Anda di halaman 1dari 29

Nama: Azra Amelia Hendarto

NIM: 8111421601

Lembaga Negara Indonesia


Lembaga negara berdasarkan ketentuan UUDNRI 1945

1. Majelis Permusyawaratan Rakyat


Setelah amandemen UUDNRI 1945, secara konseptual maupun structural bukan lagi
merupakan lembaga tertinggi. MPR terdiri atas DPR dan DPD yang masing-masing
dipilih langsung oleh rakyat,1 selain itu amandemen UUNDRI 1945 juga berdampak
pada kewenangan MPR, antara lain MPR sudah tidak lagi mengangkat dan
memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden melainkan MPR hanya melantiknya.
Sesuai dengan Psal 8 (2) dan (3) UUDNRI 1945 kewenangan MPR ialah:
 Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar.
 Melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden.
 Memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya
menurut Undang-Undang Dasar.
 Memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diusulkan oleh Presiden dalam hal
terjadi kekosongan Wakil Presiden.
 Memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua pasangan calon Presiden dan
Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik
yang pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak
pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya sampai berakhir masa
jabatannya, jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan,
atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara
bersamaan

Kewenangan tambahan bagi MPR berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun


2014 Tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (MD3) berupa:

1
Ahmad Yani, “Sistem Pemerintahan Indonesia: Pendekatan Teori Dan Praktek Konstitusi Undang-Undang Dasar
1945,” Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum 12, no. 2 (2018): 119.
 Memasyarakatkan Ketetapan MPR
 Memasyarakatkan Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI dan Bhinneka
Tunggal Ika;
 Mengkaji sistem ketatanegaraan Indonesia, UUD NRI Tahun 1945 dan
implementasinya; serta
 Menyerap masyarakat, daerah, dan lembaga negara terkait dengan pelaksanaan
UUD NRI Tahun 1945.2
2. Presiden
Berdasarkan UUDNRI 1945:
 Presiden memegang kekuasaan membentuk undang- undang dengan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat.
 Presiden memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan
Angkatan Udara.
 Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang,
membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.
 Presiden mengangkat duta dan konsul serta menerima duta negara lain
 Presiden memberi grasi, amnesti, abolisi, dan rehabilitasi
Ad. Grasi adalah pengampunan berupa perubahan, peringanan, pengurangan, atau
penghapusan pelaksanaan pidana kepada terpidana yang diberikan oleh Presiden.3
Ad. Amnesti dan abolisi merupakan suatu konsekuensi yudisial akibat suatu
keputusan politik kekuasaan eksekutif dan legislatif yang melepaskan tanggungjawab
pidana seseorang untuk tidak dituntut, bila belum diadili, atau membebaskan
seseorang (terpidana) dari penghukuman yang sedang dijalaninya.4
 Presiden memberi gelaran, tanda jasa ,dan lain-lain tanda kehormatan.
3. Wakil Presiden
Dalam menjalankan pemerintahan, wakil presiden Indonesia memiliki beberapa tugas
secara umum sebagai berikut:

2
Badan Pengkajian and M P R Ri, PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG, 2017.
3
Asep Nursobah, “Prosedur Pengajuan Grasi,” Kepaniteraan Mahkama Agung,
https://kepaniteraan.mahkamahagung.go.id/prosedur-berperkara/permohonan-grasi.
4
Suyogi Imam Fauzi, “Politik Hukum Pemberian Grasi, Amnesti Dan Abolisi Sebagai Konsekuensi Logis Hak
Prerogatif,” ukum & Pembangunan 51, no. 3 (2020): 16.
a. Mendampingi sang presiden jika presiden menjalankan tugas-tugas kenegaraan di
negara
b. Membantu dan mewakili tugas presiden di bidang kenegaraan dan pemerintahan.
c. Membantu presiden dalam mengoordinasikan, menjalankan, dan mengevaluasi
program kerja kabinet. Termasuk dalam fungsi ini, wakil presiden dapat juga sebagai
kepala suatu badan administrasi pemerintahan atau suatu komisi Negara
d. Melaksanakan tugas teknis pemerintahan sehari-hari
e. Menyusun agenda kerja kabinet dan menetapkan fokus atau prioritas kegiatan
pemerintahan yang pelaksanaannya kepada dipertanggungjawabkan presiden.
f. Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD
g. Bertanggungjawab penuh membantu presiden dalam urusan kenegaraan
h. Menjalankan roda koordinasi dan komunikasi antara lembaga-lembaga di
pemerintahan.5
4. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
DPR dipilih melalui pemilihan umum dengan susunan sesuai dengan Undang-Undang
dan DPR harus melakukan sidang paling sedikit sekali dalam setahun. DPR memiliki
kewenangan legislative yakni sebagai pembentuk Undang-Undang, selain itu DPR juga
memiliki hak
interpelasi, hak angket dan hak menyatakan pendapat.
Berdasarkan Pasal 20A UUDNRI 1945, DPR memiliki tiga fungsi berupa fungsi
legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan.
 Fungsi Legislasi
Fungsi legislasi adalah fungsi utama DPR sebagai lembaga negara berupa fungsi
untuk membentuk undang-undang. Menurut Jimly Asshiddidie, fungsi legislasi
memiliki empat bentuk kegiatan yaitu:
a. prakarsa pembuatan undang-undang;
b. pembahasan rancangan undang-undang; pengesahan
c. persetujuan atas rancangan UU

5
Maria Prisilia Mamesah, “Tugas Dan Fungsi Wakil Presiden Dalam Kegiatan Pemerintahan Di Indonesia,” Lex
Administratum VI, no. 2 (2018): 88–98, https://news.detik.com/berita/2999768/peran-dan-.
d. pemberian persetujuan pengikatan atau ratifikasi atas perjanjian atau persetujuan
internasional dan dokumen-dokumen hukum yang mengikat lainnya.6
 Fungsi Anggaran
Fungsi ini adalah untuk menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) serta menetapkan undang-undnag APBN setiap tahun anggaran (1 Januari –
31 Desember). APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana
penerimanaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran. APBN,
Perubahan APBN, dan pertanggungjawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan
undang-undang. Setelah APBN ditetapkan dengan undang-undang, pelaksanaan
APBN dituangkan lebih lanjut dengan Peraturan Presiden. Berdasarkan Pasal 15 ayat
(1) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, pemerintah
pusat diharuskan mengajukan RUU tentang APBN disertai nota keuangan dan
dokumen-dokumen pendukung kepada DPR pada bulan Agustus tahun sebelumnya.
 Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan ialah DPR dapat mengusulkan kepada MPR untuk meminta
pertanggungajawaban kepada Presiden bila Presiden melakukan pelanggaran terhadap
suatu ketentuan. fungsi pengawasan DPR memiliki hak interpelasi, hak angket, dan
hak menyarakat pendapat. Pengawasan (kontrol) pada dasarnya diarahkan untuk
menghindari adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan
yang akan dicapai.7
5. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Wewenang DPD tersebut diatur dalam Pasal 22 D ayat (1), (2), dan (3) UUD 1945. DPD
memiliki tiga fungsi tetapi terbatas bersifat konsultatif dan subordinat terhadap fungsi
yang sama yang dilakukan oleh DPR. Semua fungsi yang dimiliki DPD berakhir dan
bermuara pada DPR. Fungsi-fungsi DPD antara lain:
1) Fungsi Legislasi
o Mengajukan rancangan UU kepada DPR berkenaan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan

6
Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009, hlm. 300
7
Sugiman, “Fungsi Legislasi DPR Pasca Amandemen UUD NKRI 1945,” Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara 10, no. 2
(2020): 173–182.
daerah, pemberdayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia serta
sumber daya ekonomi lainnya berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat
dan daerah.
o Ikut membahas pada tingkat I atas rancangan undangundang yang berkaitan
dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan
dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
o Memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat atas rancangan
undang-undang yang berkaitan dengan anggaran pendapatan dan belanja
negara, pajak, pendidikan, dan agama.
2) Fungsi Pengawasan pelaksanaan UU mengenai otonomi daerah, hubungan pusat
dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara, pajak, pendidikan,
dan agama, berdasarkan laporan yang diterima dari BPK, aspirasi dan pengaduan
masyarakat, keterangan tertulis pemerintah, dan temuan monitoring di lapangan.
Hasil pengawasan tersebut disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat
sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti
3) Fungsi Nominasi, memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan
anggota BPK yang dilakukan oleh DPR8
6. Kementerian Negara
Kementerian Negara diatur dalam Pasal 17 UUD 1945. Adapun tugas dari kementrian
Negara adalah membatu presiden. Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam
pemerintahan dan menteri-menteri diangkat dan diberhentikan oleh presiden.9
Kementerian Negara terbagi menjadi:
 Kementerian Sekretariat Negara

8
I Gusti Bagus Suryawan, FUNGSI DAN WEWENANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH PERSPEKTIF IUS
CONSTITUENDUM Suatu Sumbangan Pemikiran Mengenai Model Ideal Pengaturan Fungsi Dan Wewenang DPD
Secara Konstitusional, 2020.
9
Asri Agustiwi, “Keberadaan Lembaga Negara Pasca Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 Di Indonesia,”
Journal Rechstaat 8, no. 1 (2014): 1–10.
 Kementerian Dalam Negri
 Kementerian Luar Negri
 Kementerian Pertahanan
 Kementerian Hukum dan HAM
 Kementerian Keuangan
 Kementerian Energi dan SDM
 Kementerian Perindustrian
 Kementerian Perdagangan
 Kementerian Pertanian
 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
 Kementerian Perhubungan
 Kementerian Kelautan dan Perikanan
 Kementerian Ketenagakerjaan
 Kementerian PU dan Perumahan Rakyat
 Kementerian Kesehatan
 Kementerian Sosial
 Kementerian Agama
 Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah
 Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi
 Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
 Kementerian Pariwisata
 Kementerian Komunikasi dan Informatika
 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
 Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional
 Kementerian Agraria dan Tata Ruang
 Kementerian Badan Usaha Milik Negara
 Kementerian Pemuda dan Olahraga10
7. Mahkamah Agung (MA)
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009, Mahkamah agung merupakan
pengadilan negara tertinggi dari badan peradilan yang berada di dalam keempat
lingkungan peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan
Peradilan Tata Usaha Negara) dan bersifat merdeka atau terbebas dari kekuasaan
pemerintah.
Pasal 20 (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 menyebutkan wewenang Mahkamah
Agung berupa :
a. Mengadili pada tingkat kasasi terhadap putusan yang diberikan pada tingkat
terakhir oleh pengadilan di semua lingkungan peradilan yang berada di bawah
Mahkamahh Agung, kecuali undang-undang menentukan lain
b. Menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap
undang-undang; dan
c. Kewenangan lainnya yang diberikan undang-undang.

Mahkamah Agung juga dapat memberi keterangan, pertimbangan, dan nasihat


masalah hukum kepada lembaga negara dan lembaga pemerintah sesuai dengan Pasal
22 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 200911

8. Mahkamah Konstitusi (MK)


MK merupakan lembaga negara baru yang dibentuk setelah yang 1945 Undang-Undang
Dasar diamandemen. Wewenang MK berdasarkan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 48
Tahun 2009 ialah:
1) Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir
yang putusannya bersifat final untuk:
a. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;

10
Dewan Perwakilan Rakyat, “No Title,” Sekretariat Jenderal DPR RI, last modified 2016,
https://www.dpr.go.id/index/link.
11
Pasal 20-22 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
b. memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
c. memutus pembubaran partai politik;
d. memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum; dan
e. kewenangan lain yang diberikan oleh undang-undang
2) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Mahkamah Konstitusi
wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa
Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum
berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat
lainnya atau perbuatan tercela, dan/atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai
Presiden dan/atau Wakil Presiden.12
9. Komisi Yudisial (KY)
Kedudukan secara struktural dari Komisi Yudisial dengan Mahkamah Agung atupun
Mahkamah Konstitusi adalah sederajat. Namun demikian, perlu diketahui peranan
Komisi Yudisial secara fungsional hanya sebagai penunjang terhadap lembaga kekuasaa
kehakiman. Komisi Yudisial bukanlah lembaga penegak norma hukum, melainkan
lembaga yang menegakkan norma etik.13
Pasal 24B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan
bahwa Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan
hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan
kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku Hakim. Pasal 20 Undang-Undang Nomor
18 Tahun 2011 mengatur bahwa dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan,
keluhuran martabat, serta perilaku Hakim, KY mempunyai tugas melakukan pemantauan
dan pengawasan terhadap perilaku Hakim;
 Menerima laporan dari masyarakat berkaitan dengan pelanggaran Kode Etik dan
Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH);

12
Pasal 29 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
13
Helmi Nuky Nugroho, “Dinamika Wewenang Komisi Yudisial Ditinjau Dari Perspektif Undang-Undang Komisi
Yudisial,” Jurnal Kosmik Hukum 17, no. 2 (2017): 95–105.
 Melakukan verifikasi, klarifikasi, dan investigasi terhadap laporan dugaan
pelanggaran KEPPH secara tertutup;
 Memutus benar tidaknya laporan dugaan pelanggaran KEPPH,
 Mengambil langkah hukum dan/atau langkah lain terhadap orang perseorangan,
kelompok orang, atau badan hukum yang merendahkan kehormatan dan keluhuran
martabat Hakim.14
10. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 BPK adalah lembaga negara yang
bebas dan mandiri. BPK berkedudukan di Ibukota negara dan memiliki perwakilan di
setiap provinsi.
Berdasarkan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006, dalam melaksanakan
tugasnya, kewenangan BPK antara lain :
1) Menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan,
menentukan waktu dan metode pemeriksaan serta menyusun dan menyajikan laporan
pemeriksaan;
2) Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang, unit
organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank
Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik
Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara;
3) Melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik negara, di
tempat pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata usaha keuangan negara, serta
pemeriksaan terhadap perhitungan-perhitungan, surat-surat, bukti-bukti, rekening
koran, pertanggungjawaban, dan daftar lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan
keuangan negara;
4) Menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara yang wajib disampaikan kepada BPK;

14
Komisi Yudisial, “Tugas KY Bukan Cuma Mengawasi, Tapi Juga Melindungi Hakim,” Komisiyudisial.Go.Id, last
modified 2022, accessed September 19, 2022, https://komisiyudisial.go.id/frontend/news_detail/15072/tugas-ky-
bukan-cuma-mengawasi-tapi-juga-melindungi-hakim#:~:text=Pasal 20 Undang-Undang Nomor,Kode Etik dan
Pedoman Perilaku.
5) Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi dengan
Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah yang wajib digunakan dalampemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara;
6) Menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara;
7) Menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang bekerja untuk
dan atas nama BPK;
8) Membina fungsional jabatan Pemeriksa;
9) Memberi pertimbangan atas Standar Akuntansi Pemerintahan; dan
10) Memberi pertimbangan atas rancangan sistem pengendalian intern Pemerintah
Pusat/Pemerintah Daerah sebelum oleh ditetapkan Pemerintah Pusat/Pemerintah
Daerah.15
11. Pemerintahan Daerah
Pemerintahan Daerah berdasarkan Pasal 18 ayat (2) dan ayat (5) UUD 1945 berwenang
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan, serta diberikan otonomi seluas-luasnya untuk mempercepat
peningkatkan kesejahteraan, masyarakat melalui pelayanan, pemberdayaan, dan
peranserta masyarakat.
Berdasarkan Pasal 2 ayat (2) PP No. 38 Tahun 2007 Tentang pembagian Urusan
Pemerintaha, pemerintahan dibagi menjadi tiga tingkatan, yakni:
1) Pemerintah
2) Pemerintah Provinsi
3) Pemerintah Kabupaten/Kota
12. Bank Sentral
Berdasarkan Pasal 29 Ayat (1) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, BI mempunyai tugas
dalam hal pembinaan dan pengawasan bank. Pembinaan adalah upaya-upaya yang
dilakukan dengan cara menetapkan peraturan yang menyangkut aspek kelembagaan,
kepemilikan, pengurusan, kegiatan usaha, pelaporan serta aspek lain yang berhubungan

15
Surya Kusuma, “Tanggung Jawab Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) Dalam Melaksanakan Pemeriksaan
Pengelolaan Keuangan Negara Untuk Mewujudkan Pemerintahan Yang Baik Dan Bersih,” Lex Administratum 6, no.
3 (2019): 78–86.
dengan kegiatan operasional bank. Apa yang dimaksud dengan pengawasan dalam ayat
(1) ini meliputi pengawasan dini melalui penelitian, analisis, dan evaluasi laporan bank,
dan pengawasan langsung dalam bentuk pemeriksaan yang disusul dengan tindakan-
tindakan perbaikan. Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 Tentang BI yang telah
diubah dengn Undang-Undang No. 3 Tahun 2004, kewenangan dan tugas BI ialah
meliputi pengaturan dan pengawasan bank.16
13. Tentara Nasional Indonesia
Tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan
terhadap keutuhan bangsa dan negara.
Tugas pokok sebagaimana dimaksud dilakukan dengan:
a. Operasi militer untuk perang;
b. Operasi militer selain perang, yaitu untuk:
1. Mengatasi gerakan separatis bersenjata;
2. Mengatasi pemberontakan bersenjata;
3. Mengatasi aksi terorisme;
4. Mengamankan wilayah perbatasan;
5. Mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis;
6. Melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik
luar negeri;
7. Mengamankan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya;
8. Memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini
sesuai dengan system pertahanan semesta;
9. Membantu tugas pemerintahan di daerah;
10. Membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka
tugas keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam undang-undang;

16
Evanlie Robot, “KEWENANGAN BANK INDONESIA PASCA TERBENTUKNYA OTORITAS JASA KEUANGAN MENURUT
UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 20111,” Lex Et Societatis VII, no. 6 (2019): 68–75.
11. Membantu mengamankan tamu negara setingkat kepala negara dan
perwakilan pemerintah asing yang sedang berada di Indonesia;
12. Membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan pemberian
bantuan kemanusiaan;
13. Membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (search and rescue);
serta
14. Membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan penerbangan
terhadap pembajakan, perompakan, dan penyelundupan.17
14. Kepolisian Negara Republik Indonesia
Kedudukan dan tanggungjawab Kepolisian menurut hukum positif di Indonesia minimal
ada empat instrumen hukum yang mengatur tentang kedudukan Polri yakni:
1) Menurut Ketetapan MPR No. VII/MPR/2000. Di dalam Ketetapan MPR RI No.
VII/MPR/2000 tentang Peran Tentara Nasional Indonesia dan Peran Kepolisian
Negara Republik Indonesia ada lima Pasal yang mengatur tentang kepolisian, yakni
dirumuskan dalam Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9 dan Pasal 10.
2) Menurut Keputusan Presiden No. 89 Tahun 2000. Di dalam Keputusan Presiden No.
89 Tahun 2000, kedudukan Kepolisian Negara Republik Indonesia dirumuskan dalam
Pasal 2 ayat (1) yang menyebutkan, bahwa “Kepolisian Negara Republik Indonesia
berkedudukan langsung di bawah Presiden”, dan ayat (2) menyebutkan, bahwa
“Kepolisian Negara Republik Indonesia dipimpin oleh Kepala Kepolisian Republik
Indonesia yang dalam pelaksanaan tugasnya bertanggungjawab langsung kepada
Presiden”
3) Menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 2000.
4) 2002. Keluarnya Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 ini sebagai amanat dan tindak
lanjut Ketetapan MPR RI No. VII/MPR/2000 dan Pasal 30 ayat (5) UUD 1945. Di
dalam Pasal 11 Tap MPR RI No. VII/MPR/2000 diamanatkan, bahwa ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ketetapan ini diatur lebih lanjut dengan undang-
undang, dan Pasal 30 ayat (5) UUD 1945, mengamanatkan, bahwa susunan dan

17
Juwita, “ANALISIS YURIDIS PENGATURAN KEWENANGAN TNI SELAKU PENEGAK KEDAULATAN NKRI DALAM
MENGATASI AKSI TERORISME,” Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia 5 (2020).
kedudukan Kepolisian Negara Republik Indonesia lebih lanjut di atur dalam undang-
undang.
5) Menurut Keputusan Presiden No. 70 Tahun 2002. Secara umum Keputusan Presiden
No. 70 Tahun 2002 mengatur tentang organisasi tata kerja Kepolisian Negara
Republik Indonesia, akan tetapi dalam Pasal 1 menegaskan tentang kedudukan
kepolisian, yang substansinya, bahwa “Kepolisian Negara Republik Indonesia
disingkat Polri merupakan Kepolisian Nasional yang berada di bawah Presiden”.18
15. Dewan Pertimbangan Presiden
Dewan Pertimbangan Agung yang saat ini dikenal sebagai Dewan Pertimbangan Presiden
bukanlah hal yang baru di Indonesia. Dahulu lembaga penasehat serupa pada masa
pemerintahan kolonial Hindia-Belanda di Indonesia sudah pernah ada, lembaga tersebut
memiliki fungsi yang tidak jauh berbeda dari lembaga penasehat saat ini. Pada masa itu
lembaga penasehat tersebut bernama Raad Van Nederlandsch Indie yang memiliki tugas
dan kewenangan yang mencangkup, antara lain:
a. Memberikan nasehat atau pertimbangan-pertimbangan kepada Gubernur Jenderal
mengenai hal-hal yang wajib dimintakan nasehatnya oleh Gubernur Jenderal.
b. Memberikan nasehat mengenai hal-hal tertentu yang dianggap penting oleh Gubernur
Jenderal.

Lembaga Negara Berdasarkan Undang-Undang

1. Komisi Kepolisian Nasional


Pasal 37 ayat (2) UU No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia:
"Komisi Kepolisian Nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibentuk dengan
Keputusan Presiden"

2. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)


Pasal 30 Ayat (1) UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat:

18
Christy Karina Babay, “KEDUDUKAN DAN TANGGUNGJAWAB KEPOLISIAN DALAM ORGANISASI NEGARA DI
INDONESIA MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN RI,” Lex Et Societatis VI, no. 2
(2018): 168–176.
"Untuk mengawasi pelaksanaan Undang-undang ini dibentuk Komisi Pengawas
Persaingan Usaha yang selanjutnya disebut Komisi"

3. Komisi Perlindungan Anak Indonesia


Pasal 74 UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak:
"Dalam rangka meningkatkan efektivitas penyelenggaraan perlindungan anak, dengan
undang-undang ini dibentuk Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang bersifat
independen"

4. Komisi Banding Merek


Pasal 33 Ayat (1) UU No. 15 tahun 2001 tentang Merek:
"Komisi Banding Merek adalah badan khusus yang independen dan berada di lingkungan
departemen yang membidangi hak kekayaan intelektual."

5. Komisi Banding Paten


Pasal 64 Ayat (1) UU No. 14 Tahun 2001 tentang Paten:
"Komisi Banding Paten adalah badan khusus yang independen dan berada di lingkungan
departemen yang membidangi Hak Kekayaan Intelektual"

6. Komisi Informasi
Pasal 23 UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik:
"Komisi Informasi adalah lembaga mandiri yang berfungsi menjalankan Undang-Undang
ini dan peraturan pelaksanaannya menetapkan petunjuk teknis standar layanan Informasi
Publik dan menyelesaikan Sengketa Informasi Publik melalui Mediasi dan/atau Ajudikasi
nonlitigasi."

7. Komisi Pengawas Haji Indonesia


Pasal 12 Ayat (1) UU No. 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Haji:
"KPHI dibentuk untuk melakukan pengawasan dalam rangka meningkatkan pelayanan
Penyelenggaraan Ibadah Haji Indonesia"

8. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)


Pasal 1 angka 7 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM:
"Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang selanjutnya disebut Komnas HAM adalah
lembaga mandiri yang kedudukannya setingkat dengan lembaga negara lainnya yang
berfungsi melaksanakan pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi
hak asasi manusia."

9. Komisi Pemilihan Umum


a) Pasal 22E Ayat (5) UUD 1945:
"Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat
nasional, tetap, dan mandiri"
b) Pasal 1 angka 3 UU No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum:
"Komisi Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut KPU adalah lembaga yang bersifat
nasional, tetap, dan mandiri, untuk menyelenggarakan Pemilu."

10. Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi


Pasal 2 UU No. 30 Tahun 2002 tentang KPK:
“Dengan Undang-Undang ini dibentuk Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
yang untuk selanjutnya disebut Komisi Pemberantasan Korupsi.”

11. Komite Nasional Keselamatan Transportasi


Pasal 256 ayat (3) UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran:
“"Investigasi yang dilakukan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak untuk menentukan kesalahan penerbanganau
kelalaian atas terjadinya kecelakaan kapal."

12. Lembaga Kerja Sama Tripartit


Pasal 107 ayat (4) UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan:
"Tata kerja dan susunan organisasi Lembaga Kerja sama Tripartit sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah."

13. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK)


Pasal 11 ayat (1) UU No. 31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU No. 13 Tahun 2006
tentang Perlindungan Saksi dan Korban:
“"LPSK merupakan lembaga yang mandiri."

14. Dewan Riset Nasional


Pasal 19 ayat (2) UU No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,
Pengembangan, dan Penerapan IPTEK:
"Untuk mendukung Menteri dalam merumuskan arah, prioritas utama, dan kerangka
kebijakan pemerintah di bidang penelitian, pengembangan, dan penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi, pemerintah membentuk Dewan Riset Nasional yang
beranggotakan masyarakat dari unsur kelembagaan ilmu pengetahuan dan teknologi."

15. Dewan Pengupahan Nasional


Pasal 98 ayat (1) UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan:
"Untuk memberikan saran, pertimbangan, dan merumuskan kebijakan pengupahan yang
akan ditetapkan oleh pemerintah, serta untuk pengembangan sistem pengupahan nasional
dibentuk Dewan Pengupahan Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota."

16. Dewan Energi Nasional


Pasal 12 ayat (1) UU No. 30 Tahun 2007 tentang Energi:
"Presiden membentuk Dewan Energi Nasional"

17. Dewan Pers


Pasal 15 ayat (1) UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers:
"Dalam upaya mengembangkan kemerdekaan pers dan meningkatkan kehidupan pers
nasional, dibentuk Dewan Pers yang independen."

18. Dewan Pertimbangan Presiden


a) Pasal 2 UU No. 19 Tahun 2006 tentang Dewan Pertimbangan Presiden:
“Dewan Pertimbangan Presiden berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggung jawab
kepada Presiden.”
b) Pasal 3 UU No. 19 Tahun 2006 tentang Dewan Pertimbangan Presiden:
“Dewan Pertimbangan Presiden berkedudukan di tempat kedudukan Presiden.”

19. Dewan Sumber Daya Air Nasional


a) Pasal 14 huruf h UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air:
"membentuk Dewan Sumber Daya Air Nasional, dewan sumber daya air wilayah sungai
lintas provinsi, dan dewan sumber daya air wilayah sungai strategis nasional"
b) Pasal 87 ayat (1) UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
"Koordinasi pada tingkat nasional dilakukan oleh Dewan Sumber Daya Air Nasional
yang dibentuk oleh Pemerintah, dan pada tingkat provinsi dilakukan oleh wadah
koordinasi dengan nama
dewan sumber daya air provinsi atau dengan nama lain yang dibentuk oleh pemerintah
provinsi."

20. Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam


Pasal 6 (Perppu No. 1 Tahun 2000) ayat (1) jo UU No. 36 Tahun 2000 jo UU No. 44
Tahun 2007 tentang Penetapan PP Pengganti UU No. 1 Tahun 2000 tentang Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Menjadi UU:
"Presiden menetapkan Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas di
daerah, yang selanjutnya disebut Dewan Kawasan"

21. Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan


Pasal 6 (Perppu No. 1 Tahun 2000) ayat (1) jo UU No. 36 Tahun 2000 jo UU No. 44
Tahun 2007 tentang Penetapan PP Pengganti UU No. 1 Tahun 2000 tentang Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Menjadi UU:
"Presiden menetapkan Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas di
daerah, yang selanjutnya disebut Dewan Kawasan"

22. Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun


Pasal 6 (Perppu No. 1 Tahun 2000) ayat (1) jo UU No. 36 Tahun 2000 jo UU No. 44
Tahun 2007 tentang Penetapan PP Pengganti UU No. 1 Tahun 2000 tentang Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Menjadi UU:
"Presiden menetapkan Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas di
daerah, yang selanjutnya disebut Dewan Kawasan"

23. Dewan Jaminan Sosial Nasional


Pasal 6 UU No 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Nasional:
"Untuk penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial Nasional dengan UndangUndang ini
dibentuk Dewan Jaminan Sosial Nasional."

24. Dewan Jaminan Sosial Nasional


Pasal 6 UU No 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Nasional:
"Untuk penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial Nasional dengan UndangUndang ini
dibentuk Dewan Jaminan Sosial Nasional."
25. Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas
Pasal 4 ayat (3) UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi:
"Pemerintah sebagai pemegang Kuasa Pertambangan membentuk Badan Pelaksana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 23"

26. Badan Perlindungan Konsumen Nasional


Pasal 31 UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen:
"Dalam rangka mengembangkan upaya perlindungan konsumen dibentuk Badan
Perlindungan Konsumen Nasional"

27. Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Sabang


Pasal 4 ayat (1) UU No 37 Tahun 2000 ttg Penetapan PP Pengganti UU No 2 Tahun 2000
ttg Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Sabang menjadi UU:
"Presiden menetapkan Dewan Kawasan Sabang."

28. Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam
Pasal 7 ayat (1) UU No. 36 Tahun 2000 jo UU no. 44 Tahun 2007 tentang Penetapan PP
Pengganti UU No. 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas Menjadi UU:
"Dewan Kawasan membentuk Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas yang selanjutnya disebut Badan Pengusahaan. "

29. Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun
Pasal 7 ayat (1) UU No. 36 Tahun 2000 jo UU no. 44 Tahun 2007 tentang Penetapan PP
Pengganti UU No. 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas Menjadi UU:
"Dewan Kawasan membentuk Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas yang selanjutnya disebut Badan Pengusahaan. "

30. Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan
Pasal 7 ayat (1) UU No. 36 Tahun 2000 jo UU no. 44 Tahun 2007 tentang Penetapan PP
Pengganti UU No. 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas Menjadi UU:
"Dewan Kawasan membentuk Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas yang selanjutnya disebut Badan Pengusahaan. "

31. Ombudsman Republik Indonesia


Pasal 1 angka 1 UU Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia:
Ombudsman Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Ombudsman adalah lembaga
negara yang mempunyai kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik baik
yang diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan termasuk yang
diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan
Hukum Milik Negara serta badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas
menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh dananya
bersumber dari anggaran

32. Konsil Kedokteran Indonesia


Pasal 4 ayat (1) UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran:
"Untuk melindungi masyarakat penerima jasa pelayanan kesehatan dan meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan dari dokter dan dokter gigi dibentuk Konsil Kedokteran
Indonesia yang terdiri atas Konsil Kedokteran dan Konsil Kedokteran Gigi."

33. Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia


Pasal 2 ayat (1) UU No 8 Tahun 1990 tentang Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia:
"Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, selanjutnya dalam Undang-undang ini disingkat
AIPI, merupakan satu-satunya wadah ilmuwan Indonesia terkemuka."

34. Badan Pertimbangan Telekomunikasi


Pasal 33 ayat (1) UU No. 3 Tahun 1989 Tentang Telekomunikasi:
"Dalam rangka pelaksanaan Undang-undang ini dan sejalan dengan perkembangan
teknologi di bidang telekomunikasi serta dinamika masyarakat, dengan Keputusan
Presiden dibentuk Badan Pertimbangan Telekomunikasi. "

35. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan


Pasal 1 ayat (2) UU No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencucian Uang:
"Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan yang selanjutnya disingkat PPATK
adalah lembaga independen yang dibentuk dalam rangka mencegah dan memberantas
tindak pidana Pencucian Uang. "

36. Komisi Aparatur Sipil Negara


Pasal 140 UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara:
"KASN dibentuk paling lama 6 (enam) bulan sejak Undang-Undang ini diundangkan."

37. Komite Perdagangan Nasional


Pasal 97 ayat (1) UU No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan:
"Untuk mendukung percepatan pencapaian tujuan pengaturan kegiatan Perdagangan,
Presiden dapat membentuk Komite Perdagangan Nasional."

38. Komite Industri Nasional


Pasal 112 ayat (1) UU No 3 Thn 2014 tentang Perindustrian:
"Dalam rangka mendukung pencapaian tujuan
pembangunan Industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dibentuk Komite Industri
Nasional."

39. Komisi Penyuluhan Nasional


Pasal 10 ayat (1) UU No. 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan,
dan Kehutanan:
"untuk menetapkan kebijakan dan strategi penyuluhan Menteri dibantu oleh Komisi
Penyuluhan Nasional"

40. Badan Koordinasi Penyuluhan


Pasal 8 ayat (2) huruf b Badan Koordinasi Penyuluhan:
"Pada tingkat provinsi berbentuk Badan Koordinasi Penyuluhan"

41. Badan Amil Zakat Nasional


Pasal 5 ayat (1) UU No. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat:
"untuk melaksanakan pengelolaan zakat, pemerintah membentuk BAZNAS"

42. Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik


Pasal 51 ayat (1) UU Nomor 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan:
“Untuk mengatur dan mengawasi terselenggaranya kompetisi penyediaan tenaga listrik,
dibentuk satu badan yang disebut Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik.”

43. Komite Profesi Akuntan Publik


Pasal 45 ayat (1) UU Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Akuntan Publik:
“Menteri membentuk Komite Profesi Akuntan Publik.”

44. Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan


Pasal 15 ayat (1) UU Nomor 20 Tahun 2009:
“Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan dibentuk untuk memberikan
pertimbangan kepada Presiden dalam pemberian Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda
Kehormatan.”

45. Majelis Pertimbangan Tenaga Nuklir


Pasal 5 UU 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran:
“Pemerintah membentuk Majelis Pertimbangan Tenaga Nuklir yang bertugas
memberikan saran dan pertimbangan mengenai pemanfaatan tenaga nuklir.”

46. Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia


Pasal 57 ayat (1) UU 44/2009 tentang Rumah Sakit:
Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (1) dan ayat (2)
dilakukan oleh Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia yang ditetapkan oleh Menteri.

47. Komite Akreditasi Nasional


Pasal 1 angka 8 Undang-Undang No 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian
Kesesuaian:
Akreditasi adalah rangkaian kegiatan pengakuan formal oleh KAN, yang menyatakan
bahwa suatu lembaga, institusi, atau laboratorium memiliki kompetensi serta berhak
melaksanakan Penilaian Kesesuaian.

48. Badan Pengawas Pemilihan Umum


Pasal 1 angka 16 UU 15 Tahun 2011 tentang Pemilihan Umum:
Badan Pengawas Pemilu, selanjutnya disingkat Bawaslu, adalah lembaga penyelenggara
Pemilu yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia
49. Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang
Pasal 4 UU 37 Th 2000 tentang Penetapan Perpu No 2 Th 2000 tentang Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang menjadi Undang-Undang:
Presiden menetapkan Dewan Kawasan Sabang

50. Otoritas Jasa Keuangan


Pasal 2 ayat (1) UU 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan:
“Dengan Undang-Undang ini dibentuk OJK.”

51. Badan Pertimbangan Kepegawaian


Pasal 35 ayat (2) UU 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas UU No 8 Tahun 1974
tentang Pokok-Pokok Kepegawaian:
“Sengketa kepegawaian sebagai akibat pelanggaran terhadap peraturan disiplin Pegawai
Negeri Sipil diselesaikan melalui upaya banding administratif kepada Badan
Pertimbangan Kepegawaian.”

52. Konsil Tenaga Kesehatan


Pasal 34 ayat (1) UU No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan:
"Untuk meningkatkan mutu Praktik Tenaga Kesehatan serta untuk memberikan
pelindungan dan kepastian hukum kepada Tenaga Kesehatan dan masyarakat, dibentuk
Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia."

53. Konsil Tenaga Keperawatan


Pasal 47 ayat (1) UU No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan:
Untuk meningkatkan mutu Praktik Keperawatan dan untuk memberikan pelindungan
serta kepastian hukum kepada Perawat dan masyarakat, dibentuk Konsil Keperawatan.”

54. Dewan Insinyur Indonesia


Pasal 30 ayat (1) UU No. 11 Tahun 2014 tentang Keinsinyuran:
"Untuk mencapai tujuan pengaturan Keinsinyuran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3,
dibentuk Dewan Insinyur Indonesia."

55. Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan


Pasal 54 ayat (1) UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan:
Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan

56. Badan Pertimbangan Kesehatan Nasional

Pasal 72 ayat (1) UU 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan:

a) Peran serta masyarakat untuk memberikan pertimbangan dalam ikut menentukan


kebijaksanaan pemerintah pada penyelenggaraan keschatan dapat dilakukan melalui
Badan Pertimbangan Kesehatan Nasional, yang beranggotakan tokoh masyarakat dan
pakar lainnya.

Pasal 175 UU 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan:

b) Badan pertimbangan kesehatan merupakan badan independen, yang memiliki tugas,


fungsi, dan wewenang di bidang kesehatan.

57. Komisi Penilai Amdal


Pasal 29 ayat (1) UU 32/2009 Pasal 29 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup:
“Dokumen amdal dinilai oleh Komisi Penilai Amdal yang dibentuk oleh Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.”

58. Komisi Nasional Disabilitas


Pasal 131 UU No 8/2016 tentang Penyandang Disabilitas:
Dalam rangka pelaksanaan Penghormatan, Pelindungan, dan Pemenuhan hak Penyandang
Disabilitas dibentuk KND sebagai lembaga nonstruktural yang bersifat independen.

TIDAK DICANTUMKAN DENGAN JELAS NAMA LNS DALAM UU (MENGGUNAKAN


HURUF KECIL)

1. Komisi Kejaksaan
Pasal 38 UU No. 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia:
"Untuk meningkatkan kualitas kinerja kejaksaan, Presiden dapat membentuk sebuah
komisi yang susunan dan kewenangannya diatur oleh Presiden"
2. Komisi Nasional Lanjut Usia
Pasal 25 Ayat (2) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia:
"Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwujudkan dalam satu wadah yang
bersifat nonstruktural dan keanggotaannya ditetapkan dengan Keputusan Presiden"

3. Komisi Penyiaran Indonesia


Pasal 6 Ayat (4) UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran:
"Untuk penyelenggaraan penyiaran, dibentuk sebuah komisi penyiaran"

4. Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum


Pasal 40 ayat (7) UU No 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air:
"Untuk mencapai tujuan pengaturan pengembangan sistem penyediaan air minum dan
sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan ayat (6), Pemerintah dapat membentuk
badan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada menteri yang membidangi
sumber daya air."

5. Badan Nasional Sertifikasi Profesi


Pasal 18 ayat (4) UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan:
"Untuk melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja dibentuk badan nasional sertifikasi
profesi yang independen."

6. Badan Nasional Pengelola Perbatasan


Pasal 14 ayat (1) UU No 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara:
"Untuk mengelola Batas Wilayah Negara dan mengelola Kawasan Perbatasan pada
tingkat pusat dan daerah, Pemerintah dan pemerintah daerah membentuk Badan
Pengelola nasional dan Badan Pengelola daerah."

7. Badan Pengelola (Perbatasan) di Tingkat Daerah


Pasal 14 ayat (1) UU No 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara:
"Untuk mengelola Batas Wilayah Negara dan mengelola Kawasan Perbatasan pada
tingkat pusat dan daerah, Pemerintah dan pemerintah daerah membentuk Badan
Pengelola nasional dan Badan Pengelola daerah."

8. Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia


Penjelasan Pasal 4 ayat (2) UU No. 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi:
".....fungsi penetetapan kebijakn, pengaturan, pengawasan dan pengendalian dilaksanakan
oleh Menteri. Sesuai dengan perkembangan keadaan, fungsi pengaturan, pengawasan,
dan pengendalian penyelenggaraan telekomunikasi dapat dilimpahkan kepada suatu
badan regulasi...."

9. Badan Koordinasi Nasional Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan


Pasal 9 ayat (3) UU No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan,
dan Kehutanan:
"untuk melaksanakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan optimalisasi kinerja
penyuluhan pada tingkat pusat, diperlukan wadah koordinasi penyuluhan nasional non
struktural yang pembentukannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Presiden."

10. Badan Pelaksana Penyuluhan


Pasal 8 ayat (2) huruf c UU No. 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan, dan Kehutanan:
"Pada tingkat kabupaten/kota berbentuk badan pelaksana penyuluhan"

11. Badan Pertimbangan Aparatur Sipil Negara


Pasal 129 ayat (4) UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara:
"banding administratif sebagaimana dimaksud ayat (2) diajukan kepada badan
pertimbangan ASN"

12. Lembaga Pencegahan dan Pemberantasan Kerusakan Hutan


Pasal 54 ayat (1) Undang-undang No 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Perusakan Hutan:
"Dalam rangka pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan, Presiden
membentuk lembaga yang menangani pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan."

13. Badan Koordinasi Pemberantasan Rupiah Palsu


Pasal 28 ayat (1) UU Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang:
Pemberantasan Rupiah Palsu dilakukan oleh Pemerintah melalui suatu badan yang
mengoordinasikan pemberantasan Rupiah Palsu.

14. Lembaga Sertifikasi Industri Hijau


Pasal 81 ayat (4) UU 3/2014 tentang Perindustrian:
Dalam hal belum terdapat lembaga sertifikasi Industri Hijau yang terakreditasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Menteri dapat membentuk lembaga sertifikasi
Industri Hijau.

15. Lembaga Sensor Film


Pasal 58 ayat (1) UU No. 33 Tahun 2009 tentang perfilman:
"Untuk melakukan penyensoran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (2) dan ayat
(3) dibentuk lembaga sensor film yang bersifat tetap dan independen."

16. Badan Perfilman Indonesia


Pasal 68 ayat (1) UU No. 33 Tahun 2009 tentang perfilman:
Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam perfilman sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 67 ayat (2) huruf a, huruf g, huruf h, huruf i, dan huruf j dibentuk badan
perfilman Indonesia.

17. Lembaga Produktivitas Nasional


Pasal 30 Ayat (1) UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan:
"Untuk meningkatkan produktivitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2)
dibentuk lembaga produktivitas yang bersifat nasional."

18. Komite Nasional Keamanan Penerbangan


Pasal 323 Ayat (2) UU No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan:
"Untuk melaksanakan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Menteri
berwenang untuk:
a. membentuk komite nasional keamanan penerbangan;
b. menetapkan program keamanan penerbangan nasional; dan
c. mengawasi pelaksanaan program keamanan penerbangan nasional."

19. Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah


Pasal 396 ayat (1) UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah:
"Dalam rangka mengoptimalkan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, dibentuk dewan
pertimbangan otonomi daerah."

20. Komite Privatisasi Perusahaan Perseroan


Pasal 79 ayat (1) UU 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara:
Untuk membahas dan memutuskan kebijakan tentang privatisasi sehubungan dengan
kebijakan lintas sektoral, pemerintah membentuk sebuah komite privatisasi sebagai
wadah koordinasi19

Lembaga Negara berdasarkan Keputusan Presiden

1. Badan Promosi Pariwisata Indonesia


Keppres 22/2011 tentang Badan Promosi Pariwisata Indonesia:
a) Pasal 2 ayat (1) “Dengan Keputusan Presiden ini dibentuk Badan Promosi Pariwisata
Indonesia.”
b) Pasal 2 ayat (2) “Badan Promosi Pariwisata Indonesia merupakan lembaga swasta dan
bersifat mandiri yang berkedudukan di ibu kota negara.”
2. Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional
Pasal 1 ayat (1) Keppres No. 1 Tahun 2014 tentang Dewan Teknologi Informasi dan
Komunikasi Nasional:
“Membentuk Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional, yang selanjutnya
disebut Dewan TIK Nasional.”
3. Dewan Ketahanan Nasional
Pasal 1 Keppres No. 101 Tahun 1999 tentang Dewan Ketahanan Nasional:
"Dewan Ketahanan Nasional, yang selanjutnya dalam Keputusan Presiden ini disebut
Wantannas, adalah lembaga pemerintah yang berkedudukan di bawah dan bertanggung
jawab kepada Presiden."
4. Komite Nasional Persiapan Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi Association of Southeast
Asian Nations
Pasal 1 ayat (1) Keppres Nomor 37 Tahun 2014:
“Membentuk Komite Nasional Persiapan Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi Association
of Southeast Asian Nations, yang selanjutnya disebut Komite Nasional.”20

19
“LNS Yang Dibentuk Berdasarkan Undang-Undang,” KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
last modified 2022, https://www.setneg.go.id/view/index/lns_yang_dibentuk_berdasarkan_undang_undang_1.
20
“LNS Yang Dibentuk Berdasarkan Keputusan Presiden,” KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK
INDONESIA, https://www.setneg.go.id/view/index/lns_yang_dibentuk_berdasarkan_keputusan_presiden_1.
Daftar Pustaka

Agustiwi, Asri. “Keberadaan Lembaga Negara Pasca Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 Di
Indonesia.” Journal Rechstaat 8, no. 1 (2014): 1–10.
Babay, Christy Karina. “KEDUDUKAN DAN TANGGUNGJAWAB KEPOLISIAN DALAM ORGANISASI NEGARA
DI INDONESIA MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN RI.” Lex Et
Societatis VI, no. 2 (2018): 168–176.
Dewan Perwakilan Rakyat. “No Title.” Sekretariat Jenderal DPR RI. Last modified 2016.
https://www.dpr.go.id/index/link.
Evanlie Robot. “KEWENANGAN BANK INDONESIA PASCA TERBENTUKNYA OTORITAS JASA KEUANGAN
MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 20111.” Lex Et Societatis VII, no. 6 (2019): 68–
75.
Imam Fauzi, Suyogi. “Politik Hukum Pemberian Grasi, Amnesti Dan Abolisi Sebagai Konsekuensi Logis
Hak Prerogatif.” ukum & Pembangunan 51, no. 3 (2020): 16.
Juwita. “ANALISIS YURIDIS PENGATURAN KEWENANGAN TNI SELAKU PENEGAK KEDAULATAN NKRI
DALAM MENGATASI AKSI TERORISME.” Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia 5 (2020).
Komisi Yudisial. “Tugas KY Bukan Cuma Mengawasi, Tapi Juga Melindungi Hakim.” Komisiyudisial.Go.Id.
Last modified 2022. Accessed September 19, 2022.
https://komisiyudisial.go.id/frontend/news_detail/15072/tugas-ky-bukan-cuma-mengawasi-tapi-
juga-melindungi-hakim#:~:text=Pasal 20 Undang-Undang Nomor,Kode Etik dan Pedoman Perilaku.
Kusuma, Surya. “Tanggung Jawab Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) Dalam Melaksanakan
Pemeriksaan Pengelolaan Keuangan Negara Untuk Mewujudkan Pemerintahan Yang Baik Dan
Bersih.” Lex Administratum 6, no. 3 (2019): 78–86.
Nugroho, Helmi Nuky. “Dinamika Wewenang Komisi Yudisial Ditinjau Dari Perspektif Undang-Undang
Komisi Yudisial.” Jurnal Kosmik Hukum 17, no. 2 (2017): 95–105.
Nursobah, Asep. “Prosedur Pengajuan Grasi.” Kepaniteraan Mahkama Agung.
https://kepaniteraan.mahkamahagung.go.id/prosedur-berperkara/permohonan-grasi.
Pengkajian, Badan, and M P R Ri. PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG, 2017.
Prisilia Mamesah, Maria. “Tugas Dan Fungsi Wakil Presiden Dalam Kegiatan Pemerintahan Di Indonesia.”
Lex Administratum VI, no. 2 (2018): 88–98. https://news.detik.com/berita/2999768/peran-dan-.
Sugiman. “Fungsi Legislasi DPR Pasca Amandemen UUD NKRI 1945.” Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara 10,
no. 2 (2020): 173–182.
Suryawan, I Gusti Bagus. FUNGSI DAN WEWENANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH PERSPEKTIF IUS
CONSTITUENDUM Suatu Sumbangan Pemikiran Mengenai Model Ideal Pengaturan Fungsi Dan
Wewenang DPD Secara Konstitusional, 2020.
Yani, Ahmad. “Sistem Pemerintahan Indonesia: Pendekatan Teori Dan Praktek Konstitusi Undang-
Undang Dasar 1945.” Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum 12, no. 2 (2018): 119.
“LNS Yang Dibentuk Berdasarkan Keputusan Presiden.” KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK
INDONESIA.
https://www.setneg.go.id/view/index/lns_yang_dibentuk_berdasarkan_keputusan_presiden_1.
“LNS Yang Dibentuk Berdasarkan Undang-Undang.” KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK
INDONESIA. Last modified 2022.
https://www.setneg.go.id/view/index/lns_yang_dibentuk_berdasarkan_undang_undang_1.

Anda mungkin juga menyukai