Anda di halaman 1dari 8

LEMBAGA LEGISLATIF

Legislatif berasal dari kata “gislate” yang berarti lembaga yang bertugas membuat undang-undang.
Anggotanya dianggap sebagai perwakilan rakyat, karena itulah lembaga legislatif sering dinamakan
sebagai badan atau dewan perwakilan rakyat. Nama lain yang sering dipakai juga adalah parlemen,
kongres, ataupun asembli nasional. Dalam sistem parlemen ,legislatif adalah badan tertinggi
yang menujuk eksekutif. Sedangkan dalam sistem presiden, legislatif adalah cabang pemerintahan
yang sama, dan bebas, dari eksekutif. Di negara yang menganut sistem pemerintahan presidensil ini,
legislatif berfungsi sebagai penetapan undang-undang, yang terdiri atas Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

(Sumber: www.researchgate.net)

1. Pengertian Lembaga Legislatif

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata lembaga diartikan sebagai (i) asal mula atau
bakal (yang akan menjadi sesuatu); (ii) bentuk asli (rupa, wujud); (iii) acuan, ikatan; (iv) badan atau
organisasi dengan tujuan untuk melakukan penyelidikan suatu keilmuan atau melakukan suatu
usaha; dan (v) pola perilaku yang mapan yang terdiri dari interaksi sosial yang berstruktur.

Montesquieu dalam teori trias politika mengemukakan, Lembaga Legislatif merupakan wakil
rakyat yang diberikan kekuasaan untuk membuat undang-undang dan menetapkannya.17 Lebih
lanjut hal serupa juga dikemukakan oleh Miriam Budiarjo bahwa lembaga legislatif atau legislature
menverminkan salah satu tugas badan tersebut, yaitu legislate atau membuat undang-undang.

John Locke menyebutkan bahwa legislatif merupakan lembaga perwakilan rakyat dengan
kewenangan untuk menyusun peraturan yang dibuat pemerintah sebagai wujud kedaulatan tertinggi
yang berada di tangan rakyat. Maka dengan begitu, lembaga legislatif harus dengan benar
melakukan tugasnya dengan mengatas namakan rakyat dan diharapkan tidak ikut serta menekan
kepentingan rakyat.

Menurut CF. Strong, Lembaga Legislatif merupakan lembaga dengan memegang kekuasaan
pemerintahan yang mengurusi pembuatan suatu produk hukum, sejauh hukum tersebut
memerlukan kekuatan undang- undang (statutory force). Hal tersebut juga dipertegas oleh Hans
Kelsen, bahwa fungsi legislatif merupakan suatu pembentukan norma umum yang dilakukan oleh
organ khusus, yang disebut sebagai Lembaga Legislatif..

(Sumber: eprints.umm.ac.id)

2. Fungsi Badan Legislatif.

Lembaga Legislatif memiliki beberapa fungsi, diantaranya: (i) menyerap aspirasi rakyat; (ii)
mengagregasikan kepentingan rakyat, (iii) melakukan rekruitmen politik, (iv) mengontrol dan
mengawasi kinerja eksekutif.

Menurut Miriam Budiardjo, Badan Legislatif memiliki dua fungsi penting, diantaranya:

1) Menentukan suatu kebijakan dan membuat undang-undang, sehingga legislatif tersebut diberi
hak inisiatif, yakni hak untuk mengadakan amandemen terhadap rancangan undang-undang, dan
terutama dibidang budget atau anggaran;
2) Mengontrol badan eksekutif, bahwa legislatif diharap untuk menjaga tindakan badan eksekutif
sesuai dengan kebijakan- kebijakan yang telah ditetapkan. Untuk menjalankan tugas tersebut maka
badan perwakilan rakyat diberi hak-hak kontrol khusus.

(Sumber: eprints.umm.ac.id)

3. Kekuasaan Legislatif di Indonesia

Di Indonesia, contoh dari kekuasaan legislatif adalah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Berikut
penjelasan dari tiga contoh kekuasaan legislatif tersebut.

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

DPR adalah lembaga negara yang memiliki fungsi, tugas, dan wewenang tertentu yang
ditetapkan berdasarkan undang-undang. Pada umumnya, anggota DPR berasal dari partai politik
yang dipilih secara langsung oleh rakyat dengan pemilu. DPR yang terpilih akan bertempat di
tingkat pusat, sedangkan yang berada di tingkat provinsi atau kabupaten adalah Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD). Berikut beberapa tugas dan wewenang yang harus dilaksanakan oleh
anggota DPR.

1. Membentuk undang-undang yang telah dibahas bersama Presiden.


2. Memberi persetujuan tentang peraturan daerah sebagai pengganti dari undang-undang.
3. Menerima dan membahas masalah Rancangan Undang-undang (RUU) yang diajukan oleh DPD.
4. Mempertimbangkan DPD atas rancangan undang-undang APBN yang memiliki hubungan
dengan pendidikan, pajak maupun agama.
5. Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) bersama dengan Presiden dan
memperhatikan pertimbangan dari DPD.
6. Memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dengan pertimbangan dari DPD.
7. Memilih tiga calon anggota hakim konstitusi serta mengajukannya pada Presiden.

Dalam menjalankan tugas serta wewenangnya, anggota DPR memiliki hak-hak yang meliputi
berikut ini:

1. Hak Interpelasi yaitu hak untuk meminta keterangan pada Presiden.


2. Hak Angket merupakan hak yang digunakan oleh anggota untuk mengajukan Rancangan
Undang-undang pada pemerintah.
3. Hak Inisiatif merupakan hak untuk mengajukan Rancangan Undang-undang pada pemerintah.
4. Hak Amandemen merupakan hak untuk mengadakan adanya perubahan atas Rancangan
Undang-undang.
5. Hak Budget merupakan hak yang digunakan untuk mengajukan Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN).
6. Hak Petisi merupakan hak yang digunakan untuk dapat mengajukan pertanyaan atas
kebijakan-kebijakan pemerintah.

Sementara itu, dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 20A, Dewan Perwakilan Rakyat
memegang kekuasaan tertinggi untuk membentuk perundang-undangan. Oleh sebab itu, DPR
memiliki tiga fungsi penting, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Legislatif merupakan fungsi di mana DPR memiliki peran sebagai pembuat
undang-undang bersama dengan Presiden.
2. Fungsi Anggaran adalah fungsi di mana berperan sebagai pemegang kekuasaan untuk
menetapkan APBN yang diajukan oleh Presiden.
3. Fungsi Pengawasan merupakan fungsi dari DPR yang memiliki peran untuk mengawasi jalannya
pemerintahan.

(Sumber: www.gramedia.com)

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia atau cukup disebut Majelis


Permusyawaratan Rakyat adalah lembaga legislatif bikameral yang merupakan salah satu lembaga
tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. MPR adalah lembaga negara. Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), sekarang ini bukan lagi merupakan lembaga tertinggi negara. Ia
adalah lembaga negara yang sederajat dengan lembaga negara lainnya. Dengan tidak adanya
lembaga tertinggi negara maka tidak ada lagi sebutan lembaga tinggi negara dan lembaga tertinggi
negara. Semua lembaga yang disebutkan dalam UUD 1945 adalah lembaga negara.

Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota
Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan
undang-undang. MPR mempunyai tugas dan wewenang, yaitu :

1. Mengubah dan menetapkan undang-undang dasar;


2. Melantik presiden dan wakil presiden berdasarkan hasil pemilihan umum dalam sidang
paripurna MPR;
3. Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk memberhentikan
presiden dan/atau wakil presiden dalam masa jabatannya setelah presiden dan atau wakil presiden
diberi kesempatan untuk menyampaikan penjelasan di dalam sidang paripuma MPR;
4. Melantik wakil presiden menjadi presiden apabila presiden mangkat, berhenti, diberhentikan,
atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya;
5. Memilih wakil presiden dari dua calon yang diajukan presiden apabila terjadi kekosongan
jabatan wakil presiden dalam masa jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari;
6. Memilih presiden dan wakil presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalam masa
jabatannya, dari dua paket calon presiden dan wakil presiden yang diusulkan oleh partai politik atau
gabungan partai politik yang paket calon presiden dan wakil presidennya meraih suara terbanyak
pertama dan kedua dalam pemilihan sebelumnya, sampai habis masa jabatannya
selambat-lambatnya dalam waktu tiga puluh hari;
7. Menetapkan peraturan tata tertib dan kode etik MPR.

(Sumber: www.mpr.go.id)

Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

Dewan perwakilan daerah (DPD) adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan
Indonesia yang anggotanya merupakan wakil-wakil yang ada di berbagai provinsi dan telah dipilih
melalui proses pemilu. Keanggotaan dari DPD ini diresmikan oleh keputusan Presiden dan
bertempat di daerah pemilihannya.

Anggota DPD biasanya tidak berasal dari partai politik, akan tetapi dari organisasi
kemasyarakatan. Masa jabatan dari anggota DPD adalah lima tahun. Menurut Undang-Undang
Dasar 1945 pasal 22D, anggota DPD memiliki kewenangan berikut ini:

1. Mengajukan Rancangan Undang-undang pada DPR yang berhubungan dengan otonomi daerah,
pembentukan, pemekaran, hubungan pusat daerah dan penggabungan daerah, keuangan pusat
daerah dan pengelolaan sumber daya alam.
2. Memberikan pertimbangan pada anggota DPR atas Rancangan Undang-undang APBN dan RUU
yang memiliki hubungan dengan pendidikan, pajak serta agama.
3. Mengawasi pelaksanaan mengenai hal-hal tersebut serta melaporkannya pada DPR.

(Sumber: www.gramedia.com)

4. Perubahan Kewenangan Legislatif Sebelum Dan Sesudah Amandemen UUD 1945.

Amandemen UUD 1945 dilakukan sebanyak empat kali, yaitu tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002.
UUD yang semula “ disakralkan ” waktu itu kemudian dituntut untuk dilakukan perubahannya
karena tidak lagi sesuai dengan penyelenggaraan negara yang sehat dan berwibawa. Amandemen
UUD 1945 membawa implikasi yang sangat luas terhadap semua lembaga negara. Pada salah satu
sisi, ada lembaga negara yang mendapat tambahan darah baru yaitu dengan bertambahnya
kewenangan secara signifikan di dalam konstitusi. Sementara di sisi lain, ada pula lembaga negara
yang mengalami pengurangan kewenangan dibandingkan sebelum amandemen.

Dari semua rangkaian amandemen itu, legislatif termasuk lembaga negara yang paling banyak
mengalami perubahan. Perubahan itu tidak hanya menyangkut kewenangan tetapi adanya penataan
ulang dari sistem unikameral dengan supremasi MPR menuju sistem bikameral. Salah satu hal yang
mendasari amandemen UUD 1945 adalah semangat untuk membatasi kekuasaan eksekutif dan
memberdayakan legislatif. Setelah perubahan UUD 1945, penguatan posisi legislatif tidak hanya
terjadi dalam pengaturan di tingkat konstitusi tetapi juga di dalam praktik ketatanegaraan.
Pergeseran kekuasaan legislatif pasca amandemen menjadi perubahan yang tidak terelakkan. Hal
ini berkaitan dengan pergeseran lembaga-lembaga didalam kekuasaan legislatif dan fungsinya
sebagai badan pembentuk undang-undang.

(Sumber: www.researchgate.net)

5. Tahapan Menjadi Anggota Legislatif

Pemilihan umum merupakan sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila, sebagaimana diamanatkan dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sesuai dengan tuntutan dan
perkembangan dinamika masyarakat sebagaimana dituangkan dalam perubahan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih
anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah serta memilih Presiden dan Wakil Presiden.

(Sumber: www.dpr.go.id)

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

Syarat Menjadi Anggota DPR


Pada dasarnya, Pasal 172 . Pasal 173 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
tentang Pemilihan Umum (“UU Pemilu”). Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 53/PUU-XV/2017
menegaskan bahwa yang dapat menjadi peserta Pemilihan Umum ( “ Pemilu ” ) untuk pemilihan
anggota DPR, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (“DPRD”) provinsi, dan DPRD kabupaten/kota
adalah partai politik yang lulus verifikasi oleh Komisi Pemilihan Umum ( “ KPU ” ) setelah
memenuhi persyaratan tertentu.

Sebelum mengajukan bakal calon, setiap partai politik melakukan seleksi bakal calon
anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota secara demokratis dan terbuka sesuai
dengan AD dan ART, dan/atau peraturan internal masing-masing partai politik, dengan tidak
menyertakan mantan terpidana bandar narkoba dan kejahatan seksual terhadap anak.[4]
Adapun syarat menjadi bakal calon anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota
menurut Pasal 7 ayat (1) Peraturan KPU 20/2018 ialah sebagai berikut:

* Warga Negara Indonesia;


* Telah berusia 21 tahun/lebih terhitung sejak penetapan Daftar Calon Tetap (DCT);
* Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
* Bertempat tinggal di wilayah Indonesia;
* Dapat berbicara, membaca, dan/atau menulis dalam bahasa Indonesia;
* Berpendidikan minimal tamat sekolah menengah atas, madrasah aliyah, sekolah menengah
kejuruan, madrasah aliyah kejuruan, atau sekolah lain yang sederajat;
* Setia kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika;
* Tidak pernah sebagai terpidana yang diancam dengan pidana penjara 5 tahun atau lebih
berdasarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.
* Sehat jasmani, rohani, dan bebas penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif;
* Terdaftar sebagai pemilih;
* Bersedia bekerja penuh waktu;
* Mengundurkan diri sebagai:
1. Gubernur, wakil gubernur, bupati, wakil bupati, wali kota atau wakil wali kota;
2. Kepala desa;
3. Perangkat desa yang mencakup unsur staf yang membantu kepala desa dalam penyusunan
kebijakan dan koordinasi yang diwadahi dalam sekretariat desa, dan unsur pendukung tugas
kepala desa dalam pelaksanaan kebijakan yang diwadahi dalam bentuk pelaksana teknis dan
unsur kewilayahan;
4. Aparatur Sipil Negara;
5. Anggota Tentara Nasional Indonesia;
6. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia;
7. Direksi, komisaris, dewan pengawas dan/atau karyawan pada pada Badan Usaha Milik
Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Badan Usaha Milik Desa, atau badan lain yang
anggarannya bersumber dari keuangan negara;
8. Penyelenggara Pemilu, panitia Pemilu, atau panitia pengawas;
9. Anggota DPR, DPRD Provinsi, atau DPRD Kabupaten/Kota bagi calon anggota DPR,
DPRD Provinsi, atau DPRD Kabupaten/Kota yang dicalonkan oleh partai politik yang
berbeda dengan partai politik yang diwakili pada Pemilu terakhir;
* Bersedia untuk tidak berpraktik sebagai akuntan publik, advokat, notaris, pejabat pembuat akta
tanah, atau tidak melakukan pekerjaan penyedia barang dan jasa yang berhubungan dengan
keuangan negara serta pekerjaan lain yang dapat menimbulkan konflik kepentingan dengan tugas,
wewenang, dan hak sebagai anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
* Bersedia untuk tidak merangkap jabatan sebagai pejabat negara lainnya, direksi, komisaris,
dewan pengawas dan/atau karyawan pada Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah,
Badan Usaha Milik Desa, atau badan lain yang anggarannya bersumber dari keuangan negara;
* Menjadi anggota partai politik;
* Dicalonkan hanya di 1 lembaga perwakilan, oleh 1 partai politik, dan di 1 daerah pemilihan
(Dapil).

(Sumber: www.hukumonline.com) (Sumber: www.rmolbengkulu.id)

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

Seperti telah dikemukakan sebelumnya, anggota MPR terdiri dari anggota Dewan Perwakilan
Rakyat atau DPR dan Dewan Perwakilan Daerah. Adapun syarat menjadi anggota DPR dan DPD
menurut UU Nomor tahun 2008 dan UU Nomor 8 tahun 2012 yang menyempurnakannya, yaitu :
1. WNI
Yang dapat mengajukan diri dan dipilih menjadi anggota DPR atau DPD adalah Warga Negara
Indonesia, berasal dari kebangsaan apa pun. Ini mempertegas kedudukan warga negara dalam
Negara Indonesia
2. Berusia 21 Tahun
Selanjutnya warga negara yang bersangkutan harus sudah berusia minimal 21 tahun. Usia yang
dianggap sudah dewasa dan cukup matang untuk mengambil berbagai keputusan negara.
3. Takwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa
Negara Indonesia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sesuai dengan Pancasila sebagai
pandangan hidung Bangsa Indonesia sila pertama. Oleh karena itu, calon anggota legislatif yang
akan duduk menjadi anggota DPR atau DPD yang sekaligus menjadi anggoa MPR haruslah
bertakwa kepada Tuhan. Artinya, calon harus memeluk salah satu agama resmi di Indonesia atau
ajaran Kepercayaan Terhadap Tuhan YME. Tidak boleh seorang penganut atheis.
4. Minimal Tamat SMA atau yang sederajat
Pendidikan calon anggota MPR adalah minimal SMA atau sederajat, sehingga calon minimal
adalah orang yang berpndidikan dan cakap dalam menulis dan menyampaikan sesuatu secara lisan.
Khusus untuk pengajuan dari daerah Propinsi Nangroe Aceh Darusalam, calon harus bisa membaca
Al Qur’an.
5. Pengalaman Dalam Masyarakat
Tidak semua orang dapat langsung menjadi anggota MPR. Orang yang mencalonkan diri haruslah
yang berpengalaman di bidang kemasyarakatan atau pernah mengikuti organisasi. Ini dijadikan
syarat agar lebih memahami tata cara dan aturan sebagai anggota dan apa tugas dan wewenangnya.
6. Setia Kepada Pancasila
Calon anggota MPR adalah orang yang setia dengan Pancasila sebagai ideologi negara. Bukan
orang yang memiliki paham lain, seperti komunis, kapitalis, dan sebagainya.
7. Setia Kepada UUD 1845
Calon anggota MPR juga harus memahami UUD 1954 dan pokok pikiran dalam pembukaan UUD
1945 sebagai konstitusi. Konsitutusi yang berlaku sebagai hukum dasar semua kebijakan yang ada
di Indonesia.
8. Setia Kepada Proklamasi
Kesetiaan kepada Proklamasi Indonesia menunjukkan kecintaan kepada negara Indonesia.
Diharapkan kelak jika menjadi anggota MPR akan setia terhadap amanat penderitaan rakyat yang
telah membawanya duduk di jabatan tersebut.
9. Bukan Bekas Anggota Partai Terlarang
Syarat menjadi anggota MPR selanjutnya adalah bukan menjadi atau bekas anggota partai terlarang,
seperti Partai Komunis Indonesia atau PKI atau partai kontra revolusi lainnya.
10. Mempunyai Hak Pilih
Orang yang mengajukan diri sebagai calon legislatif tidak boleh sedang dicabut hak pilihnya dalam
pemilu oleh pengadilan.
11. Tidak Sedang dalam Putusan Pidana
Siapapun yang ingin ikut serta menjadi calon atau menggunakan hak pilih aktifnya dalam pemilih
tidak boleh sedang masa kurungan. Masa kurungan yang dimaksud adalah karena tindak pidana
atau perdata yang sudah tidak dapat digugat lagi atau sudah mendapat putusan pengadilan dengan
hukuman kurungan minimal 5 tahun.
12. Sehat Jasmani dan Rohani
Tugas dan wewenang MPR cukup berat. Sehingga orang yang mengajukan diri untuk menjadi
anggotanya haruslah sehat secara jasmani agar dapat bekerja optimal dan sehat rohani atau tidak
sedang terganggu kiwanya.
13. Terdaftar
Syarat menjadi anggota MPR selanjutnya adalah orang yang terdaftar sebagai pemilih dalam
pemilu. Setelah itu orang tersebut mendaftarkan diri sebagai calon legislatif di waktu yang
ditentukan dan mengisi formulir, serta memenuhi semua syarat .
14. Tempat Tinggal
Tempat tinggal calon legislatif harus berada dalam wilayah geografis Indonesia. Jika mengajukan
diri sebagai anggota DPD, maka dia harus tinggal di wilayah di mana dia mengajukan diri.
15. Tidak Rangkap
Pencalonan diri tidak rangkap anggota DPR sekaligus DPD dan atau anggota DPR sekaligus DPRD
I dan DPRD II. Hal ini juga berlaku tidak rangkap sebagai pejabat BUMN dan BUMD.
16. Bersedia Bekerja Penuh
Sebagai calon anggota legislatif jika terpilih nantinya bersedia bekerja paruh waktu atau full sesuai
degan keperluan untuk lembaga negara.
Hal ini membuktikan kesungguhannya dalam mencalonkan diri. Dan sebagai anggota lembaga
negara mereka mendapat gaji dan tunjangan tertentu atas pekerjaannya.
17. Anggota Partai Politik
Syarat menjadi anggota MPR selanjutnya adalah anggota fungsi partai politik. Karena nantinya,
partai politik yang akan menyeleksi calon anggotanya terlebih dahulu dan mendaftarkannya.
19. Tidak Praktek Notaris, Advokat
Bagi calon yang sebelumnya bergerak di bidang hukum, setelah menjadi anggota harus siap tidak
praktek notaris dan advokat atau kegiatan hukum lainnya. Ini dikhawatirkan akan membuat
pekerjaannya menjadi tercampur dengan berbagai kepentingan
20. TNI / Polri / PNS
Ketika mengajukan diri sebagai calon legislatif, apabila calon bekerja sebagai TNI atau Polri atau
PNS maka harus mengundurkan terlebih dahulu.

(Sumber: id.quora.com)

Anda mungkin juga menyukai