Anda di halaman 1dari 22

ALAT-ALAT PERLENGKAPAN NEGARA DAN SENDI SENDI

PEMERINTAHAN NEGARA

KELOMPOK 7

Tugas ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok

Mata Kuliah: Ilmu Negara

Dosen Pengampu:

Dr. Mulyono, S.H., S.IP., M.H.

Disusun Oleh:

TAMARA DWI RIZKI AMANDA 1710611067


TRI ADJI PRASETYA WIBOWO 1710611069
INDAH APRILIYA 1710611071
SOBRIYAN FAJARUL HAQ 1710611073

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
2017
1. ALAT PERLENGKAPAN NEGARA

a. Teori Alat alat Perlengkapan Negara


Alat perlengkapan negara dapat disebut dalam ragam istilah,yaitu organ,
lembaga, forum, instansi, institusi tambahan, maupun badan-badan independen.
Menurut Busroh (1990) yakni paham yang menguraikan tentang alat-alat
perlengkapan negara ada tiga sudut pandangan yaitu :
1. Paham George Jellinek
2. Paham yang meninjau dari segi fungsi negara
3. Paham yang meninjau dari segi yuridis
George Jellinek meninjau persoalan alat perlengkapan negara dalam dua segi.
Pertama, alat perlengkapan negara yang bersumber langsung pada konstitusi. Kedua,
alat perlengkapan negara yang tidak bersumber langsung pada konstitusi. Kemudian,
paham yang meninjau dari segi fungsi negara adalah memandang bahwa adanya alat-
alat perlengkapan negara itu tergantung pada realisasi daripada fungsi negara, jadi
fungsi negara mengakibatkan timbulnya alat perlengkapan negara.
Oleh karena itu, dengan dasar memperhatikan fungsi negara di Prancis pada abad ke
XVI maka timbul lima organ negara yaitu organ diplomacie, organ difencie,
organ finance, organ justicie, dan organ policie. Kemudian, dengan dasar
memperhatikan fungsi negara menurut Montesquieu dengan trias politica maka
timbul tiga organ negara yaitu organ legislatif, organ eksekutif, dan organ yudikatif.
Juga dengan dasar memperhatikan fungsi negara menurut Van Vollen Hoven maka
timbul empat organ negara yaitu organ regeling, organ bestuur, organ rechtspraak,
dan organ politie. Selanjutnya juga dengan memperhatikan fungsi negara yang
dikemukakan oleh Goodnow maka timbul dua organ negara yakni organ policy
makers, dan policy executors.
Dari segi yuridis menurut Busroh (1990) bahwa negara itu merupakan suatu
organisasi jabatan, dan dalam penilaian alat-alat perlengkapan negara dimulai dari
yang terkecil yaitu jabatan. Mengenai jabatan, maka ukuran yang dipakai ada empat
kriteria, yaitu bagaimana bentuknya, bagaimana susunannya, apa tugas/kewajibannya,
dan apa wewenang yang dimilikinya.
b. Alat Perlengkapan Negara

Alat alat perlengkapan negara dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu lembaga legislatif,
lembaga eksekutif, dan lembaga yudikatif.

1. Lembaga Legislatif

Lembaga legislatif berfungsi untuk membentuk undang-undang dan


mengawasi eksekutif. Contoh lembaga legislatif di Indonesia ialah DPR, DPRD.

1. Dewan Perwakilan Rakyat

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), adalah lembaga negara dalam sistem


ketatanegaraan Republik Indonesia yang merupakan lembaga perwakilan rakyat
dan memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang. DPR memiliki fungsi
legislasi, anggaran, dan pengawasan.

DPR terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum, yang dipilih
berdasarkan hasil Pemilihan Umum. Anggota DPR berjumlah 550 orang. Masa
jabatan anggota DPR adalah 5 tahun, dan berakhir bersamaan pada saat anggota
DPR yang baru mengucapkan sumpah/janji.

Tugas dan Wewenang

Tugas dan wewenang DPR antara lain:

Membentuk Undang-Undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat


persetujuan bersama

Membahas dan memberikan persetujuan Peraturan Pemerintah Pengganti


Undang-Undang

Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang berkaitan
dengan bidang tertentu dan mengikutsertakannya dalam pembahasan

Menetapkan APBN bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan


DPD

Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN, serta kebijakan


pemerintah

Memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan dengan memperhatikan


pertimbangan DPD

Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban


keuangan negara yang disampaikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan;

Memberikan persetujuan kepada Presiden atas pengangkatan dan


pemberhentian anggota Komisi Yudisial
Memberikan persetujuan calon hakim agung yang diusulkan Komisi Yudisial
untuk ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden

Memilih tiga orang calon anggota hakim konstitusi dan mengajukannya


kepada Presiden untuk ditetapkan;

Memberikan pertimbangan kepada Presiden untuk mengangkat duta,


menerima penempatan duta negara lain, dan memberikan pertimbangan dalam
pemberian amnesti dan abolisi

Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk menyatakan perang,


membuat perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain

Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi


masyarakat

Hak

Anggota DPR memiliki hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan
pendapat. Anggota DPR juga memiliki hak mengajukan RUU, mengajukan
pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, membela diri, hak imunitas, serta
hak protokoler.

Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susduk MPR, DPR,


DPD, dan DPRD, dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, DPR berhak
meminta pejabat negara, pejabat pemerintah, badan hukum, atau warga
masyarakat untuk memberikan keterangan. Jika permintaan ini tidak dipatuhi,
maka dapat dikenakan panggilan paksa (sesuai dengan peraturan perundang-
undangan). Jika panggilan paksa ini tidak dipenuhi tanpa alasan yang sah, yang
bersangkutan dapat disandera paling lama 15 hari (sesuai dengan peraturan
perundang-undangan).

Alat Kelengkapan DPR

Alat kelengkapan DPR terdiri atas: Pimpinan, Komisi, Badan Musyawarah,


Badan Legislasi, Badan Urusan Rumah Tangga, Badan Kerjasama Antar-
Parlemen, Panitia Anggaran, dan alat kelengkapan lain yang diperlukan.

Pimpinan DPR

Kedudukan Pimpinan dalam DPR bisa dikatakan sebagai Juru Bicara


Parlemen. Fungsi pokoknya secara umum adalah mewakili DPR secara simbolis
dalam berhubungan dengan lembaga eksekutif, lembaga-lembaga tinggi negara
lain, dan lembaga-lembaga internasional, serta memimpin jalannya administratif
kelembagaan secara umum, termasuk memimpin rapat-rapat paripurna dan
menetapkan sanksi atau rehabilitasi.
Pimpinan DPR bersifat kolektif, terdiri dari satu orang ketua dan sebanyak-
banyaknya 4 orang wakil ketua yang yang mencerminkan fraksi-fraksi terbesar.
Pimpinan DPR dipilih dari dan oleh Anggota.

Komisi

Komisi adalah unit kerja utama di dalam DPR. Hampir seluruh aktivitas yang
berkaitan dengan fungsi-fungsi DPR, substansinya dikerjakan di dalam Komisi.
Setiap anggota DPR (kecuali pimpinan) harus menjadi anggota salah satu komisi.
Pada umumnya, pengisian keanggotan Komisi terkait erat dengan latar belakang
keilmuan atau penguasaan anggota terhadap masalah dan substansi pokok yang
digeluti oleh Komisi.

Badan Musyawarah

Bamus merupakan miniatur DPR. Sebagian besar keputusan penting DPR


digodok terlebih dahulu di Bamus, sebelum dibahas dalam Rapat Paripurna
sebagai forum tertinggi di DPR yang dapat mengubah putusan Bamus. Bamus
antara lain memiliki tugas menetapkan acara DPR, termasuk mengenai perkiraan
waktu penyelesaian suatu masalah, serta jangka waktu penyelesaian dan prioritas
RUU).

Pembentukan Bamus sendiri dilakukan oleh DPR melalui Rapat Paripurna


pada permulaan masa keanggotaan DPR. Anggota Bamus berjumlah sebanyak-
banyaknya sepersepuluh dari anggota DPR, berdasarkan perimbangan jumlah
anggota tiap-tiap Fraksi. Pimpinan Bamus langsung dipegang oleh Pimpinan
DPR.

Panitia Anggaran

Panitia Anggaran DPR memiliki tugas pokok melakukan pembahasan


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Susunan keanggotaan Panitia
Anggaran ditetapkan pada permulaan masa keanggotaan DPR. Susunan
keanggotaan Panitia Anggaran terdiri atas anggota-anggota seluruh unsur Komisi
dengan memperhatikan perimbangan jumlah anggota Fraksi.

Badan Kehormatan DPR

Dewan Kehormatan DPR merupakan alat kelengkapan paling muda saat ini di
DPR. DK merupakan salah satu alat kelengkapan yang bersifat sementara.
Pembentukan DK di DPR merupakan respon atas sorotan publik terhadap kinerja
sebagian anggota dewan yang buruk, misalnya dalam hal rendahnya tingkat
kehadiran dan konflik kepentingan.

BK-DPR melakukan penelitian dan pemeriksaan terhadap dugaan pelanggaran


yang dilakukan oleh Anggota DPR, dan pada akhirnya memberikan laporan akhir
berupa rekomendasi kepada Pimpinan DPR sebagai bahan pertimbangan untuk
menjatuhkan sanksi atau merehabilitasi nama baik Anggota. Rapat-rapat Dewan
Kehormatan bersifat tertutup. Tugas Dewan Kehormatan dianggap selesai setelah
menyampaikan rekomendasi kepada Pimpinan DPR.

Badan Legislasi DPR

Badan Legislasi (Baleg) merupakan alat kelengkapan DPR yang lahir pasca
Perubahan Pertama UUD 1945, dan dibentuk pada tahun 2000. Tugas pokok
Baleg antara lain: merencanakan dan menyusun program serta urutan prioritas
pembahasan RUU untuk satu masa keanggotaan DPR dan setiap tahun anggaran.
Baleg juga melakukan evaluasi dan penyempurnaan tata tertib DPR dan kode etik
anggota DPR.

Badan Legislasi dibentuk DPR dalam Rapat paripurna, dan susunan


keanggotaannya ditetapkan pada permulaan masa keanggotaan DPR berdasarkan
perimbangan jumlah anggota tiap-tiap Fraksi. Keanggotaan Badan Legislasi tidak
dapat dirangkap dengan keanggotaan Pimpinan Komisi, keanggotaan Badan
Urusan Rumah Tangga (BURT), dan keanggotaan Badan Kerjasama Antar
Parlemen (BKSAP).

Badan Urusan Rumah Tangga

Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR bertugas menentukan kebijakan


kerumahtanggaan DPR. Salah satu tugasnya yang berkaitan bidang
keuangan/administratif anggota dewan adalah membantu pimpinan DPR dalam
menentukan kebijakan kerumahtanggaan DPR, termasuk kesejahteraan Anggota
dan Pegawai Sekretariat Jenderal DPR berdasarkan hasil rapat Badan
Musyawarah.

Badan Kerjasama Antar-Parlemen

Badan Kerjasama Antar-Parlemen menjalin kerjasama dengan parlemen


negara lain.

Panitia Khusus dan Panitia Kerja

Jika dipandang perlu, DPR (atau alat kelengkapan DPR) dapat membentuk
panitia yang bersifat sementara.

Panitia Khusus

Panitia Khusus adalah panitia yang dibentuk oleh DPR. Komposisi


keanggotaan Panitia Khusus (Pansus) ditetapkan oleh Rapat Paripurna
berdasarkan perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi. Pansus bertugas
melaksanakan tugas tertentu yang ditetapkan oleh Rapat Paripurna, dan
dibubarkan setelah jangka waktu penugasannya berakhir atau karena tugasnya
dinyatakan selesai. Pansus mempertanggungjawabkan kinerjanya untuk
selanjutnya dibahas dalam Rapat Paripurna.
Panitia Kerja

Panitia Kerja adalah unit kerja sementara yang dapat dibentuk oleh alat
kelengkapan DPR untuk mengefisienkan kinerjanya.

Sekretariat Jenderal DPR

Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas DPR, dibentuk Sekretariat


Jenderal DPR yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden, dan personelnya
terdiri atas Pegawai Negeri Sipil. Sekretariat Jenderal DPR dipimpin seorang
Sekretaris Jenderal yang diangkat dan diberhentikan dengan Keputusan Presiden
atas usul Pimpinan DPR.

Untuk meningkatkan kinerja lembaga dan membantu pelaksanaan fungsi dan


tugas DPR secara profesional, dapat diangkat sejumlah pakar/ahli sesuai dengan
kebutuhan. Para pakar/ahli tersebut berada di bawah koordinasi Sekretariat
Jenderal DPR.

Kekebalan Hukum

Anggota DPR tidak dapat dituntut di hadapan pengadilan karena pernyataan,


pertanyaan/pendapat yang dikemukakan secara lisan ataupun tertulis dalam rapat-
rapat DPR, sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Tata Tertib dan kode
etik masing-masing lembaga. Ketentuan tersebut tidak berlaku jika anggota yang
bersangkutan mengumumkan materi yang telah disepakati dalam rapat tertutup
untuk dirahasiakan atau hal-hal mengenai pengumuman rahasia negara.

Larangan

Anggota DPR tidak boleh merangkap jabatan sebagai pejabat negara lainnya,
hakim pada badan peradilan, pegawai negeri sipil, anggota TNI/Polri, pegawai
pada BUMN/BUMD atau badan lain yang anggarannya bersumber dari
APBN/APBD.

Anggota DPR juga tidak boleh melakukan pekerjaan sebagai pejabat struktural
pada lembaga pendidikan swasta, akuntan publik, konsultan, advokat/pengacara,
notaris, dokter praktek dan pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan tugas,
wewenang, dan hak sebagai anggota DPR.

Penyidikan

Jika anggota DPR diduga melakukan perbuatan pidana, pemanggilan,


permintaan keterangan, dan penyidikannya harus mendapat persetujuan tertulis
dari Presiden. Ketentuan ini tidak berlaku apabila anggota DPR melakukan tindak
pidana korupsi dan terorisme serta tertangkap tangan.
2. Majelis Permusyawaratan Rakyat

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), adalah lembaga negara dalam sistem


ketatanegaraan Republik Indonesia, yang terdiri atas anggota Dewan Perwakilan
Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah.

Jumlah anggota MPR saat ini adalah 678 orang, terdiri atas 550 Anggota DPR
dan 128 anggota DPD. Masa jabatan anggota DPR adalah 5 tahun, dan berakhir
bersamaan pada saat anggota DPR yang baru mengucapkan sumpah/janji.

Tugas dan Wewenang, dan Hak

Tugas dan wewenang MPR antara lain:

Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar

Melantik Presiden dan Wakil Presiden berdasarkan hasil pemilihan umum

Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk


memberhentikan Presiden/Wakil Presiden dalam masa jabatannya

Melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden mangkat,


berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam
masa jabatannya

Memilih Wakil Presiden dari 2 calon yang diajukan Presiden apabila terjadi
kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatannya

Memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti secara


bersamaan dalam masa jabatannya

Anggota MPR memiliki hak mengajukan usul perubahan pasal-pasal UUD,


menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan putusan, hak imunitas, dan hak
protokoler.

Sidang MPR

MPR bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibukota negara.

Sidang MPR sah apabila dihadiri:

sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah Anggota MPR untuk memutus usul DPR
untuk memberhentikan Presiden/Wakil Presiden

sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Anggota MPR untuk mengubah dan


menetapkan UUD

sekurang-kurangnya 50%+1 dari jumlah Anggota MPR sidang-sidang lainnya

Putusan MPR sah apabula disetujui:


sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Anggota MPR yang hadir untuk
memutus usul DPR untuk memberhentikan Presiden/Wakil Presiden

sekirang-kurangnya 50%+1 dari seluruh jumlah Anggota MPR untuk


memutus perkara lainnya.

Sebelum mengambil putusan dengan suara yang terbanyak, terlebih dahulu


diupayakan pengambilan putusan dengan musyawarah untuk mencapai mufakat.

Alat Kelengkapan MPR

Alat kelengkapan MPR terdiri atas: Pimpinan, Panitia Ad Hoc, dan Badan
Kehormatan.

Pimpinan MPR terdiri atas seorang ketua dan 3 orang wakil ketua yang
mencerminkan unsur DPR dan DPD yang dipilih dari dan oleh Anggota MPR
dalam Sidang Paripurna MPR.

Kedudukan MPR Setelah Perubahan UUD 1945

Perubahan (Amandemen) UUD 1945 membawa implikasi terhadap kedudukan,


tugas, dan wewenang MPR. MPR yang dahulu berkedudukan sebagai lembaga
tertinggi negara, pemegang dan pelaksanaan sepenuhnya kedaulatan rakyat, kini
MPR berkedudukan sebagai lembaga negara yang setara dengan lembaga negara
lainnya seperti Lembaga Kepresidenan, DPR, DPD, BPK, MA, dan MK.

MPR juga tidak lagi memiliki kewenangan untuk menetapkan GBHN. Selain itu,
MPR tidak lagi mengeluarkan Ketetapan MPR (TAP MPR), kecuali yang
berkenaan dengan menetapkan Wapres menjadi Presiden, memilih Wapres
apabila terjadi kekosongan Wapres, atau memilih Presiden dan Wakil Presiden
apabila Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak
dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersama-sama. Hal
ini berimplikasi pada materi dan status hukum Ketetapan MPRS/MPR yang telah
dihasilkan sejak tahun 1960 sampai dengan tahun 2002.

Saat ini Ketetapan MPR (TAP MPR) tidak lagi menjadi bagian dari hierarkhi
Peraturan Perundang-undangan.

3.Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), adalah sebuah Lembaga


Perwakilan Rakyat di daerah yang terdiri atas anggota partai politik peserta
pemilihan umum (Pemilu) yang dipilih berdasarkan hasil pemilihan umum. DPRD
juga berkedudukan sebagai Lembaga Pemerintahan Daerah yang memiliki fungsi
legislasi, anggaran dan pengawasan.
DPRD terdiri dari 2 macam:

DPRD Provinsi, berada di setiap provinsi Indonesia. Anggota DPRD Provinsi


berjumlah 35-100 orang.

DPRD Kabupaten/Kota, berada di setiap kabupaten/kota Indonesia. Anggota


DPRD Provinsi berjumlah 20-45 orang.

Masa jabatan anggota DPRD adalah 5 tahun, dan berakhir bersamaan pada saat
anggota DPRD yang baru mengucapkan sumpah/janji.

DPRD merupakan mitra kerja eksekutif (Pemerintah Daerah). Sejak


diberlakukannya UU Nomor 32 tentang Pemerintahan Daerah, Kepala Daerah
tidak lagi bertanggung jawab kepada DPRD, karena dipilih langsung oleh rakyat
melalui Pilkada.

Tugas, Wewenang, dan Hak

Tugas dan wewenang DPRD adalah:

Membentuk Peraturan Daerah yang dibahas dengan Kepala Daerah untuk


mendapat persetujuan bersama;

Menetapkan APBD bersama dengan Kepala Daerah

Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah dan


Peraturan Perundang-undangan lainnya, Keputusan Kepala Daerah, APBD,
kebijakan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan program pembangunan
daerah, dan kerjasama internasional di daerah

Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Gubernur/Wakil


Gubernurkepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri (untuk DPRD
Provinsi); atau mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Bupati/Wakil
Bupati atau Walikota/Wakil Walikota kepada Menteri Dalam Negeri melalui
Gubernur (untuk DPRD Kabupaten/Kota)

Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah Daerah terhadap


rencana perjanjian internasional yang menyangkut kepentingan daerah

Meminta Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah


dalam pelaksanaan tugas desentralisasi.

Anggota DPRD memiliki hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan
pendapat. Anggota DPRD juga memiliki hak mengajukan Rancangan Perda,
mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, membela diri, hak
imunitas, serta hak protokoler.

Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susduk MPR, DPR,


DPD, dan DPRD, dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, DPRD berhak
meminta pejabat negara tingkat daerah, pejabat pemerintah daerah, badan hukum,
atau warga masyarakat untuk memberikan keterangan. Jika permintaan ini tidak
dipatuhi, maka dapat dikenakan panggilan paksa (sesuai dengan peraturan
perundang-undangan). Jika panggilan paksa ini tidak dipenuhi tanpa alasan yang
sah, yang bersangkutan dapat disandera paling lama 15 hari (sesuai dengan
peraturan perundang-undangan).

Alat kelengkapan dan Sekretariat DPRD

Alat kelengkapan DPRD terdiri atas: Pimpinan, Komisi, Panitia Musyawarah,


Badan Kehormatan, Panitia Anggaran, dan alat kelengkapan lain yang diperlukan.

Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas DPRD, dibentuk Sekretariat


DPRD yang personelnya terdiri atas Pegawai Negeri Sipil. Sekretariat DPRD
dipimpin seorang Sekretaris DPRD yang diangkat oleh Kepala Daerah atas usul
Pimpinan DPRD.

Untuk meningkatkan kinerja lembaga dan membantu pelaksanaan fungsi dan


tugas DPRD secara profesional, dapat diangkat sejumlah pakar/ahli sesuai dengan
kebutuhan. Para pakar/ahli tersebut berada di bawah koordinasi Sekretariat DPRD.

Kekebalan Hukum

Anggota DPRD tidak dapat dituntut di hadapan pengadilan karena pernyataan,


pertanyaan/pendapat yang dikemukakan secara lisan ataupun tertulis dalam rapat-
rapat DPRD, sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Tata Tertib dan kode
etik masing-masing lembaga. Ketentuan tersebut tidak berlaku jika anggota yang
bersangkutan mengumumkan materi yang telah disepakati dalam rapat tertutup
untuk dirahasiakan atau hal-hal mengenai pengumuman rahasia negara.

Larangan

Anggota DPRD tidak boleh merangkap jabatan sebagai pejabat negara


lainnya, hakim pada badan peradilan, pegawai negeri sipil, anggota TNI/Polri,
pegawai pada BUMN/BUMD atau badan lain yang anggarannya bersumber dari
APBN/APBD. Anggota DPRD juga tidak boleh melakukan pekerjaan sebagai
pejabat struktural pada lembaga pendidikan swasta, akuntan publik, konsultan,
advokat/pengacara, notaris, dokter praktek dan pekerjaan lain yang ada
hubungannya dengan tugas, wewenang, dan hak sebagai anggota DPRD.

Penyidikan

Jika anggota DPRD Provinsi diduga melakukan perbuatan pidana,


pemanggilan, permintaan keterangan, dan penyidikannya harus mendapat
persetujuan tertulis dari Mendagri atas nama Presiden. Sedangkan untuk anggota
DPRD Kabupaten/Kota harus mendapat persetujuan tertulis dari Mendagri atas
nama Presiden. Ketentuan ini tidak berlaku apabila anggota DPRD melakukan
tindak pidana korupsi dan terorisme serta tertangkap tangan.

4.Dewan Perwakilan Daerah

Dewan Perwakilan Daerah merupakan lembaga perwakilan daerah yang


berkedudukan sebagai lembaga negara. DPD terdiri atas wakil-wakil dari provinsi
yang dipilih melalui pemilihan umum. Jumlah anggota DPD dari setiap provinsi
tidak sama, tetapi ditetapkan sebanyak-banyaknya empat orang. Jumlah seluruh
anggota DPD tidak lebih dari 1/3 jumlah anggota DPR. Masa jabatan anggota DPD
adalah lima tahun.

2. Lembaga Eksekutif

Lembaga eksekutif tidak sama di semua negara, tergantung dari sistem politik
(pemerintah) yang dianut masing-masing negara.

Fungsi lembaga eksekutif

Kekuasaan eksekutif ini mencakup beberapa bidang, yaitu:

1. Pemerintahan; melaksanakan undang-undang.

2. Administrasi; menyelenggarakan undang-undang.

3. Diplomasi; melaksanakan hubungan diplomatik dengan negara-negara lain.

4. Militer; mengatur angkatan bersenjata, ketertiban dan keamanan dari


pertahanan negara.

5. Yudikatif; hak memberikan amnesti, abolisi, grasi, dan rehabilitasi.

6. Legislatif; membuat rancangan undang-undang dan rancangan undang-undang


APBN.

Organ-organ Lembaga Eksekutif

1) Kepala Negara

Bila bentuk negara kerajaan, maka kepala negaranya disebut Raja atau Ratu.
Contohnya, di Spanyol, Inggris, dan Belanda. Adakalanya disebut Kaisar seperti
kepala negara Ethiopia waktu zaman Haile Selassi berkuasa atau kepala negara
Jerman waktu Wilhelm berkuasa, atau kepala negara Jepang dewasa ini. Bila
bentuk negara itu Republik, maka kepala negaranya disebut Presiden. Kekuasaan
presiden dalam negara-negara dengan sistem pemerintahan parlementer berbeda
dengan kekuasaan presiden dalam negara yang menganut sistem pemerintahan
presidensil.

