Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KRIMINOLOGI KELAS A

Bartolomeus Riyan Putranto


E0016098

PENGERTIAN KRIMINOLOGI MENURUT PARA AHLI

E.H.Suthrland
Kriminologi adalah seperangkat pengetahuan yang mempelajari kejahatan sebagai fenomena
social,termasuk didalamnya proses pembuatan undang-undang, pelanggaran undang-undang ,
dan reaksi terhadap pelanggaran undang-undang.

W.A Bonger (1970) memberikan batasan bahwa ”kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang
bertujuan menyelidiki kejahatan seluas-luasnya” (Bonger, 1970:21). Bonger, dalam
meberikan batasan kriminologi, membagi kriminologi ke dalam dua aspek:
kriminologi praktis, yaitu kriminologi yang berdasarkan hasil penelitiannya disimpulkan
manfaat praktisnya.
kriminologi teoritis, yaitu ilmu pengetahuan yang berdasarkan pengelamannya seperti ilmu
pengetahuan lainnya yang sejenis, memeprhatikan gejala-gejala kejahatan dan mencoba
menyelidiki sebab dari gejala tersebut (etiologi) dengan metode yang berlaku pada
kriminologi.

Taft dan England merumuskan definisi kriminologi sebagai berikut:


“Istilah kriminologi dipergunakan dalam pengertian secara umum dan pengertian khusus.
Dalam pengertian yang luas, kriminologi adalah kajian (bukan ilmu yang lengkap) yang
memasukkan ke dalam ruang lingkupnya berbagai hal yang diperlukan untuk memahami dan
mencegah kejahatan dan diperlukan untuk pengembangan hukum, termasuk penghukuman
atau pembinaan para anak delinkuen atau para penjahat, mengetahui bagaimana mereka
melakukan kejahatan. Dalam pengertian sempit, kriminologi semata-mata merupakan kajian
yang mencoba untuk menjelaskan kejahatan, mengetahui bagaimana mereka melakukan
kejahatan. Apabila yang terakhir, yaitu pengertian sempit diterima, kita harus mengkaji
pembinaan pelaku kejahatan yang dewasa, penyelidikan kejahatan, pembinaan anak
delinkuen dan pencegahan kejahatan” (Taft, England, 1964: 11)
Herman Manheim, orang Jerman yang bermukim di Inggris memberikan definisi
kriminologi sebagai berikut:

“Kriminologi dalam pengertian sempit…, adalah kajian tentanga kejahatan. dalam pengertian
luas juga termasuk di dalamnya adalah penologi, kajian tentang penghukuman dan metode-
metode seupa dalam menanggulangi kejahatan, danmasalah pencegahan kejahatan dengan
cara-cara non-penghukuman. untuk sementara, dapat saja kita mendefinisikan kejahatan
dalam pengertian hukum yaitu tingkah laku yang dapat dihukum menurut hukum pidana”
(Manheim, 1965: 3)

Walter Reckless:
“Kriminologi adalah pemahaman ketertiban indiveidu dalam tingkah laku delinkuen dan
tingakah laku jahat dan pemahaman bekerjanya sistem peradilan peidana. Yang disebut
pertama, yaitu kajian keterlibatan, mempunyai dua aspek: (1) kajian terhadap si pelaku, dan
(2) kajian tingkah laku dari si pelaku, termasuk korban manusia. Yang disebut kedua,
memperhatikan masalah (1) masuknya orang dalam sistemperadilan pidana pada setiap titik,
dan parale; serta (2) keluaran daru produk sistem peradilan pidana dalam setiap titik
perjalanan” (Reckless, 1973: v)

Elmer Hubert (1968), yaitu:


“Kriminologi adalah kajian ilmiah dan penerapan praktis penemuan-penemuan di lapangan:
(a) sebab musabab kejahatan dan tingkah laku jahat serta etiologi, (b) ciri-ciri khas reaksi
sosial sebagai suatu simtom ciri masyarakat, dan (c) pencegahan kejahatan” (E. H. Johnson,
1968: 13)

Johnson adalah bentuk pendekatan diagnostik yang diperlukan untuk suatu treatment
(pengobatan/pembinaan)secara klinis.

Haskell dan Yablonsky (194) menekan definisi kriminologi pada muatan penelitiannya
dengan mengatakan bahawa kriminologi secara khusus adalah merupakan disiplin ilmiah
tentang pelaku kejahatan dan tindakan kejahatan yang meliputi:
1. Sifat dan tingkat kejahatan
2. sebab musabab kejahatan dan kriminalitas
3. perkembangan hukum pidana dan sistem peradilan pidana
4. ciri-ciri kejahatan
5. pembinaan pelaku kejahatan
6. pola-pola kriminalitas
7. dampak kejahatan terhadap perubahan sosial (Haskell, Yablonsky, 1974: 3)

Richard Quinney sebagai seorang tokoh kriminologi baru dan kriminologi kritis,
memberikan definisi sebagai berikut:
”[kriminologi baru adalah] suatu pemahaman kejahatan dengan menyajikan secara bolak-
balik antara kebijakan konvensional tentang kejahatan dengan konsep baru yang menegasikan
gagasan tradisional…[Kami akan] meliputi beraneka fase kejahatan: dari sistem hukum
dalam teori hingga realitas sosial warga masyarakat, dari dunia penjahat hingga ke otoritas
legal, dari pendekatan tradisional da;am pengendalian kejahatan hingga gagasan radikal
tentang keberadaan sosoial” (R. Quinney, 1975: 13)

Prof. Muhammad Mustofa, dalam bukunya Kriminologi, mengatakan bahwa definisi


kriminologi yang dikaitkan dengan pengembangan kriminologi di Indonesia adalah yang
berakar pada sosiologis.
“…kriminologi diartikan sebagai ilmu pengetahuan ilmiah tentang: a) peruusan sosial
pelanggaran hukum, penyimpangan sosial, kenakalan, dan kejahatan; b) pola-pola tingkah
laku dan sebab musabab terjadinya pola tingkah laku yang termasuk dalam kategori
penyimpangan sosial, pelanggar hukum, kenakalan, dan kejahatan yang ditelusuri pada
munculnya suatu peristiwa kejahatan, seta kedudukan dan korban kejahatan dalam hukum
dan masyarakat; d) pola reaksi sosial formak, informal, dan non-formal terhadap penjahat,
kejahatan, dan korban kejahatan. Dalam pengertian tersebut termasuk melakukan penelitian
ilmiah terhadap pelanggaran hak-hak asasi manusia, serta usaha Negara dalam mewujudkan
hak-hak asasi manusia dan kesejahteraan sosial” (Muhammad Mustofa, 2007: 14)

SUTHERLAND Merumuskan, (The Body of Knowledge regarding crime as social


Phenomenon) kriminologi sebagai keseluruhan ilmu pengetahuan yang bertalian dengan
perbuatan jahat sebgai gejala sosial. menurut SUTHERLAND Kriminologi mencakup proses-
proses pembuatan hukum, pelanggaran hukum dan reaksi atas pelnggaran hukum. sehingga
olehnya dibagi menjadi empat yaitu:
1. Sosiologi Hukum, ilmu tentang perkembangan hukum.
2. Etiologi Hukum yang mencoba melakukan analisa ilmiah mengenai sebab-
sebab kejahatan;
3. Penologi yang menaruh perhatian atas perbaikan nara pidana.
4. Etiologi Hukum yang mencoba melakukan analisa ilmiah mengenai sebab-
sebab kejahatan;

PAUL MUDIGDO MULYONO Tidak sependapat dengan definisi yang diberikan


SUTHRLAND. menurutnya definisi itu seakan-akan tidak memberikan gambaran bahwa
pelaku kejahatan itupun mempunyai andil atas terjadinya kejahatan, oleh karena terjadinya
kejahatan bukan semata-mata perbuatan yang ditentang oleh masyarakat, akan tetapi adanya
dorongan dari sipelaku untuk melakukan perbuatan jahat yang ditentang oleh masyarakat
tersebut.karenanya PAUL MUDIGDO MULYONO memberikan definisi Kiminologi sebagai
ilmu pengetahuan yang mempelajari kejahatan sebagai masalah manusia.

WOLFGANG SAVITZ dan JOHNSTON dalam The Sociology of Crime and Delinquency

memberikan definisi sebagai kumpulan ilmu pengetahuan tentang kejahatan yang bertujuan
untuk memperoleh pengetahuan dan pengertian tentang gejala gejahatan dengan jalan
mempelajari dan menganalisa secara ilmiah keterangan-keterangan, keseragaman-
keseragaman, pola-pola, dan faktor-faktor kausal yang berhubungan dengan kejahatan,
pelaku kejahatan serta reaksi masyarakat terhadap keduanya.

Mulyono (Santoso dan Zulfa, 2002 : 9) mengatakan bahwa kriminologi adalah ilmu
pengetahuan yang ditunjang oleh berbagai ilmu yang membahas kejahatan sebagai masalah
manusia

Bonger (Santoso dan Zulfa, 2002 : 9) mengatakan bahwa kriminologi adalah ilmu
pengetahuan yang bertujuan menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya

Sutherland (Santoso dan Zulfa, 2002 : 9) mengatakan bahwa kriminologi adalah keseluruhan
ilmu pengetahuan yang bertalian dengan perbuatan kejahatan sebagai gejala sosial dan
mencakup proses-proses perbuatan hukum, pelanggaran hukum dan reaksi atas pelanggaran
hukum

Wood (Santoso dan Zulfa, 2002 : 9) mengatakan bahwa kriminologi adalah keseluruhan
pengetahuan yang diperoleh berdasarkan teori atau pengalaman yang bertalian dengan
perbuatan jahat dan penjahat dan,termaksud didalamnya reaksi dari masyarakat terhadap
perbuatan jahat dan para penjahat.
Noach (Santoso dan Zulfa, 2002 : 9) mengatakan bahwa kriminologi adalah ilmu
pengetahuan tentang perbuatan jahat dan perilaku tercela yang menyangkut orang-orang
terlibat dalam perilaku jahat dan perbuatan tercela itu.

Wolfgang (Santoso dan Zulfa, 2002 : 9) mengatakan bahwa kriminologi adalah kumpulan
ilmu pengetahuan tentang kejahatan yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan
pengartian tentang gejala kejahatan dengan jalan mempelajari dan menganalisa secara ilmiah
keterangan-keterangan, keseragaman-keseragaman, pola-pola dan faktor-faktor kausal yang
berhubungan dengan kejahatan,pelaku kejahatan serta reaksi masyarakat terhadap keduanya.

Effendy (1986 : 10) mengatakan kriminologi adalah ilmu pengetahuan tentang kejahatan itu
sendiri yang tujuanya adalah mempelajari apa sebab-sebab sehingga seseorang melakukan
kejahatan dan apa yang menimbulkan kejahatan itu. Apakah kejahatan itu timbul karena
bakat orang itu adalah jahat atau disebabkan karena keadaan masyarakat sekitarnya baik
keadaan sosiologis maupun ekonomis.

Sehingga pada intinya dari definisi para ahli kriminologi adalah merupakan ilmu yang
mempelajari tentang kejahatan dan tindak kriminal.

PENGERTIAN KEJAHATAN MENURUT PARA AHLI

Menurut Soesilo (Husein, 2003) ada dua pengertian kejahatan, yaitu pengertian kejahatan
secara juridis dan pengertian kejahatan secara sosiologis. Ditinjau dari segi juridis, kejahatan
adalah suatu perbuatan tingkah laku yang bertentangan dengan undang-undang. Ditinjau dari
segi sosiologis, kejahatan adalah perbuatan atau tingkah laku yang selain merugikan si
penderita, juga sangat merugikan masyarakat yaitu berupa hilangnya keseimbangan,
ketentraman dan ketertiban.
Pengertian Kejahatan menurut R. Soesilo dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu :
1. Pengertia Kejahatan dari sudut pandang yuridis, Kejahatan adalah suatu perbatan yang
tingkah lakunya bertentangan dengan kaidah-kaidah dalam UU.
2. Pengertian Kejahatan dari sudut pandang Sosiologis, Kejahatan adalah perbuatan atau
tingkah laku yang selain merugikan si penderita juga merugikan masyarakat, yaitu berupa
hilangnya keseimbangan, ketentraman dan ketertiban.
Menurut Bemmelem(Husein, 2003) kejahatan merupakan suatu tindakan anti sosial yang
menimbulkan kerugian, ketidakpatutan dalam masyarakat, sehingga dalam masyarakat
terdapat kegelisahan, dan untuk menentramkan masyarakat, Negara harus menjatuhkan
hukuman kepada penjahat.

Menurut Elliot (Husein, 2003) kejahatan adalah suatu problem dalam masyarakat modem
atau tingkah laku yang gagal dan melanggar hukum dapat dijatuhi hukurnan penjara,
hukuman mati dan hukuman denda dan seterusnya.

Menurut Bonger (Husein, 2003) kejahatan adalah perbuatan yang sangat anti sosial yang
memperoleh tantangan dengan sadar dari negara berupa pemberian penderitaan.
Menurut Moeliono (Husein, 2003) kejahatan adalah perbuatan pelanggaran norma hukum
yang ditafsirkan atau patut ditafsirkan masyarakat sebagai perbuatan yang merugikan,
menjengkelkan sehingga tidak boleh dibiarkan (negara bertindak).

Menurut Sahetapy dan Reksodiputro (Husein, 2003) kejahatan mengandung konotasi


tertentu, merupakan suatu pengertian dan penamaan yang relatif, mengandung variabilitas
dan dinamik serta bertalian dengan perbuatan atau tingkah laku (baik aktif maupun pasif),
yang dinilai oleh sebagian mayoritas atau minoritas masyarakat sebagai suatu perbuatan anti
sosial, suatu perkosaan terhadap skala nilai sosial dan atau perasaan hukum yang hidup dalam
masyarakat sesuai dengan ruang dan waktu.

Kejahatan merupakan bagian dari kehidupan masyarakat dan merupakan peristiwa sehari-
hari. Seorang Filsuf bernama Cicero mengatakan Ubi Societas, Ibi Ius, Ibi Crime yang
artinya ada masyarakat, ada hukum dan ada kejahatan. Masyarakat saling menilai,
berkomunikasi dan menjalin interaksi, sehingga tidak jarang menimbulkan konflik atau
perikatan. Satu kelompok akan menganggap kelompok lainnya memiliki perilaku yang
menyimpang apabila perilaku kelompok lain tersebut tidak sesuai dengan perilaku
kelompoknya. Perilaku menyimpang ini seringkali dianggap sebagai perilaku yang jahat.
Batasan kejahatan dari sudut pandang masyarakat adalah setiap perbuatan yang melanggar
kaidah-kaidah yang hidup di dalam masyarakat.

Menurut Howard Becker, seseorang menjadi jahat karena cap yang diberikan kepadanya.
Perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh pandangan dari orang lain, apabila dilingkungan
sekitarnya orang tersebut dianggap sebagai penjahat, maka dengan sendirinya cap tersebut
melekat pada dirinya, sehingga ia melakukan kejahatan karena cap yang menempel
kepadanya.

Jadi, pada intinya kejahatan merupakan suatu tingkah laku yang melanggar aturan hukum
pidana, dianggap bukan kejahatan apabila pebuatan tersebut tidak tercantum didalam aturan
pidana.

Anda mungkin juga menyukai