MAKALAH
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Administrasi
Negara yang diampu oleh:
Disusun Oleh :
Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan begitu banyak nikmat. Baik nikmat Iman maupun nikmat Islam. Tak
lupa kami menyampaikan sholawat serta salam kepada nabi Muhammad SAW.
Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk mencegah penyalahgunaan jabatan dan wewenang atau lebih tepat untuk
mencapai dan memelihara adanya pemerintahan dan administrasi yang baik, yang
bersih (behoorlijk bestuur), maka da beberapa asas kebonafidean pemerintah atau
administrasi negara, yang dapat dibagi menjadi dua golongan atau kategori, yaitu
(a) asas-asas mengenai proseur dan atau proses pengambilan keputusan, yang
bilamana dilanggar secara otomatis membuat keputusan yang bersangkutan batal
karena hukum tanpa memeriksa lagi kasusnya, (b) asas- asas mengenai kebenaran
dari fakta-faktanya yang dipakai sebagai dasar untuk pembuatan keputusannya. 1
Tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam bidang hukum publik bersifat
unilateral. Unilateral adalah doktrin atau agenda apapun yang mendukung tindakan
sepihak. Tindakan seperti itu bisa saja muncul karena tidak suka dengan pihak
lawan atau sebagai bentuk komitmen mencapai tujuan yang disepakati semua pihak.
Dan dalam hal ini pemerintah memiliki hak untuk membuat Beschikking.
1 Prajudi Atmosuirjo, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1994, hlm. 90
1945 Alinea keempat, yaitu “....untuk memajukan kesejahteraan umum......serta
dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. 2
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Beschikking ?
2. Apa saja unsur-unsur dan macam-macam dari Beschikking ?
3. Bagaimana syarat-syarat dalam pembuatan Beschikking ?
4. Apa definisi dari Regeling ?
5. Apa saja ciri-ciri dan fungsi dari Regeling ?
6. Bagaimana penormaan dalam pembuatan Regeling ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari Beschikking.
2. Untuk mengetahui unsur-unsur dan macam-macam dari Beschikking.
3. Untuk memahami syarat-syarat dalam pembuatan Beschikking.
4. Untuk mengetahui definisi dari Regeling.
5. Untuk mengetahui ciri-ciri dan fungsi dari Regeling.
6. Untuk memahami penormaan dalam pembuatan Regeling.
2 Diana Halim Koentjoro, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Bogor, 2004, hlm. 40
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Kewenangan Beschikking
Menurut Ridwan H.R (2014), instrumen pemerintah adalah alat atau
sarana yang digunakan pemerintah atau administrasi negara dalam
melaksanakan tugasnya. Dalam menjalankan tugas-tugasnya tersebut,
pemerintah atau administrasi negara melakukan tindakan hukum dengan
menggunakan sarana, seperti alat tulis menulis, sarana transportasi dan
kompleks gedung perkantoran, dan sebagainya yang termasuk dalam publik
domain atau kepunyaan publik. Disamping itu pemerintah juga
menggunakan berbagai instrumen dalam menjalankan kegiatan mengatur
dan menjelaskan urusan pemerintahan dan kemasyarakatan, misalnya
peraturan perundang-undangan, keputusan, peraturan, perizinan, instrumen
hukum keperdataan dan sebagainya.
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka (4) UU No. 5 Tahun 1986,
bahwa sengketa Tata Usaha Negara adalah adalah sengketa yang timbul
dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang atau badan hukum perdata
dengan badan atau pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat maupun di
daerah sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara
(KTUN) termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Dengan demikian KTUN merupakan dasar lahirnya
sengketa Tata Usaha Negara. Pasal 1 ayat (3) merumuskan KTUN adalah
suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku yang bersifat konkret,
individual dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau
badan hukum perdata. 3
3Philipus M. Hadjon dan kawan-kawan, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta,2015, hlm. 132
B. Freies Ermessen
4Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm. 169-
170
BAB III
PEMBAHASAN
Istilah beschikking sudah sangat tua dan dari segi kebahasaan digunakan
dalam berbagai arti. Meskipun demikian, dalam pembahasan ini istilah
beschikking hanya dibatasi dalam pengertian yuridis, khususnya Hukum
Administrasi Negara. Menurut H. D Van Wijk / Willem Konijnenbelt,
beschikking merupakan keputusan pemerintah untuk hal yang bersifat konkret
dan individual (tidak ditujukan untuk umum) dan sejak dulu sudah dijadikan
instrumen yuridis pemerintahan yang utama. Menurut P. Dee Haan dan kawan-
kawan, “De administratieve beschikking is de meest voorkomende en ook meest
bestudeerde betuurshandeling” (keputusan administrasi merupakan bagian dari
tindakan pemerintah yang paling banyak muncul dan paling banyak dipelajari).
Oleh karena itu, tidak berlebihan jika F.A.M Stroik dan J. G Steenbeek
menganggapnya sebagai konsep inti dalam Hukum Administrasi Negara (een
kernbegrip in her administratief recht). 5
a. W. F PRINS
Beschikking adalah suatu tindakan hukum sepihak di bidang
pemerintahan, dilakukan oleh penguasa berdasarkan kewenangan
khusus.
b. E. UTRECHT
Beschikking adalah suatu perbuatan berdasarkan hukum publik yang
bersegi satu, ialah dilakukan oleh alat-alat pemerintah berdasarkan suatu
kekuasaan istimewa.
c. VAN DER POT
Beschikking adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh alat-alat
pemerintahan itu dalam menyelenggarakan hal khusus, dengan maksud
mengadakan perubahan dalam lapangan bidang hukum.
5Sahya Anggara, Hukum Administrasi Negara, Pustaka Setia, Bandung, 2018, hlm. 191-192
6http://www.academia.edu/27677068/KETETAPAN_BESCHIKKING (Diakses pada tanggal 02
Oktober 2018 Pukul 19:36 WIB)
B. Tindakan Beschikking Pejabat TUN Indonesia
A. Unsur-Unsur Keputusan
Berdasarkan beberapa definisi beberapa sarjana tersebut, tampak
ada beberapa unsur yang terdapat dalam beschikking yaitu, 1) pernyataan
kehendak sepihak (enjizdige schriftelijke wilsverklaring); 2) dikeluarkan
oleh organ pemerintahan (bestuursorgaan); 3) didasarkan pada kewenangan
hukum yang bersifat publik (publiekbevoegdheid); 4) ditujukan untuk hal
khusus atau peristiwa konkret dan individual; 5) dengan maksud untuk
menimbulkan akibat hukum dalam bidang administrasi.
Sebelum menguraikan unsur-unsur keputusan ini, terlebih dahulu
dikemukakkan pengertian keputusan berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang
Administrasi Belanda (AwB) dan menurut Pasal 1 angka (3) Undang-
Undang No. 5 Tahun 1986 tentang PTUN yang sekarang menjadi Undang-
Undang No. 9 Tahun 2004 tentang PTUN, yaitu sebagai berikut :
7 Prajudi Atmosuirjo, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1994, hlm. 94-95
“Van de een bestaande rechtsverhounding of het scheppen van een nieuwe
rechtsverhouding, dan wel inhoudende de weigering tot zodanig vaststellen,
wijzigen, opheffen of scheppen”.
8Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm. 143-
150
2. Dikeluarkan Oleh Pemerintah
9Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm. 150-
151
wewenang pemerintah yang diberikan oleh peraturan perundang-
undangan. Tanpa dasar kewenangan, pemerintah atau tata usaha negara
tidak dapat membuat dan menerbitkan keputusan atau keputusan itu
menjadi tidak sah. Organ pemerintah dapat memperoleh kewenangan
untuk membuat keputusan tersebut melalui tiga cara yaitu atribusi,
delegasi dan mandat. 10
10 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm. 151-
152
11 Ibid.
merupakan instrumen yang digunakan oleh organ pemerintah dalam
bidang publik dan digunakan untuk menimbulkan akibat-akibat hukum
tertentu.
Dengan kata lain, akibat hukum yang dimaksudkan adalah muncul
ayau lenyapnya hak atau kewajiban bagi subjek hukum tertentu. Sebagai
contoh mengenai akibat hukum yang muncul dari dikeluarkannya
keputusan atau pengangkatan atau pemberhentian seorang pegawai
negeri berdasarkan surat keputusan dari pejabat yang berwenang. 12
6. Seseorang atau Badan Hukum Perdata
Badan hukum keperdataan dalam keadaan dan alasan tertentu dapat
dikualifikasi sebagai jabatan pemerintah khususnya ketika sedang
menjalankan salah satu fungsi pemerintahan. 13
B. Macam – Macam Keputusan
12 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm. 154-
155
13 Ibid.
kewajiban untuk melakukan sesuatu, tidak melakukan sesuatu, atau
memperkenalkan sesuatu),
b. Beschikking welke aan een persoon, een instelling of een zaak een
status verlenen, waardoor op die persoon of die zaak belpade
rechstregel van toepassing worden, (keputusan – keputusan yang
memberikan status pada seseorang atau perusahaan itu dapat
menerapkan aturan hukum tertentu).
c. Beschikkingen welke een prestatie van de overheid in het
vooruitzicht stelle, (keputusan – keputusan yang meletakan prestasi
atau harapan pada perbuatan pemerintah = subsidi atau bantuan).
d. Beschikking welke iets toestaan wat teroven niet geoorloofd was,
(keputusan yang mengijinkan sesuatu yang tadinya tidak diijinkan).
e. Besichikking welke aan besichikinngen van large organen werking
verlenen of bestaande werking ontnemen, ( keputusan – keputusan
yang menyetujui atau membatalkan berlakunya keoutusan organ
yang lebih rendah = pengesahan [goedkeuring] atau pembatalan [
vernietiging].
2. Keputusan yang menguntungkan dan yang memberi beban
Keputusan yang menguntungkan (begunstigende beschikking)
artinya keputusan itu memberikan hak - hak atau memberikan
kemunhkinan untuk memperoleh sesuatu yang tanpa adanya keputusan
itu memeberikan keringanan beban yang ada atau mungkin ada,
sedangkan keputusan yang memberikan beban (belastende
basichikking) adalah keputusan yang meletakan kewajiban yang
sebelumbya tidak ada atau keputusan menegnai penolakan terhadap
permohonan unyuk memperoleh keringanan. Pemilihan jenis kelutusan
yang mengunyungkan dan memberi beban ini penting terutama dalam
kaitanya pencabutan keputusan. Dalam hal KTUN itu menguntungkan,
gugatan bakal muncul pada pihak ke III, sedangkan dalam hal KTUN
memberi beban (misalnya penetapan pajak), gugatan berasal dari pihak
ke II.
3. Keputusan Eenmalig dan Keputusan yang Permanen
14Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm. 157-
161
Apabila syarat materiil dan formal ini telah terpenuhi maka keputusan itu
sah menurut hukum artinya diterima sebagai suatu bagian dari tertib hukum atau
sejalan dengan ketentuan hukum yang ada baik secara prosedural/formal ataupun
materiil.Sebaliknya, bila persyaratan tersebut tidak terpenuhi maka keputusan
tersebut mengandung kekurangan dan menjadi tidak sah. F.H.Van der Burg dan
kawan-kawan menyebutkan bahwa keputusan dianggap tidak sah jika dibuat oleh
organ yang tidak berwenang,mengandung cacat bentuk,cacat isi dan cacat
kehendak. A.M.Donner mengemukakan akibat-akibat dari keputusan yang tidak
sah yaitu sebagai berikut.
Van der Wel menyebutkan enam macam akibat suatu keputusan yang
mengandung kekurangan, yaitu sebagai berikut.
Meskipun suatu keputusan itu dianggap sah dan akan menimbulkan akibat
hukum bagi seseorang itu atau badan hukum perdata, akan tetapi keputusan yang
tidak sah itu dengan sendirinya berlaku karena untuk berlakunya suatu keputusan
itu harus memerhatikan tiga hal berikut ini; pertama jika berdasarkan peraturan
dasarnya terhadap keputusan itu tidak memberi kemungkinan mengajukan banding
bagi yang dikenai keoutusan, maka keputusan itu mulai berlaku sejak diterbitkan
kedua, jika berdasarkan peraturan dasarnya terdapat kemungkinan untuk
mengajukan banding terhadap keputusan yang bersangkutan maka keberlakuan
keputusan itu tergantung dari proses banding itu. Ketiga jika keputusan itu
memerlukan pengesahan dari organ atau instansi pemerintah yang lebih tinggi maka
keputusan itu berlaku setelah mendapatkan pengesahan.
Keputusan yang sah dan dapat berlaku dengan sendirinya akan memiliki
kekuatan hukum formal dan kekuatan hukum materiil. Kekuatan hukum formal
suatu keputusan ialah pengaruh yang dapat diadakan oleh karena adanya keputusan
itu. Suatu keputusan mempunyai kekuatan hukum formal apabila keputusan itu
tidak lagi dibantah oleh suatu alat hukum. Dengan kata lain, tidak dapat dibantah
oleh pihak yang berkepentingan, hakim, organ pemerintahan yang lebih tinggi,
maupun organ yang membuat keputudan itu sendiri. Keputusan tata usaha negara
memiliki kekuatan hukum formal dalam hal :
Asas praduga rechtmatig ini dianut pula oleh UU. No.5 Tahun 1986 tentang
PTUN jo UU No.9 Tahun 2004 tentang perubahan UU No.5 Tahun 1986 tentang
PTUN, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 67 ayat (1) “Gugatan tidak menunda
atau menghalangi dilaksanakannya Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara yang digugat” .Dalam penjelasannya disebutkan “Akan tetapi selama hal
itu belum diputus oleh pengadilan, maka Keputusan Tata Usaha Negara harus
dianggap menurut hukum. Dalam proses dimuka Pengadilan Tata Usaha Negara
memang dimaksudkan untuk menguji apakah dugaan bahwa Keputusan Tata Usaha
Negara yang digugat itu melawan hukum beralasan atau tidak. Inilah dasar hukum
acara Tata Usaha Negara yang bertolak dari anggapan bahwa Keputusan Tata
Usaha Negara itu selalu menurut hukum. Dari segi perlindungan hukum, maka
Hukum Acara Tata Usaha Negara yang merupakan sarana hukum untuk dalam
keadaan konkret meniadakan anggapan tersebut. Oleh karena itu, pada asasnya
selama hal tersebut belum diputuskan oleh Pengadilan maka Keputusan Tata Usaha
Negara yang digugat itu tetap dianggap menurut hukum dan dapat dilaksanakan.
Akan tetapi, dalam keadaan tertentu, penggugat dapat mengajukan permohonan
agar selama proses berjalan, Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu
diperintahkan ditundab pelaksanaannya.”
Meskipun asas praduga rechtmatig ini demikian penting dalam melandasi setiap
keputusan, namun asas ini tidak berarti meniadakan sama sekali kemungkinan
perubahan ,pencabutan atau penundaan keputusan tata usaha negara. 15
3.4 Definisi Peraturan Kebijakan (Regeling), Contoh dan Peran Pejabat TUN
15Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm. 161-
169
nama atau identitas orang perorang, akan tetapi secara umum kepada setiap
orang yang akan melaksanakan permohonan ke dua akta hukum di atas.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Buku :
Internet :
http://www.academia.edu/27677068/KETETAPAN_BESCHIKKING