Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ILMU SOSIAL DASAR


WARGA NEGARA DAN NEGARA

Disajikan Untuk Melengkapi Perkuliahan


Program Studi : Iad Ibd Isd
Dosen Pembimbing : Iva Nur Laila ,M.pd.I
DI Susun Oleh :
❖ Faridhotunnisa
❖ Luluk Lintausolikhah
❖ Aufa Muna Nabilla
❖ Hanum Ayu Wulandari

PTOGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ISLAM KENDAL 2023/2024
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Tuhan yang telah memberikan nikmat sertahidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapatmenyelesaikan makalah mata
kuliah Pendidikan kewarganegaraan dengan judul“Hubungan Warga Negara Dan Negara”.
Penulisan makalah ini merupakan salahsatu tugas yang diberikan dalam mata Pendidikan
kewarganegaraan di Sekolah Tinggj Islam Kendal
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknik
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kamimiliki. Untuk itu, kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.Dalam
penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasihyang sebesar-besarnya kepada
pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikanmakalah ini, khususnya kepada Dosen kami
yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini.

Kendal, 14 September 2023

penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

a. Latar Belakang ............................................................................................................... 1


b. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1
c. Tujuan ............................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3

a. Hukum Negara Dan Pemerintah .................................................................................... 3


b. Warga Negara Dan Negara ............................................................................................ 12
c. System Politik ................................................................................................................ 16

BAB III PENUTUP ................................................................................................................... 21

a. Kesimpulan .................................................................................................................... 21
b. Saran .............................................................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Warga negara memiliki peran yang penting bagi keberlangsungansebuah negara. Oleh
karena itu, hubungan antara warga negara dan negarasebagai institusi yang menaunginya
memiliki aturan atau hubungan yangdiatur dengan peraturan yang berlaku di negara
tersebut. Agar dapatmemiliki status yang jelas sebagai warga negara, pemahaman akan
pengertian, sistem kewarganegaraan serta hal-hal lain yang menyangkutwarga negara
hendaknya menjadi penting untuk diketahui. Dengan memilikistatus sebagai warga negara,
orang memiliki hubungan dengan negara.Hubungan ini nantinya tercermin dalam peran,
hak dan kewajiban secaratimbal balik antara warga negara dengan negaranya.

Terbentuknya negara indonesia di latar belakangi oleh perjuanganseluruh bangsa, sudah


sejak lama indonesia menjadi incaran banyak negaraatau bangsa lain, karena potensinya
yang besar dilihat dari wilayah yangluas dengan kekayaan alam yang banyak,
kenyataannya ancaman datangtidak hanya datang dari luar, tetapi juga dari dalam. Terbukti
setelah perjuangan bangsa tercapai dengan terbentuknya NKRI, ancaman dangangguan
dari dalam juga timbul, dari yang bersifat kegiatan fisik sampaiyang ideologis. Meski
demikian, bangsa Indonesia memegang suatukomitmen bersama untuk tegaknya NKRI.
Dorongan kesadaran negara yangdipengaruhi kondisi dan letak geografis dengan
dihadapkan padalingkungan dunia yang serba berubah akan memberikan motivasi
dalammenciptakan suasana damai, salah satu unsur penting dalam membangunmasyarakat
demokratis ke dalam peranan negara, negara demokratis adalahyang ikut terlibat dalam
pertumbuhan masyarakat demokratis, pada saatyang sama masyarakat demokratis harus
bersinergi dengan negara dalammembangun peradaban demokrasi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. bagaimana hukum negara dan pemerintah di Indonesia?
2. bagaimana konsep warga negara dan negara?
3. bagaiman system politik di Indonesia ?

1
C. TUJUAN
1. membantu untuk memahami bagaimana hukum negara dan pemerintah di Indonesia
berfungsi.
2. membantu dalam memahami konsep-konsep dasar yang mendasari negara dan warga
negara di Indonesia
3. membantu dalam memahami bagaimana sistem politik di Indonesia beroperasi. Ini
mencakup pembahasan tentang struktur pemerintahan, proses pemilihan umum, partai
politik, dan peran warga negara dalam proses politik.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. HUKUM NEGARA DAN PEMERINTAH
1. Pengertian Hukun Negara Dan Pemerintah Menurut Para Ahli
Menurut Johan Nasution, negara hukum adalah sebuah negara yang
penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum.
Menurut Jimly Asshiddiqie, negara hukum adalah bentuk negara yang unik karena
seluruh kehendak didasarkan atas hukum.

Menurut F.R Bothlingk, negara hukum adalah “De taat waarin de wilsvrijheid van
gezagsdragers is beperkt door grenzen van recht” (negara, dimana kebebasan
kehendak pemegang kekuasaan dibatasi oleh suatu kehendak hukum). Pemegang
kekuasaan dibatasi dengan “Enerzijds in een binding van rechter administatie aan
de wet, anderjizds in een begrenzing van de bevoegdheden van de wetgever”,
(disatu sisi keterikatan hakim dan pemerintah terhadap undang-undang, dan disisi
lain pembatasan kewenangan oleh pembuat undang-undang).

