INSTRUSMEN PEMERINTAH
OLEH:
PADANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “INSTRUMEN PEMERINTAH”
dan shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan untuk baginda rasulullah SAW.
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah “Hukum
Administrasi Negara”,selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibuk Elfitri Yuza ,SHI,MH sebagai Dosen
Pengampu mata kuliah “Hukum Administrasi Negara” yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan.
Dalam pembuatan makalah ini penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
demi perbaikan agar makalah ini lebih baik lagi. Akhir kata semoga makalah ini menjadi
inspirasi bagi teman-teman dan pembaca. Oleh karena itu,kami mengharapkan seala bentuk saran
serta masukan yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia tidak menganut sistem kekuasaan yang distribution of power atau pembagian
kekuasaan, dengan sentral berada pada emerintah Indonesia, dimana sebagian kekuasaan
yudikatif dan kekuasaan legislatif oleh eksekutif. Kekuasaan yang dimiliki eksekutif dalam
bidang yudikatif ole presiden, namun harus dengan persetujuan DPR. Sedangkan kekuasaan
eksekutif dalam bidang legislatif meliputi menetapkan Perpu dan Peraturan Pemerintah.
1.3 Tujuan
Agar mengetahui tentang Instrumen Pemerintahan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Indroharto, dalam suasana hukum tata negara itu kita menghadapi bertingkat -
tingkatnya norma - norma hukum yang harus kita perhatikan. Lebih lanjut Indroharto
menyebutkan bahwa keseluruhan hukum tata usaha negara dalam masyarakat itu memiliki
struktur bertingkat dari yang sangat umum dan yang sampai pada norma yang paling individual
dan konkret. Kemudian pembentukan norma - norma hukum tata usaha negara dalam masyarakat
itu tidak hanya dilakukan oleh pembuat undang - undang dan badan - badan peradilan saja
melainkan juga oleh aparat pemerintah yang menjabat sebagai tata usaha negara.
Pelaksanaan tugas penyelenggaraan negara di Negara Indonesia paling tidak dilakukan oleh
3 lembaga yaitu eksekutif (pemerintah), legislatif (DPR), dan yudikatif (MA-MK). Dalam
melaksanakan tugas penyelenggaraan negara, masing-masing organ negara tsb diberikan
kewenangan tuk mengeluarkan instrumen hukumnya.
Menurut indroharto suasana hukum tata usaha Negara menghadapi tingkatan-tingkatan tetapi
dalam kombinasi yang satu dengan yang lain saling berkaitan.1
1. Keseluruhan hukum tata usaha Negara dalam masyrakat itu memiliki struktur tingkat dari
yang sangat umum samapi pada norma yang paling individual dan konkret yang terkandung
dalm penetapan (beschikking).
1
Indroharto, “suasana hukum tata usaha negara” diakses dari www.academia.edu, pada tanggal 29
desember 2023 pukul 20.45 WIB
2
Kualifikasi sifat keumuman (aglemeenheid) dan kekkonkretan (concreetheid) norma hokum
adminstrasi diperhatikan mengenai objek yand dikenai norma hokum (adressa) dan bentuk
normanya.
2. Pembentukan norma hokum tata Negara dalam masyarakat itu tidak hanya dilakukan oleh
pembuat undang-undang dan badan peradilan tetapi juga aparat pemerintah.
Macam macam sifat norma Hukum menurut H.D van Wijk/Willem konijinenbelt2 :
Dalam UU No. 10 Tahun 2004 dipaparkan secara tegas antara istilah peraturan dan keputusan.
Berdasarkan UU tersebut yang bersifat pengaturan, maka sebutannya adalah peraturan,
2
H.d van wijk/willem konijinenbelt, “macam-macam sifat norma hukum”, diakses dari
www.academia.edu, pada tanggal 29 desember 2023 pukul 20.59 WIB
3
sedangkan yang bersifat penetapan adalah keputusan. Dengan demikian, yang termasuk dalam
pengertian peraturan perundang-undangan sebutannya adalah peraturan.
Setiap instansi apabila akan membuat hal yang bersifat mengatur seharusnya
menggunakan istilah peraturan, tidak lagi menggunakan keputusan. Keputusan hanya digunakan
untuk hal yang sifatnya menetapkan saja, misalnya pengangkatan seseorang dalam jabatan,
kenaikan pangkat, penugasan dalam tugas tertentu, dan sebagainya.
c. orang, artinya tidak hanya berlaku bagi orang tertentu saja, dan
d. fakta hukum, artinya tidak hanya ditujukan pada fakta hukum tertentu saja, tetapi untuk
berbagai fakta hukum (perbuatan) yang dapat berulang-ulang.
UU No.10 Tahun 2004 menentukan bahwa sumber hukum dari segala sumber hukum
negara adalah Pancasila. Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum
negara adalah sesuai dengan Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
menempatkan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara serta sekaligus dasar filosofis bangsa
dan negara sehingga setiap materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Sedangkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan hukum dasar dalam
peraturan perundang-undangan. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang memuat
hukum dasar negara merupakan sumber hukum bagi pembentukan peraturan perundang-
undangan di bawah UUD. Dengan demikian, semua peraturan perundang-undangan harus
bersumber pada UUD 1945 dan tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945.
4
Kedudukan hukum peraturan perundang-undangan lain yang telah ada dan diundangkan
sebelum UU No.10 Tahun 2004, jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan tetap diakui
keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Seperti peraturan yang dikeluarkan oleh MPR, DPR, DPD, Mahkamah Agung,
Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Bank Indonesia, Menteri, kepala badan,
lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk oleh UU atau pemerintah atas perintah UU,
DPRD Provinsi, Gubernur, DPRD Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang
setingkat.
Semua keputusan yang sifatnya mengatur yang sudah ada sebelum UU No.10 Tahun
2004 berlaku, misalnya Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, Keputusan Gubernur,
Keputusan Bupati/Walikota atau keputusan pejabat lainnya, harus dibaca peraturan sepanjang
tidak bertentangan dengan UU No.10 Tahun 2004.
Bersamaan dengan kewenangan untuk campur tangan tersebut, pemerintah juga diberikan
kewenangan untuk membuat dan menggunakan peraturan perundang-undangan. Dengan kata
lain, pemerintah juga memiliki kewenangan dalam bidang legislasi. Tugas pemerintah tidak
hanya terbatas untuk melaksanakan undang-undang yang telah dibuat oleh lembaga legislative.
Pemerintah dibebani kewajiban untuk menyelenggarakan kepentingan umum atau
mengupayakan kesejahteraan sosial dengan diberikan kewenangan untuk campur tangan dalam
kehidupan masyarakat dalam batas-batas yang diperkenankan oleh hukum.
Konsep pemisahan kekuasaan, khusus yang berkaitan dengan fungsi eksekutif hanya
sebagai pelaksana UU tanpa kewenangan membuat peraturan perundang-undangan, seiring
dengan perkembangan tugas negara dan pemerintahan, bukan saja kehilangan relevansinya,
tetapi dalam praktik juga menemui banyak kendala.
Hal ini dikarenakan badan legislatif sesuai dengan UU No. 10 Tahun 2004 tidak
membentuk segala jenis peraturan perundang-undangan, melainkan terbatas pada UU dan Perda.
Jenis peraturan perundang-undangan lain dibuat oleh administrasi negara. Selain itu, yang
berjalan selama ini kewenangan legislasi bagi pemerintah pada dasarnya berasal dari undang-
undang, yang berarti melalui persetujuan parlemen.
5
2.3 Peraturan Kebijaksanaan
Peraturan kebijaksanaan dapat difungsikan secara tepat guna dan berdaya guna, yang berarti:
6
5. Tepat guna dan berdaya guna bagi kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi administrasi di
bidang pemerintahan dan pembangunan yang bersifat cepat berubah atau memerlukan
pembaruan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.
1. Harus sesuai dan serasi dengan tujuan undang-undang yang memberikan ruang
kebebasan..bertindak
2. Serasi dengan asas-asas hukum umum yang berlaku.
3. Sesuai dan tepat guna dengan tujuan yang hendak dicapai.
Meskipun pemerintah diberikan ruang gerak kebebasan, namun dlm kerangka negara hukum,
kebebasan tsb tdk digunakan tanpa batas. Batas yg hrs dipertimbangkan dlm mlakukan tindakan
bebas tersebut adalah :
f) Dapat dipertanggungjawabkan
7
karena itu diberi kebebasan untuk mengambil keputusan menurut pendapat sendiri asalkan tidak
melanggar asas yuriditas dan asas legalitas.
Dalam negara hukum modern perlu adanya campur tangan administrasi negara dalam
rangka memenuhi kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara untuk mencapai kesejahteraan itu
adalah digunakan asas freies ermessen , yaitu kebebasan bertindak asministrasi untuk
memecahkan masalah yang aturannya belum ada, sedangkan masalah itu harus diatasi dengan
segera. Agar penggunaan asas freies ermessen tidak disalahgunakan diperlukan tolok ukur, yaitu
pelaksanaannya tidak melanggar hak dan kewajiban asasi warga masyarakat, dapat
dipertanggungjawabkan secara moral dan hukum, dan bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Dalam ilmu Hukum Administrasi, Freies Ermessen ini diberikan hanya kepada
pemerintah, dan ketika Freies Ermessen ini diwujudkan menjadi instrument yuridis yang tertulis,
maka jadilah ia sebagai peraturan kebijaksanaan.
Beberapa manfaat atau aspek kelebihan dalam penggunaan prinsip Freies Ermessen diantaranya;
a. Kebijakan pemerintah yang bersifat emergency terkait hajat hidup orang banyak dapat segera
diputuskan atau diberlakukan oleh pemerintah meskipun masih debatable secara yuridis atau
bahkan terjadi kekosongan hukum sama sekali;
b. Badan atau pejabat pemerintah tidak terjebak pada formalisme hukum dengan asumsi bahwa
tidak ada kekosongan hukum bagi setiap kebijakan publik sepanjang berkaitan dengan
kepentingan umum atau masyarakat luas;
c. Sifat dan roda pemerintahan menjadi makin fleksibel, sehingga sektor pelayanan publik
makin hidup dan pembangunan bagi peningkatan kesejahtraan rakyat tetap dinamis seiring
dengan dinamika masyarakat dan perkembangan zaman.
8
mekanisme pertanggungjawaban administrasi terkait dengan keputusan ataupun tindakan yang
telah diambil oleh pejabat administrasi pemerintahan.
Menurut RUU AP Pasal 25 ayat (3) dinyatakan; pejabat administrasi pemerintahan yang
menggunakan diskresi wajib mempertanggungjawabkan keputusannya kepada pejabat atasannya
dan masyarakat yang dirugikan akibat keputusan diskresi yang telah diambil.
Pertanggungjawaban kepada atasan dilaksanakan dalam bentuk tertulis dengan memberikan
alasan-alasan pengambilan keputusan diskresi. Sedangkan pertanggung jawaban kepada
masyarakat diselesaikan melalui proses peradilan.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Instrumen pemerintahan adalah alat-alat atau sarana-sarana yang digunakan oleh
pemerintahan dan administrasi negara dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Berkenaan dengan
struktur norma hukum administrasi negara ini, H. D van Wijk/Willem Konijnenbelt mengatakan
bahwa hukum material mengatur perbuatan manusia. Peraturan, norma didalam hukum
administrasi negara memiliki struktur yang berbeda dibandingkan dengan struktur norma hukum
perdata dan pidana.
Menurut Indroharto, dalam suasana hukum tata negara itu kita menghadapi bertingkat –
tingkatnya norma – norma hukum yang harus kita perhatikan. Lebih lanjut Indroharto
menyebutkan bahwa keseluruhan hukum tata usaha negara dalam masyarakat itu memiliki
struktur bertingkat dari yang sangat umum dan yang sampai pada norma yang paling individual
dan konkret. Kemudian pembentukan norma – norma hukum tata usaha negara dalam
masyarakat itu tidak hanya dilakukan oleh pembuat undang – undang dan badan – badan
peradilan saja melainkan juga oleh aparat pemerintah yang menjabat sebagai tata usaha negara.
3.2 Saran
Kami menyarankan pada pemerintah sebagai instrument pemerintahan melaksanakan
tugas-tugasnya dengan se maksimal mungkin agar terciptanya pemerintahan yang baik (good
government)
10
DAFTAR PUSTAKA
H.d van wijk/willem konijinenbelt, “macam-macam sifat norma hukum”, diakses dari
www.academia.edu
11