Anda di halaman 1dari 48

IRA ALIA MAERANI,

S.H., M.H. Hukum


Tindak
Pidana
FAKULTAS HUKUM
Khusus
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN
AGUNG (UNISSULA)
SEMARANG
PENGERTIAN
• Dulu: Hukum Pidana Khusus (Pidsus)
• Sekarang: Hukum Tindak Pidana Khusus
• Adalah UU Pidana yang berada di luar
Hukum Pidana Umum yang mempunyai
penyimpangan dari Hukum Pidana
Umum baik dari segi Hukum Pidana
Materil maupun dari segi Hukum Pidana
Formal.
• Hukum tindak pidana khusus mengatur
perbuatan tertentu atau berlaku
terhadap orang tertentu yang tidak dapat
dilakukan oleh orang lain selain orang
tertentu. Oleh karena itu hukum tindak
pidana khusus harus dilihat dari
substansi dan berlaku kepada siapa
Hukum Tindak Pidana Khusus itu
• Hukum Tindak pidana khusus diatur
dalam UU di luar Hukum Pidana
Umum (diatur dalam UU pidana
tersendiri).
• Pompe yang mengatakan : “Hukum
Pidana Khusus mempunyai tujuan
dan fungsi tersendiri”
Perbedaan HTPU dan HTPK
No Uraian Hukum Tindak Pidana Umum Hukum Tindak Pidana Khusus

1. Definisi Per-UU-an Pidana dan berlaku Per-UU-an di bidang ttt dan bersanksi
umum pidana, atau TP yang diatur dalam UU
Khusus.

2. Dasar KUHP dan semua per-UU-an Per-UU-an di luar KUHP, baik per-UU-an
yang mengubah dan pidana maupun bukan pidana, tetapi
menambah KUHP bersanksi pidana (ketentuan yang
menyimpang dari KUHP)

3. Kewenangan Polisi, Jaksa Polisi, Jaksa, PPNS, KPK, Perwira TNI AL


Penyelidikan dalam penyidikan di wilayah perairan
& Penyidikan Indonesia (ZEE).

4. Pengadilan Pengadilan Umum Pengadilan TIPIKOR/Pengadilan Pajak/


Pengadilan Hubungan
Industrial/Pengadilan Anak/Pengadilan
HAM/ Pengadilan Niaga/Pengadilan
Perikanan
Kualifikasi TP Khusus
• UU Pidana yang masih
dikualifikasikan sebagai Hukum
Tindak Pidana Khusus adalah UU No
7 Drt 1955 (Hukum Pidana Ekonomi),
UU No 31 tahun 1999 jo UU No 20
tahun 2002 dan UU No
1/Perpu/2002 dan UU No
2/Perpu/2002.
Dasar Hukum
Pasal 103 KUHP mengandung pengertian:
1. Semua ketentuan yang ada dalam Buku I
KUHP berlaku terhadap UU di luar KUHP
sepanjang UU itu tidak menentukan lain.
2. Adanya kemungkinan UU termasuk UU
Pidana di luar KUHP, karena KUHP tidak
mengatur seluruh tindak pidana di dalamnya
Dasar Hukum
• Sesuai dengan adagium “lex specialis derogat
legi generali”, artinya peraturan khusus
menyingkirkan peraturan umum.
• Hal ini berlaku juga untuk sistem pemidanaan.
Artinya, pidana pokok dan pidana tambahan
dalam Pasal 10 KUHP berlaku juga bagi delik-
delik dlm per-UU-an khusus di luar KUHP,
kecuali ditentukan lain dalam per-UU-an tsb.
• Jadi, selama tidak ada ketentuan khusus,
berlakulah ketentuan umum itu (Andi
Hamzah).
Kekhususan Hukum Tindak Pidana Khusus di
bidang Hk. Pidana Materil
• Menentukan sendiri yang sebelumnya tidak ada
dalam HPU disebut dengan ketentuan khusus.
• Hukum Pidana bersifat elastis (ketentuan
khusus).
• Percobaan dan membantu melakukan tindak
pidana diancam dengan hukuman.
(menyimpang).
• Pengaturan tersendiri tindak pidana kejahatan
dan pelanggaran (ket. Khs)
• Perluasan berlakunya asas teritorial (ekstra
teritorial). (menyimpang/ket.khs)
• Sub. Hukum berhubungan / ditentukan
berdasarkan kerugian keuangan dan
perekonomian negara (ket. Khs)
- Pegawai Negeri merupakan Sub. Hukum tersendiri.(ket. khs).
- Mempunyai sifat terbuka, maksudnya adanya ketentuan
untuk memasukkan tindak pidana yang berada dalam UU
lain asalkan UU lain itu menetukan menjadi tindak
pidana (ket.khus).
- Pidana denda + 1/3 terhadap korporasi. (menyimpang).
- Perampasan barang bergerak, tidak bergerak (ket. khs).
- Adanya pengaturan tindak pidana selain yang diatur dalam
UU itu.(ket.khs).
- Tindak pidana bersifat transnasional. (ket.khs).
- Adanya ketentuan yurisdiksi dari negara lain
terhadap tindak pidana yang terjadi.
(ket.khs).
- Tindak pidananya dapat bersifat politik
( ket.khs).
- Dapat pula berlaku asas retro active.
Penyimpangan terhadap Hukum Pidana Formal,
dapat berupa:
- Penyidikan dapat dilakukan oleh Jaksa maupun Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
- Perkara pidana khusus harus didahulukan dari perkara
pidana lain;
- Adanya gugatan perdata terhadap tersangka / terdakwa TP
Korupsi.
- Penuntutan Kembali terhadap pidana bebas atas dasar
kerugian negara;
- Perkara pidana Khusus diadili di Pengadilan khusus (HPE);
- Dianutnya Peradilan In absentia;
- Diakuinya terobosan terhadap rahasia bank;
- Dianutnya Pembuktian terbalik;
- Larangan menyebutkan identitas pelapor;
- Perlunya pegawai penghubung;
Bentuk-Bentuk Tindak Pidana Khusus
- Tindak Pidana Korupsi
- Tindak Pidana Pencucian Uang
- Tindak Pidana HAM
- Tindak Pidana Terorisme
- Tindak Pidana Narkotika
- Tindak Pidana Psikotropika
- Tindak Pidana Lingkungan Hidup
- Tindak Pidana Perdagangan Orang
- Tindak Pidana Anak
- Tindak Pidana Kehutanan
Bentuk-Bentuk Tindak Pidana Khusus

