Anda di halaman 1dari 17

INSTRUMEN PEMERINTAHAN

Diajukan Sebagai Tugas Tersruktur Pada Mata Kuliah Hukum Administrasi Negara
Dosen Pengampu: Dr. Suasana Nikmat Ginting.MA

Disusun Oleh:

HPI-5B (Kelompok 5 )

Egi (0205213132)
Pafa Alfarizi (0205213131)
Tika Afrianti (0205212060)
Yuli Astri Khorvica Harahap (0205213066)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM


UIN SUMATERA UTARA
2023

0
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puja dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kamu dapat
menyalesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan berbagai pihak, sehinggga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kamu tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu
dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil
hikmah dan manfaat sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Medan, 19 September 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 1


DAFTAR ISI ................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 3
A. Latar Belakang ................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 4
C. Tujuan Masalah .................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 5
A. Pengertian Instrumen Pemerintahan .................................................................. 5
B. Peraturan Perundang-undangan ......................................................................... 5
C. Pengertian Peraturan Kebijaksanaan (freies ermessen) .................................... 7
D. Rencana- Rencana .............................................................................................. 9
E. Perizinan........................................................................................................... 11
F. Instrumen Hukum Keperdataan ....................................................................... 11
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 14
Kesimpulan .............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 16

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jika Berbicara tentang instrument pemerintah tidak lepas dari alat dan sarana
yang digunakan oleh pemerintah atau administrasi negara dalam melaksanakan
tugasnya, berkenaan dengan struktur norma hukum administrasi negara ini, H.D. Van
Wijk/Willem Konijinebelt mengatakan bahwa hukum material mengatur perbuatan
manusia. Peraturan norma didalam hukum administrasi negara memiliki struktur yang
berbeda dibandingkan dengan struktur norma hukum perdata dan pidana.1

Menurut Indroharto, dalam suasana hukum tata usaha negara itu kita
menghadapi bertingkat-bertingkat norma-norma hukum yang harus kita perhatikan.
Lebih lanjut Indroharto menyebutkan bahwa keseluruhan hukum tata usaha negara
dalam masyarakat itu memiliki struktur bertingkat dari yang sangat umum dan yang
sampai pada norma yang paing individual dan konkret. Kemudian pembentukan
norma-norma hukum tata usaha negara dalam masyarakat itu tidak hanya dilakukan
oleh pembuat undang-undang dan badan-badan peradilan saja melainkan juga oleh
apparat pemerintah yang menjabat sebagai tata usaha negara.

Instrumen pemerintahan diperlukan agar fungsi pemerintahan untuk


mewujudkan kesejahteraan rakyat dapat dilaksanakan secara efektif. Pelaksanaan
fungsi pemerintahan dapat dilakukan dengan mendayagunakan instrumen-instrumen
pemerintahan tersebut dapat diklasifikasikan dengan beberapa instrument, salah
satunya adalah instrumen yuridi merupakan instrumen yang meliputi peraturan
perundang-undangan atau kebijakan-kebijakan lain yang sifatnya otoritas pemerintah.

1
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta, PT Raja Grafindo, 2016), hlm. 130.

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian instrument pemerintahan ?
2. Apa yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan ?
3. Apa pengertian Peraturan Kebijaksanaan (Freies Ermessen) ?
4. Apa itu Rencana-Rencana ?
5. Apa yang dimaksud dengan Perizinan ?
6. Apa yang dimaksud dengan Istrumen Hukum Keperdataan ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan instrument pemerintahan.
2. Untuk mengetahui apa saja peraturan perundang-undangan dalam instrument
pemerintahan.
3. Untuk mengetahui pengertian dari Peraturam Kebijaksanaan (Freise
Ermessen).
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Rencana-Rencana.
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Perizinan.
6. Agar kita mengetahui apa itu Istrumen Hukum Keperdataan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Instrumen Pemerintahan

Instrumen pemerintahan adalah alat atau sarana yang digunakan oleh


pemerintah atau administrasi negara dalam melaksankan tugasnya.2 Instrumen
pemerintahan merupakan bagian dari instrumen penyelenggaraan negara secara
umum (pemerintah dalam arti luas). Pada dasarnya pelaksanaan tugas penyelengaraan
negara Indonesia paling tidak dilakukan oleh tiga lembaga yanitu eksekutif, legislatif
dan yudikatif.

Instrumen pemerintahan yang dimaksud adalah alat-alat atau sarana-sarana


yang digunakan oleh pemerintah atau administrasi negara dalam melaksanakan tugas-
tugas pemerintahan, pemerintahan atau adaministrasi negara melakukan berbagai
tindakan hukum dengan menggunakan sarana atau instrumen sperti alat tulis menulis,
sarana transportasi dan komunikasi, gedung-gedung perkantoran, dan lain-lain, yang
terhimpun dalam public domain atau kepunyaan publik. Di samping itu, pemerintah
juga menggunakan berbagai instrumen yuridis dalam menjalankan kegiatan mengatur
dan menjalankan urusan pemerintahan dan kemasyarakatan, seperti peraturan
perundan-undangan, keputusan-keputusan, peraturan kebijaksanaan, perizinan,
instrumen hukum keperdataan dan sebagainya.

B. Peraturan Perundang-undangan

Peraturan merupakan hukum yang in abstracto atau general norma yang


sifatnya mengikat umum (berlaku umum) dan tugasnya adalah mengatur hal-hal yang

2
Ibid., hlm. 129.

5
bersifat umum (general). Secara teoritis, istilah perundang-undangan (legislation
wetgeving atau gesetzgebung) mempunyai dua pengertian, yaitu sebagai berikut:

1. Perundang-undangan merupakan proses pembentukan/proses membentuk


peraturan-peraturan negara, baik di tingkat pusat maupun ditingkat
daerah.
2. Perundang-undangan adalah segala peraturan negara, yang merupakan
hasil pembentukan peraturan-peraturan, baik di tingkat pusat maupun di
tingkat daerah. Berkenaan dengan perundang-undangan A. Hamid S. At
Tamimi menulis sebagai berikut.

Istilah perundang-undangan (wettleijkeregles) secara harfiah dapat diartikan


peraturan yang berkaitan dengan undang-undang, baik peraturan itu berupa
perundang-undangan sendiri maupun peraturan yang lebih rendah yang merupakan
atribusi ataupun delegasi undang-undang. Atas dasar atribusi dan delegasi
kewenangan perundang-undangan, maka yang tergolong peraturan perundang-
undangan di negara kita ialah undang-undang dan peraturan yang lebih rendah
daripadanya seperti peraturan pemerintah, keputusan presiden yang berisi peraturan,
keputusan menteri yang berisi peraturan, keputusan kepala lembaga pemerintah non
department yang berisi peraturan, keputusan director jenderal department yang di
bentuk undang-undang yang berisi peraturan, peraturan daerah tingkat I, keputusan
gubernur kepala daerah, yang berisi peraturan yang melaksanakan ketentuan
peraturan peringkat daerah tingkat I, peraturan daerah tingkat II, dan keputusan
bupati/wali kota madya kepala daerah berisi peraturan yang melaksankan ketentuan
peraturan tingkat daerah tingkat II.3

Peraturan perundang-undangan memiliki ciri-ciri berikut ini:

3
Ibid., hlm. 134

6
1. Peraturan perundang-undangan bersifat umum dan komprehensif, yang
dengan demikian merupakan kebalikan dan sifat-sifat yang khusus dan
terbatas.
2. Peraturan perundan-undangan yang bersifat universal, ia diciptakan untuk
mengahadapi peristiwa-peristiwa yang akan datang yang belum jelas
bentuk konkritnya. Oleh karena itu, ia tidak dapat dirumuskan untuk
mengatasi peristiwa-peristiwa tertentu sahaja.
3. Ia memiliki kekuatan untuk mengoreksi dan memperbaiki dirinya sendiri.
Pencantuman klausul yang memuat kemungkinan dilakukannya
peninjauan kembali.4

Berdasarkan penjelasan Pasal 1 angka 2 UU No. 5 Tahun 1986 tentang


Peradilan Tata Usaha Negara, Peraturan Perundang-undangan adalah semua peraturan
yang bersifat mengikat secara umum yang dikeluarkan oleh badan perwakilan rakyat
bersama pemerintah, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah, yang juga
mengikat umum.

C. Pengertian Peraturan Kebijaksanaan (freies ermessen)

Perkembangan konsep negara hukum seperti telah disinggung pada awal


tulisan Ini, erat kaitannya dengan peranan Hukum Admlnistrasi Negara dl dalamnya.
Pada "polizeistaat" boleh dikatakan belum berkembang Hukum Adminstrasl Negara,
barulah pada "nachtwakerstaat" Hukum Administrasi Negara mulai muncul,
meskipun sangat terbatas. Pada "welvaarstaat" peranan Hukum Admlnistrasi Negara
menjadl semakin luas dan dominan. Hal ini menunjukkan semakin aktifnya negara
terlibat dan melakukan campur tangan dalam setiap aspek kehidupan masyarakat.
Adalah sukar membayangkan suatu negara modern saat ini tanpa adanya Hukum
Admlnistrasi Negara di dalamnya.

4
Ibid., hlm. 135

7
Akan tetapi mengingat sedemikian luasnya aspek kehidupan sosial dan
kesejahteraan masyarakat yang dlgeluti itu, maka sudah barang tentu tidak setiap
permasalahan yang dihadapi dan tindakan yang akan diambil oleh adminstrasi negara
telah tersedia aturannya. Keadaan seperti ini membawa Adminstrasi Negara kepada
suatu konsekuensi khusus, yaitu memerlukan kemerdekaan bertindak atas Inislatif
dan kebijaksanaannya sendiri, terutama dalam penyelesalan soal-soal genting yang
timbul dengan tiba-tiba dan yang peraturan penyelesalannya belum ada.
Kemerdekaan bertindak atas inisiatif dan kebijaksanaan sendiri ini, dalam Hukum
Admlnistrasi Negara tersebut dengan "pouvoir dlscretlonnalre" atau "freles
ermessen".5

Istilah "freies ermessen" berasal dari bahasa Jerman. Kata "freies" diturunkan
dari kata "frei" dan "freie" yang artinya : bebas, merdeka, tidak terikat, lepas, dan
orang bebas. Sedangkan kata "ermessen" mengandung arti mempertimbangkan,
menilai, menduga, penilaian, pertimbangan, dan keputusan. Jadi secara etimologis,
"freies ermessen" dapat diartikan sebagai "orang yang bebas mempertimbangkan,
bebas

Dalam kepustakaan Ilmu Hukum Administrasi Negara telah banyak pakar


yang memberikan batasan mengenai istilah ini. Salah satunya Prajudi Almosudirdjo
mengatakan : asas diskresi (discretie;freies ermessen), artinya, pejabat penguasa tidak
boleh menolak mengambil keputusan dengan alasan tidak ada peraturannya, dan oleh
karena itu diberi kebebasan untuk mengambil keputusan menurut pendapat sendiri
asalkan tidak melanggar asas yuridiktas dan asas legalitas

Dalam sebuah buku, "freies ermessen" itu diartikan sebagai "kebebasan


bertindak dalam batasbatas tertentu" atau "keleluasaan dalam menentukan kebijakan-
kebijakan melalui sikap tindak administrasi negara yang harus dapat
dipertanggungjawabkan”
5
. Sjachran Basah, Eksistensi Dan Tolok Ukur Badan Peradilan Admlnistrasi Di Indonesia
(Alumni : Bandung, 1985), hal. 12.

8
Kebebasan bertindak administrasi. negara dimaksud bukan kebebasan dalarn
arti yang seluas-luasnya, dan tanpa batas, melainkan tetap terikat kepada batas-batas
tertentu yang diperkenankan oleh Hukum Administrasi Negara. Dengan adanya
"freies ermessen" maka administrasi negara dapat menjalankan fungsinya secara
dinamis dalam menyelenggarakan kepentingan umum, sehingga dalam menghadapi
hal-hal yang sifatnya penting dan mendesak yang aturannya belum tersedia untuk itu,
administrasi negara atas inisiatifnya sendiri dapat langsung bertindak tanpa
menunggu instruksi lagi. Jadi, administrasi negara dapat langsung bertindak dengan
berpijak kepada asas kebijaksanaan. Dengah demikian sifatnya adalah spontan.

Hal ini bukan berarti dikesampingkannya sama sekali asas legalitas, karena
sikap tindak administrasi negara harus dapat diuji berdasarkan perundangundangan
lainnya yang lebih tinggi ataupun berdasarkan ketentuan hukum yang tidak tertulis.
Dalam hal ini tetap dipergunakan asas legalitas, hanya saja dalam pengertian yang
lebih luas dan fleksibel yang tidak saja berdasarkan pada peraturan perundang-
undangan yang tertulis tetapi juga berdasarkan pada keten tuan hukum yang tidak
tertulis, seperti misalnya "algemene beginselen van vehoorlijk bestuur". Hal ini
tercermin melalui rumusan penulis di muka yang tercakup dalam kata-kata "dapat
dipertanggungjawabkan".6

D. Rencana- Rencana

Perencanaan memiliki beberapa definisi. Menurut Prof. Bukhari Zainun,


perencanaan adalah persiapan bagi segala perbuatan dan juga merupakan proses
peletakan dasar bagi setiap perbuatan yang akan dilakukan. Jadi pelaksanaan pada
dasarnya terdapat pada setiap perbuatan manusia yang sadar, secara ilmiah bergerak
terus menerus.

6
Diakses pada pukul 20.00, tanggal 18 September, melalui,
https://media.neliti.com/media/publications/120918-ID-makna-dan-peranan-freies-ermessen-dalam.pdf

9
Rencana merupakan keseluruhan tindakan yang saling berkaitan dari tata
usaha negara yang mengupayakan terlaksananya keadaan tertentu yang tertib
(teratur). Berdasarkan hukum administrasi negara, rencana merupakan bagian dari
tindakan hukum pemerintahan (bestuurrechtshandeling), yang dimaksudkan untuk
menimbulkan akibat-akibat hukum. Rencana adalah keseluruhan tindakan pemerintah
yang berkesinambungan, yang mengupayakan terwujudnya keadaan tertentu yang
teratur. Keseluruhan itu disusun dalam format tindakan hukum administrasi negara,
sebagai tindakan yang menimbulkan akibat-akibat hukum.
Perencanaan terbagi dalam tiga kategori, yaitu sebagai berikut.
1. Perencanaan informatif, yaitu rancangan estimasi mengenal
perkembangan masyarakat yang dituangkan dalam alternatif kebijakan
tertentu. Rencana seperti ini tidak memiliki akibat hukum bagi warga
negara.
2. Perencanaan indikatif, yaitu rencana yang memuat kebijakan yang akan
ditempuh dan mengindikasikan bahwa kebijakan itu akan dilaksanakan,
Kebijakan ini masih harus diterjemahkan dalam keputusan operasional
atau normatif. Perencanaan seperti ini memiliki akibat hukum yang tidak
langsung.
3. Perencanaan operasional atau normatif, yaitu rencana yang terdin atas
persiapan, perjanjian, dan ketetapan. Contohnya, rencana tata ruang,
rencana pengembangan perkotaan, rencana pembebasan tanah, rencana
peruntukan, rencana pemberian subsidi, dan lain-lain. Perencanaan seperti
ini memiliki akibat hukum langsung, baik bagi pemerintah atau
administrasi negara maupun warga Negara.
Di samping itu, ada perencanaan yang berkenaan langsung dengan tindakan
organ pemerintahan terhadap warga negara atau memiliki akibat hukum bagi warga
negara dan ada pula perencanaan yang hanya mengatur hubungan antar organ
pemerintahan. Di negara Indonesia, rencana itu ada yang berbentuk undang-undang

10
(seperti APBN), keputusan presiden (seperti repelita), Tap MPR (seperti GBHN)
peraturan daerah (seperti APBD, rencana pembangunan daerah), dan sebagainya
Dalam perspektif hukum administrasi negara, rencana merupakan salah satu
instrumen pemerintahan, yang sifat hukumnya berada di antara peraturan
kebijaksanaan, peraturan perundang undangan, dan ketetapan. Dengan demikian,
perencanaan memiliki bentuk tersendiri (suigeneris), patuh pada peraturan sendiri
serta mempunyal tujuan sendiri, yang berbeda dengan peraturan kebijaksanaan,
peraturan perundang- undangan, dan ketetapan..7

E. Perizinan

Perizinan diperlukan agar tertib administrasi dapat tercapai. Di Indonesia yang


menganut falsafah sebagai negara hukum (rechstaat), setiap kegiatan yang akan
dilaksanakan harus lolos prosedur perizinan.
Menurut Sjachran Basah, izin adalah perbuatan hukum administrasi negara
bersegi satu yang mengaplikasikan peraturan dalam hal konkret berdasarkan
persyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Bagir Manan menyebutkan bahwa izin dalam arti luas berarti suatu
persetujuan dari penguasa berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk
memperbolehkan melakukan tindakan atau perbuatan tertentu yang secara umum
dilarang..8

F. Instrumen Hukum Keperdataan

7
Sahya Anggara, Hukum Administrasi Negara (Bandung : Pustaka Setia, 2018), hal. 216
8
Ibid., hlm. 220

11
Penggunaan instrumen hukum publik merupakan fungsi dasar dari organ
pemerintahan dalam menjalankan tugas tugas pemerintahan, sedangkan penggunaan
instrumen hukum privat merupakan konsekuensi paham negara kesejahteraan, yang
menuntut pemerintah untuk mengusahakan kesejahteraan masyarakat (beswurszorg),
yang dalam rangka bestuurszorg itu, pemerintah terlibat dengan kegiatan
kemasyarakatan dalam berbagai dimensi sejalan dengan tuntutan perkembangan
kemasyarakatan. Dalam memenuhi tuntutan itu, organ pemerintahan tidak cukup
hanya menggunakan instrumen hukum publik, tetapi juga menggunakan instrumen
keperdataan, terutama untuk mencapai efektivitas dan efisiensi pelayanan terhadap
masyarakat. Menurut Indroharto, ada beberapa penggunaan instrumen keperdataan
yaitu sebagai berikut.

1. Warga masyarakat sudah terbiasa berkecimpung dalam suasana kehidupan


hukum perdata.
2. Lembaga-lembaga keperdataan sudah terbukti kemanfaatannya dan
merupakan bentuk-bentuk yang digunakan dalam pengaturan perundang-
undangan yang luas maupun yurisprudensi. Lembaga-lembaga keperdataan
tersebut selalu dapat diterapkan untuk segala keperluan dan kebutuhan karena
bersifat sangat fleksibel dan jelas sebagai instrumen.
3. Lembaga-lembaga keperdataan tersebut selalu dapat diterapkan karena bagi
pihak-pihak yang bersangkutan memiliki kebebasan untuk segala keperluan
dan kebutuhan karena bersifat sangat fleksibel dan jelas sebagai instrument.
4. Lembaga-lembaga keperdataan tersebut selalu dapat diterapkan karena bagi
pihak-pihak yang bersangkutan memeliki kebebasan untuk menentukan
sendiri isi dari perjanjian yang hendak mereka buat.
5. Sering terjadi di jalur hukum publik menemui jalan buntu, tetapi jalur yuridis
menurut hukum perdata dapat memberi jalan keluarnya.
6. Ketegangan yang disebabkan oleh tindakan yang selalu bersifat sepihak dari
pererintah dapat dikurangi.

