Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH SENTRAL ILMU NEGARA

NEGARA HUKUM
‘’ Di susun untuk memenuhi tugas matakuliah Ilmu Negara “

Dosen pengampu : Dr. H Dudi Warsudi, S.H.,M.H.

Di Susun Oleh :

HANDI HADIAN – 201000049

KELAS A

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta  karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
Alhamdulillah tepat pada waktunya, yang berjudul “Negara Hukum”.
        Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi dan menambah wawasan
pengetahuan kepada kita semua tentang Negara Hukum.
        Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, Sehubungan dengan
hal ini, kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun tentu saya harapkan
demi sempurnanya makalah ini.
        Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah senantiasa
Meridhoi segala usaha kita. AMIN.

                                                                        Bandung, 29 Desember 2020

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG..................................................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................................................4
C. TUJUAN PEMBAHASAN...........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................5
A. KONSEP NEGARA HUKUM.....................................................................................................5
B. CIRI CIRI NEGARA HUKUM DI INDONESIA.........................................................................5
C. PRINSIP NEGARA HUKUM MENURUT JIMLY ASSHIDDIQIE..........................................6
BAB III PENUTUP...............................................................................................................................9
A. KESIMPULAN............................................................................................................................9
B. SARAN.........................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................10

2
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Arti negara hukum itu sendiri pada hakikatnya berakar dari konsep dan teori
kedaulatan hukum yang pada prinsipnya menyatakan bahwa kekuasaan tertinggi didalam
suatu negara adalah hukum, oleh sebab itu seluruh alat perlengkapan negara apapun
namanya termasuk warga negara harus tunduk dan patuh serta menjunjung tinggi hukum
tanpa terkecuali.

Menurut Krebe , negara sebagai pencipta dan pengerak hukum di dalam segala
kegiatannya harus tunduk pada hukum yang berlaku. Dalam arti ini hukum membawahi
negara. Berdasarkan pengertian hukum itu bersumber dari kesadaran hukum rakyat,
maka hukum mempunyai wibawa yang tidak berkaitan dengan seseorang.

Negara hukum menurut F.R Bothlingk adalah “De taat waarin de wilsvrijheid van
gezagsdragers is beperkt door grenzen van recht” (negara, dimana kebebasan kehendak
pemegang kekuasaan dibatasi oleh suatu kehendak hukum). Lebih lanjut disebutkan
bahwa dalam rangka merealisasikan pembatasan pemegang kekuasaan tersebut maka
diwujudkan dengan cara, “Enerzijds in een binding van rechter administatie aan de wet,
anderjizds in een binding van de bevoegdheden van wetgever”, (disatu sisi keterikatan
hakim dan pemerintah terhadap undang-undang, dan sisi lain pembatasan kewenangan
oleh pembuat undang-undang). A.Hamid S. Attamini dengan mengutip Burkens,
mengatakan bahwa negara yang menempatkan hukum sebagai dasar kekuasaan negara
dan penyelenggaraan kekuasaan tersebut dalam segala bentuknya dilakukan dibawah
kekuasaan hukum. Sedangkan secara sederhana negara hukum adalah yang
penyelenggaraan pemerintahannya dijalankan berdasarkan dan berseranakan hukum
yang berakar dalam seperangkat titik tolak normatif, berupa asas-asas dasar sebagai asas-
asas yang menjadi pedoman dan kriteria penilaian pemerintahan dan perilaku pejabat
pemerintah.

Konsep negara hukum kesejahteraan menjadi landasan kedudukan dan fungsi


pemerintah dalam negara-negara modern. Negara kesejahteraan merupakan antitesis dari
konsep negara hukum formal, yang didasari oleh pemikiran untuk melakukan
pengawasan yang ketat terhadap penyelenggara kekuasaan negara.

Konsep negara hukum berakar dari paham kedaulatan hukum yang pada
hakikatnya berprinsip bahwa kekuasaan tertinggi di dalam suatu negara adalah
berdasarkan atas hukum. Negara hukum merupakan substansi dasar dari kontrak sosial
setiap negara hukum.Dalam kontrak tersebut tercantum kewajiban-kewajiban terhadap
hukum untuk memelihara, mematuhi dan mengembangkan dalam konteks pembangunan
hukum.

Di Indonesia, pelaksanaan negara hukum mengalami pasang surut. Selama kurun


parlementer (1950-1957) negara hukum menjadi ideologi pengabsahan republik

3
konstitusional, tetapi banyak diantara simbol-simbolnya secara konservatif dikaitkan
dengan lembaga, prosedur dan berbagai kitab undang-undang hukum Belanda yang
dilestarikan sampai masa kemerdekaan. Dalam kurun demokrasi terpimpin (1958-1965),
negara hukum tenggelam dibawah tekanan petrimonialisme rezim dan ideologinya yang
radikal-populis, yang mengutamakan keadilan subntantif dari pada keadilan proseduler.
Dengan lainnya Orde Baru,perbincangan mengenai negara hukum bangkit kembali
dengan cepat, sebagian sebagai reaksi terhadap demokrasi terpimpin namun lebih jelas
dan mendalam dari pada yang sudah-sudah. Selama awal kurun Orde Baru, sampai kira-
kira tahun 1971, para pendukung negara hukum boleh dikata lebih optimistis.

Pada Era Reformasi saat ini, perjuangan menegakkan negara hukum memegang
sangat nampak dipermukaan, terutama dengan lahirnya berbagai berundang-undangan
yang lebih responsif dengan tuntunan masyarakat. Namun demikian, hal ini belum bisa
menjamin akan diimplementasikannya negara hukum yang lebih substansial. Aristoteles
berpendapat bahwa pengertian negara hukum itu timbul dari polis yang mempunyai
wilayah negara kecil, seperti kota dan berpenduduk sedikit, tidak seperti negara-negara
sekarang ini yang mempunyai wilayah luas dan berpenduduk banyak (vlakte staat).
Dalam polis itu segala urusan negara dilakukan dengan musyawarah (acclesia), dimana
seluruh warga negaranya ikut serta dalam urusan penyelenggaraan negara. Pada masa itu
yang dimaksud dengan negara hukum ialah negara yang berdiri diatas hukum yang
menjamin keadilan kepada warga negaranya. Keadilan merupakan syarat bagi
tercapainya kebahagiaan hidup untuk warga negaranya, dan sebagai dasar dari pada
keadilan itu perlu diajarkan rasa susila kepada setiap manusia agar ia menjadi warga
negara yang baik.demikian pula peraturan hukum yang sebenarnya hanya ada jika
peraturan hukum itu mencerminkan keadilan bagi pergaulan hidup antar warga
negaranya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaiman konsep negara hukum ?
2. Bagaimana ciri – ciri negara hukum di indoneisa?
3. Apa saja prinsip negara hukum menurut Jimly Asshiddiqie ?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Agar kita menegtahui bagaiaman prinsip negara hukum
2. Untuk mengetahui apa saja ciri ciri negara hukum yang berada di indonesia
3. Untuk mengetahui apa saja prinsip yang dikemukakan oleh Jimly Asshiddiqie 

4
BAB II PEMBAHASAN

A. KONSEP NEGARA HUKUM


Berikut ini terdapat beberapa konsep negara hukum, antara lain sebagai berikut:

 Konsep negara hukum adalah konsep yang menempatkan hukum sebagai sumber
kedaulatan yang tertinggi dalam penyelenggaraan negara.
 Konsep ini telah dikenal sejak zaman yunani kuno, oleh plato disebut dengan Nomos
(norma) yang kemudian berkembang menjadi Nomokrasi (pemerintahan oleh hukum)
yang tujuannya menempatkan hukum sebagai pembatas dari kekuasaan yang dimiliki
oleh penguasa.
 Konsep ini adalah reaksi terhadap konsep kedaulatan negara (machstaat) yang
menempatkan kedaulatan tertinggi ada di tangan penyelenggara negara.

B. CIRI CIRI NEGARA HUKUM DI INDONESIA


1. Adanya Sistem Ketatanegaraan yang Sistematis

Ciri-ciri negara hukum yang pertama adalah negara tersebut memiliki susunan sistem
ketatanegaraan atau kelembagaan yang mengatur urusan kenegaraan secara sistematis.
Di setiap lembaga yang ada memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing dalam
menjalankan pemerintahan negara tersebut agar sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan. Indonesia adalah negara hukum karena memiliki ciri-ciri ini. Di Indonesia
dapat dilihat bahwa Indonesia memiliki kelembagaan seperti Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR), Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Komisi Yudisial (KY),
Makhkamah Agung (MA), Komisi  Yudisial (KY)  dan lembaga di daerah lainnya.

2. Supremasi Hukum

Supremasi hukum adalah negara tersebut menggunakan hukum sebagai patokan atau
aturan dalam segala bidang. Ciri-ciri negara hukum satu ini merupakan upaya untuk
menempatkan hukum dalam tempat tertinggi sebagai alat perlindungan rakyatnya.
Tanpa adanya intervensi dan penyalahgunaan hukum termasuk para petinggi negara.

3. Adanya Perlindungan dan Pengakuan Hak Asasi Manusia (HAM)

Ciri-ciri negara hukum yang paling utama adalah adanya pengakuan dan perlindungan
terhadap hak asasi manusia bagi seluruh rakyatnya. Hak asasi manusia adalah hak
yang paling mendasar dan fundamental. Bagi para pelanggar HAM bisa dijatuhi
hukum secara tegas.

4. Sistem Peradilan yang Tidak Memihak

Sistem peradilan ini meliputi para hakim dan jaksa serta para anggota administrasi
pengadilan yang telah ditentukan berdasarkan hukum yang berlaku. Tak hanya
peradilan pusat, sistem peradilan yang bebas dan tidak memihak juga berlaku di
peradilan-peradilan daerah.Peradilan harus berjalan sesuai dengan hukum dan
menerapkan hukum yang sama sehingga tidak adanya berat sebelah antara rakyat dan
para petinggi negara.

5
5. Adanya Pembagian Kekuasaan yang Jelas

adanya pembagian kekuasaan yang jelas. Pembagian kekuasaan ini menjunjung tinggi
nilai demokrasi. Setiap lembaga memiliki tugas dan fungsinya masing-masing
sehingga tidak adanya tumpang tindih. Jika muncul permasalahan atau konflik, maka
lembaga yang berwenang mampu menerapkan hukum yang tepat sesuai yang berlaku.
Seperti yang disampaikan tokoh terkenal, John Locke, bahwa kekuasaan dibedakan
menjadi tiga yaitu legislatif, eksekutif dan yudikatif.

6. Adanya Peradilan Pidana dan Perdata

Peradilan pidana adalah peradilan yang mengurusi tentang pelanggaran hukum yang
menyangkut banyak orang, sedangkan perdata yang mengurusi pelanggaran hukum
yang hanya melibatkan perseorangan saja. Adanya hukum pidana dan hukum perdata
inilah yang merupakan ciri-ciri negara hukum dan negara dapat disebut sebagai
negara hukum.

7. Legalitas dalam Arti Hukum Itu Sendiri

Legalitas dalam hukum adalah asas yang fundamental untuk mempertahankan


kepastian hukum. Asas legalitas ini ditetapkan dan kemudian digunakan untuk
melindungi semua kepentingan individu. Legalitas ini pula yang memberikan batasan
wewenang para pejabat negara untuk mempertanggungjawabkan jika mereka
melanggar hukum yang berlaku. Hampir semua negara di dunia adalah negara hukum,
namun menganut konstitusi yang berbeda-beda sesuai dengan jenis negara hukum
yang diberlakukan.

C. PRINSIP NEGARA HUKUM MENURUT JIMLY ASSHIDDIQIE

Jimly Asshiddiqie berpendapat bahwa adanya dua belas prinsip pokok negara


hukum (Rechsstaat) yang berlaku di zaman sekarang. Kedua belas prinsip pokok tersebut
merupakan pilar-pilar utama yang menyangga berdiri tegaknya satu negara modern
sehingga dapat disebut sebagai Negara Hukum (The Rule of Law, ataupun
adanya (Rechsstaat) dalam arti yang sebenarnya. Kedua belas prinsip pokok tersebut
adalah:[6]

1. Supremasi Hukum (Supremacy of Law), yaitu adanya pengakuan normatif dan


empirik akan prinsip supremasi hukum, yaitu bahwa semua masalah diselesaikan
dengan hukum sebagai pedoman tertinggi, dan pada hakikatnya pemimpin tertinggi
negara sesungguhnya adalah konstitusi, bukan manusia.
2. Persamaan dalam Hukum (Equality before the Law), yaitu adanya persamaan
kedudukan setiap orang dalam hukum dan pemerintahan, yang diakui secara normatif
dan dilaksanakan secara empirik. Dalam rangka prinsip ini segala sikap dadn tindakan
diskriminatif dalam segala bentuk dan manifestasinya diakui sebagai sikap dan

6
tindakan terlarang, kecuali tindakan-tindakan yang bersifat khusus dan sementara
dinamakan “affirmative actions guna mendorong dan mempercepat kelompok
masyarakat tertentu atau kelompok warga masyarakat tertentu untuk mengejar
kemajuan.
3. Asas Legalitas (Due Process of Law), yaitu segala tindakan pemerintah harus
didasarkan atas peraturan perundang-undangan yang sah dan tertulis. Peraturan
perundang-undangan tertulis tersebut harus ada dan berlaku lebih dulu atau
mendahului tindakan atau perbuatan yang dilakukan.
4. Pembatasan Kekuasaan, yaitu setiap kekuasaan pasti memiliki kecenderungan untuk
berkembang menjadi sewenang-wenang, karena itu kekuasaan selalu harus dibatasi
dengan cara memisah-misahkan kekuasaan ke dalam cabang-cabang yang
bersifat checks and balances dalam kedudukan yang sederajat dan saling
mengimbangi dan mengendalikan satu sama lain.
5. Organ-organ Eksekutif Independen, yaitu dalam rangka membatasi kekuasaan
eksekutif, maka lembaga dan organ-organ yang sebelumnya berada dalam kekuasaan
eksekutif sekarang berkembang menjadi independen sehingga tidak lagi sepenuhnya
merupakan hak mutlak kepala eksekutif untuk menentukan pengangkatan dan
pemberhentian pimpinannya.
6. Peradilan Bebas dan Tidak Memihak, yaitu berkaitan dengan adanya peradilan yang
bebas dan tidak memihak (independent and impatial judiciary) yang mutlak harus ada
dalam setiap Negara Hukum. Dalam menjalankan tugas yudisialnya, hakim tidak
boleh dipengaruhi oleh siapapun juga, baik karena kepentingan jabatan (politik)
maupun kepentingan uang, tidak boleh adanya intervensi dari lingkungan kekuasaan
eksekutif maupun legislatif ataupun dari kalangan masyarakat dan media massa, dan
dalam menjalankan tgasnya hakim tidak boleh memihak kepada siapapun kecuali
hanya kepada kebenaran dan keadilan, menjalankan proses pemeriksaan secara
terbuka dan dalam menjatuhkan putusannya wajib menghayati nilai-nilai keadilan
yang hidup di tengah-tengah masyarakat.
7. Peradilan Tata Usaha Negara, yaitu sebagai pilar utama negara hukum karena
keberadaannya harus menjamin agar warga negara tidak didzalimi oleh keputusan-
keputusan para pejabat administrasi negara sebagai pihak yang berkuasa ketika warga
negara mengajukan gugatan keputusan pejabat administrasi negara.
8. Peradilan Tata Negara, yaitu gagasan pembentukan Mahkamah Konstitusi dalam
sistem ketatanegaraan sangat penting dalam upaya memperkuat sistem checks an
balances. Keberadaan Mahkamah Konstitusi berfungsi untuk melakukan pengujian
atas konstitusionalitas undang-undang yang merupakan produk lembaga legislatif, dan
memutus berkenan dengan berbagai bentuk sengketa antar lembaga negara yang
mencerminkan cabang-cabang kekuasaan negara yang dipisah-pisahkan.
9. Perlindungan Hak Asasi Manusia, yaitu merupakan jaminan hukum bagi tuntutan
penegakannya melalui proses yang adil. Perlindungan terhadap hak asasi manusia
tersebut di masyarakat secara luas dalam rangka mempromosikan penghormatan dan
perlindungan terhadap hak asasi manusia sebagai ciri yang penting suatu negara

7
hukum yang demokratis. Setiap manusia sejak kelahirannya menyandang hak-hak dan
kewajiban-kewajiban yang bersifat bebas dan asasi.
10. Bersifat Demokratis, yaitu dianut dan dipraktekkannya prinsip demokrasi atau
kedaulatan rakyat yang menjamin peranserta masyarakat dalam proses pengambilan
keputrusan kenegaraan, sehingga setiap peraturan perundang-undangan yang
ditetapkan dan ditegakkan mencerminkan perasaan keadailan yang hidup di tengah
masyarakat. Setiap negara hukum yang bersifat nomokratis harus dijamin adanya
demokrasi, sebagaimana di dalam setap negara demokrasi harus dijamin
penyelenggaraannya berdasarkan hukum.
11. Berfungsi Sebagai Sara Mewujudkan Tujuan Bernegara, yaitu hukum adalah sarana
untuk mencapai tujuan yang diidealkan bersama. Cita-cita hukum itu sendiri, baik
yang dilembagakan melalui gagasan negara demokrasi (democracy) maupun yang
diwujudkan melalui gagasan negara hukum (nomocracy) dimaksudkan untuk
meningkatkan kesejahteraan umum, melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, mencerdaaskan kehidupan bangsa dan melaksanakan
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan abadi dan keadilan sosial.
12. Transparansi dan Kontrol Sosial, yaitu adanya transparansi dan kontrol sosial yang
terbuka terhadap setiap proses pembuatan dan penegakan hukum, sehingga kelemahan
dan kekurangan yang terdapat dalam mekanisme kelembagaan resmi dapat dilengkapi
secara komplementer oleh peran serta masyarakat secara langsung dalam rangka
menjamin keadilan dan kebenaran. Demikian pula dalam penegakan hukum yang
dijalnkan oleh aparatur kepolisian, kejaksaan, pengadilan (hakim), lembaga
pemasyarakatan, dan pengacara, semua memerlukan kontrol sosial agar dapat bekerja
dengan efektif, efisien serta menjamin keadilan dan kebenaran.

8
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
Negara hukum adalah Negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan
kepada warga negaranya yang mana keadilan tersebut merupakan syarat bagi tercapainya
kebahagiaan hidup untuk warga Negara dan sifat keadilan itu perlu diajarkan rasa susila
kepada setiap manusia agar dapat membuat warganegara suatu bangsa menjadi baik.
Negara Hukum bersandar pada keyakinan bahwa kekuasaan negara harus dijalankan
atas dasar hukum yang adil dan baik. Ada dua unsur dalam negara hukum, yaitu pertama:
hubungan antara yang memerintah dan yang diperintah tidak berdasarkan kekuasaan
melainkan berdasarkan suatu norma objektif, yang juga mengikat pihak yang memerintah;
kedua: norma objektif itu harus memenuhi syarat bahwa tidak hanya secara formal,
melainkan dapat dipertahankan berhadapan dengan idea hukum.
B. SARAN

Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa penulisan masih jauh dari
kata sempurna, kedepannya kami akan lebih berhati-hati dalam menjelaskan tentang
makalah dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan dapat lebih dipertanggung
jawabkan.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.uin-suska.ac.id/14548/7/7.%20BAB%20II__2018364JS.pdf

https://pengertiandefinisi.com/penjelasan-pengertian-negara-hukum/

https://www.dosenpendidikan.co.id/negara-hukum/

https://www.dosenpendidikan.co.id/negara-hukum/

https://info-hukum.com/2019/04/20/teori-negara-hukum/

10

Anda mungkin juga menyukai