• Tindak Pidana Kepabeanan


• Tindak Pidana Penyelundupan
• Tindak Pidana Pembalakan Hutan secara Liar
(Ilegal Logging)
• Tindak Pidana Perpajakan
• Tindak Pidana di bidang Perikanan
• Tindak Pidana di bidang Perbankan
• Tindak Pidana Ekonomi
Bentuk-Bentuk Tindak Pidana Khusus

• Tindak Pidana di bidang Pasar Modal


• Tindak Pidana di bidang Pelayaran
• Tindak Pidana di bidang HaKI
• Tindak Pidana di bidang Ketenagakerjaan
• Tindak Pidana di bidang Informasi dan
Transaksi Elektronik
HUKUM TINDAK PIDANA EKONOMI
(HTPE)
Definisi TPE secara sempit:

Tindak pidana yang secara yuridis


diatur dalam UU Darurat nomor 7
tahun 1955 tentang Pengusutan,
Penuntutan dan Peradilan tindak
pidana ekonomi.
TPE dalam arti luas:
Semua tindak pidana di luar UU Darurat no 7
tahun 1955 yang bercorak atau bermotif ekonomi
atau yang dapat berpengaruh negatif terhadap
kegiatan perekonomian dan keuangan negara yang
sehat.
Dalam istilah asing sering disebut : economic
crimes, crime as bussiness, bussines crimes, abuse
of economic power.
Kekhususan HTPE:
(Prof. Andi Hamzah)
1. Peratuan HTPE elastis dan mudah berubah.
2. Perluasan subyek hukum pidana
(pemidanaan badan hukum)
3. Peradilan in absentia. Peradilan in absentia
berlaku terhadap orang yang sudah
meninggal dan tidak dikenal (Lihat: UU Drt
No. 7 Tahun 1955 dan UU No. 15 Prp Tahun
1962)
Kekhususan HTPE:
(Prof. Andi Hamzah)
4. Percobaan dan membantu melakukan pada delik
ekonomi.
5. Pembedaan delik ekonomi berupa kejahatan dan
pelanggaran.
6. Perluasan berlakunya hukum pidana.
7. Penyelesaian di luar acara (schikking).
8. Hakim, jaksa, panitera pada Pengadilan TPE
ditempatkan di setiap PN yg semata-mata diberi
tugas khusus memeriksa dan mengadili perkara
TPE (Ps 35 (1) UU Drt No. 7 Tahun 1955)
Kekhususan HTPE:
(Prof. Andi Hamzah)
9. Perkara TPE diperiksa dan diadili khusus di
Pengadilan Ekonomi, bukan Pengadilan Umum
(Ps. 35 (2) UU Drt N0. 7 Tahun 1955)
10. Hakim dan Jaksa pada Pengadilan TPE dapat
diperkerjakan pada lebih dari satu Pengadilan
TPE (Ps 36)
11. Pengadilan TPE dapat bersidang di luar
tempat kedudukan Pengadilan Ekonomi (Ps 37)
Pengadilan Ekonomi?
• Yakni pengadilan yang memeriksa dan
mengadili perkara TPE, bukan Pengadilan
Negeri (PN). Hanya lokasinya saja di PN.
• Sampai kini, memang belum ada Pengadilan
TPE secara fisik, tetapi fungsinya ada sesuai Ps
35 (1), (2) UU Drt No. 7 Tahun 1955.
• Pengadilan Ekonomi eksis ketika ada perkara
TPE.
Banding? (Ps 41 (1))
• Tiap-tiap PT untuk diadakan TPE yang diberi
tugas memeriksa wilayah hukumnya masing-
masing dan mengadili perkara TPE pada tingkat
banding.
• Ketentuan ini memiliki jiwa yang sama dg Ps 35
(1)
• Di PT, tidak ada hakim atau jaksa khusus yg
diberi tugas memeriksa dan mengadili perkara
TPE.
Ada 3 tipe TPE:
a. Property crimes : Perbuatan yang mengancam harta
benda / kekayaan seseorang atau Negara (act that
threathen property held by private persons or by the state)
b. Regulatory crimes : Perbuatan yang melanggar aturan-
aturan pemerintah (action that violate government
regulations)
c. Tax Crime : pelanggaran mengenai pertanggungjawaban
atau pelanggaran syarat-syarat yang berhubungan dengan
pembuatan laporan menurut undang-undang pajak
(violations of the liability or reporting requirements of the
tax laws)
TPE meliputi juga:
• Penyelundupan (smuggling)
• Tindak pidana di bidang perbankan (banking crimes)
• Tindak pidana di bidang perniagaan (commercial crimes)
• Kejahatan computer (computer crime)
• Tindak pidana lingkungan hidup (environmental crime)
• Tindak pidana di bidang kekayaan intelektual
• Tindak pidana korupsi
• Tindak pidana di bidang perpajakan
• Tindak pidana di bidang ketenagakerjaan.
• Kebijakan kriminalisasi thd suatu
perbuatan dalam TPE berbeda dg
TPU.
• Sistem peradilan pada TPE juga
mengenal Penyelesaian di Luar
Acara (Schiking), yakni khusus untuk
kasus tindak pidana penyelundupan.
Property Crime
• salah satu tipe tindak pidana di bidang
ekonomi memiliki pengertian lebih luas
dan tidak sekedar tindak pidana
pencurian vide pasal 362 KUHP. Property
crimes ini meliputi objek yang dikuasai
individu (perorangan) dan juga yang
dikuasai oleh negara.
Property Crime meliputi:
1.  Tindakan pemalsuan (untuk segala objek) [forgery];
2. Tindakan penipuan yang merusak (the fraudulent
destruction);
3. Tindakan memindahkan atau menyembunyikan
instrument yang tercatat atau dokumentasi (removal or
concealment of recordable instwment)
4. Tindakan mengeluarkan cek kosong (passing bad checks);
5. Menggunakan kartu kredit (credit card) yang diperoleh
dari pencurian dan kartu kredit yang ditangguhkan;
6. Praktik usaha curang (deceptive business practices);
7. Tindakan penyuapan dalam kegiatan usaha (comensial bribery);
8. Tindakan perolehan atau pemilikan sesuatu dengan cara tidak
jujur atau curang (the rigging of contest);
9. Tindakan penipuan terhadap kreditur beritikad baik;
10. Pernyataan bangkrut dengan tujuan penipuan;
11. Perolehan deposito dari lembaga keuangan yang sedang
pailit; (12)
12. Penyalahgunaan dari asset yang dikuasakan;
13. Melindungi dokumen dengan cara curang dan tindakan
penyitaan.
Regulatory Crimes
• Regulatory crimes adalah setiap
tindakan yang merupakan
pelanggaran terhadap peraturan
pemerintah yang berkaitan dengan
usaha di bidang perdagangan atau
pelanggaran atas ketentuan-
ketentuan mengenai standarisasi
dalam dunia usaha.
• iraaliamaerani@yahoo.co.id
• Ira.alia@unissula.ac.id
Regulatory Crimes meliputi:
• pelanggaran atas larangan perdagangan mariyuana
ilegal
• penyelenggaraan pelacuran atau peraturan
tentang lisensi
• pemalsuan kewajiban pembuatan laporan dan
aktivitas usaha di bidang perdagangan
• melanggar ketentuan upah buruh
• larangan monopoli di dalam dunia usaha
• kegiatan usaha berlatar belakang politik.
Tax Crimes
• Tax crimes adalah tindakan yang
melanggar ketentuan mengenai
pertanggungjawaban di bidang
pajak dan persyaratan yang telah
di atur di dalam undang-undang
pajak.
Hal-2 yang menyimpang dari ketentuan umum
KUHP yg terdapat dalam UU Drt No. 7/1955

1. Pidana penjara dan denda dijatuhkan


bersama-sama. Bersifat imperatif
(mengharuskan), menurut UU No 21 (Prp)
Tahun 1959. Kondisi ini tidak dimungkinkan
oleh KUHP.
2. Badan hukum dapat dijatuhi pidana. Kondisi
ini tidak dimungkinkan oleh KUHP (Ps. 59
KUHP)
Hal-2 yang menyimpang dari ketentuan
umum KUHP yg terdapat dalam UU Drt No.
7/1955
3. Percobaan dan membantu dalam melakukan
delik ekonomi dapat dijatuhi pidana
sedangkan KUHP tidak memungkinkan (Ps. 54
dan 60)
4. Pidana tambahan pada delik ekonomi lebih
banyak dari KUHP seperti dalam Pasal 7 UU
Drt. No. 7 Tahun 1955.
Tindakan Tata Tertib?
(Ps 8 UU Drt. No. 7/1955)
• Bukan berarti pidana yang telah diputuskan
hakim. Hanya merupakan tindakan sementara
dalam rangka pengusutan delik ekonomi oleh
jaksa.
• Karena secara materiil merupakan sanksi,
jaksa berhak untuk memerintahkan
kepada tersangka sebagai tindakan
sementara untuk:
1. Penutupan sebagian atau seluruh perusahaan si
tersangka, di mana delik ekonomi itu disangka telah
dilakukan.
2. Penempatan perusahaan si tersangka, di mana delik
ekonomi itu disangka telah dilakukan di bawah
pengampunan.
3. Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu
atau pencabutan seluruh atau sebagian keuntungan,
yang telah atau dapat diberikan oleh pemerintah
kepada si tersangka berhubung dengan perusahaan itu
4. Memerintahkan supaya barang-barang si
tersangka disita dan dikumpulkan serta
disimpan di tempat yang ditunjuk oleh Jaksa.
Tujuannya agar si tersangka tidak melakukan
perbutan-perbutan tertentu.
Syarat-syarat memutuskan Tindakan Tata
Tertib Sementara:
a. Ada hal-hal yang dirasa sangat memberatkan
tersangka dan adanya kepentingan-
kepentingan yang dilindungi oleh ketentuan-
ketentuan yang disangka telah dilanggar.
b. Pemeriksaan di muka pengadilan belum
dimulai.
Tujuan Pemidanaan pada HTPE:
• Untuk mencapai pulihnya
keseimbangan sosial ekonomi
dan dengan demikian dapat pula
mengamankan proses
pembangunan untuk
kesejahteraan rakyat banyak.
Karakteristik TPE:
(Edmund W. Kitch)
1. Pelaku menggunakan modus operandi yang
sulit dibedakan dengan modus operandi
kegiatan ekonomi pada umumnya;
2. Tindak pidana ini biasanya melibatkan
pengusaha-pengusaha yang sukses dalam
bidangnya
3. Tindak pidana ini memerlukan penanganan
atau pengendalian secara khusus dan aparatur
penegak hukum pada umumnya.
PROF. MULADI
• mengatakan tipologi tindak
pidana bisa dibedakan atas dasar
tujuan pengaturannya dan
motivasi dilakukannya.

• tipologi= golongan, watak, corak


Tujuan Pengaturannya:
• Peraturan yang berusaha menjaga agar kompetisi
bisnis dilakukan dengan jujur dan efektif
• Peraturan yang berusaha mencampuri ekonomi
pasar, seperti pengendalian harga, peraturan
export/impor, devisa.
• Pengaturan fiscal, seperti: manipulasi pajak dan
bea cukai
• Peraturan korupsi, misal menyuap
Motivasi dilakukannya kejahatan:
• Kejahatan yang bersifat individual, seperti pemalsuan
kartu kredit dan pajak pribadi
• Kejahatan di lingkungan okupasi (jabatan) yang
melanggar kewajiban dan kepercayaan baik di lingkungan
bisnis, pemerintahan maupun lembaga lain, seperti
kejahatan perbankan, manipulasi biaya perjalanan.
• Kejahatan yang dilakukan sebagai bagian dari kegiatan
bisnis, sekalipun tidak bersifat sentral, seperti manipulasi
pajak, kejahatan obat dan makanan, korupsi dan kolusi.
• Kejahatan di lingkungan bisnis yang bersifat sentral,
seperti penipuan asuransi dan adpertensi (iklan) palsu.
Proses penegakan hukum pidana berpegang kepada Three basic
Problems In Criminal Law

1. Perbuatan yang dilarang (strafbarfeit)


2. Pertanggungjawaban pidana atau kesalahan
(schuld)
3. Sanksi pidana (straaf)

Anda mungkin juga menyukai