Dalam negara-negara dengan sistem parlementer, kedudukan dan kekuasaan


presiden sama dengan raja-raja, yaitu bagian dari kekuasaan eksekutif yang tidak
dapat diganggu gugat. Kesalahan dari raja atau ratu, presiden, menjadi tanggung
jawab menteri-menterinya. Pada negara-negara kerajaan, raja atau ratu menduduki
takhta berdasarkan keturunan. Seorang raja atau ratu digantikan oleh anak
tertuanya, kecuali di Malaysia di mana rajanya dipilih secara bergantian di antara
sembilan raja-raja negara bagian sebagai Yang Dipertuan Agung. Sedang Presiden
pada negara dengan sistem parlementer, umumnya dipili oleh parlemen negara
bersangkutan, seperti Jerman Barat, Italia dan Austria.

Pada negara dengan sistem pemerintahan presidesil, presiden disamping


berkedudukan sebagai kepala negara, juga berkedudukan sebagai kepala eksekutif
atau administrator. Masa jabatan presiden baik dalam negara-negara dengan
sistem parlementer atau presidensi ditentukan oleh konstitusi masing-masing
negara.

2) Wakil Kepala Negara

Di dalam beberapa negara Republik, sering didapat jabatan Wakil Presiden,


tetapi baik dalam sistem pemerintahan parlementer maupun presidensil,
kedaulatannya hanya sebagai wakil kepala negara yang sifatnya seremonial dan
lambang saja.

3) Perdana Menteri

Perdana Menteri adalah yang memimpin menteri-menterinya atau disebut juga


kepala eksekutif atau kepala pemerintahan dan kepala administrasi negara.
Perdana Menteri dipilih oleh parlemen dan partai politik yanng menang dalam
pemilihan umum. Partai Perdana Menteri ini biasanya mayoritas dalam parlemen.
Tetapi ada kalanya Perdana Menteri tidak menguasai lebi dari separuh anggota
parlemen, tetapi berkuasa karena dukungan dari beberapa partai yang mempunyai
wakil di parlemen berdasarkan koalisi.

4) Menteri-menteri

Menteri-menteri ini adalah sebagai pelaksanaan langsung kekuasaan eksekutif


di bidangnya masing-masing. Menteri merupakan pembantu dari kepala negara.
Menteri-menteri biasanya memimpin Departemen.

3. Lembaga Yudikatif

Lembaga ini adalah melaksanakan kekuasaan kehakiman yang dipimpin oleh


sebuah Mahkamah Agung (Supreme Court). Macam-macam kekuasaan
kehakiman tidak sama di semua negara, tetapi biasanya terdiri dari Peradilan
Umum dan Militer. Di Prancis ada Peradilan Tata Usaha Negara dan di Indonesia
ada Peradilan Agama dan juga telah terbentuk Peradilan Tata Usaha Negara.

Di samping kekuasaan mengadili, pada negara-negara Federal, Mahkamah


Agung biasanya diserahi kekuasaaan menguji undang-undang ssecara materiil
(judicial review) yaitu hak untuk menilai apakah suatu undang-undang
bertentangan atau tidak dengan Undang-Undang Dasar. Negara Kesatuan yang
Mahkamah Agung-nya mempunyai kekuasaan judicial review menguji semua
peraturan perundangan yang tingkatnya di bawah undang-undang. Jadi di
Indonesia tidak dikenal judicial review dalam arti yang sebenarnya.

Di Indonesia yang termasuk ke dalam lembaga yudikatif ialah Mahkamah


Agung, Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial.

1. Mahkamah Agung

Mahkamah Agung adalah salah satu kekuasaan kehakiman di Indonesia.


Sesuai dengan UUD 1945 (Perubahan Ketiga), kekuasaan kehakiman di Indonesia
dilakukan oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi.

Mahkamah Agung membawahi badan peradilan dalam lingkungan peradilan


umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan
peradilan tata usaha negara.

Kewajiban dan Wewenang

Menurut Undang-Undang Dasar 1945, kewajiban dan Wewenang MA adaah:

Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-


undangan di bawah Undang-Undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang
diberikan oleh Undang-Undang

Mengajukan 3 orang anggota Hakim Konstitusi

Memberikan pertimbangan dalam hal Presiden member grasi dan rehabilitasi

Hakim Agung

Pada Mahkamah Agung terdapat hakim agung (paling banyak 60 orang).


Hakim agung dapat berasal dari sistem karier (hakim), atau tidak berdasarkan
sistem karier dari kalangan profesi atau akademisi.

Calon hakim agung diusulkan oleh Komisi Yudisial kepada Dewan Perwakilan
Rakyat, untuk kemudian mendapat persetujuan dan ditetapkan sebagai hakim
agung oleh Presiden.

2. Mahkamah Konstitusi

Mahkamah Konstitusi adalah salah satu kekuasaan kehakiman di Indonesia.


Sesuai dengan UUD 1945 (Perubahan Ketiga), kekuasaan kehakiman di Indonesia
dilakukan oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi.

Kewajiban dan Wewenang


Menurut Undang-Undang Dasar 1945, kewajiban dan Wewenang Mahkamah
Konstitusi adaah:

Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya


bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar,
memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh UUD 1945, memutus pembubaran partai politik, dan memutus
perselisihan tentang hasil Pemilihan Umum

Wajib memberi putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai


dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut UUD
1945.

Ketua Mahkamah Konstitusi

Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh Hakim Konstitusi untuk masa
jabatan 3 tahun.

Hakim Konstitusi

Mahkamah Konstitusi mempunyai 9 Hakim Konstitusi yang ditetapkan oleh


Presiden. Hakim Konstitusi diajukan masing-masing 3 orang oleh Mahkamah
Agung, 3 orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan 3 orang oleh Presiden. Masa
jabatan Hakim Konstitusi adalah 5 tahun, dan dapat dipilih kembali untuk 1 kali
masa jabatan berikutnya.

3. Komisi Yudisial

Komisi Yudisial tidak memiliki kekuasaan yudikatif. UUD 1945 telahh


menempatkan pembahasan mengenai Komisi Yudisial pada Bab IX tentang
kekuasaan kehakiman, tetapi komisi ini tidak memiliki kekuasaan kehakiman,
dalam arti menegakkan hukum dan keadilan serta memutus perkara.

Komisi Yudisial memiliki wewenang mengusulkan pengangkatan Hakim


Agung kepada DPR dan menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat serta
menjaga perilaku hakim. Dalam melakukan tugasnya, Komisi Yudisial bekerja
dengan cara:

1. Melakukan pendaftaran calon Hakim Agung;

2. Melakukan seleksi terhadap calon Hakim Agung;

3. Menetapkan calon Hakim Agung, dan;

4. Mengajukan calon Hakim Agung ke DPR.

Pada pihak lain, Mahkamah Agung, Pemerintah dan masyarakat juga dapat
mengajukan calon Hakim Agunng, tetapi harus melalui Komisi Yudisial.
Di Indonesia dikenal dua lembaga negara lainnya diluar eksekutif dan yudikatif, yaitu:

4. Dewan Pertimbangan Agung (DPA)

Lembaga ini sering disebut sebagai lembaga konsultatif dan berfungsi:

a. Memberi nasehat kepada Presiden bai diminta ataupun tidak.

b. Memberikan jawaban berupa nasehat kepada Presiden atas permintaan


Presiden,

5. Badan Pemeriksa Keuangan

Badan Pemeriksa Keuangan (disingkat BPK) adalah lembaga negara Indonesia


yang memiliki wewenang memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara. Menurut UUD 1945, BPK merupakan lembaga yang bebas dan mandiri.

Anggota BPK dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan


pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah, dan diresmikan oleh Presiden.

Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD
(sesuai dengan kewenangannya).

5. SENDI SENDI PEMERINTAHAN NEGARA


i. Teori Sendi sendi Pemerintahan Negara

Disini dibahas mengenai cara apa yang dipakai penguasa dalam


menyelenggarakan pemerintahan. Menurut teorinya ada dua cara penyelenggaraan
pemerintahan
1. Sendi wilayah
2. Sendi keahliaan

1) Sendi wilayah (territorial)


Penguasa dalam menyelenggarakan pemerintahan sangat
memperhatikan faktor wilayah dari suatu Negara.
Faktor wilayah dari suatu Negara dibagi dalam dua bagiaan :
I. Wilayah Tugas (desentralisasi)
MemahamI arti desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintahan
dari pemerintah atau Daerah tingkat atasnya kepada Daerah menjadi urusan
rumah tangganya.
Pengertiaan otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban
Daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Desentralisasi dirinci 5 macam
a) Desentralisasi politik, hal ini terkait urusan pemerintah dan peraturan
tingkat daerah.
b) Desentralisasi fungsional, yang terkait kepada golongan-golongan yang
mempunyai fungsi dalam Negara.
c) Desentralisasi Cultural yang menyangkut bidang kebudayaan.
d) Desentralisasi Tekhnis yang menyangkut ketenaga akhlian tertentu.
e) Desentralisasi Collaboratif adalah kepada swasta diberi wewenang
menjalankantugas Negara.

II. Wiayah Jabatan (dekonsentrasi)


Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah atau
Kepala Wilayah atau Kepala Intansi Vertical tingkat atasnyas kepada pejabat-
pejabatnya di Daerah.
Dengan berkembangnya kepentingan dari pemerintah pusat, maka
demi kebaikan dan kelancaran serta efektifitas dari Pemerintah diadakan
pelimpahan kewenangan-kewenangan pada instansi di daerah-daerah yang
berada jauh dari Pemerintahan Pusat, yang dapat berupa asas dekonsentrasi,
asas desentralisasi dan asas medebewind atau tugas bentauan. Ini merupakan
pelaksanaan tugas pemerintah berdasar sendi wilayah yang berarti membagi
wilayah Negara dalam beberapa daerah kemudian menerapkan sendi-sendi
seperti sendi desentralisasi dan dekonsentrasi sebagaiwujud pembagian tugas
pemerintah pusat dan daerah, selain sendi-sendi tersebut pemerintah pusat juga
menggunakan asas medebewind atau tugas pembantuan dalam mempelancar
tugas pemerintahan di daerah-daerah. Adapun penjelasan dari masing- masing
asas-asas tersebut diatas adalah sebagai berikut :
A. Asas Dekonsentrasi.
Asas dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah
pusat kepada pemerintah atau kepala wilayah atau kepala instansi vertical
tingkat atasnya kepada pejabat-pejabat didaerah. Hal ini tercantum didalam
pasal satu huruf f Undang-undang No. 5 Tahun 1974. Cirri ciri dari asas ini
adalah sebgai berikut:
1) Bentuk pemencaran adalah pelimpahan
2) Pemencaran terjadi kepada pejabat sendiri (perseorangan)
3) Yang dipencar ( bukan urusan pemerintah) tetapi wewenang
untuk melaksanakan sesuatu.
4) Yang dilimpahkan tidak menjadi urusan rumah tangga sendiri.

Oleh karena itu tidak semua urusan pemerintahan dapat diserahkan


kepada kepala daerah otonom menurut asas desentralisasi ini merupakan salah
satu yang membedakan antara asas desentralisasi dengan asas dekonsentrasi.
Menurut asas dekonsentrasi maka segala urusan yang dilimpahkan oleh
pemerintah pusat kepada pejabatnya didaerah tetap menjadi tanggung jawab
daeri pemerintah pusat yang meliputi :
a. Kebijaksanaan
b. Perencanaan
c. Pelaksanaan
d. Pembiyaan
e. Perangkat pelaksanaan.

Berbeda dengan asas desentralisasi yaitu pelaksanaan pemerintahan


dilaksanakan oleh rumah tangga daerah otonom sepenuhnya, sehingga
penyelenggaraan berbagai urusan pemerintahan pusat dilaksanakan oleh
daerah sepenuhnya sebagai bentuk urusan rumah tangga daerah tersebut.
Adapun unsur pelaksanaannya adalah segala instansi vertikal yang ada di
daerah yang dikoordinir oleh kepala wilayah sebagai alat/ aparat
dekonsentrasi. Dalam hal koordinasi ini, kepala wilayah tidak boleh membuat
kebijakan (policy) sendiri, karena kebijaksanaan terhadap pelaksanaan urusan
dekonsentrasi tersebut sepenuhnya ditentukan oleh pemerintah pusat.
Pelaksannan asas dekonsentrasi ini melahirkan pemerintahan lokal
administratif. Daerah administratif meliputi tingkat provinsi, kabupaten, dan
kecamatan. Pemerintahan administratif diberi tugas atau wewenang
menyelenggarakan urusan-urusan pemerintahan pusat yang ada di daerah.
Ditinjau dari wilayah pembagian Negara, asas dekonsentrasi adalah asas yang
akan membagi wilayah Negara menjadi daerah-daerah pemerintahan lokal
administratif. Jadi asas dekonsentrasi dapat dilaksanakan jika terdapat organ
bawahan yang secara organisator dan hirarkis berkedudukan sebagai bawahan
secara langsung dapat dikomando dari atas. Oleh karena itu dalam system ini
tidak diperlukan adanya badan perwakilan rakyat daerah, yang menampung
suatu rakyat daerah yang bersangkutan, sebab segala kebutuhanya, diurus oleh
pemerintah pusat atau atasannya.

B. Asas Desentralisasi
Asas desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintahan dari
pemerintah atau daerah tingkat atasnya kepada daerah yang menjadi urusan
rumah tangganya. Ditinjau dari segi pemberian wewenangnya asas
desentralisasi adalah asas yang akan memberikan wewenang kepada
pemerintah daerah untuk mengatur dan menagani urusan- urusan tertentu
sebagai urusan rumah tangganya sendiri.
Didalam ilmu administrasi Negara, menurut Robert D. Miewald, tema
desentralisasi dan sentralisasi terutama mngenai fenomena tentang
Delegation of Authority and responsibility yang dapat diukur dari sejauh
mana unit-unit organisasi bawahan memilki wewenang dan tanggung jawab
didalam proses pengambilan keputusan.[1]
Sentralisasi dan desentralisasi mempunyai kelebihan dan kelebihan masing-
masing. Ini berarti bahwa kekurangan sentralisasi adalah kelebihan dari
desentralisasi. Menurut G.R. Terry dalam bukunya Prinsiple of Management
mengemukakan tentang kelebihan dari sentralisasi dan desentralisasi adalh
sebagai berikut :
a. kelebihan sentralisasi
1) kekuasaan dan prestige memperlengkap kekuasaan eksekutif kepala;
2) keseragaman kebijaksanaan, praktek dan keputusan terpelihara;
3) penggunaan secara penuh ahli-ahli pada kantor pusat ditingkatkan,
sebagian besar karena mereka dekat kepada tahap menejemen teratas;
4) ahli-ahli berkualiatas tinggi dapat dipergunakan, karena ruang lingkup
dan banyaknya pekerjaan mereka adalah cukup untuk membantu meneger;
5) fungsi rangkap dapat ditekan sampai minimum;
6) bahaya ayang timbul dari tingkat laku dapat dikurangi;
7) prosedur dan tingkat kontrol yang teliti dan besar biaya tidak diperlukan.
8) Dapat dikembangkan kelompok menejemen yang terkooordinasi tepat.
A. Kelebihan desentralisasi
a. Struktur organisasi yang didesentralisasib bebobot pendelegasian
wewenang yang memperingan beban menejemen teratas;
b. Lebih berkembang generalis daripada spesialis dan dengan demikian
membuka kedudukan untuk menejer umum;
c. Hubungan dan kaitan yang akrab dapat ditingkatkan yang
mengakibatkan gairah kerja dan koordinasi yang baik;
d. Kebiasaan dengan aspek kerja yang khusus dan penting siap untuk
dipergunakan;
e. Efisiensi dapat ditingkatkan sepanjag struktur dapat diandang sebagai
suatu kebulatan demikian rupa sehingga kesuliatan dapat dilokalisasi dan
dapat dipecahkan dengan mudah;
f. Bagi perusahaan yang besar dan tersebar diberbagi tempat, dapat
diperoleh manfaat sebesar-besarnya dari keadaaa tempat masing-masing;
g. Rencana dapat dicoba dalam tahp eperimen pada suatu perusahaan, dapat
diubah dan dibuktikan sebelum diterapkan pada bagian lain yang sejenis
dari bagian usahanya yang sama
h. Resiko yang mencakup kerugian, kepegawaiaan, fasilitas dan perusahaan
dapat terbagi.

Kebaikan kebaikan tersebut dapat saja ditambah sesuai dengan


keadaan, misalnya kebaikan lain dari sentralisasi adalah bahwa
desentralisasi akan memakanmn waktu yang rlatif lebih lama. Demikian
pula desentralisasi terdapat kebaikan berbentuk yang lebih banyak mbagi
menejemen teringgi untuk memperhatikan hal-hal yang sangat penting dan
principal, pada sentralisasi, menejer tertinggi dalam berbagai bentuk
masalah dari yang berukuran sederhana sampai ukuran yang rumit.
Menurut bayu suryaningrat jenis asas desentralisasi dibagi menjadi
dua macam yaitu sebagai berikut :
a. Desentralisasi Jabatan yaitu berupa pemencaran kekuasaan dari atas
kepada bawahan sehubungan dengan kepegawaian atau jabatandengan
maksud untuk meningkatkan kelancaran kerja.
b. Desentralisasi Kenegaraan yaitu berupa penyerahan kekuasaan yang
mengatur daerah dalam lingkunganya sebagai usaha untuk
mewujudkan asas demkrasi dalam pemerintahan Negara.

Selanjutnya desentralisasi kenegaraan itu dapat dibedakan menjadi:


1) Desentralisasi territorial yaitu penyerahan kekuasaan untuk mengatur
dan mengurus rumah tangganya sendiri, batas pengaturan yag
dimaksud adalah daerahnya sendiri.
2) Desentralisasi fungsional yaitu pelimpahan kekuasaan untuk
mengatur dan mengurus fungsi tertentu. Batas pengaturan tersebut
adalah jenis fungsi, misalnya pendudukan, pegairan dan sebagainya.

Menurut teori dari Busroh ia menjelaskan mengenai sendi wilayah:


1. Sendi wilayah
Sendi wilayah dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu sendi
dekonsentralisasi dan desentralisasi. Yang pertama Sendi
dekonsentralisasi berarti wilayah Negara dibagi dalam berbagai
wilayah daerah besar dan kecil. Yang mana dalam wilayah tersebut ada
wakil dari pemerintah pusat. Kewenangannya ialah berdasarkan
pemerintah pusat dalam batas-batas tertentu. Yang kedua sendi
desentralisasi ialah wilayah Negara dibagi dalam berbagai wilayah
daerah besar dan kecil. Di setiap daerah ada pemerintah yang
berwenang dan menjalankan wewenangnya dalam urusan mengatur
dan mengurusi pemerintahannya berdasarkan undang-undang.

Sedangkan menurut UU 32 tahun 2004 Desentralisasi adalah


penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dan Dekonsentrasi
adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada
Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal
di wilayah tertentu.

Didalam buku Ilmu Negara karangan Hendra Nurtjahjo ia menerangkan


juga Sendi wilayah itu dijalankan dengan dua asas utama yaitu
a. Asas Dekonsentrasi
b. Asas Desentralisasi

Didalam Undang-Undang Dasar yang telah diamandemen, tentang


hubungan pemerintah pusat dan daerah disebutkan oleh Jimly Asshiddiqie
sebagai berikut.
Hubungan-hubungan kekuasaan antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah provinsi serta pemerintah pusat dan daerah provinsi serta
pemerintah daerah kabupaten dan kota, tidak diatur berdasarkan asas
dekonsentrasi , melainkan hanya didasarkan asas otonomi atau
desentralisasi,dan tugas pembantu (medebewin). Di samping itu didalam
rumusan pasal 18,pasal 18A dan 18B (seluruhnya sebanyak 11 ayat),
ditegaskan pula adanya pengakuaan atas pluralism di berbagai daerah.
Pasal 18A ayat (1) , misalnya,menegaskan: Hubungan kewenangan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi, kabupaten,
dan kota atau antara provinsi dan kabupaten dan kota diatur dengan
undang-undang dengan memerhatikan kekhususan dan keragaman
daerah. Pasal 18B ayat (1) menyatakan: Negara mengakui dan
menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat besrta hak-hak
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat vdan prinsip Negara kesatuan Republik Indonesia yang diatur
dalam undang-undang).
Hal yang menarik dari penyelenggaraan sendi wilayah di Indonesia
pasca-amandemen UUD 1945 adalah pelaksanaannya yang dinamis
dan adjustment yang fleksibel, namun tetap dalam konteks unitary
satate (kesatuaan). Dapat dilihat dari pendapat Jimly seabagai berikut.[4]

Dengan ketentuaan konstitusional yang demikaan berarti Negara


kesatuaan Repulik Indonesia diselenggarakan dengan pengaturan
antardaerah yang tidak[5]seragam antara satu sama lain. Dalam hubungan
antara pusat dan daerah atau antardaerah provinsi dengan kabupaten/kota
dimungkinkan adanya pola hubungan yang bersifat khusus seperti yang
dipraktikkan dengan provinsi NAD (Nangroe Aceh Darussalam) dan
daerah provinsi papua. Pengaturan demikian dimaksudkan untuk
menjamin agar seluruh bangsa Indonesia benar-benar bersatu dalam
keragaman dalam bingkai Negara kesatuaan. Daerah-daerah juga tidak
peril memaksakan diri untuk secepat mungkin menerapkan kebijakan
otonomi daerah yang seluas-luasnya dengan meninggalkan sama sekali
atau mengabaikan prinsip-prinsip penyele-nggaraan pemerintah daerah
berdasarkan asas dekonsentrasi. Di samping itu, meskipun susunan
pemerintah bersifat desentralisasi, tetapi pemerintah pusat tetap memiliki
kewenangan koordonasi antardaerah privinsi, dan loordinasi antardaerah
kabupaten/kota sebagaimana mestinya.
Demikianlah sendi-sendi pokok pemerintah kita yang baru saja
dikosntuksikan dalam UUD 1945 amandemen. Pendapat Ananda B.
Kusuma yang menyatakan bahwa kita lebih dekat pada sendi
pemerintahan faderal-like arrangement versi kanada, dimana residual
power tetap ada pada pemerintah pusat, Konsekuensinya adalah tidal boleh
ada daerah provinsi yang mesti dirinya bersifat negara (Negara bagian)
sebagaimana federalismenya Amerika Serikat.
Hal yang juga perlu diperhatikan adalah perlunya politik
Multikultularisme sebagaimana yang dipraktikkan di Kanada.
Multikulturalisme tetap membiarkan komunitas-komunitas budaya tetap
hidup berdampingan tanpa kehilangan identitasnya. Kehidupan yang saling
menghargai keyakinan dan pandangan budaya masing-masing diutamakan
dalam persatuaan yang dibentuk . Tidak seperti Amerika Serikat yang
ingin membentuk siastu melting pot di mana setiap orang haris
mencairkan Identitas budayanya dan menjadi american sebagai
outputnya.Hal demikian kiranya lebih fungsional bagi Negara Bhinneka
Tunggal Ika seperti kita. Jadi kita merupakan Negara persatuaan, di mana
ragam budaya bersatu tanpa kehilangan identitas , bukannya disatukan
_ uniformity menjadi Negara kesatuaan yang memaksakan bersatunya
yang ada menjadi yang westernized.

2) Sendi Keahliaan

Yaitu penyelenggaraan pemerintah dijalankan oleh orang-orang


yang ahli pada bidangnya.
Ada dua macam sendi keahliaan:
a. Government by official yaitu pemerintah dijalankan dengan sistem
pegawai negri.
b. Government by committe yaitu pemerintah dijalankan dengan sistem
kepanitiaan.

Menurut C.S.T. Kansil Christine S.T. menyatakan sendi keahlian


berarti menyerahkan penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah Negara
kepada para ahli. Sedangkan menurut Busroh sendi keahlian dibagi
menjadi dua, Yang pertama pemerintahan dijalankan dengan siistem
pegawai negeri. Yang kedua kepemerintahan dijalankan dengan system
panitia. Yang pada intinya teori sendi keahlian ini menyerahkan tugas
Negara pada para ahli yang mampu di bidangnnya.

Anda mungkin juga menyukai