Menurut F.R Bothing, negara hukum adalah kekuasaan pemegang kekuasaan yang
dibatasai oleh hukum dalam rangka merealisir pembatasan pemegang kekuasaan
tersebut, maka diwujudkan dengan cara pembuatan undang-undang.
Menurut Soepomo dalam bukunya berjudul “Undang-Undang Dasar sementara
Republik Indonesia” menjelaskan bahwa negara hukum adalah istilah untuk
menjamin adanya tertib hukum dalam masyarakat yang artinya memberi
perlindungan hukum pada masyarakat. Antara hukum dan kekuasaan ada hubungan
timbal balik.

Menurut A.Hamid S. Attamimi, negara hukum (rechstaat) secara sederhana adalah


negara yang menempatkan hukum sebagai dasar kekuasaan negara dan
penyelenggaraan kekuasaan tersebut dalam segala bentuknya dilakukan dibawah
kekuasaan hukum.

3
pemerintahan berasal dari kata “perintah” yang setelah ditambah awalan “pe”
menjadi pemerintah, dan ketika ditambah akhiran “an” menjadi pemerintahan,
dalam hal ini beda antara “pemerintah” dengan “pemerintahan” adalah karena
pemerintah merupakan badan atau organisasi yang bersangkutan, sedangkan
pemerintahan berarti perihal ataupun hal ikhwal pemerintahan itu sendiri.
Kata perintah itu sendiri paling sedikit ada 4 (empat) unsur yang terkandung di
dalamnya, yaitu sebagai berikut:
1. Ada dua pihak yang terlibat,
2. Yang pertama pihak yang memerintah disebut penguasa atau pemerintah
3. Yang kedua adalah pihak yang diperintah yaitu rakyat,
4. Antara kedua pihak tersebut terdapat hubungan (Syafiie,2011: 61).

Secara umum, pemerintahan dapat didefinisikan sebagai organisasi yang memiliki


kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum serta undang-undang di suatu
wilayah tertentu. Pemerintah merupakan sebuah organisasi yang memiliki:
1. Otoritas memerintah dari sebuah unit politik;
2. Kekuasaan yang memerintah suatu masyarakat politik (political);
3. Aparatus yang merupakan badan pemerintahan yang berfungsi dan
menjalankan kekuasaan;
4. Kekuasaan untuk membuat peraturan perundangundangan, untuk
menangani perselisihan dan membicarakan putusan administrasi dengan
monopoli atas kekuasaan yang sah.

2. Bentuk Bentuk Negara Hukum


a. Konsep Nomokrasi Islam
Dalam konteks Hukum Tata Negara, istilah Nomokrasi (nomocracy: Inggris)
berasal dari bahasa latin “nomos” yang berarti norma dan “cratos yang berarti
kekuasaan, yang jika digabungkan berarti faktor penentu dalam
penyelenggaraan kekuasaan adalah norma atau hukum karena itu istilah ini
sangat erat dengan gagasan kedaulatan hukum sebagai kekuasaan tertinggi. Jika
istilah ini dikaitkan dengan Islam sebagai suatu komunitas baik agama maupun
negara, maka makna yang muncul adalah kedaulatan hukum Islam sebagai

4
penguasa tertinggi, atau yang lebih dikenal dengan supremasi syari’ah. (Anas
Mahyuddin, 1995:63-64) Nomokrasi Islam adalah suatu negara hukum yang
memiliki prinsip-prinsip umum sebagai berikut: prinsip kekuasaan sebagai
amanah, prinsip musyawarah, prinsip keadilan, prinsip persamaan, prinsip
pengakuan dan perlindungan terhadap Hak-Hak Asasi Manusia, prinsip
peradilan bebas, prinsip perdamaian, prinsip kesejahteraan, prinsip ketaatan
rakyat. (Tahir Azhary, 1992:64)

b. Konsep Negara Hukum Eropa Kontinental (Rechtsstaat)


Gagasan terpenting dari negara hukum dalam pandangan para pemikir Hukum
Eropa Kontinental terletak pada kehendak untuk membatasi kekuasaan raja-raja
yang memerintah secara absolut tanpa ada kekuatan yang dapat menjadi
kontrol, sebagai akibat dari situasi sosial politik di Eropa pada saat itu. (Tahir
Azhary, 1992:66) Unsur-unsur Negara Hukum (Rechtsstaat) adalah sebagai
berikut (Miriam Budiardjo, 1993:57-58):

a. Perlindungan hak-hak asasi manusia;


b. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu;
c. Pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan; dan
d. Peradilan administrasi dalam perselisihan
e. Konsep Negara Hukum Anglo Saxon (The Rule of Law)

Gagasan negara hukum para pemikir dari negara-negara Anglo Saxon (The
Rule of Law), lebih dikarenakan adanya reaksi dari keberadaan negara polis
(polizei staat), yang menitikberatkan dan bertumpu sepenuhnya pada faktor
keamanan semata (Sallus Publica Suprema lex dan Principe legibus solutus
est).(Azhary, 1995:34) Adapun unsur-unsur the rule of law yang dikemukakan
oleh Dicey sebagai berikut (Miriam Budiardjo, 1993:58):

5
a. Supremasi aturan-aturan hukum (supremacy of the law); tidak adanya
kekuasaan sewenang-wenang (absence of arbitrary power), dalam arti
bahwa seseorang hanya boleh dihukum kalau melanggar hukum.
b. Kedudukan yang sama dihadapan hukum (equality before the law). Dalil ini
berlaku baik untuk orang biasa maupun untuk pejabat.
c. Terjaminnya hak-hak manusia oleh undang-undang (di negara lain oleh
undang-undang dasar) serta keputusan-keputusan pengadilan.

c. Konsep Negara Hukum Socialist Legality


Menurut Jaroszynky sebagaimana dikutip oleh Seno Adji (1980:23), bahwa
Socialist Legality adalah suatu konsep yang dianut di negara-negara
komunis/sosialis yang tampaknya hendak mengimbangi konsep rule of law
yang dipelopori oleh negara-negara Anglo-Saxon. Inti dari socialist legality
berbeda dengan konsep Barat, karena dalam socialist legality hukum
ditempatkan di bawah sosialisme. Hukum adalah sebagai alat untuk mencapai
sosialisme. “Hak perseorangan dapat disalurkan kepada prinsip-prinsip
sosialisme, meskipun hak tersebut patut mendapat perlindungan”.
Dalam hal ini ditetapkan standar minimal unsur-unsur negara hukum, yaitu
(Seno Adji, 1980:57)
a. Keamanan pribadi harus dijamin.
b. Tidak ada hak-hak fundamental dapat ditafsirkan, seperti memungkinkan
suatu daerah atau alat perlengkapan negara mengeluarkan suatu peraturan
untuk mengambil tindakan terhadap hak-hak fundamental itu.
c. Penjaminan terhadap kebebasan mengeluarkan pendapat.
d. Kehidupan pribadi orang harus tidak dilanggar.
e. Kebebasan beragama harus dijamin.
f. Hak untuk mendapatkan pengajaran.
g. Hak untuk berkumpul dan berserikat.
h. Peradilan bebas dan tidak memihak.

6
i. Dan kebebasan memilih dan dipilih dalam politik.
j. Konsep Negara Hukum Pancasila

Seno Adji (1980:35-37) berpendapat bahwa Negara Hukum Indonesia memiliki


ciri-ciri khas Indonesia. Karena Pancasila harus diangkat sebagai dasar pokok
dan sumber hukum, maka Negara Hukum Indonesia dapat pula dinamakan
Negara Hukum Pancasila. Menurut Philipus M. Hadjon sebagaimana dikutip
oleh Idenberg (1983:82), bahwa elemen Negara Hukum Pancasila adalah:
a. Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas
kerukunan;
b. Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan
Negara;
c. Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan merupakan
sarana terakhir;
d. Keseimbangan antara hak dan kewajiban

3. Prinsip Prinsip Negara Hukum


a. Adanya Penegakan Hukum Melalui Pengujian Peraturan Perundang-Undangan
Salah satu konsekuensi dari suatu hirarki peraturan perundang-undangan
bahwa peraturan perundang-undangan yang lebih rendah kedudukannya tidak
boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
kedudukannya. Apabila peraturan perundang-undangan yang lebih rendah
kedudukannya bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi kedudukannya, maka dapat diawasi dengan mekanisme pengujian
(review), baik melalui Lembaga Eksekutif (executive review) maupun
Lembaga Yudikatif (judicial review). Bentuk pengujian terbagi dua, yaitu:

1. pengujian formal (formale toetstingrecht), dan pengujian material (materiale


toetstingrecht).
2. Pengujian formal berkaitan dengan apakah sudah tepat suatu lembaga negara
berwenang membentuk peraturan perundang-undangan, sedangkan, pengujian

7
material berkaitan dengan apakah materi (isi) suatu peraturan perundang-
undangan yang kedudukannya lebih rendah bertentangan atau tidak dengan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi kedudukannya. Di Negara
Republik Indonesia sendiri di mana UUD NRI Tahun 1945 memberikan
kewenangan pengujian peraturan perundang-undangan kepada Lembaga
Yudikatif, baik Mahkamah Agung maupun Mahkamah Konstitusi. Ditegaskan
dalam Pasal 24A ayat (1)\ UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi bahwa
Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji
peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-
undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-
undang.

Ditegaskan juga dalam Pasal 24C ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi
bahwa Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan
terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap
Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran
partai politik, dan memutus perselisihan
tentang hasil pemilihan umum. Begitu pula, dalam UU No. 12 Tahun 2011
disebutkan dalam Pasal 9 yang berbunyi sebagai berikut:

1. Dalam hal suatu Undang-Undang diduga bertentangan dengan


Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi.
2. Dalam hal suatu Peraturan Perundang-undangan di bawah Undang
Undang diduga bertentangan dengan Undang-Undang, pengujiannya
dilakukan oleh Mahkamah Agung.

b. Adanya Perlindungan Terhadap Hak Asasi Manusia (HAM)


Negara memiliki kewajiban untuk memberikan jaminan perlindungan terhadap
Hak Asasi Manusia (HAM). UUD NRI Tahun 1945 Setelah Perubahan

8
mengatur lebih kompleks tentang substansi perlindungan HAM meliputi:
1. Pasal 27 berbunyi sebagai berikut:
a. Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya
b. Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan
c. Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
Negara
2. Pasal 28A berbunyi bahwa Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya
3. Pasal 28B berbunyi sebagai berikut:
a. Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan
melalui perkawinan yang sah
b. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang
serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi
4. Pasal 28C berbunyi sebagai berikut:
a. Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari
ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan
kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia
b. Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan
haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan
negaranya

c. Adanya Pemisahan Kekuasaan Melalui Sistem Check And Balance


Menurut John Locke (1960:190-192), berdasarkan sejarah perkembangan
ketatanegaraan, gagasan pemisahan kekuasaan secara horizontal pertama kali
dikemukakan oleh John Locke dalam bukunya “Two Treaties of Civil
Government”, John Locke membagi kekuasaan dalam sebuah negara menjadi
tiga cabang kekuasaan, yaitu kekuasaan legislative (legislatif power),

9
kekuasaan eksekutif (executive power), dan kekuasaan federatif (federative
power). Dari ketiga cabang kekuasaan itu: legislatif adalah kekuasaan
membentuk undangundang, eksekutif adalah kekuasaan melaksanakan undang-
undang, dan federatif adalah kekuasaan untuk melakukan hubungan
internasional dengan negara-negara lain

d. Adanya Pembatasan Kekuasaan Dalam Negara


Salah satu prinsip Negara Hukum Eropa Kontinental (rechtsstaat) yang
dikemukakan oleh Friedrich Julius Stahl pada abad ke-19, yaitu adanya
pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin Hak-Hak Asasi
Manusia. Begitu pula, salah satu prinsip Negara Hukum Anglo Saxon (the rule
of law) yang dikemukakan oleh Albert Venn Dicey pada tahun 1885, yaitu
adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin Hak-Hak Asasi
Manusia. (Miriam Budiardjo, 1993:58). Pembatasan itu dilakukan dengan
hukum yang kemudian menjadi ide dasar paham konstitusionalisme modern.
Konsensus yang menjamin tegaknya konstitusionalisme di zaman modern pada
umumnya dipahami bersandar pada tiga elemen kesepakatan (consensus), yaitu
(Jimly Asshiddiqie, 2010:11-13):

1. Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama (the general goals of


society or general acceptance of the same philosophy of government).
2. Kesepakatan tentang the rule of law sebagai landasan pemerintahan atau
penyelenggaraan negara (the basis of government).
3. Kesepakatan tentang bentuk institusi dan prosedur ketatanegaraan (the
form of institutions
and procedures).

e. Adanya Persamaan Dihadapan Hukum dan Pemerintahan (equality before


the law)
Adanya persamaan kedudukan setiap orang dalam hukum dan pemerintahan,
yang diakui secara normatif dan dilaksanakan secara empirik. Dalam rangka

10
prinsip persamaan ini, segala sikap dan tindakan diskriminatif dalam segala
bentuk dan manifestasinya diakui sebagai sikap dan tindakan yang terlarang,
kecuali tindakan-tindakan yang bersifat khusus dan sementara yang dinamakan
affirmative actions guna mendorong dan mempercepat kelompok masyarakat
tertentu atau kelompok warga masyarakat tertentu untuk mengejar kemajuan
sehingga mencapai tingkat perkembangan yang sama dan setara dengan
kelompok masyarakat kebanyakan yang sudah jauh lebih maju. Kelompok
masyarakat tertentu yang dapat diberikan perlakuan khusus melalui affirmative
actions yang tidak termasuk pengertian diskriminasi itu misalnya adalah
kelompok masyarakat suku terasing atau kelompok masyarakat hukum adat
tertentu yang kondisinya terbelakang. Sedangkan kelompok warga masyarakat
tertentu yang dapat diberi perlakuan khusus yang bukan bersifat diskriminatif,
misalnya, adalah kaum wanita ataupun anak-anak terlantar. (Jimly Asshiddiqie,
2004:128)

f. Adanya Peradilan Administrasi


Karakteristik negara hukum rechtsstaat adanya peradilan administrasi untuk
menyelesaikan perselisihan sebagaimana yang dikemukakan pertama kali oleh
Friedrich Julius Stahl pada abad ke-19. Adanya suatu peradilan administrasi
untuk mengontrol perilaku sewenang-wenang yang dilakukan oleh negara.
(Hasan Zaini, 1974:9) Peradilan administrasi dipandang sebagai peradilan
khusus, dalam arti peradilan yang hanya diberi kewenangan menyelesaikan
sengketa yang muncul di bidang administrasi dan kepegawaian atau sengketa
yang terjadi antara pejabat administrasi dengan seseorang atau badan hukum
perdata sebagai akibat dikeluarkannya atau tidak dikeluarkannya keputusan.
(Ridwan, 2009:146)

11
B. WARGA NEGARA DAN NEGARA
a. pengertian warga negara dan negara

Warga negara merupakan seseorang atau individu yang tinggal dan menjadi bagian
dari suatu masyarakat di wilayah tertentu. Sebagai salah satu unsur dari
terbentuknya suatu negara yaitu warganya, warga negara secara sederhana dapat
diartikan sebagai semua orang yang tinggal serta bertumbuh di negara tersebut.

Secara etimologis, kata warga negara berasal dari bangsa Romawi yang pada saat
itu menggunakan bahasa Latin. Kata warga negara berasal dari kata “civis” atau
“civitas” yang memiliki arti anggota warga yang berasal dari city-state. Selain itu,
kata civitas dalam bahasa Perancis dapat diistilahkan sebagai “citoyen” yang
memiliki makna warga dalam “cite” yang memiliki makna kota yang memiliki hak
terbatas. Istilah warga negara sendiri merupakan hasil terjemahan dari kata bahasa
Inggris yaitu citizen yang memiliki makna yaitu warga negara atau juga dapat
diartikan sebagai sesama penduduk serta individu setanah air.

Orang yang dapat disebut sebagai warga negara dapat berupa penduduk lokal
maupun warga negara asing yang datang ke sebuah negara tersebut. Secara umum,
terdapat asa kewarganegaraan yang dapat digunakan dalam menentukan
kewarganegaraan yang dimiliki oleh seseorang.

Pertama, yaitu asas ius sanguinis yang didasarkan pada keturunan berdasarkan
darah maupun kewarganegaraan yang dimiliki oleh orang tua yang melahirkan
mereka. Kedua, yaitu ius soli yang didasarkan pada tempat kelahiran dari seseorang
di sebuah negara tersebut.

Max Weber, seorang sosiolog dan filsuf Jerman, mendefinisikan negara sebagai
entitas yang memiliki monopoli atas penggunaan kekerasan fisik yang sah dalam
suatu wilayah tertentu. Dalam definisi Weber, negara adalah entitas yang memiliki
wewenang untuk memaksa dan mengatur masyarakat dalam wilayahnya.

12
b. fungsi warga negara
• Fungsi warga negara yang pertama adalah menjunjung hukum serta
pemerintahan yang sah serta berdaulat.
• Fungsi warga negara yang kedua adalah ikut serta dalam upaya pembelaan
sebuah negara menyesuaikan dengan kapasitas serta bidang yang dikuasai
masing-masing.
• Fungsi warga negara yang ketiga adalah menghormati HAM atau hak asasi
manusia yang dimiliki oleh orang lain dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, serta bernegara.
• Fungsi warga negara yang keempat adalah tunduk kepada peraturan serta
batasan yang ada dan sudah ditetapkan berdasarkan undang-undang
maupun peraturan yang berlaku.
• Fungsi warga negara yang kelima adalah menjaga persatuan serta kesatuan
sebuah negara.
• Fungsi warga negara yang keenam adalah mentaati dasar sebuah negara,
hukum yang berlaku, serta sistem pemerintahan tanpa adanya terkecuali.
• Fungsi warga negara yang ketujuh adalah turut serta dalam proses
pembangunan dalam memangun bangsa dan cita-cita yang ingin
dicapainya.
c. Hak warga negara Indonesia
• Pada pasal 27 ayat 1, hak yang pertama adalah setiap warga negara
Indonesia memiliki kesamaan dalam hukum dan pemerintahan.
• Pada pasal 27 ayat 2, hak yang kedua adalah setiap warga negara Indonesia
memiliki hak atas pekerjaan serta penghidupan yang layak.
• Pada pasal 27 ayat 3 yang mengalami perubahan kedua pada tanggal 18
Agustus 2000, hak yang ketiga adalah setiap warga negara Indonesia
memiliki hak untuk ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
• Pada pasal 31 ayat 1 yang mengalami perubahan keempat pada tanggal 10
Agustus 2000, hak yang keempat adalah setiap warga negara Indonesia
memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan.

13
• Pada pasal 33 ayat 1 dan 2 serta pada pasal 34, hak yang kelima adalah
setiap warga negara Indonesia memiliki hak untuk mendapatkan
kesejahteraan sosial.
• Pada pasal 28A, hak yang keenam adalah setiap warga negara Indonesia
memiliki hak untuk hidup serta berhak untuk mempertahankan hidup dan
kehidupannya.
• Pada pasal 28B ayat 1, hak yang ketujuh adalah setiap warga negara
Indonesia memiliki hak untuk membentuk keluarga serta melanjutkan
keturunan melalui perkawinan yang sah.
Hak atas kelangsungan hidup, yang merupakan hak yang kedelapan adalah
setiap anak memiliki hak atas kelangsungan hidup, tumbuh, serta
berkembang.
• Pada pasal 28C ayat 1, hak yang kesembilan adalah setiap warga negara
Indonesia memiliki hak untuk mengembangkan diri serta melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya serta berhak untuk mendapatkan
pendidikan, ilmu pengetahuan,seni dan budaya, serta teknologi, dalam
upaya meningkatkan kualitas hidup dirinya demi kesejahteraan hidup
manusia.
• Pada pasal 28C ayat 2, hak yang kesepuluh adalah setiap warga negara
Indonesia memiliki hak untuk dapat memajukan dirinya sendiri dalam
memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat,
bangsa, serta negaranya.
• Pada pasal 28D ayat 1, hak yang kesebelas adalah setiap warga negara
Indonesia memiliki hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, serta
kepastian hukum secara adil dan perlakuan yang sama di hadapan hukum.
• Pada pasal 28I ayat 1, hak yang kedua belas adalah setiap warga negara
Indonesia memiliki hak untuk mempunyai hak milik pribadi, hak untuk
hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan baik pikiran maupun hati
nurani, hak untuk beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui
sebagai pribadi dihadapan hukum, serta hak untuk tidak dituntut atas dasar

14
hukum yang berlaku surut ialah hak asasi manusia atau HAM yang tidak
dapat dikurangi dalam keadaan atau situasi apapun.

d. kewajiban warga negara Indonesia


• Pada pasal 27 ayat 1, kewajiban yang pertama adalah setiap warga negara
Indonesia memiliki kewajiban untuk menjunjung tinggi hukum dan
pemerintahan.
• Pada pasal 27 ayat 3 yang mengalami perubahan kedua pada tanggal 18
Agustus 2000, kewajiban yang kedua adalah setiap warga negara Indonesia
memiliki kewajiban untuk ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
• Pada pasal 23A yang mengalami perubahan ketiga pada tanggal 10
November 2001, kewajiban yang ketiga adalah setiap warga negara
Indonesia memiliki kewajiban untuk setia membayar pajak negara.
• Pada pasal 30 ayat 1 yang mengalami perubahan kedua pada tanggal 18
Agustus 2000, kewajiban yang keempat adalah setiap warga negara
Indonesia memiliki kewajiban untuk ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.
• Pada pasal 28J ayat 1, kewajiban yang kelima adalah setiap warga negara
Indonesia memiliki kewajiban untuk menghormati HAM atau hak asasi
manusia milik orang lain.
• Pada pasal 28J ayat 2, kewajiban yang keenam adalah setiap warga negara
Indonesia memiliki kewajiban untuk tunduk kepada pembatasan yang telah
ditetapkan melalui undang-undang. Pasal tersebut berbunyi sebagai berikut:
“Dalam menjalankan hak serta kebebasannya. Setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang telah ditetapkan melalui undang-undang dengan
maksud untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan
orang lain serta untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, nilai agama, keamanan, serta ketertiban umum dalam
suatu masyarakat demokratis.”

15
C. SISTEM POLITIK
a. Pengertian sistem Politik di Indonesia
Sistem politik Indonesia diartikan sebagai kumpulan atau keseluruhan berbagai
kegiatan dalam Negara Indonesia yang berkaitan dengan kepentingan umum
termasuk proses penentuan tujuan, upaya-upaya mewujudkan tujuan,
pengambilan keputusan, seleksi dan penyusunan skala prioritasnya.

politik adalah emua lembaga-lembaga negara yang tersbut di dalam konstitusi


negara ( termasuk fungsi legislatif, eksekutif, dan yudikatif ). Dalam
Penyusunan keputusan-keputusan kebijaksanaan diperlukan adanya kekuatan
yang seimbang dan terjalinnya kerjasama yang baik antara suprastruktur dan
infrastruktur politik sehingga memudahkan terwujudnya cita-cita dan tujuan-
tujuan masyarakat/Negara. Dalam hal ini yang dimaksud suprastruktur politik
adalah Lembaga-Lembaga Negara. Lembaga-lembaga tersebut di Indonesia
diatur dalam UUD 1945 yakni MPR, DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden,
Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial. Lembaga-lembaga
ini yang akan membuat keputusan-keputusan yang berkaitan dengan
kepentingan umum.

Badan yang ada di masyarakat seperti Parpol, Ormas, media massa, Kelompok
kepentingan (Interest Group), Kelompok Penekan (Presure Group), Alat/Media
Komunikasi Politik, Tokoh Politik (Political Figure), dan pranata politik
lainnya adalah merupakan infrastruktur politik, melalui badan-badan inilah
masyarakat dapat menyalurkan aspirasinya. Tuntutan dan dukungan sebagai
input dalam proses pembuatan keputusan. Dengan adanya partisipasi masyarakt
diharapkan keputusan yang dibuat pemerintah sesuai dengan aspirasi dan
kehendak rakyat.

16
b. Sistem Politik Di Berbagai Negara
1. Sistem Politik Di Negara Komunis :
Bercirikan pemerintahan yang sentralistik, peniadaan hak milk pribadi,
peniadaan hak-haak sipil dan politik, tidak adanya mekanisme pemilu yang
terbuka, tidak adanya oposisi, serta terdapat pembatasan terhadap arus
informasi dan kebebasan berpendapat

2. Sistem Politik Di Negara Liberal :


Bercirikan adanya kebebasan berpikir bagi tiap individu atau kelompok;
pembatasan kekuasaan; khususnya dari pemerintah dan agama; penegakan
hukum; pertukaran gagasan yang bebas; sistem pemerintahan yang
transparan yang didalamnya terdapat jaminan hak-hak kaum minoritas

3. Sistem Politik Demokrasi Di Indonesia :


Sistem politik yang didasarkan pada nilai, prinsip, prosedur, dan
kelembagaan yang demokratis. Adapun sendi-sendi pokok dari sistem
politik demokrasi di Indonesia adalah :
1. Ide kedaulatan rakyat
2. Negara berdasarkan atas hukum
3. Bentuk Republik
4. Pemerintahan berdasarkan konstitusi
5. Pemerintahan yang bertanggung jawab
6. Sistem Perwakilan
7. Sistem peemrintahan presidensiil

Peran serta masyarakat dalam politik adalah terciptanya masyarakat politik


yang “Kritis Partisipatif” dengan ciri-ciri
a. Meningkatnya respon masyarakat terhadapkebijakan pemerintah
b. Adanya partisipasi rakyat dalam mendukung atau menolak suatu kebijakan
politik

17
c. Meningkatnya partisipasi rakyat dalam berbagai kehiatan organisasi politik,
organisasi kemasyarakatan, dan kelompok-kelompok peneka

c. Ciri Ciri System Politik


Menurut Elias M. Awad (1979: 5-8), ciri-ciri sistem adalah:
a. terbuka;
b. terdiri atas dua atau lebih subsistem;
c. saling bergantung;
d. kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya;
e. kemampuan untuk mengatur diri sendiri;
f. tujuan dan sasaran.

Adapun Dan Voich Jr. dan William A. Schrode menyebutkan


ciri-ciri pokok sistem, yaitu:
a. perilaku yang bertujuan;
b. menyeluruh;
c. terbuka;
d. melakukan kegiatan transformasi;
e. saling terkait mekanisme kontrol.

Ciri-ciri Pokok dari Sistem


Sistem mempunyai ciri-ciri pokok berikut:
a. mempunyai tujuan;
b. mempunyai batas (boundaries);
c. memiliki sifat terbuka dalam arti berinteraksi dengan lingkungan
d. terdiri atas berbagai unsur atau komponen (sub system) yang saling
bergantung dan berhubungan;
e. melakukan kegiatan atau proses trasformasi atau proses mengubah
masukan menjadi keluaran (processor or transformator);
f. memiliki mekanisme kontrol dengan memanfaatkan umpan balik.

18
d. sifat dasar system politik
a. Perilaku yang memiliki tujuan
Salah satu sifat pokok semua sistem adalah orientasi objektifnya
dan perilaku yang memiliki tujuan. Pada umumnya, tujuan
sistem adalah menciptakan nilai dengan jalan mengombinasi dan
memanfaatkan sumber daya dengan cara tertentu.
Nilai yang diciptakan dengan bantuan sumber daya tersebut
mencerminkan tujuan sistem yang bersangkutan. Setiap sistem
memiliki tujuan berganda yang masing-masing memiliki prioritas
lebih tinggi dibandingkan dengan tujuan lain.

b. Pengertian “wholism” (kadang-kadang “holism”)


Hal yang bersifat sentral bagi konsep wholism, yaitu teori yang
menyatakan bahwa faktor-faktor yang mendeterminasi keseluruhan
yang tidak dapat diuraikan adalah ide bahwa keseluruhan melebihi
jumlah dari bagian-bagiannya. Ide tersebut juga merupakan landasan
sinergi, atau tindakan yang terkombinasi.
Dalam pengertian wholism, makna adanya suboptimasi sasaran
individual ditujukan untuk mengoptimalkan pencapaian sasaran
sistem yang bersangkutan secara keseluruhan.

c. Soal keterbukaan
Interaksi dengan lingkungan merupakan sifat dasar semua sistem
terbuka. Sistem real, sebagai sistem terbuka dipengaruhi oleh
lingkungan, tetapi juga memengaruhi lingkungan. Lingkungan
merupakan sumber penyuplai sumber daya yang digunakan oleh sistem
terbuka, dan sebagai pemakai nilai yang diciptakan oleh sistem tersebut.
Sistem terbuka juga menunjukkan ciri yang disebut equifinality, yang
berarti bahwa suatu kearifan final sistem tertentu dapat dicapai dari
berbagai macam kondisi awal yang berbeda, dan sebaliknya. Konsep
equifinality menimbulkan implikasi penting bagi manajemen sistem

19
keorganisasian. Artinya, bahwa dimunculkan kebutuhan pendekatan
situasional multidimensional terhadap pemecahan prob lem dan
pengambilan keputusan. Inilah intisari pandangan sistem yang
dihubungkan dengan manajemen.

d. Persoalan transformasi
Sistem menciptakan nilai melalui jalan memanfaatkan dan
mentransformasi sumber daya menjadi output untuk merealisasikan
tujuan yang hendak dicapai.

e. Persoalan antar-keterkaitan
Konsep antar-keterkaitan berhubungan dengan interaksi internal dan
interdependensi berbagai bagian dari sistem, beserta interaksi sistem
yang bersangkutan dengan lingkungan. Konsep tingkatan juga penting
bagi sistem keorganisasian.

f. Persoalan mekanisme pengawasan


Karena sifat terbuka suatu sistem dan keterkaitan antarbagiannya, setiap
sistem harus responsif terhadap lingkungan dan kebutuhan internalnya.
Setiap sistem harus mengatur dirinya sendiri ketika berkembang melalui
siklus kehidupan. Kebanyakan sistem nyata menunjukkan ciri-ciri
“lingkaran tertutup” (close loop) yang memungkinkan mereka mengatur
diri mereka sendiri. Untuk kebanyakan sistem terbuka yang beroperasi
dalam lingkungan yang kompleks, keadaan keseimbangan yang terus-
menerus mengalami perubahan, terkadang disebut sebagai
“keseimbangan dinamis”. Upaya mempertahankan kondisi
keseimbangan tersebut mengharuskan sistem yang bersangkutan
mengevaluasi kondisikondisi yang berubah dan menyesuaikan diri
melalui proses umpan balik (feedback) dan penyesuaian (adaptation)
dengan jalan memanfaatkan tipe mekanisme kontrol tertentu.

20
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Hukum Negara adalah sebuah negara di mana penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya
didasarkan pada hukum. Terdapat berbagai definisi dan pandangan ahli tentang negara hukum,
tetapi semuanya menekankan pentingnya hukum sebagai dasar kekuasaan negara.
Pemerintahan adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan
hukum serta undang-undang di suatu wilayah tertentu.Terdapat beberapa konsep negara
hukum, termasuk Nomokrasi Islam, Negara Hukum Eropa Kontinental, The Rule of Law, dan
Socialist Legality, yang masing-masing memiliki prinsip-prinsip khusus. Konsep Negara
Hukum Pancasila adalah khas Indonesia, yang menekankan keserasian, hubungan fungsional,
musyawarah, dan prinsip keseimbangan antara hak dan kewajiban. Prinsip-prinsip negara
hukum mencakup penegakan hukum melalui pengujian peraturan perundang-undangan,
perlindungan hak asasi manusia (HAM), pemisahan kekuasaan, pembatasan kekuasaan dalam
negara, persamaan di hadapan hukum dan pemerintahan, peradilan administrasi, dan
pemenuhan kewajiban warga negara Indonesia. Sistem politik melibatkan lembaga-lembaga
negara seperti legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Sistem politik yang efektif membutuhkan
kerjasama dan keseimbangan antara suprastruktur politik (lembaga-lembaga negara) dan
infrastruktur politik (masyarakat).

2. saran
Sebagai warga negara Indonesia kita harus menyeimbangkan antara hak dankewajiban
sebagai warga negara dengan cara melaksanakan hak dankewajiban dalam kehidupan
bernegara.

21
DAFTAR PUSTAKA

https://www.sonora.id/read/423638628/ciri-ciri-negara-hukum-beserta-
pengertiannya-menurut-para-
ahli#:~:text=Menurut%20A.Hamid%20S.%20Attamimi,bentuknya%20dilakukan
%20dibawah%20kekuasaan%20hukum.

https://abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2018/01/BAB-
I.pdf

file:///C:/Users/ASUS/Downloads/47-Article%20Text-165-1-10-20180426.pdf

https://www.gramedia.com/literasi/warga-negara/

https://www.patikab.go.id/v2/id/2010/01/25/sistem-politik-di-indonesia/

https://etheses.uinsgd.ac.id/11047/1/11.%20Buku%20Sistem%20Politik%20Indo
nesia.pdf

22

Anda mungkin juga menyukai