SANDIKTA
Disusun Oleh:
Menurut Dewi Oktaviani, lembaga negara adalah lembaga pemerintahan yang berkedudukan di
pusat yang tugas, fungsi, dan kewenangannya secara tegas diatur dalam Undang-Undang. Sederhananya,
lembaga negara merupakan lembaga pemerintahan (Civilizated Organization) yang dibuat oleh negara,
dari negara, dan untuk negara, demi mencapai tujuan negara itu. Dalam lembaga negara, anggotanya juga
turut menjaga kestabilan kinerjanya supaya dapat mencapai tujuan negara tersebut.
Lembaga negara yang ada di Indonesia ada beberapa, yakni lembaga legislatif, lembaga
eksekutif, dan lembaga yudikatif. Namun, keberadaan lembaga negara dalam suatu negara tidak hanya
dibatasi pada tiga lembaga tersebut. Keberadaan lembaga negara di Indonesia diatur sepenuhnya oleh
Undang-Undang Dasar 1945 dan peraturan perundangan lainnya. Sehingga, kedudukan setiap lembaga
negara di Indonesia bergantung pada wewenang, tugas, dan fungsi yang telah diberikan oleh Undang-
Undang Dasar 1945.
Menjaga kestabilan keamanan, politik, hukum, Hak Asasi Manusia (HAM), dan budaya dalam
suatu negara yang bersangkutan.
Menciptakan suatu lingkungan negara yang kondusif, aman, dan harmonis.
Menjaga penghubung antara negara dengan rakyat.
Menjadi sumber inspirator dan aspirator rakyat.
Membantu menjalankan roda pemerintahan negara.
Memberantas adanya tindak korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Indonesia selaku negara demokrasi, menjalankan pemerintahan dengan penerapan teori trias
politika. Trias Politika merupakan pembagian kekuasaan pemerintahan menjadi tiga bidang dengan
kedudukan yang sejajar. Tiga bidang tersebut adalah Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif.
Sebelumnya, telah ditulis bahwa keberadaan lembaga negara menjadi salah unsur penting dalam
sebuah negara. Berdasarkan adanya penerapan trias politika, maka lembaga negara di Indonesia ada tiga
yakni lembaga Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif. Apa saja ya tugas, wewenang, dan fungsi dari tiga
lembaga tersebut?
A. Lembaga Eksekutif
Sebelum ada Amandemen Undang-Undang Dasar 1945, kedaulatan yang berada di tangan rakyat
dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR, maka dari itu MPR sering disebut sebagai “lembaga tertinggi
negara” dengan kewenangan di bawah Undang-Undang Dasar. Namun, setelah ada Amandemen Undang-
Undang Dasar 1945, kedaulatan rakyat tidak lagi dilaksanakan oleh MPR, tetapi dilaksanakan “menurut
Undang-Undang Dasar”. Anggota MPR merupakan gabungan antara anggota DPR (Dewan Perwakilan
Rakyat) dan DPD (Dewan Perwakilan Daerah) yang dipilih oleh rakyat melalui proses pemilu. Ketentuan
mengenai jumlah anggota telah diatur dalam Undang-Undang. MPR melaksanakan sidang paling sedikit
sekali dalam lima tahun. Wewenang MPR yang paling “terlihat” adalah melantik Presiden dan Wakil
Presiden yang telah dipilih oleh rakyat melalui proses pemilu. Berdasarkan Pasal 3 Ayat 1 dalam Undang-
Undang Dasar 1945, MPR mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:
2. Presiden
Sebelum ada Amandemen Undang-Undang Dasar 1945, presiden dipilih oleh MPR. Namun,
setelah terdapat amandemen Undang-Undang Dasar 1945, presiden dan wakilnya dipilih oleh rakyat
melalui pemilu. Presiden dan wakilnya menjabat selama lima tahun dan dapat dipilih kembali hanya satu
kali jabatan dalam pemilihan umum selanjutnya. Presiden berkedudukan sebagai kepala negara sekaligus
kepala pemerintahan. Sebagai seorang kepala negara, presiden mempunyai wewenang yang telah diatur
oleh Undang-Undang Dasar 1945, yakni:
Membuat perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
Mengangkat duta dan konsul untuk ditempatkan di ibukota negara lain dan negara Indonesia.
Menerima duta dari negara lain.
Memberikan gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan kepada warga negara, baik warga negara
Indonesia maupun warga negara asing yang telah berjasa.
Sementara itu, sebagai kepala pemerintahan yang menyelenggarakan pemerintahan negara, maka
Presiden memiliki hak dan kewajiban sebagai berikut:
Selain berperan sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, presiden juga menjadi panglima
tertinggi dalam angkatan perang, sehingga memiliki wewenang sebagai berikut:
Menyatakan perang, membuat perdamaian dengan negara lain atas dasar persetujuan DPR
Membuat perjanjian internasional atas dasar persetujuan DPR
Menyatakan keadaan bahaya terhadap suatu situasi dan kondisi yang berlangsung dalam negara.
B. Lembaga Legislatif
Lembaga legislatif merupakan lembaga pemerintah yang mempunyai fungsi umum dalam
membuat perundang-undangan. Lembaga legislatif ini memiliki beberapa fungsi fungsi legislasi dan
fungsi kontrol. Lembaga legislatif adalah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Anggota DPR berasal dari partai politik yang dipilih rakyat melalui proses pemilu. DPR
bertempat di tingkat pusat, sedangkan yang berada di tingkat provinsi dan kabupaten/kota adalah DPRD
(Dewan Perwakilan Rakyat Daerah).
Tugas dan wewenang yang dimiliki oleh DPR adalah sebagai berikut,
Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya tersebut, DPR mempunyai hak-hak tertentu, yakni:
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 20A, DPR memegang kekuasaan tertinggi dalam
membentuk perundang-undangan. Oleh sebab itu, DPR memiliki 3 fungsi penting, yakni:
Anggota DPD terdiri atas wakil-wakil dari provinsi yang telah dipilih melalui proses pemilu.
Keanggotaan DPD diresmikan oleh keputusan Presiden dan bertempat di daerah pemilihannya. Anggota
DPD ini bukan berasal dari partai politik, melainkan dari organisasi-organisasi kemasyarakatan. Masa
jabatan DPD adalah lima tahun. Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 22D, anggota DPD
memiliki kewenangan sebagai berikut:
Mengajukan Rancangan Undang-Undang kepada DPR yang berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran, serta penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam, dan keuangan pusat daerah.
Memberikan pertimbangan kepada DPR atas Rancangan Undang-Undang APBN dan RUU yang
berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.
Mengawasi pelaksanaan mengenai hal-hal tersebut dan melaporkannya kepada DPR.
C. Lembaga Yudikatif
Lembaga yudikatif merupakan lembaga pemerintahan yang berwenang untuk menafsirkan isi
perundang-undangan dan memberikan sanksi pelanggaran pelaksanaannya. Dalam pelaksanaanya,
lembaga yudikatif harus bebas dari campur tangan lembaga eksekutif. Hal tersebut supaya dalam
penegakan hukum dan keadilannya tidak berat sebelah atau terlalu memihak.
Lembaga Mahkamah Agung (MA) menjadi pemegang kekuasaan kehakiman tertinggi dari semua
lingkungan peradilan. Lembaga MA diketuai oleh Hakim Agung yang dibantu oleh beberapa hakim
lainnya. Hakim Agung ini diusulkan oleh DPR yang berasal dari usulan Komisi Yudisial. Lembaga MA
mempunyai kewajiban dan kewenangan sendiri, yakni:
Mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan, dan wewenang lainnya yang
diberikan oleh Undang-Undang
Mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi
Memberikan pertimbangan grasi dan rehabilitasi yang diajukan oleh Presiden
Lembaga Komisi Yudisial (KY) ini dibentuk guna mengawasi perilaku para hakim dan praktik
kotor dalam proses penyelenggaraan peradilan. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 (hasil amandemen),
kedudukan Komisi Yudisial ini bersifat mandiri yang keberadaannya dibentuk dan diberhentikan oleh
Presiden dengan adanya persetujuan DPR
Lembaga BPK ini menjadi lembaga negara yang memegang kekuasaan dalam bidang auditor.
BPK tentu mempunyai tugas utama dalam memeriksa dan mengelola keuangan Negara. Hasil
pemeriksaan lembaga BPK akan diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan
kewenangannya. Anggota lembaga BPK dipilih oleh DPR dan diresmikan oleh Presiden. Lembaga BPK
berkedudukan di ibu kota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsinya.
Lembaga ini dibentuk melalui Undang-Undang Dasar 1945 No 30 Tahun 2002 mengenai
pemberantasan tindak pidana korupsi. Pembentukan lembaga KPK ini menjadi respon pemerintah
terhadap rasa pesimistis masyarakat atas kinerja dan reputasi kejaksaan sera kepolisian dalam
memberantas korupsi.
6. Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas
Perempuan)
Lembaga Komnas Perempuan ini didirikan pada tahun 1998 berdasarkan adanya keputusan
presiden No 181 tahun 1998. Lembaga ini bersifat mandiri sebagai bentuk upaya nasional dalam
menghapus kekerasan terhadap perempuan. Komnas Perempuan ini menjadi bentuk jawaban pemerintah
atas tuntutan masyarakat sipil, khususnya kaum perempuan dalam menangani persoalan kekerasan.
Dalam menjalankan tugas dan wewenang sekaligus mendapat hak-hak tertentu tersebut, anggota lembaga
negara tetap mempunyai kewajiban untuk mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Selain itu juga wajib untuk mendahulukan kepentingan rakyat daripada kepentingan pribadinya.