E.H.Suthrland
Kriminologi adalah seperangkat pengetahuan yang mempelajari kejahatan sebagai fenomena
social,termasuk didalamnya proses pembuatan undang-undang, pelanggaran undang-undang ,
dan reaksi terhadap pelanggaran undang-undang.
W.A Bonger (1970) memberikan batasan bahwa ”kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang
bertujuan menyelidiki kejahatan seluas-luasnya” (Bonger, 1970:21). Bonger, dalam
meberikan batasan kriminologi, membagi kriminologi ke dalam dua aspek:
kriminologi praktis, yaitu kriminologi yang berdasarkan hasil penelitiannya disimpulkan
manfaat praktisnya.
kriminologi teoritis, yaitu ilmu pengetahuan yang berdasarkan pengelamannya seperti ilmu
pengetahuan lainnya yang sejenis, memeprhatikan gejala-gejala kejahatan dan mencoba
menyelidiki sebab dari gejala tersebut (etiologi) dengan metode yang berlaku pada
kriminologi.
“Kriminologi dalam pengertian sempit…, adalah kajian tentanga kejahatan. dalam pengertian
luas juga termasuk di dalamnya adalah penologi, kajian tentang penghukuman dan metode-
metode seupa dalam menanggulangi kejahatan, danmasalah pencegahan kejahatan dengan
cara-cara non-penghukuman. untuk sementara, dapat saja kita mendefinisikan kejahatan
dalam pengertian hukum yaitu tingkah laku yang dapat dihukum menurut hukum pidana”
(Manheim, 1965: 3)
Walter Reckless:
“Kriminologi adalah pemahaman ketertiban indiveidu dalam tingkah laku delinkuen dan
tingakah laku jahat dan pemahaman bekerjanya sistem peradilan peidana. Yang disebut
pertama, yaitu kajian keterlibatan, mempunyai dua aspek: (1) kajian terhadap si pelaku, dan
(2) kajian tingkah laku dari si pelaku, termasuk korban manusia. Yang disebut kedua,
memperhatikan masalah (1) masuknya orang dalam sistemperadilan pidana pada setiap titik,
dan parale; serta (2) keluaran daru produk sistem peradilan pidana dalam setiap titik
perjalanan” (Reckless, 1973: v)
Johnson adalah bentuk pendekatan diagnostik yang diperlukan untuk suatu treatment
(pengobatan/pembinaan)secara klinis.
Haskell dan Yablonsky (194) menekan definisi kriminologi pada muatan penelitiannya
dengan mengatakan bahawa kriminologi secara khusus adalah merupakan disiplin ilmiah
tentang pelaku kejahatan dan tindakan kejahatan yang meliputi:
1. Sifat dan tingkat kejahatan
2. sebab musabab kejahatan dan kriminalitas
3. perkembangan hukum pidana dan sistem peradilan pidana
4. ciri-ciri kejahatan
5. pembinaan pelaku kejahatan
6. pola-pola kriminalitas
7. dampak kejahatan terhadap perubahan sosial (Haskell, Yablonsky, 1974: 3)
Richard Quinney sebagai seorang tokoh kriminologi baru dan kriminologi kritis,
memberikan definisi sebagai berikut:
”[kriminologi baru adalah] suatu pemahaman kejahatan dengan menyajikan secara bolak-
balik antara kebijakan konvensional tentang kejahatan dengan konsep baru yang menegasikan
gagasan tradisional…[Kami akan] meliputi beraneka fase kejahatan: dari sistem hukum
dalam teori hingga realitas sosial warga masyarakat, dari dunia penjahat hingga ke otoritas
legal, dari pendekatan tradisional da;am pengendalian kejahatan hingga gagasan radikal
tentang keberadaan sosoial” (R. Quinney, 1975: 13)
WOLFGANG SAVITZ dan JOHNSTON dalam The Sociology of Crime and Delinquency
memberikan definisi sebagai kumpulan ilmu pengetahuan tentang kejahatan yang bertujuan
untuk memperoleh pengetahuan dan pengertian tentang gejala gejahatan dengan jalan
mempelajari dan menganalisa secara ilmiah keterangan-keterangan, keseragaman-
keseragaman, pola-pola, dan faktor-faktor kausal yang berhubungan dengan kejahatan,
pelaku kejahatan serta reaksi masyarakat terhadap keduanya.
Mulyono (Santoso dan Zulfa, 2002 : 9) mengatakan bahwa kriminologi adalah ilmu
pengetahuan yang ditunjang oleh berbagai ilmu yang membahas kejahatan sebagai masalah
manusia
Bonger (Santoso dan Zulfa, 2002 : 9) mengatakan bahwa kriminologi adalah ilmu
pengetahuan yang bertujuan menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya
Sutherland (Santoso dan Zulfa, 2002 : 9) mengatakan bahwa kriminologi adalah keseluruhan
ilmu pengetahuan yang bertalian dengan perbuatan kejahatan sebagai gejala sosial dan
mencakup proses-proses perbuatan hukum, pelanggaran hukum dan reaksi atas pelanggaran
hukum
Wood (Santoso dan Zulfa, 2002 : 9) mengatakan bahwa kriminologi adalah keseluruhan
pengetahuan yang diperoleh berdasarkan teori atau pengalaman yang bertalian dengan
perbuatan jahat dan penjahat dan,termaksud didalamnya reaksi dari masyarakat terhadap
perbuatan jahat dan para penjahat.
Noach (Santoso dan Zulfa, 2002 : 9) mengatakan bahwa kriminologi adalah ilmu
pengetahuan tentang perbuatan jahat dan perilaku tercela yang menyangkut orang-orang
terlibat dalam perilaku jahat dan perbuatan tercela itu.
Wolfgang (Santoso dan Zulfa, 2002 : 9) mengatakan bahwa kriminologi adalah kumpulan
ilmu pengetahuan tentang kejahatan yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan
pengartian tentang gejala kejahatan dengan jalan mempelajari dan menganalisa secara ilmiah
keterangan-keterangan, keseragaman-keseragaman, pola-pola dan faktor-faktor kausal yang
berhubungan dengan kejahatan,pelaku kejahatan serta reaksi masyarakat terhadap keduanya.
Effendy (1986 : 10) mengatakan kriminologi adalah ilmu pengetahuan tentang kejahatan itu
sendiri yang tujuanya adalah mempelajari apa sebab-sebab sehingga seseorang melakukan
kejahatan dan apa yang menimbulkan kejahatan itu. Apakah kejahatan itu timbul karena
bakat orang itu adalah jahat atau disebabkan karena keadaan masyarakat sekitarnya baik
keadaan sosiologis maupun ekonomis.
Sehingga pada intinya dari definisi para ahli kriminologi adalah merupakan ilmu yang
mempelajari tentang kejahatan dan tindak kriminal.
Menurut Soesilo (Husein, 2003) ada dua pengertian kejahatan, yaitu pengertian kejahatan
secara juridis dan pengertian kejahatan secara sosiologis. Ditinjau dari segi juridis, kejahatan
adalah suatu perbuatan tingkah laku yang bertentangan dengan undang-undang. Ditinjau dari
segi sosiologis, kejahatan adalah perbuatan atau tingkah laku yang selain merugikan si
penderita, juga sangat merugikan masyarakat yaitu berupa hilangnya keseimbangan,
ketentraman dan ketertiban.
Pengertian Kejahatan menurut R. Soesilo dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu :
1. Pengertia Kejahatan dari sudut pandang yuridis, Kejahatan adalah suatu perbatan yang
tingkah lakunya bertentangan dengan kaidah-kaidah dalam UU.
2. Pengertian Kejahatan dari sudut pandang Sosiologis, Kejahatan adalah perbuatan atau
tingkah laku yang selain merugikan si penderita juga merugikan masyarakat, yaitu berupa
hilangnya keseimbangan, ketentraman dan ketertiban.
Menurut Bemmelem(Husein, 2003) kejahatan merupakan suatu tindakan anti sosial yang
menimbulkan kerugian, ketidakpatutan dalam masyarakat, sehingga dalam masyarakat
terdapat kegelisahan, dan untuk menentramkan masyarakat, Negara harus menjatuhkan
hukuman kepada penjahat.
Menurut Elliot (Husein, 2003) kejahatan adalah suatu problem dalam masyarakat modem
atau tingkah laku yang gagal dan melanggar hukum dapat dijatuhi hukurnan penjara,
hukuman mati dan hukuman denda dan seterusnya.
Menurut Bonger (Husein, 2003) kejahatan adalah perbuatan yang sangat anti sosial yang
memperoleh tantangan dengan sadar dari negara berupa pemberian penderitaan.
Menurut Moeliono (Husein, 2003) kejahatan adalah perbuatan pelanggaran norma hukum
yang ditafsirkan atau patut ditafsirkan masyarakat sebagai perbuatan yang merugikan,
menjengkelkan sehingga tidak boleh dibiarkan (negara bertindak).
Kejahatan merupakan bagian dari kehidupan masyarakat dan merupakan peristiwa sehari-
hari. Seorang Filsuf bernama Cicero mengatakan Ubi Societas, Ibi Ius, Ibi Crime yang
artinya ada masyarakat, ada hukum dan ada kejahatan. Masyarakat saling menilai,
berkomunikasi dan menjalin interaksi, sehingga tidak jarang menimbulkan konflik atau
perikatan. Satu kelompok akan menganggap kelompok lainnya memiliki perilaku yang
menyimpang apabila perilaku kelompok lain tersebut tidak sesuai dengan perilaku
kelompoknya. Perilaku menyimpang ini seringkali dianggap sebagai perilaku yang jahat.
Batasan kejahatan dari sudut pandang masyarakat adalah setiap perbuatan yang melanggar
kaidah-kaidah yang hidup di dalam masyarakat.
Menurut Howard Becker, seseorang menjadi jahat karena cap yang diberikan kepadanya.
Perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh pandangan dari orang lain, apabila dilingkungan
sekitarnya orang tersebut dianggap sebagai penjahat, maka dengan sendirinya cap tersebut
melekat pada dirinya, sehingga ia melakukan kejahatan karena cap yang menempel
kepadanya.
Jadi, pada intinya kejahatan merupakan suatu tingkah laku yang melanggar aturan hukum
pidana, dianggap bukan kejahatan apabila pebuatan tersebut tidak tercantum didalam aturan
pidana.