lembaga ketertiban umum akan diterapkan jika memang
benar2 diperlukan sbg alat preventif yakni sbg “Rem-Darurat”;
Macam2 Pilihan Hukum
Pilihan hukum dibagi atas 4 macam:
1. Pilihan Hukum secara Tegas,
2. Pilihan Hukum secara Diam2.;
3. Pilihan Hukum secara Dianggap,
4. Pilihan Hukum secara Hipotesis.
Pilihan Hukum secara Tegas
para pihak yg melangsungkan suatu kontrak tertentu
secara jelas dan tegas ditentukan/ dicantumkan bhw
utk kontrak yg bersangkutan para pihak memilih hk
negara tertentu. Contoh:
2. Wederkerigheid en Vergelding
(Belanda);
3. Reciprocity (Inggris);
4. Reciprocita (Italia).
Penggunaan
Sebelumnya telah dijelaskan bhw bilamana hakim
dlm suatu perkara HPI telah menemukan hukum
yg berlaku (lex causae) adalah hukum asing, mk
hakim tdk serta merta menerapkan hukum asing
itu dlm perkara yg bersangkutan;
Ada beberapa pengecualian berlakunya hukum
asing yaitu: karena bertentangan dgn ketertiban
umum / penyesuaian (anpassung);
Berlainan dgn hukum Internasional (publik), dimana persoalan
resiprositas dlm HPI tdk merupakan syarat mutlak atau tdk
merupakan tdk merupakan keharusan, krn bagaimanapun
penggunaan hukum asing dlm suatu hubungan hukum HPI justru
sesuai dgn rasa keadilan & kebutuhan hukum dlm lalu lintas
Internasional;
Dhi, persoalan timbal balik dan pembalasan justru terlalu banyak
dipengaruhi oleh pertimbangan politis;
Oleh karena itu, penggunaan lembaga resiprositas diupayakan
seminimal mungkin;
Dgn dmk timbal balik dimaksudkan merupakan suatu keadaan yg
kehendaki, sdgkan pembalasan merupakan cara untuk mencapai
keadaan tersebut;
Dgn perkataan lain, timbal balik mempunyai lingkungan yg
berlaku umum, yaitu terhadap semua negara asing, sdgkan
pembalasan dibatasi terhdp negara tertentu yg melawan hukum
telah melakukan perbuatan hukum yg harus dibalas;
Adanya perbedaan antara timbal balik dan pembalasan, yaitu:
timbal balik terjadi terlebih dahulu pembuktian adanya
“persamaan” oleh negara asing, setelah itu diberikan persamaa;
Sedangkan pada pembalasan lebih dulu terjadi persamaan, yg
dihentikan apabila dibuktikan kelak adanya perlakuan yg tdk
sama oleh negara asing yg bersangkutan;
Ke-2 hal di atas terdpt suatu pembeda waktu timbulnya;
Pd umumnya, timbal bali dan pembalasan ini sejalan, misalnya
dlm hukum acara perdata Jerman, dimana org asing tdk diberikan
hak utk berperkara “bebas biaya”, apabila kpd org Jerman di
negara asing yg bersangkutan tdk diberikan hak yg serupa;
Tetapi kadang kal ke-2nya tdk sejalan, seolah-olah terdapat
pertentangan, misalnya: syarat pemberian jaminan uang utk
ongkos2 perkara perdata (causatio) tdk perlu apabila menurut
negara penggugat, maka org jerman tdk memberikannya;
dhi, ada syarat timbal belik, tetapi tdk ada pembalasan, artinya:
utk membebaskan org asing dr suatu kewajiban yg sesungguhnya
tdk ada utk warga negara sendiri.
SEKIAN