Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KELOMPOK Dosen pengampu

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA Elfitri Yuza.,SH.,MH

INSTRUSMEN PEMERINTAH

OLEH:

Ovie Juniarsih (2274201009)

Aura Putri Adena (2274201004)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SOSIAL & HUMANIORA

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUMATERA BARAT

PADANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “INSTRUMEN PEMERINTAH”
dan shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan untuk baginda rasulullah SAW.

Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah “Hukum
Administrasi Negara”,selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibuk Elfitri Yuza ,SHI,MH sebagai Dosen
Pengampu mata kuliah “Hukum Administrasi Negara” yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan.

Dalam pembuatan makalah ini penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
demi perbaikan agar makalah ini lebih baik lagi. Akhir kata semoga makalah ini menjadi
inspirasi bagi teman-teman dan pembaca. Oleh karena itu,kami mengharapkan seala bentuk saran
serta masukan yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Padang, 28 Desember 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................ii


DAFTAR ISI .................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 LATAR BELAKANG ...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................................1
1.3 Tujuan ....................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 2
2.1 Pengertian Instrumen Pemerintahan ...................................................................................2
2.2 Peraturan Perundang-undangan ..........................................................................................3
2.3 Peraturan Kebijaksanaan ....................................................................................................... 6
2.3.1 Pengertian, Ciri-ciri, Fungsi dan Penormaan Peraturan Kebijaksanaan ......................... 6
2.3.2. Freies Ermessen .......................................................................................................... 7
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan ..........................................................................................................................10
3.2 Saran .................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Jika berbicara tentang Instrumen Pemerintahan tidak leas dari alat dan sarana yang digunakan
oleh pemerintah atau administrasi negara dalam melaksanakan tugasnya, intrumen yuridis yang
dipergunakan untuk mengatur dan menialankan urusan pemerintahan dan kemasyarakatan seperti
perundang-undangan, keputusan-keputusan, peraturan kebijakan, perizinan, instrument hukum
keperdataan dsb. Instrument Hukum in akan menjadi dasar yang digunakan pemerintah dalam
menjakalankan tugas dan kewenangannya.

Indonesia tidak menganut sistem kekuasaan yang distribution of power atau pembagian
kekuasaan, dengan sentral berada pada emerintah Indonesia, dimana sebagian kekuasaan
yudikatif dan kekuasaan legislatif oleh eksekutif. Kekuasaan yang dimiliki eksekutif dalam
bidang yudikatif ole presiden, namun harus dengan persetujuan DPR. Sedangkan kekuasaan
eksekutif dalam bidang legislatif meliputi menetapkan Perpu dan Peraturan Pemerintah.

1.2 Rumusan Masalah


Apa yang dimaksud dengan Instrumen Pemerintah dan segala aspek yang ada di dalamnya?

1.3 Tujuan
Agar mengetahui tentang Instrumen Pemerintahan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Instrumen Pemerintahan


Instrumen pemerintahan adalah alat-alat atau sarana-sarana yang digunakan oleh
pemerintahan dan administrasi negara dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Berkenaan dengan
struktur norma hukum administrasi negara ini, H. D van Wijk/Willem Konijnenbelt mengatakan
bahwa hukum material mengatur perbuatan manusia. Peraturan, norma didalam hukum
administrasi negara memiliki struktur yang berbeda dibandingkan dengan struktur norma hukum
perdata dan pidana.

Menurut Indroharto, dalam suasana hukum tata negara itu kita menghadapi bertingkat -
tingkatnya norma - norma hukum yang harus kita perhatikan. Lebih lanjut Indroharto
menyebutkan bahwa keseluruhan hukum tata usaha negara dalam masyarakat itu memiliki
struktur bertingkat dari yang sangat umum dan yang sampai pada norma yang paling individual
dan konkret. Kemudian pembentukan norma - norma hukum tata usaha negara dalam masyarakat
itu tidak hanya dilakukan oleh pembuat undang - undang dan badan - badan peradilan saja
melainkan juga oleh aparat pemerintah yang menjabat sebagai tata usaha negara.

Pelaksanaan tugas penyelenggaraan negara di Negara Indonesia paling tidak dilakukan oleh
3 lembaga yaitu eksekutif (pemerintah), legislatif (DPR), dan yudikatif (MA-MK). Dalam
melaksanakan tugas penyelenggaraan negara, masing-masing organ negara tsb diberikan
kewenangan tuk mengeluarkan instrumen hukumnya.

Menurut indroharto suasana hukum tata usaha Negara menghadapi tingkatan-tingkatan tetapi
dalam kombinasi yang satu dengan yang lain saling berkaitan.1

1. Keseluruhan hukum tata usaha Negara dalam masyrakat itu memiliki struktur tingkat dari
yang sangat umum samapi pada norma yang paling individual dan konkret yang terkandung
dalm penetapan (beschikking).

1
Indroharto, “suasana hukum tata usaha negara” diakses dari www.academia.edu, pada tanggal 29
desember 2023 pukul 20.45 WIB

2
Kualifikasi sifat keumuman (aglemeenheid) dan kekkonkretan (concreetheid) norma hokum
adminstrasi diperhatikan mengenai objek yand dikenai norma hokum (adressa) dan bentuk
normanya.

2. Pembentukan norma hokum tata Negara dalam masyarakat itu tidak hanya dilakukan oleh
pembuat undang-undang dan badan peradilan tetapi juga aparat pemerintah.

Macam macam sifat norma Hukum menurut H.D van Wijk/Willem konijinenbelt2 :

a) Norma umum-abstrak (algemeen-abstrack) mis: perundang-undang


b) Norma individual-konkret (Individueel-concreet)mis: keputusan tata usaha Negara
c) Norma umum-konkret (algemeen-concreet)mis: Peraturan lalu lintas dan rambu
d) Norma individual-abstrak (Individueel-abstrack) mis: izin gangguan

2.2 Peraturan Perundang-undangan


Peraturan merupakan hukum yang in abstracto atau general norm yang sifatnya mengikat
umum (berlaku umum) dan tugasnya adalah mengatur hal-hal yang bersifat umum (general).
Istilah perundang - undangan secara teoritis ada 2 :

1. Perundang-undangan merupakan proses pembentukan/membentuk peraturan-peraturan negara,


baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah.

2. Perundang-undangan adalah segala peraturan negara, yang merupakan hasil pembentukan


peraturan-peraturan, baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah.

Peraturan..perundang-undangan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :


a).Bersifat..umum..dan..komprehensif
b).Bersifat//universal
c).Memiliki kekuatan untuk mengoreksi dirinya sendiri.

Dalam UU No. 10 Tahun 2004 dipaparkan secara tegas antara istilah peraturan dan keputusan.
Berdasarkan UU tersebut yang bersifat pengaturan, maka sebutannya adalah peraturan,

2
H.d van wijk/willem konijinenbelt, “macam-macam sifat norma hukum”, diakses dari
www.academia.edu, pada tanggal 29 desember 2023 pukul 20.59 WIB

3
sedangkan yang bersifat penetapan adalah keputusan. Dengan demikian, yang termasuk dalam
pengertian peraturan perundang-undangan sebutannya adalah peraturan.

Setiap instansi apabila akan membuat hal yang bersifat mengatur seharusnya
menggunakan istilah peraturan, tidak lagi menggunakan keputusan. Keputusan hanya digunakan
untuk hal yang sifatnya menetapkan saja, misalnya pengangkatan seseorang dalam jabatan,
kenaikan pangkat, penugasan dalam tugas tertentu, dan sebagainya.

Menurut UU No. 10 Tahun 2004 tentang, peraturan perundang-undangan adalah


peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat
secara umum. Berdasarkan pengertian tersebut.

Peraturan perundang-undangan bersifat umum-abstrak, yang dicirikan unsur-unsur antara lain:

a. waktu, artinya tidak hanya berlaku pada saat tertentu saja,

b. tempat, artinya tidak hanya berlaku pada tempat tertentu saja,

c. orang, artinya tidak hanya berlaku bagi orang tertentu saja, dan

d. fakta hukum, artinya tidak hanya ditujukan pada fakta hukum tertentu saja, tetapi untuk
berbagai fakta hukum (perbuatan) yang dapat berulang-ulang.

UU No.10 Tahun 2004 menentukan bahwa sumber hukum dari segala sumber hukum
negara adalah Pancasila. Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum
negara adalah sesuai dengan Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
menempatkan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara serta sekaligus dasar filosofis bangsa
dan negara sehingga setiap materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Sedangkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan hukum dasar dalam
peraturan perundang-undangan. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang memuat
hukum dasar negara merupakan sumber hukum bagi pembentukan peraturan perundang-
undangan di bawah UUD. Dengan demikian, semua peraturan perundang-undangan harus
bersumber pada UUD 1945 dan tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945.

4
Kedudukan hukum peraturan perundang-undangan lain yang telah ada dan diundangkan
sebelum UU No.10 Tahun 2004, jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan tetap diakui
keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Seperti peraturan yang dikeluarkan oleh MPR, DPR, DPD, Mahkamah Agung,
Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Bank Indonesia, Menteri, kepala badan,
lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk oleh UU atau pemerintah atas perintah UU,
DPRD Provinsi, Gubernur, DPRD Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang
setingkat.

Semua keputusan yang sifatnya mengatur yang sudah ada sebelum UU No.10 Tahun
2004 berlaku, misalnya Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, Keputusan Gubernur,
Keputusan Bupati/Walikota atau keputusan pejabat lainnya, harus dibaca peraturan sepanjang
tidak bertentangan dengan UU No.10 Tahun 2004.

Bersamaan dengan kewenangan untuk campur tangan tersebut, pemerintah juga diberikan
kewenangan untuk membuat dan menggunakan peraturan perundang-undangan. Dengan kata
lain, pemerintah juga memiliki kewenangan dalam bidang legislasi. Tugas pemerintah tidak
hanya terbatas untuk melaksanakan undang-undang yang telah dibuat oleh lembaga legislative.
Pemerintah dibebani kewajiban untuk menyelenggarakan kepentingan umum atau
mengupayakan kesejahteraan sosial dengan diberikan kewenangan untuk campur tangan dalam
kehidupan masyarakat dalam batas-batas yang diperkenankan oleh hukum.

Konsep pemisahan kekuasaan, khusus yang berkaitan dengan fungsi eksekutif hanya
sebagai pelaksana UU tanpa kewenangan membuat peraturan perundang-undangan, seiring
dengan perkembangan tugas negara dan pemerintahan, bukan saja kehilangan relevansinya,
tetapi dalam praktik juga menemui banyak kendala.

Hal ini dikarenakan badan legislatif sesuai dengan UU No. 10 Tahun 2004 tidak
membentuk segala jenis peraturan perundang-undangan, melainkan terbatas pada UU dan Perda.
Jenis peraturan perundang-undangan lain dibuat oleh administrasi negara. Selain itu, yang
berjalan selama ini kewenangan legislasi bagi pemerintah pada dasarnya berasal dari undang-
undang, yang berarti melalui persetujuan parlemen.

5
2.3 Peraturan Kebijaksanaan

2.3.1 Pengertian, Ciri-ciri, Fungsi dan Penormaan Peraturan Kebijaksanaan

Peraturan kebijaksanaan adalah peraturan umum yang dikeluarkan oleh instansi


pemerintahan berkenaan dengan pelaksanaan wewenang pemerintahan terhadap warga negara
atau terhadap instansi pemerintahan lainnya dan pembuatan peraturan tersebut tidak memiliki
dasar yang tegas dalam UUD dan undang-undang formal.

Ciri-ciri peraturan kebijaksanaan adalah sebagai berikut:

1. Asas-asas pembatasan dan pengujian terhadap peraturan perundang-undangan tidak dapat


diberlakukan pada peraturan kebijaksanaan.
2. Peraturan kebijaksanaan tidak dapat diuji secara wetmatigheid, karena memang tidak ada
dasar peraturan perundang-undangan untuk membuat keputusan peraturan kebijaksanaan
tersebut.
3. Peraturan kebijaksanaan dibuat berdasarkan freies Ermessen dan ketiadaan wewenang
administrasi bersangkutan membuat peraturan perundang-undangan.
4. Pengujian terhadap peraturan kebijaksanaan lebih diserahkan pada doelmatigheid sehingga
batu ujinya adalah asas-asas umum pemerintahan yang layak
5. Dalam praktik diberi format dalam berbagai bentuk dan jenis aturan.
6. Peraturan kebijaksanaan bukan merupakan peraturan perundang-undangan

Peraturan kebijaksanaan dapat difungsikan secara tepat guna dan berdaya guna, yang berarti:

1. Sebagai sarana pengaturan yang melengkapi, menyempurnakan, dan mengisi kekurangan-


kekurangan yang ada pada peraturan perundang-undangan.
2. Sebagai sarana pengaturan bagi keadaan vakum peraturan perundang-undangan.
3. Sebagai sarana pengaturan bagi kepentingan-kepentingan yang belum terakomodasi secara
patut, layak, benar, dan adil dalam peraturan perundang-undangan.
4. Sebagai sarana pengaturan untuk mengatasi kondisi peraturan perundang-undangan yang
sudah ketinggalan zaman.

6
5. Tepat guna dan berdaya guna bagi kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi administrasi di
bidang pemerintahan dan pembangunan yang bersifat cepat berubah atau memerlukan
pembaruan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.

Sementara itu, penerapan atau penggunaan peraturan kebijaksanaan harus memperhatikan..hal-


hal..di..antaranya..:

1. Harus sesuai dan serasi dengan tujuan undang-undang yang memberikan ruang
kebebasan..bertindak
2. Serasi dengan asas-asas hukum umum yang berlaku.
3. Sesuai dan tepat guna dengan tujuan yang hendak dicapai.

Meskipun pemerintah diberikan ruang gerak kebebasan, namun dlm kerangka negara hukum,
kebebasan tsb tdk digunakan tanpa batas. Batas yg hrs dipertimbangkan dlm mlakukan tindakan
bebas tersebut adalah :

a) Ditujukan untuk melaksanakn tugas layanan publik

b) Merupakan tindakan yg aktif dari administrasi negara

c) Tindakan tersebut dimungkinkan oleh hukum

d) Diambil atas inisiatif sendiri

e) Dimaksudkan untuk menyelesaikan persoalan penting yang secara tiba-tiba

f) Dapat dipertanggungjawabkan

2.3.2. Freies Ermessen

Pouvoir Discretionare atau Freies Ermessen merupakan kemerdekaan bertindak atas


inisiatif dan kebijakan sendiri dari administrasi negara pada welfare state. Fungsi publik service
dalam penyelenggaraan pemerintahan welfare state mengakibatkan terjadinya pergeseran
sebagian kekuasaan antarlembaga negara yaitu dari lembaga legislative ke lembaga eksekutif
(administrasi negara). Pengertian discretie dalam pourvoir discretionare adalah pejabat penguasa
tidak boleh menolak mengambil keputusan dengan alasan “tidak ada peraturannya” dan oleh

7
karena itu diberi kebebasan untuk mengambil keputusan menurut pendapat sendiri asalkan tidak
melanggar asas yuriditas dan asas legalitas.

Dalam negara hukum modern perlu adanya campur tangan administrasi negara dalam
rangka memenuhi kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara untuk mencapai kesejahteraan itu
adalah digunakan asas freies ermessen , yaitu kebebasan bertindak asministrasi untuk
memecahkan masalah yang aturannya belum ada, sedangkan masalah itu harus diatasi dengan
segera. Agar penggunaan asas freies ermessen tidak disalahgunakan diperlukan tolok ukur, yaitu
pelaksanaannya tidak melanggar hak dan kewajiban asasi warga masyarakat, dapat
dipertanggungjawabkan secara moral dan hukum, dan bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.

Dalam ilmu Hukum Administrasi, Freies Ermessen ini diberikan hanya kepada
pemerintah, dan ketika Freies Ermessen ini diwujudkan menjadi instrument yuridis yang tertulis,
maka jadilah ia sebagai peraturan kebijaksanaan.

Beberapa manfaat atau aspek kelebihan dalam penggunaan prinsip Freies Ermessen diantaranya;

a. Kebijakan pemerintah yang bersifat emergency terkait hajat hidup orang banyak dapat segera
diputuskan atau diberlakukan oleh pemerintah meskipun masih debatable secara yuridis atau
bahkan terjadi kekosongan hukum sama sekali;

b. Badan atau pejabat pemerintah tidak terjebak pada formalisme hukum dengan asumsi bahwa
tidak ada kekosongan hukum bagi setiap kebijakan publik sepanjang berkaitan dengan
kepentingan umum atau masyarakat luas;

c. Sifat dan roda pemerintahan menjadi makin fleksibel, sehingga sektor pelayanan publik
makin hidup dan pembangunan bagi peningkatan kesejahtraan rakyat tetap dinamis seiring
dengan dinamika masyarakat dan perkembangan zaman.

Dalam rancangan Undang Undang Administrasi Pemerintahan (RUU AP) pun


memperjelas penyelesaian sengketa yang ditimbulkan oleh diskresi yang sebelumnya belum
terakomodir dalam UU PTUN. Mekanisme pertanggungjawaban menurut RUU AP ini adalah

8
mekanisme pertanggungjawaban administrasi terkait dengan keputusan ataupun tindakan yang
telah diambil oleh pejabat administrasi pemerintahan.

Menurut RUU AP Pasal 25 ayat (3) dinyatakan; pejabat administrasi pemerintahan yang
menggunakan diskresi wajib mempertanggungjawabkan keputusannya kepada pejabat atasannya
dan masyarakat yang dirugikan akibat keputusan diskresi yang telah diambil.
Pertanggungjawaban kepada atasan dilaksanakan dalam bentuk tertulis dengan memberikan
alasan-alasan pengambilan keputusan diskresi. Sedangkan pertanggung jawaban kepada
masyarakat diselesaikan melalui proses peradilan.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Instrumen pemerintahan adalah alat-alat atau sarana-sarana yang digunakan oleh
pemerintahan dan administrasi negara dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Berkenaan dengan
struktur norma hukum administrasi negara ini, H. D van Wijk/Willem Konijnenbelt mengatakan
bahwa hukum material mengatur perbuatan manusia. Peraturan, norma didalam hukum
administrasi negara memiliki struktur yang berbeda dibandingkan dengan struktur norma hukum
perdata dan pidana.

Menurut Indroharto, dalam suasana hukum tata negara itu kita menghadapi bertingkat –
tingkatnya norma – norma hukum yang harus kita perhatikan. Lebih lanjut Indroharto
menyebutkan bahwa keseluruhan hukum tata usaha negara dalam masyarakat itu memiliki
struktur bertingkat dari yang sangat umum dan yang sampai pada norma yang paling individual
dan konkret. Kemudian pembentukan norma – norma hukum tata usaha negara dalam
masyarakat itu tidak hanya dilakukan oleh pembuat undang – undang dan badan – badan
peradilan saja melainkan juga oleh aparat pemerintah yang menjabat sebagai tata usaha negara.

3.2 Saran
Kami menyarankan pada pemerintah sebagai instrument pemerintahan melaksanakan
tugas-tugasnya dengan se maksimal mungkin agar terciptanya pemerintahan yang baik (good
government)

10
DAFTAR PUSTAKA

Indroharto, “suasana hukum tata usaha negara” diakses dari www.academia.edu

H.d van wijk/willem konijinenbelt, “macam-macam sifat norma hukum”, diakses dari
www.academia.edu

Hadjon, M Philipus. 1999. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Surabaya: Gadja


Mada University Press

Jeddawi, Murtir. 2012. Hukum Adimistrasi Negara. Yogyakarta: Total Media

11

Anda mungkin juga menyukai