12
7. Berbeda dengan tindakan-tindakan yang bersifat sepihak dari pemerintah,
tindakan-tindakan menurut hukum perdata ini selalu dapat memberikan
jaminan-jaminan kebendaan, misalnya untuk ganti rugi.9

9
Ibid., hlm. 229

13
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Instrumen pemerintahan adalah alat-alat atau sarana-sarana yang digunakan


oleh pemerintahan dan administrasi negara dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

Peraturan merupakan hukum yang in abstracto atau general norma yang


sifatnya mengikat umum. Sedangakan perundang-undangan merupakan proses
pembentukan/proses membentuk peraturan-peraturan negara, baik di tingkat pusat
maupun ditingkat daerah.

Marbun dan Ridwan HR mengemukakan bahwa freies ermessen merupakan


kebebasan yang melekat bagi pemerintah atau administrasi Negara. Sebenarnya jika
ditilik lebih jauh pengguanan asas freies ermessen oleh pejabat publik bertentangan
dengan asas legalitas, namun hal itu tidak berarti tidak bisa kita mengatakan bahwa
pejabat kemudian dilarang bertindak padahal itu atas nama demi kepentingan umum.

Perencanaan adalah persiapan bagi setiap perbuatan dan juga merupakan


proses peletakan dasar bagi setiap perbuatan yang akan dilaksanakan. Jadi
pelaksanaan pada dasarnya terdapat pada setiap perbuatan manusia yang sadar, secara
ilmiah bergerak terus menerus.

Izin (vergunning) adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan


undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang
dari ketentuan-ketentuan larangan peraturan perundang-undangan. Selain itu izin juga
dapat diartikan sebagai dispensasi atau pelepasan/pembebasan dari suatu larangan

Instrumen hukum privat merupakan konsekuensi paham negara kesejahteraan,


yang menuntut pemerintah untuk mengusahakan kesejahteraan masyarakat
(beswurszorg), yang dalam rangka bestuurszorg itu, pemerintah terlibat dengan

14
kegiatan kemasyarakatan dalam berbagai dimensi sejalan dengan tuntutan
perkembangan kemasyarakatan

15
DAFTAR PUSTAKA

Ridwan HR, 2016, Hukum Administrasi Negara, Jakarta : PT Raja Grafindo

Sjachran Basah, 1985, Eksistensi Dan Tolok Ukur Badan Peradilan Administrasi Di
Indonesia, Alumni : Bandung

Marcus Lukman, 1996, Eksistensi Peraturan Kebijaksanaan dalam Bidang


Perencanaan Rencana Pembangunan di Daerah serta Dampaknya terhadap
Pembangunan Materi Hukum Tertulis Nasional, disertai, Bandung : Universitas
Padjadjaran.

Sahya Anggara,2018, Hukum Administrasi Negara, Bandung : Pustaka Setia, 2018

Marcus Lukman, 1996, Eksistensi Peraturan Kebijaksanaan dalam Bidang


Perencanaan Rencana Pembangunan di Daerah serta Dampaknya terhadap
Pembangunan Materi Hukum Tertulis Nasional, disertai, Bandung : Universitas
Padjadjaran.

Diakses pada pukul 20.00, tanggal 18 September Maret, melalui,


https://media.neliti.com/media/publications/120918-ID-makna-dan-peranan-
freies-ermessen-dalam.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai