Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH BANTUAN HUKUM

Tentang
NEGARA HUKUM, HAK ASASI MANUSIA DAN BANTUAN HUKUM

Oleh :
ADE SAPUTRA 1713040044

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


SETRIANIS, S.H.I., M.H

HUKUM TATA NEGARA (A)


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan YME, atas segala


kebesaran dan kelimpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah tentang Negara Hukum, Hak Asasi Manusia dan Bantuan
Hukum.
Dalam penulisan makalah ini, berbagai hambatan telah kami alami. Oleh
karena itu terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena kemampuan
penyusun semata-mata. Namun, karena adanya bantuan dan dukungan dari pihak-
pihak yang terkait.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari pengalaman dan
pengetahuan masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penyusun sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar makalah ini lebih
baik dan bisa lebih bermanfaat.

Padang, 1 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 3
A. Negara Hukum ................................................................................... 3
B. Hak Asasi Manusia ............................................................................. 8
C. Bantuan Hukum................................................................................ 11
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 15
A. Kesimpulan ...................................................................................... 15
B. Saran ................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Isu Negara Hukum dan HAM kini berkembang menjadi masalah yang
sangat penting dalam percaturan politik internasional. Universalitas HAM
menimbulkan kecenderungan terjadinya internasionalisasi HAM, sehingga batas
yurisdiksi HAM domestik suatu Negara kadangkala menjadi kabur. Persepsi
yang beranekaragam tentang HAM muncul dimana-mana, terutama negaranegara
Barat. Hal ini terjadi sebagai akibat dari meningkatnya kepedulian internasional
terhadap pelanggaranpelanggaran HAM, dan secara praktis mempengaruhi pola
hubungan dan kerjasama dengan Negara berkembang.
Oleh sebagian besar Negara Barat, HAM dianggap bersifat universal,
karena dipandang sebagai dasar dari kebebasan, keadilan dan kedamaian. Oleh
karena itu perlindungan dan promosinya menjadi tanggung jawab utama
pemerintah bersama anggota masyarakat. Karena sifatnya yang universal, maka
apabila terjadi pelanggaran HAM di suatu tempat/yurisdiksi tertentu dianggap
menjadi masalah dan kompetensi masyarakat internasional. Pemberi bantuan
memiliki peran penting apabila terjadi pelanggaran HAM. Bantuan hukum
merupakan hak-hak tersangka, dan merupakan perwujudan keadilan dan hak
asasi manusia (HAM), dan hal tersebut diwujudkan dengan pemberian bantuan
hukum secara cuma-cuma kepada tersangka yang tidak mampu, untuk
kepentingan pembelaan tersangka, jika tersangka tidak cukup bukti untuk
memberikan hukuman kepada tersangka atau untuk kepentingan pembelaan diri.
Gerakan bantuan hukum ini bertujuan untuk mencapai sistem peradilan
pidana yang terpadu, peningkatan pendidikan, profesionalisme dan gaji dari
polisi, jaksa, hakim, pekerja pemasyarakatan dan advokat. Keberhasilan gerakan
bantuan hukum sebagai gerakan konstitusional melindungi hak orang miskin
akan dapat meredam potensi ledakan gejolak sosial dan keresahan sosial, selain

1
itu keberhasilan gerakan bantuan hukum juga dapat mengembalikan wibawa
hukum dan wibawa pengadilan yang telah terpuruk selama ini. Dengan semakin
berkembangnya konsep HAM sampai pada implementasinya membuat persoalan
yang berhubungan dengan kemajuan, penghormatan dan penegakan HAM dalam
Negara hukum menjadi hal yang sangat penting untuk dikaji dan dianalisis oleh
setiap warga Negara pada umumnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Negara Hukum?
2. Bagaimana HAM di Indonesia?
3. Bagaimana Pelaksanaan Bantuan Hukum di Indonesia?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Negara Hukum
1. Pengertian Negara Hukum
Negara hukum menurut F.R Bothlingk adalah “De taat waarin de
wilsvrijheid van gezagsdragers is beperkt door grenzen van recht” (negara,
dimana kebebasan kehendak pemegang kekuasaan dibatasi oleh suatu
kehendak hukum). Lebih lanjut disebutkan bahwa dalam rangka
merealisasikan pembatasan pemegang kekuasaan tersebut maka diwujudkan
dengan cara, “Enerzijds in een binding van rechter administatie aan de wet,
anderjizds in een begrenzing van de bevoegdheden van de wetgever”, (disatu
sisi keterikatan hakim dan pemerintah terhadap undang-undang dan disisi lain
pembatasan kewenangan oleh pembuat undang-undang).1 Dalam negara
hukum segala sesuautu harus dilakukan menurut hukum (evrithing must be
done according to law). Negara hukum menentukan bahwa pemerintah harus
tunduk pada hukum, bukannya hukum yang harus tunduk pada pemerintah.

2. Konsep Negara Hukum


Plato mengemukakan konsep nomoi yang dapat dianggap sebagai
cikal bakal tetang pemikiran negara hukum. Aristoteles mengemukakan ide
negara hukum yang diartikannya dengan arti negara yang dalam
perumusannya masih terkait pada “polis”. 2 Bagi Aristoteles, yang memerintah
dalam negara bukanlah manusia, melainkan pikiran yang adil, dan
kesusilaaanlah yang menetukan baik buruknya suautu hukum. Manusia perlu
dididik menjadi warga yang baik yang bersusila, yang akhirnya akan

1
Ridwan HR. 2014. Hukum Administasi Negara. Jakarta: Rajawali Pers. hlm. 21.
2
Moh.Kusnardi dan Harmmaily Ibrahim. 1980. Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia.
Jakarta: Pusat Studi HTN UI dan Sinar Bakti. hlm. 142.

3
menjelmakan manusia yang bersikap adil. Apabila keadaan seperti ini telah
terwujud, maka terciptalah suatu “negara hukum”.
Pada dasarnya konsep negara hukum tidak terpisahkan dari pilarnya
sendiri yaitu paham kedaulatan hukum. Paham ini adalah ajaran yang
mengatakan bahwa kekuasaan tertinggi terletak ada hukum atau tidak ada
kekuasaan lain apapun, kecuali hukum semata. Banyak rumusan yang
diberikan terhadap pengertian negara hukum tetapi sulit untuk mencari
rumusan yang sama, baik itu disebabkan karena perbedaan asas negara hukum
yang dianut maupun karena kondisi masyarakat dan zaman saat perumusan
negara hukum dicetuskan.
Konsep negara hukum berdasarkan wilayah tradisi hukumnya dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu, konsep negara hukum rechtsstaat dan
konsepsi negara hukum the rule of law yang telah mendapat dorongan dari
pada renaissance dan reformasi keduanya merupkan abad XIX dan di
pengaruhi paham liberalisme dan indivisualisme. Bagi konsepsi negara
hukum rechtsstaat penegakan hukum berarti penegakan hukum yang ditulis
dalam Undang-Undang sesuai dengan pahamegisme bahwa hukum identik
dengan Undang-Undang sehingga ada “kepastian hukum”. Bagi konsepsi
negara hukum the rule of law, penegakan hukum bukan berarti penegakan
hukum tertulis, tetapi yang terpenting adalah penegakan keadilan hukum,
sehingga penegakan hukum tidak berarti penegakan hukum yang ditulis.
dalam undang-undang semata, bahkan hukum tertulis tersebut lebih diterima
untuk disimpangi oleh hakim jika memang dirasakan tidak memenuhi rasa
keadilan hukum.
Ada dua tokoh yang mengambangkan unsur negara hukum yaitu
Friedrick Julius Stahl dan Albert Venn Dicey. Unsur-unsur negara hukum
rechtsstaat ada 4 (Friedrick Julius Stahl) yang penting dalam sebuah negara
yang taat terhadap hukum antara lain:

4
1) Hak-hak asasi manusia;
2) Pemisahan/Pembagian kekuasaan;
3) Setiap tindakan pemerintah harus didasarkan pada peraturan perundang-
undangan yang telah ada;
4) Adanya peradilan administasi yang berdiri sendiri. 3

Unsur negara hukum menurut Alberth Venn Dicey mewakili dari


kalangan ahli hukum Anglo Saxon, memberikan 3 ciri utama sebagai unsur-
unsur Negara hukum the rule of law yaitu:
1) Supremasi hukum, dalam arti tidak boleh ada kesewenang-wenangan,
sehingga seseorang akan di hukum jika melanggar hukum.
2) Bahwa setiap orang sama didepan hukum, baik selaku pribadi maupun
dalam kualifikasi pejabat negara.
3) Terjaminnya hak-hak manusia oleh Undang-Undang dan
keputusankeputusan pengadilan. 4

Dalam lingkup kekuasaan pemerintah, maka tipe negara hukum dapat


dibedakan atas 2 tipe, yaitu hukum formal dan negara hukum material, tetapi
dalam perkembangannya kemudian muncul konsep welfare state yang
kemudian melahirkan tipe negara kesejahteraan. Negara hukum materil
merupakan pengertian negara hukum dalam arti luas, yang sering disebut
dengan negara hukum modern (modern rechtsstaat). Pada tipe negara hukum
materil, lingkup tugas pemerintah bukan saja melaksanakan ketentuan
undang-undang semata, melainkan juga turut membuat undangundang atau
berbagai peraturan pelaksanaannya. Negara tidak hanya bertugas sebagai
penjaga malam, melainkan berkewajiban pula secara aktif untuk terlibat

3
Asshiddiqie, Jimly. 2007. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi.
Jakarta: Buana Ilmu. hlm. 311.
4
Ibid

5
dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat demi tercapainya tujuan
bernegara.

3. Tipe-Tipe Negara Hukum


a. Negara Polisi (Polizei Staat)
Sebelum lahir negara hukum yang berpemahaman Kant dan Ficte,
maka yang ada pada waktu iti adalah negara polisi (polizei staat) sebagai
tipe negara. Aliran yang paling berpengaruh pada saat itu adalah aliran
mercantilisme atau aliran yang menghendaki suautu neraca perdagangan
yang positif. 5 Maksudnya adalah seluruh kegiatan perdagangan pada waktu
itu dikontrol dan ditentukan oleh negara.

b. Negara Hukum Formal (Nachwaker staat)


Negara hukum formal seringkali disebut juga dengan negara hukum
liberal ataupun nachwachker staat yaitu negara hukum yang menurut Kant
dan Fichte merupakan negara yang juga biasa disebut dengan negara dalam
arti sempit. Tipe negara ini merupakan reaksi atau antithese dari bentuk
pertama yang dikemukakan sebelumnya. Sebelum tiba pada bentuk hukum
formal, tipe negara dinamakan negara hukum liberal. Dalam negara hukum
liberal ini negara tidak dibenarkan untuk mencampuri dalam urusan
penyelengaraan kepentingan rakyat. Ini merupakan bentuk negara yang
sangat berlawanan dengan bentuk negara polisi (polizei staat). Akan tetapi
tuntutan masyarakat menghendaki faham liberalisme itu tidak
dipertahankan lagi, sehingga negara pada waktu itu terpaksa harus ikut
campur tangan dalam urusan kepentingan rakyat. Hanya saja campur
tangan ini masih menurut saluran-saluran hukum yang sudah ditentukan
sehingga lahirlah negara hukum formal.

