Anda di halaman 1dari 6

Nama : Siti Yogaputri

NPM : 110110200140

Kelas : Hukum Lembaga-Lembaga Negara C

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT (DPR)

Sebagai sebuah negara demokrasi yang menganut prinsip-prinsi kedaulatan


rakyat, penting bagi kita untuk memiliki lembaga perwakilan yang dapat mewakili
kepentingan-kepentingan rakyat serta menjadi wadah untuk menampung aspirasi rakyat
untuk kemudian dituangkan kedalam berbagai kebijakan umum yang sesuai dengan
aspirasi rakyat.1 Oleh karena itu, Dewan Perwakilan Rakyat dibentuk sebagai badan
legislatif atau perwakilan yang berkewajiban untuk bertindak atas nama rakyat.

DPR terbentuk atas dasar Maklumat Wakil Presiden No. X Tahun 1945 (16 Oktober
1945). Maklumat tersebut merubah status KNIP sebagai badan yang semata mata
membantu Presiden (Pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945 dan Keputusan PPKI tanggal 18
Agustus 1945) menjadi badan yang menjalankan tugas-tugas legislatif dan membentuk
GBHN. KNIP berubah statusnya menjadi Dewan Perwakilan Rakyat Sementara (DPRS) dan
melakukan sebagian wewenang MPR (menetapkan GBHN).
Perubahan status KNIP, tidak hanya menyebabkan perubahan terhadap sistem
pemerintahan presidensil menjadi parlemen dimana pemerintah bertanggung jawab
kepada KNIP namun juga secara bersama-sama membentuk Undang-Undang.2
A. Fungsi dan Kewenangan DPR RI

Sebagai lembaga perwakilan, DPR RI memiliki fungsi legislasi, penganggaran,


dan pengawasan.3 Sesuai dengan yang tercantum dalam Pasal 20A ayat 1 UUD 1945
dan Pasal 69 ayat (1) UU No. 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah yang berbunyi, “Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi
anggaran, dan fungsi pengawasan.”

1
Inda Ervina, Kekuasaan legislatif dalam Pembentukan Undang-Undang (Studi Perbandingan Antara
Indonesia dan Amerika Serikat), (Doctoral dissertation, Universitas Bangka Belitung), hal 17.
2
Bagir Manan, DPR, DPD, dan MPR dalam UUD 1945 baru, FH-UII Press, 2003, hal. 9.
3
Pasal 20A ayat 1 UUD 1945.
Dalam menjalankan fungsinya, DPD memiliki tugas dan wewenang
sebagaimana tercantum dalam Pasal 71 dan Pasal 72 Undang-Undang No. 7 Tahun
2014 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang berbunyi:4

“DPR berwenang:
a. membentuk undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat
persetujuan bersama;
b. memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan terhadap
peraturan pemerintah pengganti undang-undang yang diajukan oleh Presiden
untuk menjadi undang-undang;
c. membahas rancangan undang-undang yang diajukan oleh Presiden atau DPR
yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan
keuangan pusat dan daerah, dengan mengikutsertakan DPD sebelum diambil
persetujuan bersama antara DPR dan Presiden;
d. memperhatikan pertimbangan DPD atas rancangan undang-undang tentang
APBN dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak,
pendidikan, dan agama;
e. membahas bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD dan
memberikan persetujuan atas rancangan undang-undang tentang APBN yang
diajukan oleh Presiden;
f. membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang disampaikan oleh DPD
atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan,
pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,
pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama;
g. memberikan persetujuan kepada Presiden untuk menyatakan perang dan
membuat perdamaian dengan negara lain;

4
Pasal 71 dan Pasal 72 Undang-Undang No. 27 Tahun 2009 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
h. memberikan persetujuan atas perjanjian internasional tertentu yang
menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang
terkait dengan beban keuangan negara dan/atau mengharuskan perubahan
atau pembentukan undang-undang;
i. memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam pemberian amnesti dan
abolisi;
j. memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam hal mengangkat duta besar
dan menerima penempatan duta besar negara lain;
k. memilih anggota BPK dengan memperhatikan pertimbangan DPD;
l. memberikan persetujuan kepada Presiden atas pengangkatan dan
pemberhentian anggota Komisi Yudisial;
m. memberikan persetujuan calon hakim agung yang diusulkan Komisi Yudisial
untuk ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden; dan
n. memilih 3 (tiga) orang hakim konstitusi dan mengajukannya kepada Presiden
untuk diresmikan dengan keputusan Presiden.”

dan

“DPR bertugas:

a. menyusun, membahas, menyebarluaskan program legislasi nasional;


b. menyusun, membahas, rancangan undang-undang; menetapkan, dan dan
menyebarluaskan menerima rancangan undang-undang yang diajukan oleh
DPD berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan
dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah;
c. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang, APBN, dan
kebijakan pemerintah;
d. membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara yang disampaikan oleh BPK;
e. memberikan persetujuan terhadap pemindahtanganan aset negara yang
menjadi kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan terhadap perjanjian yang berakibat luas dan mendasar bagi
kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara;
f. menyerap, menghimpun, menampung, menindaklanjuti aspirasi masyarakat; dan
g. melaksanakan tugas lain yang diatur dalam undangundang.
B. Hubungan DPD dengan Lembaga Negara Lain
1. Hubungan DPR dengan MPR
Setiap anggota DPR merangkap juga sebagai anggota MPR. Hal tersebut
sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi, “Majelis
Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan
anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan
diatur lebih lanjut dengan undang-undang.”5
2. Hubungan DPD dengan DPR
Selaku lembaga negara perwakilan, DPR dan DPD tentunya saling
berhubungan satu sama lain. Hubungannya yaitu DPD dapat mengajukan,
membahas bersama, dan memberikan pertimbangan serta melakukan
pengawasan bersama DPR mengenai rancangan undang-undang yang
berhubungan dengan kepentingan daerah seperti, otonomi daerah, APBN daerah,
pengelolaan SDA daerah, dan lain sebagainya.
3. Hubungan DPD dengan BPK
Hubungan antara DPR dengan BPK, sebagaimana diatur dalam pasal 23E
ayat (2) UUD 1945 yaitu, “Hasil pemeriksa keuangan negara diserahkan kepada
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah,sesuai dengan kewenangnnya.” Hal tersebut juga ditegaskan
dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang No. 15 Tahun 2006 tentang Badan
Pemeriksa Keuangan. Berdasarkan hal tersebut, maka hubungan DPR dengan BPK
berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara.6

5
Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945.
6
Gilang Prama Jasa dan Ratna Herawati, Dinamika Relasi Antara Badan Pemeriksa Keuangan dan Dewan
Perwakilan Rakyat Dalam Sistem Audit Keuangan Negara, Law Reform 13.2 (2017), hal. 191.
4. Hubungan DPR dengan MK
DPR merupakan pembentuk Undang-Undang, dimana Undang-Undang
tersebut akan diuji oleh MK. Selain itu, DPR juga berwenang untuk mengajukan 3
calon hakim di MK. Kemudian, sebagai lembaga negara, DPR berpotensi
bersengketa dengan lembaga negara lain yang kemudian dapat diselesaikan oleh
MK.7
C. Dasar Hukum
1) Bab VII Undang-Undang Dasar Tahun 1945 tentang Dewan Perwakilan Daerah.
2) Pasal 23 E ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945.
3) BAB III Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD
4) Undang-Undang No. 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah.
D. Cara Pengisian Anggota DPR RI
Berdasarkan Pasal 67 Undang-Undang No. 27 Tahun 2009 disebutkan bahwa
“DPR terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih
melalui pemilihan umum.”
Dalam Pasal 74 Undang-Undang No. 27 Tahun 2009 disebutkan juga bahwa,
“(1) Anggota DPR berjumlah 560 (lima ratus enam puluh) orang. (2) Keanggotaan
DPR diresmikan dengan keputusan Presiden. (3) Anggota DPR berdomisili di ibu
kota Negara Republik Indonesia. (4) Masa jabatan anggota DPR adalah 5 (lima)
tahun dan berakhir pada saat anggota DPR yang baru mengucapkan
sumpah/janji.”
Anggota Dewan yang berhenti di tengah-tengah masa jabatannya akan
digantikan oleh Calon Legislator lain (yang mengikuti Pemilu Legislatif) melalui PAW
(Pergantian Antar Waktu).
E. Hak dan Kewajiban Anggota DPR RI
Berdasarkan Pasal 78 dan Pasal 79 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009
tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

7
Jimly Asshiddiqie, Kedudukan Mahkamah Konstitusi Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia, diakses pada
26 September 2021, https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=%2011779
Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, hak dan kewajiban anggota
DPR RI mencakup:8
1. Hak Anggota
a. mengajukan usul rancangan undang-undang;
b. mengajukan pertanyaan;
c. menyampaikan usul dan pendapat;
d. memilih dan dipilih;
e. membela diri;
f. imunitas;
g. protokoler
h. keuangan dan administratif.
2. Kewajiban Anggota
a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila;
b. melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 dan menaati peraturan perundangundangan;
c. mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
d. mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok,
dan golongan;
e. memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat;
f. menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan negara;
g. menaati tata tertib dan kode etik;
h. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga lain;
i. menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja
secara berkala;
j. menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat; dan
k. memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada
konstituen di daerah pemilihannya.

8
Pasal 78 dan Pasal 79 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Anda mungkin juga menyukai