ASAS LEGALITAS
BERLAKUNYA HUKUM PIDANA
• Kaitannya dg Ps 1 KUHP
• Kaitannya dg aturan tentang Daluwarsa
• Kaitannya dg ketentuan mengenai pelaku
tindak pidana anak : UU Pengadilan Anak
Larangan berlaku surut dalam berbagai ketentuan
selain yang diatur dalam Ps. 1 ayat (1) KUHP
Internasional:
•Ps 15 (1) ICCPR: hukum tidak berlaku surut
•Ps 15 (2) ICCPR àpengecualian, untuk kejahatan
menurut hukum kebiasaan international: boleh
berlaku surut
•Ps 22, 23, dan 24 ICC (Statuta Roma)
Nasional
•Ps 28i UUD 1945
•Ps 18 (2) dan Ps 18 (3) UU No. 39 Tahun 1999
Ps 28i UUD 1945
• Hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum
yang berlaku surut adalah hak asasi
manusia yang tidak dapat dikurangi dalam
keadaan apapun.”
UU No. 39/ 1999 ttg HAM
•Ps 18 (2) •Ps 18 (3)
Setiap orang tidak Setiap ada
boleh dituntut untuk perubahan dalam
dihukum atau dijatuhi peraturan perundang-
pidana, kecuali undangan maka berlaku
berdasarkan suatu
ketentuan yang paling
peraturan perundang-
undangan yang sudah menguntungkan bagi
ada sebelum tindak tersangka
pidana itu dilakukan
Pengecualian Larangan Berlaku Surut
- Otentik
- Sistematis
- Gramatikal
- Historis
- Sosiologis
- Teleologis
- Ekstensif
Penafsiran Ekstensif Vs Analogi ?
Mis.
•Mengambil = mengadakan suatu perbuatan yang bermaksud
memindahkan sesuatu benda dari tangan yang satu ke tangan yang
lain
Pendapat Scholten
(dan Utrecht)
•PENAFSIRAN •ANALOGI
EKSTENSIF Hakim membawa
Hakim meluaskan perkara yang harus
lingkungan kaidah yang diselesaikan ke dalam
lebih tinggi sehingga lingkungan kaidah yang
perkara yang lebih tinggi
bersangkutan termasuk
juga di dalamnya
Pasal 1 Ayat (2) KUHP
1.UU dimungkinkan utk berlaku surut
2.3 syarat memberlakukan surut suatu UU
a. terjadi perubahan UU
b. perubahan tjd setelah tindak pidana
dilakukan
c. perubahan menguntungkan bg
TSK/TDW
3. Disebut sbg hukum transitoir
Pasal 1 ayat (2) KUHP
-+-----------+---------------+---->
UU Perbuatan Perubahan UU
1.Asas teritorial/wilayah
berlakunya hukum pidana sesuai tempat
terjadinya tindak pidana
Pasal 2 dan 3 KUHP
– KUHP Indonesia
– TP terjadi di Indonesia
– Pelaku WNA/WNI
– Berlaku teori2 locus delicti
UU No.43/2008 tentang Wilayah Negara
Pasal 5
•Batas Wilayah Negara di darat, perairan, dasar laut dan tanah di bawahnya serta
ruang udara di atasnya ditetapkan atas dasar perjanjian bilateral dan/atau trilateral
mengenai batas darat, batas laut, dan batas udara serta berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan hukum internasional.
Pasal 6
•(1) Batas Wilayah Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, meliputi:
a. di darat berbatas dengan Wilayah Negara: Malaysia, Papua Nugini, dan Timor
Leste;
•b. di laut berbatas dengan Wilayah Negara: Malaysia, Papua Nugini, Singapura,
dan Timor Leste; dan
•c. di udara mengikuti batas kedaulatan negara di darat dan di laut, dan batasnya
dengan angkasa luar ditetapkan berdasarkan perkembangan hukum internasional.
•(2) Batas Wilayah Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), termasuk titik-titik
koordinatnya ditetapkan berdasarkan perjanjian bilateral dan/atau trilateral.
•(3) Dalam hal Wilayah Negara tidak berbatasan dengan negara lain, Indonesia
menetapkan Batas Wilayah Negara secara unilateral berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan hukum internasional.
Asas-asas Berlakunya Hukum Pidana
•Hazewinkel-Suringa, Zevenbergen,
Noyon-Langemejer :
Mempergunakan 3 teori secara teleologis
•Kapal :
a) kapal Indonesia
b) kapal perang
c) kapal dagang
•Prinsip ius passagii innoxii (thdp kapal, maka
berlaku hk pidana di wilayah mana kapal
melintas/lewat)
•Asas Universalitas :
- Kejahatan Terorisme ?
- Kejahatan HAM berat ?
-tindak pidana terjadi di ZEE dan landas
kontinen ?
Asas2 Berlakunya H. Pidana : Pengecualian (2)