5
Ibid

6
c. Negara Hukum Materiil (Walfare state-Negara Kesejahteraan)
Tipe negara hukum ini sering juga disebut sebagai negara hukum
dalam arti yang luas atau disebut pula sebagai negara hukum modern.
Negara dalam pengertian ini bukan saja menjaga keamanan saja tetapi
secara aktif turut serta dalam dalam urusan kemasyarakatan demi
mensejahterakan rakyat. Oleh sebab itu pengertian negara hukum dalam
arti luas sangat erat hubungannya dengan pengertian negara kesejahteraan
atau welfare state.

4. Negara Hukum Indonesia


Konsep negara hukum juga ada di Indonesia yaitu pada UUD tahun
1945 sebelum amandemen yang dinyatakan dalam pasal 4 ayat (1), “Presiden
Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintah menurut Undang-
undang Dasar.” Tidak hanya itu keinginan Founding Father untuk
menciptakan negara hukum juga tercermin dalam Pembukaan UUD Tahun 1945
yang menyatakan, “.....yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat.....”.
Kedaulatan rakyat sendiri memiliki makna bahwasanya kekuasaan
penuh berada di tangan rakyat. Atau bisa dikatakan dari rakyat, oleh rakyat
untuk rakyat. Rakyat dianggap berdaulat baik dibidang politik maupun bidang
ekonomi dan sosial. Hal ini sejalan dengan konsep negara hukum guna
menciptakan pemerintahan yang bebas dari penindasan terhadap rakyat. Dapat
diartikan bahwa kedaulatan rakyat merupakan tonggak dalam negara hukum,
bahkan sebuah lembaga yang memegang kedaulatan rakyat dikatakan sebagai
lembaga yang tidak terbatas kekuasaannya. Kejelasan terhadap Indonesia
sebagai negara hukum terjadi Pasca Perubahan UUD Tahun 1945.
Dengan demikian, Indonesia sebagai negara hukum memiliki ciriciri
rechtsstaat yakni sebagai berikut:

7
a. Adanya Undang-Undang Dasar atau Konstitusi yang memuat ketentuan
tertulis tentang hubungan antara penguasa dengan rakyat.
b. Adanya pemisahan kekuasaan negara, yang meliputi kekuasaan pembuatan
undang-undang yang berada pada parlemen, kekuasaan kehakiman yang
bebas dan merdeka, dan pemerintah mendasarkan tindakannya atas
undang-undang.
c. Diakui dan dilindunginya hak-hak rakyat.

B. Hak Asasi Manusia


1. Pengertian Hak Asasi Manusia
Dalam Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia pasal 1 disebutkan bahwa “Hak Asasi Manusia (HAM) adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai
mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerahnya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintahan
dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia”.
Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak-hak yang berasal dari
harkat dan martabat yang melekat pada manusia. Hak ini sangat mendasar
atau asasi (fundamental) sifatnya yang mutlak diperlukan agar manusia dapat
berkembang sesuai dengan bakat, cita cita, serta martabatnya. Hak ini juga
dianggap universal, artinya dimiliki semua manusia tanpa perbedaan
berdasarkan bangsa, ras, agama, atau gender.6 Dengan demikian hakikat
penghormatan dan perlindungan terhadap HAM ialah menjaga keselamatan
eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan yaitu
keseimbangan antara hak dan kewajiban , serta keseimbangan antara
kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum. Upaya menghormati,

6
Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
hlm. 212.

8
melindungi dan menjungjung tinggi Hak Asasi Manusia, menjadi kewajiban
dan tanggung jawab bersama antara individu, pemerintah (aparatur
pemerintahan baik sipil maupun militer) dan negara.

2. Bentuk-bentuk Hak Asasi Manusia


Secara universal pembagian hak asasi manusia adalah sebagai berikut:
a) Hak-hak asasi pribadi atau personal rights yang meliputi kebebasan
menyatakan pendapat, kebebasan memeluk agama, kebebasan bergerak,
dan sebagainya.
b) Hak-hak asasi ekonomi atau property rights, yaitu hak untuk memiliki
sesuatu, membeli dan menjualnya, serta memanfaatkannya.
c) Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan atau yang disebut rights of legal equality.
d) Hak-hak asasi politik atau political rights, yaitu hak untuk ikut serta dalam
pemerintahan, hak pilih (memilih dan dipilih dalam pemilihan umum), hak
mendirikan partai politik, dan sebagainya.
e) Hak-hak asasi sosial dan kebudayaan atau social and culture rights,
misalnya hak untuk memilih pendidikan, mengembangkan kebudayaan,
dan sebagainya.
f) Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan
perlindungan atau procedural rights, misalnya peraturan dalam hal
penangkapan, penggeledahan, peradilan, dan sebagainya.

3. Lembaga Perlindungan HAM


a. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)
Komnas HAM dibentuk dengan Kepres No. 50 tahun 1993,
kemudian mengalami beberapa penyesuaian setelah dikeluarkannya UU
No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang didalamnya mengatur
Komnas HAM (Bab VIII pasal 7599).

9
b. Pengadilan HAM
Pengadilan hak asasi manusia di Indonesia dibentuk berdasarkan
Undang-undang No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi
Manusia. Berdasarkan Undang-undang tersebut diatur bahwa Pengadilan
Hak Asasi Manusia merupakan Pengadilan Khusus yang berada di
lingkungan Pengadilan Umum dan berkedudukan di daerah kabupaten atau
kota. Untuk daerah khusus ibukota Jakarta Pengadilan HAM berkedudukan
di setiap wilayah Pengadilan Negeri yang bersangkutan.
c. Instrumen HAM
Instrumen HAM yang berlaku di Indonesia adalah sebagai berikut:
a) Pancasila
b) Undang-Undang Dasar 1945
c) Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia
yang berisi piagam hak asasi manusia bagi bangsa Indonesia.
d) Undang-undang No 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
e) Undang-undang No 26 tahun 2000 tentang Hak Asasi Manusia.
f) Peraturan perundang-undangan lain yang pada hakikatnya memuat
adanya jaminan perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia.
d. Lembaga Bantuan Hukum (LBH)
Lembaga Bantuan Hukum adalah organisasi independen yang
memberi bantuan dan pelayanan hukum kepada masyarakat. Lembaga ini
biasanya dikelola secara mandiri oleh para aktivis yang memiliki
kepedulian tinggi untuk memajukan penegakan keadilan. Mereka
membantu para korban kejahatan HAM atau pihakpihak lain yang
mengalami ketidakadilan hokum.
e. Biro Konsultasi dan Bantuan Hukum Perguruan Tinggi
Biro Konsultasi dan Bantuan Hukum dibentuk oleh Perguruan Tinggi
yang mempunyai Fakultas Hukum. Hal ini dilakukan sebagai salah satu
perwujudan Tri Dharma Penguruan Tinggi yakni pengabdian kepada

10
masyarakat. Keberadaan lembaga ini diharapkan bisa membantu
masyarakat terutama pihak-pihak yang sedang memperjuangkan keadilan
hukum dan HAM. Biro Konsultasi dan Bantuan Hukum mempunyai peran
sebagai berikut :
a) Sebagai kantor pusat kegiatan untuk memberikan layanan kepada
semua pihak yang ingin berkonsultasi dan meminta bantuan di bidang
hukum dan HAM.
b) Pelaksana program Tri Darma perguruan tinggi di bidang hukum dan
hak asasi manusia.
c) Wahana pelatihan pembelaan dan penegakan Hukum dan HAM

4. Upaya Penegakan HAM


Upaya penegakan HAM dapat dimulai dari lingkungan keluarga, warga
sekitar tempat tinggal, sekolah dan masyarakat luas. Di lingkungan
masyarakat luas, upaya penegakan HAM dapat dilakukan antara lain dengan:
a. Tidak mengganggu ketertiban.
b. Saling menjaga dan melindungi harkat dan martabat manusia.
c. Menghormati keberadaan masing-masing.
d. Berkomunikasi dengan baik dan sopan.
e. Ikut membantu terselenggaranya masyarakat yang hidup berdampingan
secara damai, sayang menyayangi tanpa membedakan agama, ras,
keturunan dan pandangan politik nya serta kelompok besar tidak
memaksakan kehendaknya terhadap kelompok kecil dan sebaliknya.

C. Bantuan Hukum
1. Pengertian Bantuan Hukum
Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan
Hukum dikatakan bahwa, bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan
oleh Pemberi Bantuan Hukum secara cuma-cuma kepada Penerima Bantuan
Hukum. Penerima Bantuan Hukum adalah orang atau kelompok orang

11
miskin. 7 Bantuan hukum adalah salah satu upaya mengisi hak asasi manusia
(HAM) terutama bagi lapisan termiskin rakyat kita, orang kaya sering tidak
membutuhkan bantuan hukum karena sebetulnya hukum itu dekat dengan
orang kaya.8
Bila dilihat pendapat M. Yahya Harahap bahwa pengertian bantuan
hukum mempunyai ciri dalam istilah yang berbeda, yaitu antara lain :
1. Legal aid, yang berarti memberi jasa di bidang hukum kepada seseorang
yang terlibat kedalam suatu kasus atau perkara, yaitu :
a. Pemberi jasa bantuan hukum dilakukan dengan CumaCuma;
b. Bantuan jasa hukum dalam legal aid lebih dikhususkan bagi yang tidak
mampu dalam lapisan masyarakat miskin;
c. Dengan demikian motivasi utama dalam konsep legal aid adalah
menegakkan hukum dengan jalan membela kepentingan dan hak asasi
rakyat kecil yang tak punya dan buta hukum.
2. Legal assistance, yang mengandung pengertian lebih luas dari legal aid.
Karena disamping mengandung makna dan tujuan pemberi jasa bantuan
hukum, lebih dekat dengan pengertian dikenal dengan advokat, yaitu
pemberi bantuan :
a. Baik kepada yang mampu membayar prestasi,
b. Maupun pemberi bantuan kepada rakyat yang miskin secara Cuma-
Cuma.
3. Legal service, yaitu pelayan hukum, dalam bahasa ibdonesia diterjemahkan
dalam pelayanan hukum. Pada umumnya kebanyakan orang lebih
cenderung memberikan pengertian yang lebih luas kepada konsep dan
makna legal service dibanding dengan dan tujuan legal aid atau dikenal
assistance, karena pada konsep dan ide legal service terkadang makna dan
tujuan :

7
Lihat Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum.
8
Lubis, T. Muliya. 1986. Bantuan Hukum dan Kemiskinan Struktural. Jakarta: LP3ES. hlm 9.

12
a. Memberi bantuan pada anggota masyarakat yang operasionalnya
bertujuan menghapuskan kenyataankenyataan diskriminatif dalam
penegakan dan pemberi jasa hukum bantuan antara rakyat miskin yang
berpenghasilan kecil dengan masyarakat kaya yang menguasai sumber
dana dan posisi kekuasaan.
b. Dan dengan pelayanan hukum yang diberikan kepada anggota
masyarakat yang memerlukan, dapat diwujudkan kebenaran hukum itu
sendiri oleh aparatpenegak hukum.dengan jalan mengharmati setiap
hak yang dibenarkan hukum bagi setiap anggota masyarakat tanpa
membedakan yang kaya dan miskin.
c. Disamping itu untuk menegakkan hukum dan penghormatan kepada
hak yang diberikan hukum kepada setiap orang, legal service didalam
operasionalnya, lebih cenderung untuk menyelesaikan setiap
persengketaan dengan jalan menempuh cara perdamaian.

Di negara Barat istilah tentang bantuan hukum dipergunakan dalam dua


arti yaitu legal aid dan legal assistances. Istilah legal aid dipergunakan untuk
menunjukkan pengertian bantuan hukum dalam arti yang sempit berupa
pemberian jasa-jasa di bidang hukum kepada seorang yang terlibat dalam
suatu perkara secara cuma-cuma atau gratis khususnya bagi mereka yang tidak
mampu, sedangkan pengertian legal assistances dipergunakan untuk
menunjukkan pengertian bantuan hukum dalam arti luas baik pemberian
bantuan hukum kepada mereka yang tidak mampu maupun pemberian
bantuan hukum oleh para advokat yang mempergunakan honorarium. Jasa
bantuan hukum tidak lepas dari peran advokat yang bertugas mewakili
kepentingan hukum klien. Dalam pasal 22 UU Advokat menyatakan :
“advokat wajib memberikan bantuan hukum cuma-cuma kepada warga negara
yang tidak mampu”.

13
2. Tujuan Dan Fungsi Bantuan Hukum
Bantuan hukum adalah lembaga hukum yang penting peranannya
didalam mencari kebenaran material. Adapun tujuan hukum dan fungsi
pelaksanaan program bantuan hukum, yaitu :
a. Membantu para penegak hukum untuk mengungkapkan dan pemahaman
suatu kasus demi terciptanya kebenaran (material waarheid) dan terutama
agar vonis hakim yang akan dijatuhkan lebih obyektif.
b. Suatu ala atau prasarana untuk mengisi perlindungan terhadap hak asasi
manusia terutama bagi golongan miskin dan lemah.
c. Merupakan pelayanan hukum secara Cuma-Cuma (prodeo) bagi rakyat
yang tidak mampu atau miskin.
d. Merupakan sarana pendidikan untuk mengembangkan dan meningkatkan
kesadaran hukum rakyat terutama hak-haknya sebagai subyek hukum.
e. Bertujuan untuk melaksanakan perbaikan dan perubahan hukum atau
undang-undang sesuai dengan perkembangan masyarakat.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Negara adalah negara berdasarkan atas hukum dan keadilan bagi warganya.
Maksudnya adalah segala kewenangan dan tindakan alat-alat perlengkapan
negara atau dengan kata lain diatur oleh hukum. Ada tiga tipe negara hukum
yaitu negara polisi, negara hukum formal dan negara hukum materil.
2. Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerahnya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintahan dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Jadi hakikat
penghormatan dan perlindungan terhadap HAM ialah menjaga keselamatan
eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan yaitu
keseimbangan antara hak dan kewajiban , serta keseimbangan antara
kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum.
3. Bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi Bantuan
Hukum secara cuma-cuma kepada Penerima Bantuan Hukum. Pemberian
bantuan hukum kepada masyarakat miskin merupakan wujud dari pemenuhan
hak konstitusional setiap warga negara terutama hak persamaan di depan
hukum dan hak atas perlindungan hukum.

B. Saran
Pemakalah menyadari segala kekurangan dari makalah ini baik itu dari segi
isi maupun penulisan. Kami mengharapkan kepada pembaca untuk dapat
memberikan kritikan dan saran yang membangun agar makalah kami kedepannya
dapat lebih baik lagi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Asshiddiqie, Jimly. 2007. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi.
Jakarta: Buana Ilmu.

Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Lubis, T. Muliya. 1986. Bantuan Hukum dan Kemiskinan Struktural. Jakarta: LP3ES.

Moh.Kusnardi dan Harmmaily Ibrahim. 1980. Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia.
Jakarta: Pusat Studi HTN UI dan Sinar Bakti.

Ridwan HR. 2014. Hukum Administasi Negara. Jakarta: Rajawali Pers.

Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Undang-undang No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.

Undang-Undang Nomor 16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum.

16

Anda mungkin juga menyukai