Anda di halaman 1dari 34

HUKUM

PIDANA
ABDUL AZIZ MUSLIM, S.H., M.H
PENGERTIAN HUKUM
• Hukum adalah keseluruhan kaidah serta semua asas yang mengatur
pergaulan hidup dalam masyarakat dan bertujuan untuk memelihara
ketertiban serta meliputi berbagai lembaga dan proses guna
mewujudkan berlakunya kaidah sebagai suatu kenyataan dalam
masyarakat
PENGERTIAN HUKUM PIDANA
• Hukum pidana adalah peraturan yang mengenai pidana. Kata “pidana”
sama dengan derita atau siksaan, yang berarti hal yang “dipidanakan”,
yaitu instansi yang berkuasa dilimpahkan kepada seseorang oknum
sebagai hal yang tidak enak dirasakannya dan sebagai suatu
penderitaan, tetapi harus dengan alasan tertetu untuk melimpahkan
pidana ini.
• Ada 2 (dua) unsur pokok dari hukum pidana, yaitu :
• 1.Adanya suatu “norma”, yaitu suatu larangan atau suruhan
• 2.Adanya “sanksi” atas pelanggaran norma itu berupa ancaman
dengan hukum pidana.
PENGERTIAN H.P. MENURUT PARA AHLI
• Terkait pengertian hukum pidana para ahli memiliki pandangan yang
berbeda-beda. Definisi hukum pidana menurut para ahli dapat
diuraikan sebagai berikut:
• Menurut Simons: Hukum Pidana adalah kesemuanya perintah-
perintah dan larangan-larangan yang diadakan oleh Negara dan yang
diancam dengan suatu nestapa (pidana) bagi barang siapa yang tidak
menaatinya, kesemua aturan-aturan yang menentukan syarat-syarat
bagi akibat hukum itu dan kesemuanya aturan-aturan untuk
mengadakan (menjatuhi) dan menjalankan pidana tersebut
• Menurut Van Hamel: Hukum Pidana adalah semua dasar-dasar dan
aturan-aturan yang dianut oleh suatu Negara dalam menyelenggarakan
ketertiban hukum (rechtsorde) yaitu dengan melarang apa yang
bertentangan dengan hukum dan mengenakan suatu nestapa kepada
yang melanggar larangan-larangan tersebut.
• Menurut Pompe: Hukum pidana adalah semua aturan-aturan hukum
yang menentukan terhadap perbuatan-perbuatan apa seharusnya
dijatuhi pidana, dan apakah macamnya pidana itu.
• Menurut Mezger: Hukum Pidana adalah semua aturan-aturan hukum
(die jenige rechtsnormen) yang menentukan (menghubungkan) suatu
pidana sebagai akibat hukum (rechtfolge) kepada suatu perbuatan
yang telah dilakukan
• Moeljatno: Hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum
yang berlaku di suatu Negara, yang mengadakan dasar-dasar dan
aturan-aturan untuk:
• A) Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh
dilakukan, yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi yang
berupa pidana tertentu bagi barangsiapa melanggar larangan tersebut.
• B) Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang
telah melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi
pidana sebagaimana yang telah diancamkan.
• C) Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat
dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar
larangan tersebut.
MACAM-MACAM SIFAT HUKUM
• Terdapat 2 macam sifat hukum yaitu :
- Hukum Privat
- Hukum Public
HUKUM PRIVAT
• Hukum Privat adalah Hukum yang mengatur hubungan
antarmanusia terkait kepentingan perorangan.
• Hukum ini mengatur hubungan antar sesama manusia antara satu
orang dengan orang lainnya dan menyangkut kepentingan perorangan.
• Hukum Privat meliputi Hukum Perdata dan Hukum Dagang
HUKUM PUBLIC
• Hukum Publik adalah Hukum yang mengatur hubungan antar setiap
warganya dengan negara. Hukum ini bersifat menyeluruh dan berlaku
pada setiap warga negara.
• Hukum Public meliputi :
- Hukum tata Negara
- Hukum Adm Negara
- Hukum Pidana
SIFAT HUKUM PIDANA
• Kaidah hukum pidana dapat dinyatakan merupakan hukum yang
bersifat public, yaitu hubungan hukum yang teratur dan titik beratnya
tidak berada pada kepentingan seseorang individu yang secara
langsung dirugikan, melainkan terserah kepada pemerintah (aparatur
penegak hukum) sebagai wakil dari “kepentingan umum”. Seperti
dikemukakan oleh beberapa ahli, antara lain:
• a. Prof. van Hamel : memandang hukum pidana sebagai hukum public,
karena yang menjalankan hukum pidana itu sepenuhnya terletak
ditangan pemerintah
• b. Prof. Simons : memandang hukum pidana sebagai hukum public,
karena hukum pidana itu mengatur hubungan antara individu dengan
masyarakat.
• Ditinjau dari sifatnya, maka hukum pidana itu bersifat dogmatis, yang
dituangkan dalam kata-kata hukum. Untuk mendapatkan kejelasan
tentang apa-apa yang dimaksud oleh kata-kata itu, maka diperlukan
adanya penafsiran hukum. Hukum pidana juga disebut sebagai hukum
positif.
CONTOH HUKUM PIDANA
• Pencurian.
• Perampokan.
• Pembunuhan.
• Korupsi.
• Pemalsuan dokumen.
• Penipuan.
• Pelecehan seksual.
• Penganiayaan.
PEMBAGIAN HUKUM PIDANA
• Hukum pidana sebagai hukum public dapat dibagi menjadi beberapa
bagian:
• Hukum Pidana Obyektif (Ius Poenale) merupakan semua peraturan
yang mengandung keharusan dan larangan, terhadap pelanggaran
mana diancam dengan hukuman yang bersifat siksaan. Hukum pidana
obyektif (ius Poenale) ini merupakan ilmu hukum pidana normatif
yang dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
- Hukum Pidana Materiil
- Hukum Pidana Formil
• Hukum Pidana Materiil, merupakan peraturan-peraturan yang
menegaskan:
 Perbuatan-perbuatan apa yang dapat dihukum
 Siapa yang dapat dihukum
 Dengan hukuman apa menghukum seseorang
• Singkatnya hukum pidana materiil mengatur tentang apa, siapa dan
bagaimana orang dapat dihukum dan hukum pidana materiil mengatur
perumusan dari kejahatan dan pelanggaran serta syarat-syarat bila
seseorang dapat dihukum.
• Hukum Pidana Materiil membedakan adanya:
 Hukum pidana umum
 Hukum pidana khusus, misalnya Hukum Pidana Pajak (seseorang
yang tidak membayar pajak kendaraan bermotor, hukumannya tidak
terdapat dalam hukum pidana umum, akan tetapi diatur tersendiri dalam
Undang-Undang pidana Pajak).
• Hukum Pidana Formil (Hukum Acara Pidana), merupakan hukum
yang mengatur cara-cara menghukum seseorang yang melanggar
peraturan pidana (merupakan pelaksanaan dari hukum pidana
materiil). Hukum acara pidana ini memuat peraturan-peraturan tentang
bagaimana memelihara atau mempertahankan hukum pidana materiil.
PEMBAGIAN HUKUM PIDANA
• Hukum Pidana Subyektif (Ius Puniendi), hak Negara atau alat-alat
untuk menghukum berdasarkan hukum pidana obyektif. Hukum
pidana obyektif itu membatasi Negara untuk menghukum sedangkan
hukum pidana subyektif ini baru ada setelah ada peraturan-peraturan
dari hukum pidana obyetif terlebih dahulu. Dalam hubungan ini
tersimpul kekuasaan untuk dipergunakan oleh Negara yang berarti
bahwa tiap orang dilarang untuk mengambil tindakan sendiri dalam
menyelesaikan tindak pidana (perbuatan melanggar hukum = delik).
PEMBAGIAN HUKUM PIDANA
• Hukum Pidana Umum, hukum pidana yang berlaku terhadap setiap
penduduk (berlaku terhadap siapapun juga di seluruh Indonesia)
kecuali anggota ketentaraan
• Hukum Pidana Khusus ialah hukum pidana yang berlaku khusus untuk
orang-orang yang tertentu. Contoh: hukum pidana militer, berlaku
khusus untuk anggota militer dan mereka yang dipersamakan dengan
militer. Menurut hemat penulis, hukum pidana khusus ini tidak hanya
berlaku untuk orang-orang tertentu tetapi mengatur pula perbuatan-
perbuatan khusus atau tertentu juga.
HUKUM PIDANA YANG DIKODIFIKASIKAN DAN
HUKUM PIDANA YANG TIDAK DIKODIFIKASIKAN
• Hukum pidana yang dikodifikasikan misalnya adalah: Kitab Undang-
undang Hukum Pidana, Kitab Undang-undang Hukum Pidana Militer,
dan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP);
• Hukum pidana yang tidak dikodifikasikan misalnya berbagai ketentuan
pidana yang tersebar di luar KUHP, seperti UU Tindak Pidana Korupsi
(UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan
atas Undang-undang No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi), UU (drt) No. 7 Tahun 1955 tentang Tindak Pidana
Ekonomi, UU (drt) No. 12 Tahun 1951 tentang Senjata Api dan Bahan
Peledak, UU No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan
Pendapat di Muka Umum, UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Perdagangan Orang, dan peraturan lainnya yang di dalamnya
mengandung sanksi berupa pidana.
HUKUM PIDANA TERTULIS DAN HUKUM
PIDANA TIDAK TERTULIS.
• Hukum adat yang beraneka ragam di Indonesia masih diakui berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila. Hukum adat pada
umumnya tidak tertulis. Menurut Wirjono, tidak ada hukum adat
kebiasaan (gewoonterecht) dalam rangkaian hukum pidana. Ini
resminya menurut Pasal 1 KUHP, tetapi sekiranya di desa-desa daerah
pedalaman di Indonesia ada sisa-sisa dari peraturan kepidanaan yang
berdasar atas kebiasaan dan yang secara konkrit, mungkin sekali hal
ini berpengaruh dalam menafsirkan pasalpasal dari KUHP.
FUNGSI HUKUM PIDANA
• Sebagai salah satu bagian dari hukum publik, hukum pidana memiliki
fungsi sebagai berikut:
• Menurut Sudarto, hukum pidana memiliki fungsi secara umum dan
fungsi secara khusus.
• Fungsi umum hukum pidana sama seperti fungsi hukum pada
umumnya yaitu mengatur hidup masyarakat atau menyelenggarakan
tata tertib dalam masyarakat.
• Fungsi khusus hukum pidana adalah melindungi kepentingan hukum
terhadap perbuatan yang hendak memperkosanya dengan sanksi
berupa pidana.
• Fungsi khusus hukum pidana yaitu melindungi kepentingan hukum,
maka yang dilindungi tidak hanya kepentingan individu tetapi juga
kepentingan masyarakat dan kepentingan negara
• Oleh sebab itu dalam KUHP ada pasal-pasal yang berkaitan dengan
kejahatan terhadap keamanan negara sebagai wujud perlindungan
terhadap kepentingan negara, demikian juga dalam KUHP terdapat
pasal-pasal yang berhubungan dengan kejahatan terhadap kepentingan
umum sebagai wujud perlindungan terhadap kepentingan masyarakat.
• Berkaitan dengan perlindungan terhadap kepentingan individu, paling
tidak ada tiga hal yang dilindungi:
• 1.Perlindungan terhadap nyawa. Oleh karena itu, dalam KUHP
terdapat pasal-pasal yang berkaitan dengan kejahatan terhdap nyawa
• 2.Perlindungan terhadap harta benda yang dituangkan dalam pasal-
pasal yang bertalian dengan kejahatan terhadap harta benda.
• 3.Perlindungan terhadap kehormatan, baik kesusilaan maupun nama
baik. Dengan demikian di dalam KUHP juga terdapat pasal-pasal yang
barkaitan dengan kejahatan terhadap kesusilaan dan kejahatan yang
berkaitan dengan pencemaran nama baik.
FUNGSI HUKUM PIDANA
• Menurut H.L.A Hart, hukum pidana memiliki tugas utama untuk
melindungi masyarakat terhadap kejahatan yang diakibatkan oleh
setiap pelanggaran undangundang. Menurut Hart, hukum pidana itu
tidak saja bertujuan untuk memperbaiki pelaku kejahatan agar tidak
melakukan kejahatan, tetapi juga untuk mencegah masyarakat
melakukan kejahatan.
• Menurut Wilkins, fungsi hukum pidana adalah memperkecil
kemungkinan pelaku kejahatan mengulangi perbuatannya.
TUJUAN HUKUM PIDANA
• Tujuan hukum pidana untuk mencegah orang lain untuk melakukan
suatu tindak pidana (Preventif)
• Memberikan efek jera kepada para pelaku tindak pidana agar tidak
mengulanginya sekaligus menjadi contoh untuk dapat di ketahui orang
lain sehingga masyarakat akan menghindari perbuatan pidana
(Represif)
SUMBER HUKUM PIDANA
• Sumber hukum ialah segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan
yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-
aturan yang kalau dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan
nyata.
• Sumber hukum pidana Indonesia terdiri dari 3 (tiga) pokok bahasan
yaitu:
• 1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
• 2. Undang-Undang lain diluar KUHP.
• 3. Hukum Pidana yang tidak tertulis (Hukum Adat Pidana).
KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA
(KUHP).
• Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang digunakan
sampai saat ini adalah peninggalan/warisan dari Pemerintahan
Kolonial Hindia Belanda yang lazim disebut Wetbook van Strafrecht
voor Nederlandsch-Indie yang diundangkan melalui staatsblad atau
lembar Negara. Pada tanggal 26 Februari 1946, Pemerintah Indonesia
membuat undang-undang Nomor 1 tahun 1946 tentang peraturan
hukum pidana (selanjutnya disebut UU Nomor 1 Tahun 1946). Aturan
ini yang menjadi dasar hukum perubahan Wetboek van Strafrecht voor
Nederlandsch-Indie menjadi Wetboek van Strafrecht (WvS), yang
dikenal dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
• Sesuai dengan pasal XVII UU Nomor 1 tahun 1946, Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP) ini hanya berlaku untuk wilayah Jawa
dan Madura. Pemberlakuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) di seluruh wilayah Indonesia dilakukan pada tanggal 20
September 1958 seiring dibuatnya UU Nomor 73 tahun 1958. Dalam
Pasal 1 berbunyi: “Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Republik
Indonesia Tentang Peraturan Hukum Pidana dinyatakan berlaku untuk
seluruh wilayah Republik Indonesia.”
• Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dibagi menjadi 3 (tiga)
bagian:
• a) Buku I tentang Ketentuan Umum (Pasal 1 sampai 103 KUHP);
• b) Buku II tentang Kejahatan (Pasal 104 sampai 488 KUHP);
• c) Buku III tentang Pelanggaran (Pasal 489 sampai 569 KUHP).
UNDANG-UNDANG LAIN DILUAR KUHP.
• Selain Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang berlaku di
Indonesia, terdapat undang-undang lain diluar Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) yang diberlakukan. Sebagai contoh setelah
kemerdekaan diberlakukan UU No. 7 Drt Tahun 1955 tentang Tindak
Pidana Ekonomi, UU No. 8 Drt Tahun 1955 tentang Tindak Pidana
Imigrasi dan beberapa aturan yang bersifat khusus lainnya. Hal ini
berlanjut sampai dengan saat ini dengan banyaknya Undang-undang
lain diluar KUHP yang dibuat oleh Pemerintah Indonesia.
• Sumber hukum yang berkaitan dengan Undang-Undang lain diluar
KUHP adalah keseluruhan peraturan yang bersifat khusus yang juga
mengatur suatu perbuatan tertentu pula. Sebagai contoh lain yaitu UU
Pemberantasan Tipikor, UU Narkotika, UU Psikotropika, UU
Perlindungan Anak, UU Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme dan
lain sebagainya. Dasar keberlakuan Undang-Undang lain diluar KUHP
ini adalah Pasal 103 KUHP yang menjadi penjembatan aturan-aturan
yang terdapat di Buku I KUHP dengan seluruh Undang-Undang lain
diluar KUHP.
Hukum Pidana yang tidak tertulis (Hukum
Pidana Adat).
• Di daerah-daaerah tertentu untuk perbuatan-perbuatan tertentu yang
tidak diatur oleh hukum pidana positif, hukum adat (hukum pidana
adat) masih tetap 5 berlaku. Keberadaan hukum adat ini masih diakui
berdasarkan UU drt. No. 1 tahun 1951 Pasal 5 ayat 3 sub b yang
menyatakan antara lain:
•  Bahwa suatu perbuatan yang menurut hukum yang hidup harus
dianggap perbuatan pidana, akan tetapi tiada bandingnya dalam kitab
hukum pidana sipil, maka dianggap diancam dengan hukuman yang
tidak lebih dari tiga bulan penjara dan atau denda lima ratus rupiah,
yaitu sebagai hukuman pengganti bilamana hukuman adat yang
dijatuhkan tidak diikuti oleh pihak yang terhukum dan penggantian
yang dimaksud dianggap sepadan oleh hakim dengan besar kesalahan
terhukum;
•  Bahwa suatu perbuatan yang menurut hukum yang hidup harus
dianggap perbuatan pidana dan yang ada bandingnya dalam kitab
hukum pidana sipil, maka dianggap diancam dengan hukuman yang
sama dengan hukuman bandingnya yang paling mirip kepada
perbuatan pidana itu.
• Pengakuan atas hukum yang hidup atau hukum yang tidak tertulis
sebagai sumber hukum ditegaskan dalam aturan yang bersifat umum
yaitu dalam:
• 1) Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 (amandemen ke -2) yang menyatakan
bahwa Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan
masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang
masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip
Negara kesatuan republik indonesia, yang diatur dalam undang-undang;
• 2) Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman menyebutkan “Hakim dan hakim konstitusi
wajib menggali, mengikuti, 6 dan memahami nilai-nilai hukum dan
rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat;
• 3) Pasal 50 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman menyebutkan “Putusan pengadilan selain harus
memuat alasan dan dasar putusan, juga memuat pasal tertentu dari
peraturan perundang-undangan yang bersangkutan atau sumber hukum
SEKIAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai