Anda di halaman 1dari 13

ILMU

BANTU HUKUM
PIDANA
BY : ABDUL AZIZ MUSLIM, S.H.,
M.H
ILMU HUKUM PIDANA

 Ilmu hukum pidana merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari hukum pidana,
dengann demikian, objek dari ilmu hukum pidana tergantung dari pemahaman akan
ruang lingkup hukum pidana
 Karena bisa sangat luas, maka berdasarkan beberapa pendapat ahli dapat dibatasi
bahwa Ilmu Hukum Pidana dapat di artikan sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari hukum pidana materiil (norma-norma, syarat penjatuhan pidana
beserta sanksi pidananya).
MACAM-MACAM ILMU BANTU DALAM HUKUM PIDANA
 Untuk membantu dalam penindakan hukum pidana, maka ada beberapa ilmu bantu
yang eksistensinya sangat diperlukan pada pidana yaitu :
 1. Ilmu Logika
 2. Ilmu Kriminologi
 3. Ilmu Viktimologi
 4. Ilmu Sosiologi
 5. Ilmu Penologi
 6. Ilmu Kedokteran kehakiman
 - Ilmu Kriminalistik
 - Ilmu Statistik Kriminal
ILMU LOGIKA

 Ilmu Logika sangat dibutuhkan untuk mengetahui tindak pidana pada sebuah insiden
mau itu berupa murder, asusila, dan lain-lain
 Dalam upaya mencari kebenaran akan suatu hal biasanya diperlukan hipotesis atau
dugaan terdahulu dan dengan hipotesis inilah diusahakan mendapatkan pembuktian
yang logis
 Ilmu Logika juga sangat dibutuhkan dalam proses penyelidikan, penyidikan, dan
proses pembuktian di siding pengadilan
 Apabila timbul suatu persangkaan bahwa hukum pidana dilanggar, maka pada:
 Fase pertama adalah "Orientasi" Pada fase ini, para pejabat penyidik harus bertindak untuk mencari
dan mengumpulkan bahan-bahan keterangan dan bukti-bukti yang selengkap-lengkapnya dan
meninjau kenyataan-kenyataan di tempat kejadian perkara (TKP). Misalnya dalam hal terjadinya
penganiayaan atau pembunuhan, maka harus dicari bekas-bekas tanda penganiayaan atau tetesan darah
dan sebagainya.
 Fase kedua adalah "Hipotesis" (Kesimpulan sementara)Setelah mengumpulkan bahan-bahan di tempat
kejadian perkara (TKP), selanjutnya harus disusun suatu hipotesis yaitu apakah kejadian tersebut
merupakan penganiayaan, pembunuhan ataukah bunuh diri dan sebagainya.
 Fase ketiga adalah "Verivicasi" (mencocokkan)Kemudian hal tersebut dicocokkan satu sama lain,
misalnya dengan bahan-bahan keterangan yang diperoleh dari saksi-saksi (dalam hal ini verifikasi dari
ahli ilmu pengetahuan pembantu di atas).
PERBEDAAN HUKUM PIDANA DENGAN ILMU KRIMINOLOGI

 Hukum pidana adalah disiplin ilmu normative atau normative discipline yang mempelajari kejahatan
dari segi hukum, atau mempelajari tentang kejahatan. Dengan kata lain itu mempelajari tentang
tindakan yang dengan tegas disebut oleh peraturan perUU sebagai kejahatan atau pelanggaran yang
dapat di sanksi pidana
 Hukum pidana berusaha untuk menghubungkan perbuatan jahat dengan hasil pembuktian bahwa ia
telah melakukan perbuatan tersebut untuk meletakkan tanggung jawab criminal.
 Namun hasilnya kurang memuaskan, karena penjatuhan pidana itu belum tentu sesuai dengan sebab
timbulnya kejahatan itu sendiri, sebab yang menjadi dasar pemeriksaan dipersidangan adalah surat
dakwaan jaksa yang umunya disusun atas dasar keterangan serta pembuktian lahiriah
KRIMINOLOGI

 kriminologi dalam Bahasa latin berasal dari kata CRIMEN (kejahatab atau logos yang
berarti ilmu pengetahuan.
 Kriminologi atau Ilmu kejahatan sebagai disiplin ilmu social atau non normative
discipline yang mempelajari manusia dalam pertentangannya dengan norma-norma
social tertentu. Sehingga kriminologi juga disebut sebagai sosiologi penjahat.
 Kriminologi berusaha memperoleh pengetahuan terkait mengapa terdakwa sampai
melakukan tindak criminal
 Kriminologi juga mempelajari kejahatan sebagai fenomena social sehingga hal tersebut
tidak terlepas dari interaksi social yang artinya bahwa kejahatan menarik perhatian
karena pengaruh perbuatan tersebut dirasakan dalam hubungan antar manusia.
 Thorsten Sellin berpendapat bahwa kriminologi adalah ilmu tentang penjahat dan cara
penanggulangannya.
 Edwin H. Sutherland dan Donald R. Cressey. Berpendapat bahwa kriminologi
merupakan suatu kesatuan pengetahuan mengenai kejahatan sebagai gejala social.
 Edwin H. Sutherland dan Donald R. Cressey membagi kriminologi menjadi tiga bagian
utama, yaitu :
 1. Etiologi Kejahatan : sebagai usaha untuk melakukan analisis ilmiah atas sebab-sebab
kejahatan. (bagian yang mempelajari sebab kejahatan misalnya teori deferensial
assosiasion pelaku mempelajari lingkungan, teori anomi menganggap norma tidak ada)
 2. Penologi : menaruh perhatian pada pengendalian kejahatan
 3. Sosiologi Hukum : sebagai analisis sistematik atas kondisi-kondisi perkembangan
hukum pidana serta penjelasan mengenai kebijaksanaan dan prosedur administrasi
peradilan pidana.
Dari pengertian tersebut,
secara umum
Kriminologi merupakan
ilmu yang mempelajari
pelaku kejahatan, sebab-
sebab kejahatan, dan
kebijakan yang tepat
dalam penanggulangan
HUBUNGAN HUKUM PIDANA DENGAN KRIMINOLOGI

 1. Kriminologi mempelajari sebab-sebab terjadinya kejahatan dimana dapat memberikan


kontribusi yang besar dalam merumuskan kebijakan-kebijakan hukum pidana yang tepat
dalam penanggulangan kejahatan. Kebijakan-kebijakan hukum pidana yang efektif akan
terwujud manakala dirumuskan sesuai dengan sebab-sebab terjadinya kejahatan dalam
masyarakat.
 2. Kriminologi juga mempelajari pelaku kejahatan, sehingga kriminologi sangat berperan
untuk terwujudnya kebijakan-kebijakan hukum pidana yang baik terkait dengan penentuan
sanksi pidananya. Sanksi pidana harus dirumuskan sesuai dengan karakteristik pelaku
kejahatan, sehingga benar-benar akan memiliki daya fungsi sebagai alat pencegah.
VIKTIMOLOGI

 Viktimologi berasal dari Bahasa latin “VICTIMA” yang berartu korban dan Logos yang berarti ilmu
pengetahuan.
 Objek kajian viktimologi:
 1. Aspek penderitaan korban kejahatan
 2. mengkaji bagaimana korban sering pula memicu dan mengakibatkan terjadinya kejahatan.
 Viktimologi bertujuan untuk menganalisis berbagai aspek yang berkaitan dengan korban :
 1. Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab-sebab terjadinya viktimisasi (tindakan yang
menimbulkan korban)
 2. Berusaha memberikan penjelasan tentang kontribusi korban dalam terjadinya kejahatan.
 3. mengembangkan system tindakan guna mengurangi penderitaan korban
HUBUNGAN HUKUM PIDANA DENGAN VIKTIMOLOGI

 Perkembangan viktimologi tternyata banyak memberikan kontribusi terhadap


perkembangan hukum pidana.
 Semula orang yang menjadi korban tidak terlalu mendapatkan perhatian dalam hukum
pidana karena korban diabstraksikan menjadi kepentingan umum atau masyarakat.
 Dalam perkembangannya kemudian, terhadap UU di luar KUHP yang sudah menaruh
perhatian kepada korban, misalnya UU nomor 26 Tahun 2000 tentang pengadilan Hak
Asasi Manusia dan UU Nomor 13 Tahun 2006 jo UU No, 13 Tahun 2006 jo UU No. 31
Tahun 2014 tentang perlindungan saksi dan korban
 Dalam RUU KUHP, Korban juga sudah mendapatkan perhatian lebih besar, misalnya :
 Pasal 72 memasukan pembayaran ganti kerugian sebagai pidana tambahan dimana hakim dapat
memerintahkan terdakwa untuk membayar sejumlah ganti kerugian kepada korban atau ahli warisnya
 Pasal 76 menyebutkan bahwa pidana penjara bisa tidak dijatuhkan apabila terdakwa telah membayar
ganti kerugian terhadap korban
 Viktimologi juga sangat berpengaruh terhadap gagasan penerapan mediasi penal dalam hukum pidana
yang mencoba memperkuat posisi korban kejahatan dengan tanpa mengabaikan kepentingan pelaku
dan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai