Anda di halaman 1dari 26

NEGARA HUKUM DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Tugas Kelompok

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Admnistrasi Negara yang
Diampu oleh Santi Hapsari Dewi A, S.H, M.H. dan Dr. Holynes NS, S.H, M.H.

Disusun oleh kelompok 3 :

Nadia Salsabila Budiman 110110190009

Puja Anudiwanti 110110190011

Nabila Ishma Nurhabibah 110110190031

M. Sajid Rahmallah 110110190032

Riyadus Solikhin 110110190040

Regina Audi Annaba 110110190042

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PADJADJARAN

KABUPATEN SUMEDANG
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang masih
memberikan nafas kehidupan, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah
ini dengan judul “ Negara Hukum dan Hukum Administrasi Negara. Makalah ini dibuat
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Hukum Indonesia yang diampu
oleh Santi Hapsari Dewi A, S.H, M.H. dan Dr. Holynes NS, S.H, M.H.

Kami menyadari dalam penyususan makalah ini jauh dari kata sempurna. untuk itu
kami memohon untuk para pembaca khususnya dosen pengampu mata kuliah untuk
memberi kritikan dan saran yang bersifat membangun agar memberi manfaat dan
pengalaman kepada penulis. Terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan
penulis berharap semoga makalah ini memberi manfaat bagi para pembaca.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................ii

A. Negara Hukum : Dasar Teoritik Hukum Administrasi Negara..............................3

1. Sekilas tentang Negara Hukum :.........................................................................3

2. Negara Demokratis :...........................................................................................5

3. Tugas-tugas pemerintah dalam negara hukum modern ( welvaarstaat ).............6

4. Negara Hukum Indonesia....................................................................................7

5. Negara Hukum dan Hukum Administrasi Negara..............................................9

B. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Administrasi Negara :...........................11

1. Peristilahan........................................................................................................11

2. Pengertian Hukum Administrasi Negara:.........................................................13

3. Ruang Lingkup Hukum Administrasi Negara :................................................14

C. Hubungan HTN dengan HAN :............................................................................16

D. Sumber-Sumber Hukum Administrasi Negara :...................................................17

1. Pengertian Sumber Hukum...............................................................................17

2. Macam-Macam Sumber Hukum.......................................................................18

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................24

ii
A. Negara Hukum : Dasar Teoritik Hukum Administrasi Negara

1. Sekilas tentang Negara Hukum :


Konsep negara hukum dianggap sebagai konsep universal, tetapi
implementasi memiliki karakteristik beragam yang dipengaruhi situasi
kesejarahan, falsafah bangsa, ideologi negara, dan lain-lain. Konsep negara
hukum muncul dalam berbagai model seperti negara hukum nomokrasi Islam,
konsep Eropa Kontinental, konsep Anglo-Saxon, konsep sosialist legality, dan
konsep negara hukum Pancasila. Gagasan negara hukum dikemukakan oleh Plato
melalui karya tulis Nomoi. Plato mengemukakan bahwa penyelenggaraan negara
yang baik ialah yang didasarkan pada pengaturan (hukum) yang baik. Gagasan
Plato didukung oleh Aristoteles yang menuliskannya dalam buku Politica.
Menurut Aristoteles, suatu negara yang baik ialah negara yang diperintah dengan
konstitusi dan berkedaulatan hukum. Menurutnya ada tiga unsur pemerintahan
yang berkonstitusi, yaitu:

a. pemerintahan dilaksanakan untuk kepentingan umum.


b. pemerintahan dilaksanakan menurut hukum yang berdasarkan pada
ketentuan-ketentuan umum, bukan hukum yang dibuat secara sewenang-
wenang yang menyampingkan konvensi dan konstitusi.
c. pemerintahan berkonstitusi berarti pemerintahan yang dilaksanakan atas
kehendak rakyat, bukan berupa paksaan- tekanan yang dilaksanakan
pemerintahan despotic.

Aristoteles mengatakan, konstitusi merupakan penyusunan jabatan dalam suatu


negara dan menentukan apa yang dimaksudkan dengan badan pemerintahan dan
apa akhir dari setiap masyarakat, konstitusi merupakan aturan-aturan dan
penguasa harus mengatur negara menurut aturan-aturan tersebut. Pada abad ke-19
muncul konsep rechtsstaat dari Freidrich Julius Stahl, vang diilhami oleh
pemikiran Immanuel Kant. Menurut Stahl. unsur-unsur negara hukum
(rechtsstaat) adalah sebagai berikut:

a. Perlindungan hak-hak asasi manusia


b. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak- hak itu
c. Pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan
d. Peradilan administrasi dalam perselisihan

3
Pada wilayah Anglo saxon, muncul pula konsep negara hukum (rule of law) dari
A.V. Dicey, dengan unsur-unsur sebagai berikut:

a. Supremasi aturan-aturan hukum (supremacy of the law).


b. Tidak adanya kekuasaan sewenang-wenang (absence of arbitrary power).
c. Kedudukan yang sama dalam menghadapi hukum (equality before the law).

Karakteristik civil law adalah administratif sedangkan karakteristik common law


adalah judicial. Dalam perkembangannya konsepsi negara hukum tersebut
kemudian mengalami penyempurnaan, yang secara umum dapat dilihat unsur-
unsurnya sebagai berikut :

1) Sistem pemerintahan negara yang didasarkan atas kedaulatan rakyat.


2) Bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus
berdasar atas hukum atau peraturan perundang-undangan.
3) Adanya jaminan 'terhadap hak-hak asasi manusia (warga negara).
4) Adanya pembagian kekuasaan dalam negara.
5) Adanya pengawasan dari badan-badan peradilan (rechterlijke controle) yang
bebas dan mandiri.
6) Adanya peran yang nyata dari anggota-anggota masyarakat atau warga
negara untuk turut serta mengawasi pemerintah.
7) Adanya sistem perekonomian yang dapat menjamin pembagian yang merata
sumber daya yang diperlukan bagi kemakmuran warga negara.

Semangat membatasi kekuasaan negara semakin kuat setelah lahirnya


adagium yang begitu populer dari Lord Acton; “Power tends to corrupt, but
absolute power corrupt absolutely"; “Manusia yang mempunyai kekuasaan
cenderung untuk menyalahgunakan kekuasaan itu, tetapi kekuasäan yang tidak
terbetas (absolut) pasti akan disalahgunakan". Model negara hukum ini dikenal
dengan sebutan demokrasi konstitusional, dengan ciri bahwa pemerintah yang
demokratis adalah pemerintah yang terbatas kekuasaannya dan tidak dibenarkan
sewenang-wenang terhadap warga. Dengan kata lain, esensi dari negara
berkonstitusi adalah perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia. Atas dasar
itu, keberadaan konstitusi dalam suatu negara merupakan conditiosine quanon.
Menurut Sri Soemantri, tidak ada suatu negara pun di dunia ini yang tidak
mempunyai konstitusi atau undang-undang dasar. Negara dan konstitusi

4
merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan. Menurut A. Hamid S.
Attamimi, dalam abad ke-20 ini hampir tidak suatu negara pun yang
menganggap sebagai negara modern tanpa menyebutkan dirinya negara berdasar
atas hukum.Dengan demikian, negara hukum identik dengan negara yang
berkonstitusi atau negara yang menjadikan konstitusi sebagai aturan main
kehidupannya.

Terlepas dari berbagai model negara hukum tersebut, Budiono


Kusumohamidjojo mencatat bahwa sejarah pemikiran manusia mengenai politik
dan hukum secara bertahap menuju ke arah kesimpulan bahwa, negara
merupakan negara yang akan mewujudkan harapan para warga negara akan
kehidupan yang tertib, adil, dan sejahtera jika negara itu diselenggarakan
berdasarkan hukum sebagai aturan main. Lebih lanjut Budiono
Kusumohamidjojo mengatakan pada babak sejarah sekarang sukar untuk
membayangkan negara țidak sebagai negara hukum. Dalam negara hukum,
hukum menjadi aturan permainan untuk mencapai cita-cita bersama sebagai
kesepakatan politik. Hukum juga menjadi aturan permainan untuk menyelesaikan
segala macam perselisihan, termasuk juga perselisihan politik dalam rangka
mencapai kesepakatan politik tadi. Hukum dengan demikian tidak mengabdi
kepada kepentingan politik sektarian dan primordial, melainkan kepada cita-cita
politik dalam kerangka kenegaraan.

2. Negara Demokratis :
Negara Demokratis adalah negara yang berporos pada rakyat; di dalamnya,
rakyat memegang peran kunci dan kedudukan sentral. Rakyat adalah pemegang
kedaulatan tertinggi negara serta menjadi norma dan arah dasar seluruh
penyelenggaraan kehidupan bernegara dalam berbagai aspeknya (
ipoleksosbudhankam ).
Pada hakikatnya, negara dengan sistem pemerintahan demokratis sudah
seharusnya adalah sebuah Negara Hukum. Sebab, tanpa hukum ( yang baik, adil,
dan pasti ), pemerin-tahan demokratis sulit mencapai apa yang menjadi intisari
dan cita-cita demokrasi. Tanpa hukum pun, demokrasi – sebagaimana sering
dikatakan orang sekarang ini – dapat berubah menjadi “democrazy” sebagaimana
tampak di dalam aksi-aksi demonstrasi yang anarkis, karena “kedaulatan rakyat”
(demokrasi) cenderung rentan terhadap “godaan” berubah rupa menjadi

5
“kediktatoran rakyat” dan “kediktatoran mayoritas”. Lagipula, sering terjadi
demo-krasi tak berdaya dan kehilangan kekuasaannya dalam mengambil
keputusan yang baik dan adil demi kesejahteraan umum seluruh rakyat, karena
aspirasi dan tuntutan-tuntutan rakyat tidak dipertimbangkan oleh pemerintah
menurut norma-norma keadilan dan moralitas, melainkan menurut kekuatan
jumlah suara yang diperoleh dan kemampuan finansial kelom-pok yang
mendukungnya. Sebaliknya tanpa demokrasi, hukum dapat merosot menjadi alat
pemaksa dan penindas rakyat, serta alat pembenaran diri dan payung pelindung
para pemangku kekuasaan negara. Di dalam sistem pemerintahan negara
demokratis, hukum tampil sebagai norma objektif yang mengatur seluruh tatanan
hidup bernegara dan mengikat seluruh warga negara tanpa kecuali.

3. Tugas-tugas pemerintah dalam negara hukum modern ( welvaarstaat ) :


Dalam sebuah negara hukum terdapat peraturan yang mengikat warga
negaranya. Negara dalam hal ini pemerintah atau bisa disebut administrasi negara
sangat berperan dalam memajukan kesejahteraan suatu negara. Semakin sering
campur tangan negara maka semakin besar pula peran hukum administrasi negara
didalamnya dan begitu juga sebaliknya, semakin kecil peran suatu negara maka
semakin kecil pula peran hukum administrasi negara. Hal tersebut sejalan dengan
konsep welvaarstaat atau konsep negara hukum modern. Konsep negara hukum
modern atau welvarstaat ini berbeda sekali dengan konsep negara hukum klasik
yang biasa disebut Nachtwakertsst atau penjaga malam. Negara hukum klasik
memposisikan negara atau dalam hal ini administrasi negara hanya sebagai
penjaga malam saja, artinya negara hanya semata-mata menjaga keamanan saja
dan baru bertindak ketika ketertiban masyarakat terganggu. Terdapat pemisahan
yang jelas antara negara dan masyarakat. Negara tidak mencampuri urusan
ekonomi, social masyarakat dan tugas negara hanyalah bertindak jika ada yang
mengganggu ketertiban dan keamanan masyarakat.
Sedangkan di negara hukum modern atau Welvaarstaat, negara mempunyai
tugas untuk menyelenggarakan kepentingan umum sangat luas. Hukum
administrasi negara memiliki fungsi yang besar sekali dalam jalannya
pemerintahan. Hukum administrasi negara adalah seperangkat peraturan yang
memungkinkan administrasi negara atau pemerintah dalam menjalankan
fungsinya dan juga untuk membantu melindungi hukum administrasi negara itu

6
sendiri. Dalam negara hukum modern ini administrasi negara atau pemerintahan
mempunyai arti yang sangat luas dalam pelayanan masyarakat. Karena
administrasi negara di daam negara hukum modern bersandar kepada freis
emmersen atau administrasi negara memiliki kewenangan yang luas untuk
melakukan berbagai hukum dalam rangka melayani kepentingan masyarakat atau
mewujudkan kesejahteraan umum, dan untuk melakukan itu diperlukan
instrument hukum sehingga memberikan wewenang yang luas dalam bertindak
untuk membuat instrument hukum yang berkaitan dengan tugas legislasi.
Tugas legislasi ini menurut E.Utrecht meliputi, pertama kewenangan untuk
membuat peraturan atas inisiatif sendiri, terutama dalam hal-hal genting yang
belum ada peraturannya, kedua adalah kekuasaan administrasi negara untuk
membuat peraturan atas dasar delegasi. Dan yang ketiga adalah Droit Function
yaitu kekuasaan administrasi negara untuk menafsirkan sendiri berbagai
peraturan. Namun tetap saja penyelenggaraan pemerintah mengacu kepada
bentuk negara. Dalam bentuk negara kesatuan penyelenggaraan pemerintah dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu sentralisasi atau desentralisasi. Sentralisasi
berarti seluruh bidang-bidang pemerintahan diselenggarakan oleh pemerintah
pusat sedangkan desentralisasi berarti penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan
tidak hanya dijalankan oleh pemerintah pusat tetapi juga dijalankan oleh
pemerintah daerah dengan prinsip otonomi. Jadi kesimpulan nya, tuga tugas
pemerintah dalam negara hukum modern adalah sebagai berikut :
a. Membuat peraturan perundang-undangan dalam arti formil maupun materil
b. Pemerintah atau administrasi dalam arti nyata memelihara kepentingan
umum
c. Mempertahankan kepentingan umum dalam arti nyata termasuk di dalamnya
peradilan pidana dan penyelesaian sengketa dalam peradilan perdata.

4. Negara Hukum Indonesia :


Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, "Negara Indonesia adalah negara hukum", yang menganut
desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, sebagaimana diisyaratkan
dalam Pasal 18 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 “Negara
Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah
provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten,

7
dan kota mempunyai pemerintah daerah, yang diatur dengan undang-undang".
Sebagai negara hukum, setiap penyelenggaraan urusan pemerintahan haruslah
berdasarkan pada hukum yang berlaku. Sebagai negara yang menganut
desentralisasi mengandung arti bahwa urusan pemerintahan itu terdiri atas urusan
pemerintahan pusat dan urusan pemerintahan daerah. Artinya ada perangkat
pemerintah pusat dan ada perangkat pemerintah daerah, yang diberi otonomi
yakni kebebasan dan kemandirian untuk mengatur dan mengurus urusan rumah
tangga Dengan merujuk pada rumusan tujuan negara yang tercantum dalam
alinea keempat Pembukaan UUD 1945 khususnya pada redaksi memajukan
kesejahteraan umum.

Azhary dan Hamid S. Attamimi. Azhary mengatakan bahwa negara yang


ingin dibentuk oleh bangsa Indonesia adalah negara kesejahteraan. Bangsa
Indonesia sudah merumuskannya pada tahun 1945 oleh Soepomo Bapak
Konstitusi Indonesia. Pada saat perumusan UUD 1945, Yamin mengatakan;
“...bahwa negara yang akan dibentuk itu hanya semata-mata untuk seluruh rakyat,
untuk kepentingan seluruh bangsa yang akan berdiri kuat di dalam negara yang
menjadi kepunyaannya". Menurut Hamid S. Attamimi, Negara Indonesia sejak
didirikan bertekad menetapkan dirinya sebagai negara yang berdasar atas hukum
atau Rechtsstaat yang materiil, sosial, yang disebut Negara Pengurus
(Verzorgingsstaat).

Salah satu karakteristik konşep negara kesejahteraan adalah kewajiban


pemerintah untuk mengupayakan kesejahteraan umum. Bagir Manan
menyebutkan bahwa dimensi sosial ekonomi dari negara hukum adalah berupa
kewajiban negara mewujudkan dan menjamin kesejahteraan sosial menurut asas
keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Maka, Indonesia tergolong sebagai negara
kesejahteraan, karena tugas pemerintah tidaklah semata-mata hanya di bidang
pemerintahan saja, melainkan juga melaksanakan kesejahteraan sosial. Secara
konstitusional, terdapat kewajiban negara untuk mengatur dan mengelola
perekonomian, cabang-cabang produksi, dan kekayaan alam untuk mewujudkan
kesejahteraan sosial, memelihara fakir miskin, anak-anak terlantar, serta
memberikan jaminan sosial dan kesehatan bagi warga negara, seperti yang
ditentukan dalam Bab XIV Pasal 33 dan 34 UUD 1945. Terdapat beberapa

8
ketentuan dalam UUD 1945 yang menunjukkan bahwa negara hukum Indonesia
yang menganut desentralisasi dan berorientasi kesejahteraan, yaitu:.

1) pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia (Pasal 28 A sampai 28 J


UUD).
2) pemencaran kekuasaan negara secara horizontal dan vertikal.
3) Prinsip kedaulatan rakyat sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 avat 2 UUD.
4) penyelenggaraan negara dan pemerintahan berdasarkan atas hukum dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5) pengawasan oleh hakim yang merdeka.
6) pemilihan umum yang dilakukan secara periodic.
7) tersedianya tempat pengaduan bagi rakyat atas tindakan pemerintah.

Dengan merujuk pada konsep negara hukum yang diselenggarakan melalui


mekanisme demokrasi, Indonesia tergolong sebagai negara hukum demokratis.
Hukum yang dijadikan aturan main (spelregel) dalam penyelenggaraan negara
dan pemerintahan serta untuk mengatur hubungan hukum (rechtsbetrėkking)
antara penyelenggara negara dan pemerintahan di Indonesia adalah Hukum Tata
Negara dan Hukum Administrasi Negara.

5. Negara Hukum dan Hukum Administrasi Negara :


1) Pengertian Negara Hukum :
Negara hukum menurut F.R. Bothlingk adalah “De staat,waarin de
wilsvrijheid vangezagsdragers is bepert door grenzen vanrecht” (Negara, dimana
kebebasan kehendak pemegang kekuasaan dibatasi oleh kekuatan hukum). Lebih
lanjut disebutkan bahwa dalam rangka merealisasi pembatasan pemegang
kekuasaan tersebut, maka diwujudkan dengan cara (Di satu sisi keterikatan hakim
dan pemerintah terhadap undang-undang, dan disisi lain pembatasan kewenangan
oleh pembuat undang-undang). Sedangkan, Menurut A. Hamid S. Attamimi,
dengan mengutip Burkens, mengatakan bahwa Negara hukum secara sederhana
adalah Negara yang menempatkan hukum sebagai dasar kekuasaan Negara dan
penyelenggaraan kekuasaan tersebut dalam segala bentuknya dilakukan dibawah
hukum. Dalam Negara hukum, segala sesuatu harus dilakukan menurut hukum.
Negara hukum menentukan bahwa pemerintahharus tunduk pada hukum,
bukunnya hukum yang harus tunduk pada pemerintah terhadap tugas-tugas

9
pemerintahan dan kenegaraan dalam suatu Negara hukum itu terdapat aturan-
aturan hukum yang tertulis dalam konstitusi atau peraturan-peraturan yang
terhimpun dalamhukum tata Negara. Dengan kata lain, hukum tata Negara
membutuhkan hukum lain yanglebih bersifat teknis. Hukum tersebut adalah
hukum administrasi Negara .

2) Pengertian Hukum Administrasi Negara :


Menurut J.B.J.Mten Berge, Hukum Adminisrtrasi Negara adalah sebagai
(perpanjangan dari hukum tata Negara) atau (sebagai hukum sekunder yang
berkenaan dengan keanekaragaman lebihmendalam dari tatanan hukum publik
sebagai akibat pelaksanaan tugas oleh penguasa). Atas dasar ini tampak bahwa
keberadaan hukum administrasi Negara seiring dengan keberadaan Negara
hukum dan hukum tata Negara. Oleh karena itu, menurut J.M.J.B. ten Berge,
adalah salah paham menganggap hukum administrasi Negara sebagai fenomena
yang relative baru.Lebih lanjut J.M.J.B ten Berge (hukum administrasi Negara
berkaitan erat dengan kekuasaandan kegiatan penguasa. Karena kekuasaan dan
kegiatan penguasa itu dilaksanakan, lahirlahhukum administrasi Negara). Dengan
kata lain, hukum administrasi Negara, sebagaimanahukum tata Negara, berkaitan
erat dengan persoalan kekuasaan, mengingat Negara ituorganisasi kekuasaan,
maka pada umumnya organisasi akan muncul sebagai instrumen untukmengawasi
sebagai penggunaan kekuasaan pemerintah. Dengan demikian,keberadaan
hukumadministrasi Negara itu muncul karena adanya penyelenggaraan kekuasaan
Negara dan pemerintahan suatu Negara hukum,yang menuntut dan menghendaki
penyelenggaraan tugas-tugas kenegaraan, pemerintahan, dan kemasyarakatan
yang berdasarkan atas hukum. Hampir semua Negara didunia ini menganut
Negara hukum, yakni yang menempatkan hukumsebagai aturan main
penyelenggaraan kekuasaan Negara dan pemerintahan. Sebagai Negarahukum,
sudah barang tentu “memiliki” hukum administrasi Negara, sebagai instrument
untuk mengatur dan menyelenggarakan tugas-tugas pemerintahan Negara. Oleh
karena itu,sebenarnya semua Negara modern mengenal hukum administrsi
Negara. Hanya saja hukumadministrasi Negara itu berbeda-beda antara satu
Negara dengan yang lainnya, yangdisebabkan oleh perbedaan persoalan
kemasyarakatan dan pemerintahan yang dihadapi penguasa, perbedaan sistem
politik, perbedaan bentuk Negara dan bentuk pemerintahan, perbedaan hukum

10
tata Negara yang menjadi sandaran hukum administrasi , dan sebagainya.Oleh
karena itu Dasar Teoritis Negara Hukum sebagaimana telah disampaikan diatas
yangmenghimbau tentang kewenangan, perebuatan, organ-organ, aturan-aturan
per-undang-undangan yang tidak hanya ada pada pemerintah pusat saja tetapi
pemerintah daerah jugaturut andil dalam kesejahteraan masyarakatnya. Dan
sudah jelas bahwa Negara pada jamanmodern sekarang ini adakah Negara
Hukum dan pemerintahkah yang harus tunduk padahukum, bukan hukum yang
tunduk pada pemerintah karena hukum itu ada. Hukumlah yangmenjadikan suatu
Negara maju dan berkembang menjadi modern dan bukan pula penguasa yang
menjadikan suatu Negara berkembang menjadi modern. Persatuan Dan
Kesatuantentunya yang pertama menjadi dasar Hukum administrasi Negara, dan
hukum administrasi Negara sebagai salah satu cabang ilmu, khususnya diwilayah
hukum kontinental, barumuncul belakangan, pada awalnya, khususnya di negri
belanda.agak berbeda dengan yang berkembang di Prancis sebagai bidang
tersendiri disamping hukum tata Negara.

3) Ciri Khusus Hukum Administrasi Negara :

Hukum Administrasi Negara memiliki ciri-ciri khusus yang meliputi:


a. adanya hubungan istimewa antara negara dan warga negara;
b. adanya sekumpulan norma yang mengatur kewenangan pejabat atau lembaga
negara;
c. adanya pejabat-pejabat negara sebagai pelaksana dari perjanjian istimewa
tersebut.
Hal tersebut senada dengan pendapat Utrecht yang melihat hukum
administrasi negara dengan ciri utama:
a. menguji hubungan hukum istimewa;
b. adanya para pejabat pemerintahan
c. melaksanakan tugas-tugas istimewa.

B. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Administrasi Negara :

1. Peristilahan :

11
Di negara Belanda ada dua istiah mengenai Hukum Daministrasi Negara,
yaitu bestuursrecht dan administratief, dengan kata dasar ‘administratie’ dan
‘bestuur’. Untuk kata administratie ini ada yang menerjemahkan dengan tata
usaha, tata usaha pemerintahan, tata pemerintahan, tata usaha negara, dan ada
yang menerjemahkan dengan administrasi saja, sedangkan kata bestuur
diterjemahkan secara seragam dengan pemerintahan.

Perbedaan penerjemahan tersebut mengakibatkan perbedaan penamaan


terhadap hukum ini, yakni seperti HAN, Hukum Tata Pemerintahan, Hukum Tata
Usaha Pemerintahan, Hukum Tata Usaha Negara, Hukum Tata Usaha Negara
Indonesia, HAN Indonesia, dan Hukum Administrasi tanpa atribut negara,
sebagaimana yang dianut Hadjon, dengan alasan bahwa pada kata administrasi itu
sudah mengandung konotasi negara/pemerintahan.

Menurut Sjachran Basah, administrasi negara lebih luas dari tata usaha
negara, karena secara teknis administrasi negara mencakup seluruh kegiatan
kehidupan bernegara dalam penyelenggaraan pemerintahan, sedangkan tata usaha
negara hanya sekedar bagian saja daripada administrasi.

Nama atau istilah bidang hukum ini administratief recht dan bestuursrecht,
yang bertumpu pada kata ‘administrasi’ dan kata ‘pemerintahan’. Sebenarnya
kedua kata ini dalam penggunaannya memiliki makna sama, karena pemerintahan
itu sendiri merupakan terjemahan dari kata administrasi.

Administrasi Negara

Kata administrasi berasal dari bahasa Latin “administrare” yang berarti to


manage. Dalam KBBI, administrasi diartikan sebagai ; pertama, usaha dan
kegiatan yang meliputi penetapan tujuan serta penetapan cara-cara
penyeleggaraan pembinaan organisasi; kedua, usaha dan kegiatan yang berkaitan
dengan penyelenggaraan kebijaksanaan serta mencapai tujuan; ketiga, kegiatan
yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan; keempat, kegiatan kantor
dan tata usaha. E. Utrecht menyebutkan bahwa administrasi negra adalah
gabungan jabatan-jabatan, aparat (alat) administrasi yang di bawah pimpinan
pemerintah melakukan sebagian dari pekerjaan pemerintah melakukan sebagian
dari pekerjaan pemerintah. Menurut Dimock&Dimock administrasi negara adalah
aktivitas-aktivitas negara dalam melaksakan kekuasaan-kekuasaan politiknya,

12
dalam arti sempitnya ialah aktivitas-aktivitas badan-badan eksekutif dan
kehakiman atau khususnya aktivitas-aktivitas badan eksekutif saja dalam
melaksanakan pemerintahan. Dari beberapa pendapat tersebut apat disimpulkan
bahwa administrasi negara adalah keseluruhan aparatur pemerintah yang
melakukan berbagai aktivitas atau tugas-tugas negara selain tugas pembuatan
undang-undang dan pengadilan.

Pemerintah/Pemerintahan

Secara teoritik dan praktik, terdapat perbedaan antara pemerintah dengan


pemerintahan. Pemerintahan adalah bestuurvoering atau pelaksanaan tugas
pemerintah, sedangkan pemerintah ialah organ/alat atau aparat yang menjalankan
pemerintahan.

Pemerintah dalam arti sempit adalah organ/alat perlengkapan negara yang


diserahi tugas pemerintahan atau melaksanaka undang-undang, sedangkan dalam
arti luas mencakup semua badan yang menyelenggarakan semua kekuasaan di
dalam negara baik eksekutif maupun legislatif dan yudikatif. Dalam kepustakaan,
istilah pemerintahan disebutkan memiliki dua pengertian yaitu sebagai fungsi dan
sebagai organisasi, pemerintahan sebagai fungsi yaitu ‘aktivitas memerintah’
adalah melaksanakan tugas-tugas pemerintahan. Dalam istilah Donner
‘penyelenggaraan kepentingan umum oleh dinas publik’. Pemerintahan (umum)
sebagai organ adalah kumpulan organ-organ dari organisasi pemerintahan yang
dibebani dengan pelaksanaan tugas pemerintahan. Menurut Soehardjo,
pemerintahan sebagai organisasi bilamana kita mempelajari ketentuan-ketentuan
susunan organisasi, termasuk di dalamnya fungsi, penugasan, kewenangan, dan
kewajiban masing-masing departemen pemerintahan, badan-badan, instansi serta
dinas-dinas pemerintahan. Sebagai fungsi kita meneliti ketentuan-ketentuan yang
mengatur apa dan cara tindakan aparatur pemerintahan sesuai dengan
kewenangan masing-masing.

2. Pengertian Hukum Administrasi Negara:


Untuk menemukan definisi yang baik mengenai ‘Hukum Administrasi
Negara’, pertama-tama harus ditetapkan bahwa HAN merupakan bagian dari
hukum publik, yakni hukum yang mengatur tindakan pemerintah dan mengatur
hubungan antara pemerintah dengan warga negara atau hubungan antarorgan

13
pemerintahan. HAN memuat keseluruhan peraturan yang berkenaan dengan cara
bagaimana organ pemerintahan yang melaksanakan tugasnya. Jadi HAN berisi
aturan main yang berkenaan dengan fungsi organ-organ pemerintahan. Hukum
Administrasi Negara adalah seperangkat aturan yang memungkinkan administrasi
negara menjalankan fungsinya, yang sekaligus juga melindungi warga terhadap
sikap tindak administrasi negara, dan melindungi administrasi negara itu sendiri.

HAN sebagai menguji hubungan hukum istimewa yang diadakan akan


memungkinkan para pejabat (ambtsdrager) administrasi negara melakukan tugas
mereka yang khusus. Utrecht menyebutkan bahwa HAN adalah hukum yang
mengatur sebagian lapangan pekerjaan administrasi negara. Bagian lain diatur
oleh Hukum Tata Negara (hukum dalam arti sempit), Hukum Privat, dan
sebagainya.

Berdasarkan beberapa definisi HAN tersebut, dapat disimpulkan bahwa


dalam HAN terkandung dua aspek, yaitu: pertama, aturan-aturan hukum yang
mengatur dengan cara bagaimana alat-alat perlengkapan negara itu melakukan
tugasnya; kedua, aturan-aturan hukum yang mengatur hubungan hukum
(rechtsbetrekking) antara alat perlengkapan administrasi negara atau pemerintah
dengan para warga negaranya. Hukum Administrasi Negara adalah hukum untuk
(voor) mengatur pemerintah atau penyelenggaraan pemerintahan, sebagian dibuat
atau berasal dari (van) pemerintah, dan hukum itu digunakan dalam mengatur
hubungan dengan pemerintah atau untuk mempengaruhi terhadap (tegen)
tindakan pemerintah.

3. Ruang Lingkup Hukum Administrasi Negara :


Kekuasaan pemerintah yang menjadi objek kajian hukum administrasi
negara ini sangat luas, sehingga tidak mudah menentukan ruang lingkup Hukum
Administrasi Negara. Kesulitan dalam menentukan ruang lingkup ini disebabkan
oleh beberapa faktor : pertama, HAN berkaitan dengan tindakan pemerintah yang
tidak semuanya dapat ditentukan secara tertulis dalam peraturan perundang-
undangan; kedua, pembuatan peraturan-peraturan, keputusan-keputusan, dan
instrumen yuridis bidang administrasi lainnya tidak hanya terletak pada satu
tangan atau lembaga; ketiga, Hukum Administrasi Negara berkembang sejalan
dengan perkembangan tugas-tugas pemerintahan dan kemasyarakatan yang

14
menyebabkan pertumbuhan bidang Hukum Administrasi Negara tertentu berjalan
secara sektoral. Karena ketiga faktor inilah HAN tidak dapat dikodifikasikan.
Selanjutnya dua alasan Hukum Administrasi Negara sulit dikodifikasikan
menurut E. Utrecht dengan mengutip pendapat A.M. Donner : pertama,
peraturan-peraturan Hukum Administrasi Negara berubah lebih cepat dan sering
secara mendadak; kedua, pembuatan peraturan-peraturan Hukum Administrasi
Negara tidak dalam satu tangan. Karena tidak dapat dikodifikasi, maka sulit
mengidentifikasi ruang lingkupnya jadi dilakukan melalui pembagian bidang-
bidang atau bagian-bagian HAN. Prajudi Atmosudirdjo membagi HAN dalam
dua bagian yaitu :
1. HAN Heteronom, yang bersumber pada UUD, TAP MPR, dan UU adalah
hukum yang mengatur seluk beluk organisasi dan fungsi administrasi negara.
2. HAN Otonom, yaitu hukum operasional yang diciptakan pemerintah dan
administrasi negara.

Sedangkan penulis lain membagi bidang HAN menjadi HAN umum (algemeen
deel) dan HAN khusus (bijzonder deel). HAN umum berkenaan dengan
peraturan-peraturan umum mengenai tindakan hukum dan hubungan Hukum
Administrasi Negara atau peraturan-peraturan dan prinsip-prinsip yang berlaku
untuk semua bidang Hukum Administrasi Negara yang berarti tidak terikat pada
bidang tertentu. Dan HAN khusus adalah peraturan-peraturan yang berkaitan
dengan bidang-bidang tertentu seperti peraturan tentang kepegawaian, peraturan
tentang pertanahan, dan sebagainya. P. de Haan dan kawan-kawan
mengklasifikasikan bagian-bagian pokok dari Hukum Administrasi Negara
khusus, yaitu hukum ketertiban dan keamanan umum, Hukum Administrasi
Negara tentang tata ruang, Hukum Administrasi Negara bidang ekonomi, Hukum
Administrasi Negara bidang sosial, Hukum Administrasi Negara bidang
kebudayaan, Hukum Administrasi Negara bidang kesehatan, dan Hukum
Administrasi Negara bidang keuangan. C. J. N. Versteden menyebutkan bahwa
secara garis besar Hukum Administrasi Negara meliputi bidang pengaturan
sebagai berikut :

1) Peraturan mengenai penegakan ketertiban dan keamanan, kesehatan,


kesopanan, dengan menggunakan aturan tingkah laku bagi warga negara
yang ditegakkan dan ditentukan lebih lanjut oleh pemerintah;

15
2) Peraturan yang ditujukan untuk memberikan jaminan sosial bagi rakyat;
3) Peraturan-peraturan mengenai tata ruang yang ditetapkan pemerintah;
4) Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan tugas-tugas pemeliharaan dari
pemerintah termasuk bantuan terhadap aktivitas swasta dalam rangka
pelayanan umum;
5) Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pemungutan pajak;
6) Peraturan-peraturan mengenai perlindungan hak dan kepentingan warga
negara terhadap pemerintah;
7) Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan penegakan hukum administrasi;
8) Peraturan-peraturan mengenai pengawasan organ pemerintahan yang lebih
tinggi terhadap organ yang lebih rendah;
9) Peraturan-peraturan mengenai kedudukan hukum pegawai pemerintahan.

C. J. N. Versteden menolak pembagian Hukum Administrasi Negara menjadi


HAN umum dan HAN khusus yang dikemukakan oleh penulis lain, menurutnya
pembagian ini menyesatkan karena peraturan-peraturan HAN itu sangat
kompleks dan luas juga persoalan HAN muncul dalam semua sektor.

Negara-negara yang menganut sistem hukum kontinental mengenal dan


mengakui bidang Hukum Administrasi Negara umum dan khusus. Pada negara-
negara tersebut ditemukan lebih banyak kesamaan bidang Hukum Administrasi
Negara umum, sedangkan pada bidang Hukum Administrasi Negara khusus
ditemukan beberapa perbedaan. Adanya perbedaan bidang Hukum Administrasi
Negara khusus adalah sesuatu hal yang logis dan wajar mengingat masing-masing
negara dihadapkan pada perbedaan sosio kultural, politik, sistem pemerintahan,
kebijakan pemerintahan, dan lain-lain.

Di Indonesia Hukum Administrasi Negara khusus ini telah dihimpun dalam


Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia yang disusun
berdasarkan sistem Engelbrecht yang didalamnya dimuat tidak kurang dari 88
bidang. Berdasarkan keterangan tersebut terlihat bahwa bidang Hukum
Administrasi Negara itu sangat luas, sehingga tidak dapat ditentukan secara tegas
ruang lingkupnya. Khusus bagi negara kesatuan dengan sistem desentralisasi
terdapat pula Hukum Administrasi daerah, yaitu peraturan-peraturan yang
berkenaan dengan administrasi daerah atau pemerintahan daerah.

16
Dari semua penjelasan di atas, dapatlah disebutkan bahwa Hukum
Administrasi Negara adalah hukum yang berkenaan dengan pemerintahan.
Keberadaam dan sasaran dari Hukum Administrasi Negara adalah sekumpulan
peraturan hukum yang mengatur tentang tugas dan kewenangan pemerintahan
dalam berbagai dimensinya sehingga tercipta penyelenggaraan pemerintahan dan
kemasyarakatan yang baik dalam suatu negara hukum.

C. Hubungan HTN dengan HAN :

Mengenai hubungan HTN dan HAN ada dua golongan yang berbeda
pendapat. Golongan pertama menyatakan bahwa ada perbedaan yuridis prinsipiil
antara HAN dengan HTN sedangkan golongan kedua menyatakan bahwa tidak
ada perbedaan yuridis prinsipiil antara HTN dengan HAN. Oppenheim
menyatakan bahwa, HTN mempelajari negara dalam keadaan berhenti atau statis
sedangkan HAN mempelajari negara dalam keadaan bergerak atau dinamis. HTN
merupakan kumpulan peraturan-peraturan hukum yang membentuk alat-alat
negara yang memberikan kepadanya wewenang untuk membagi-bagikan
tugasnya baik di tingkat tinggi maupun di tingkat rendah. Sedangkan HAN adalah
sekumpulan peraturan yang mengikat alat-alat perlengkapan yang tinggi maupun
rendah berdasarkan wewenang yang telah diberikan dalam HTN.
Logeman menyatakan bahwa HTN merupakan suatu pembelajaran tentang
kompetensi, sedangkan HAN merupakan suatu pelajaran tentang perhubungan-
perhubungan hukum istimewa. Menurutnya HTN mempelajari jabatan apa saja
yang ada dalam negara, bagaimana caranya jabatan itu diisi oleh pejabat dan juga
fungsi/lapangan kerja dari jabatan itu sendiri. Sedangkan HAN mempelajari sifat,
betuk, dan akibat hukum yang ditimbulkan akibat peristiwa hukum istimewa
yang dilakukan oleh pejabat.
Hubungan HTN dan HAN mirip dengan hubungan antara hubungan hukum
dagang dan hukum perdata yaitu hukum dagang merupakan spesialis dari hukum
perikatan yang ada di dalam hukum perdata. Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa hubungan antaa HAN dan HTN adalah HTN mempelajari negara dalam
keadaan yang statis atau diam, mempelajari tentang struktur dan kekuasaan apa
saja yang ada dalam negara. Sedangkan HAN mempelajari negara dalam keadaan

17
dinamis atau bergerak mempelajari bagaimana caranya struktur atau kekuasaan
yang ada dalam negara tersebut menjalankan wewenang dan fungsinya masing-
masing.

D. Sumber-Sumber Hukum Administrasi Negara :

1. Pengertian Sumber Hukum :


Sumber Hukum adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan aturan serta
tempat dimana ditemukannya aturan-aturan hukum tersebut. Menurut Bachsan
Mustafa sumber hukum adalah tempat dimana kita dapat mengetahui dan
mengenal hukum. Dengan demikian sumber hukum itu dapat dilihat dari faktor-
faktor yang mempengaruhi hukum yang disebut sebagai sumber hukum material
maupun dapat dilihat dari bentuk dan pembentukan suatu hukum yang disebut
sebagai sumber hukum formal. Menurut Sudikno Mertokusumo, kata sumber
hukum sering digunakan dalam berbagai arti, Sebagai berikut :

a. Sebagai asas hukum, yaitu sesuatu yang merupakan permulaan hukum,


misalnya Kehendak Tuhan, Akal Manusia, Jiwa Bangsa, dan sebagainya.
b. Menunjukkan sumber hukum terdahulu yang memberi bahan-bahan yang
sekarang berlaku.
c. Sebagai sumber berlakunya yang memberi kekuatan berlaku secara formal
kepada peraturan hukum, misalnya penguasa dan masyarakat.
d. Sebagai sumber darimana hukum itu dapat diketahui. Nisalnya dokumen-
dokumen, Undang-Undang, batu tertulis, dan lain-lain.
e. Sebagai sumber terbentauknya hukum atau sumber yang menimbulkan
hukum.
Pengertian dari sumber hukum sendiri sulit dipahami secara seragam karena
disamping digunakan dalam berbagai arti, setiap orang juga mempunyai sudut
pandang yang berbeda mengenai hukum dan sumber hukum. Perbedaan
pandangan ini tentunya sesuai dengan kecenderungan dan latar belakang dari
orang yang melihat hukum dan sumber hukum. Untuk itu dalam mempelajari
sumber hukum diperlukan kehati-hatian karena terdapat beberapa arti dan jenis
sumber hukun, serta perbedaan pandangan dari setiap orang mengenai sumber
hukum. Menurut Bagir manan, jika tanpa kehati-hatian dan kecermatan

18
mendalam mengenai apa yang dimaksud dengan sumber hukum maka akan
mengakibatkan kekelirua, bahkan menyesatkan.

2. Macam-Macam Sumber Hukum :


Sumber Hukum Administrasi Negara sendiri terdiri dari sumber hukum dalam
arti materiil dan sumber hukum dalam arti formal, sebagai berikut :
a. Sumber Hukum dalam arti materiil
Sumber Hukum dalam arti Materiil, yaitu faktor-faktor masyarakat yang
mempengaruhi pembentukan hukum atau menimbulkan aturan hukum.
Mempengaruhi disini terhadap pembuat undang-undang, terhadap keputusan
hakin dan lain sebagainya. Sumber Hukum Materiil sendiri merupakan
sumber hukum yang mempengaruhi isi dari aturan-aturan hukum atau tempat
darimana materi hukum itu diambil. Sumber hukum materiil sendiri terdiri
dari tiga jenis :
 Sumber Hukum Historis, yaitu sumber pengenalan atau tempat menemukan
hukum pada saat tertentu dan sumber dimana pembuat undang-undang
mengambil bahan dalam membentuk peraturan perundang-undangan.
Misalnya: Hukum Romawi, Hukum Prancis, Hukum Belanda dll
 Sumber Hukum Sosiologis, yaitu faktor-faktor sosial yang mempengaruhi isi
hukum positif. Artinya pertaturan hukum tertentu mencerminkan kenyataan
yang hidup dalam masyarakat. Misalnya keadaan agama, pandangan agama,
kebudayaan dsb.
 Sumber Hukum Filosofis, yaitu sumber yang menjadikan hukum itu adil.
Selain itu dalam arti kedua sebagai sumber untuk mentaati kewajiban
terhadap hukum atau sebagai sumber untuk kekuatan mengikat dari hukum
itu sendiri. Misalnya: hukum yang berasal dari wahyu Tuhan dan Hukum
yang berasal dari cita dan kesadaran hukum masyarakat, seperti Pancasila.

b. Sumber Hukum dalam Arti Formil :


Sumber hukum formal yaitu berbagai bentuk aturan hukum yang ada,
Dimana aturan itu ditemukan. Sumber hukum formal dapat diartikan juga
sebagai tempat atau sumber darimana suatu peraturan memperoleh kekuatan
hukum. Hal ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan

19
peraturan formal itu berlaku. Sumber Hukum Administrasi Negara dalam arti
formal sendiri terdiri dari :

Peraturan Perundang-undangan

Dalam kepustakaan hukum, tidak semua peraturan dapat dikategorikan


sebagai peraturan hukum. Peraturan hukum inilah yang disebut sebagai
peraturan-perundang-undangan. Menurut Bagir Manan, Peraturan
perundang-undangan sebagai hukum positif tertulis yang dibuat, ditetapkan,
dan dibentuk oleh pejabat atau lingkungan jabatan yang berwenang atau
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan tertentu dalam bentuk
peraturan tertulis yang berisi aturan tingkh laku yang berlaku mengikat
secara umum. Undang-Undang dalam hal ini dibedakan menjadi :

 Undang-Undang dalam arti formal, adalah Undang-undang dalam arti


formal yaitu peraturan tertulis yang dibentuk oleh alat kelengkapan
negara yang berwenang. Undang-undang dalam arti formal ini yang
ditekankan adalah pada segi pembuatan dan bentuknya. Di Indonesia,
undang-undang dalam arti formal dibentuk bersama oleh Dewan
Perwakilan Rakyat dan Presiden (Pasal 20 ayat (1), (2), dan (4) UUD
1945)..
 Undang-Undang dalam arti material adalah semua peraturan atau
keputusan tertulis yang menurut isinya mengikat setiap orang secara
umum dan dibuat oleh penguasa baik pusat maupun daerah yang sah.
Undang-undang dalam arti materiil ini yang ditekankan adalah segi
isinya.
Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) UU No. 12 Tahun 2011 tentang Jenis dan
hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

d. Peraturan Pemerintah;

e. Peraturan Presiden;

20
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan

g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Perbedaan dari kedua macam Undang-Undang tersebut terletak pada sudut


peninjauannya. Undang-Undang dalam arti material ditinjau dari sudut isinya
yang mengikat umum, sedangkan Undang-Undang dalam arti formal ditinjau
dari segi pembuatan dan bentuknya. Untuk memudahkan membedakannya,
maka undang-undang dalam arti material biasanya diistilahkan dengan
peraturan perundang-undangan, sedangkan undang-undang dalam arti formal
disebut dengan undang-undang.

Praktik Administrasi Negara ( Konvensi )

Meskipun undang-undang sebagai peraturan yang paling penting dalam


Hukum Administrasi Negara, Namun undang-undang memiliki kelemahan
yaitu jangkauannya terbatas karena sekedar “ Moment Opname “ dari unsur-
unsur politik, ekonomi, sosial, budaya dan hankam yang paling berpengaruh
saat pembentukan, untuk itu mudah sekali aus ( Out Of Date ) dibandingkan
perkembangan masyarakat yang pesat. Disamping itu undang-undang tidak
akan mapu dan tidak mencakup semua persoalan dalam administrasi negara.
Oleh karena itu administrasi negara dapat mengambil tindakan-tindakan
penting dalam rangka pelayanan kepada masyarakat, meskipun tidak ada
aturanya. Hal ini lah yang disebut dengan konvensi. konvensi sendiri adalah
aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktik
penyelenggaraan negara. Konvensi yang menjadi sumber hukum administrasi
negara adalah praktek dan keputusan-keputusan hukum pejabat administrasi
negara atau hukum tak tertulis, tetapi dipraktekkan dalam kenyataan oleh
pejabat administrasi negara.

Dikalangan Penulis HAN hukum tidak tertulis ini dikenal dengan asas-asas
umum pemerintahan yang baik yang terdiri dari :

1) Asas kepastian hukum


2) Asas keseimbangan
3) Asas kesamaan dalam pengambilan keputusan
4) Asas bertindak cermat

21
5) Asas motivasi dalam setiap keputusan
6) Asas tidak mencapur adukan wewenang
7) Asas permainan yang layak
8) Asas keadilan dan kewajaran
9) Asas menanggapi pengharapan yang wajar
10) Asas meniadakan suatu akibat sutau keputusan yang batal
11) Asas perlindungan atas pandangan hidup
12) Asas kebijaksanaan (Prof. Koentjoro Poerbopranoto)
13) Asas penyelanggaran kepentingan umum (Prof. Koentjoro
Poerbopranoto)

Yurispudensi

Yurispudensi berasal dari bahasa latin “ jurisprudentia “ yang artinya


pengetahuan umum. Yurisprudensi adalah putusan hakim administrasi yang
mempunyai kekuatan hukum tetap dan diikuti secara berulang-ulang dalam
kasus yang sama oleh hakim lainnya. Menurut Hadjon, yang dimaksud
yurisprudensi adalah peradilan. Akan tetapi dalam sempit yurisprudensi
diartikan ajaran hukum yang tersusun dari dan dalam peradilan yang
kemudian dipakai sebagai landasan hukum. Putusan hakim dapat menjadi
sumber hukum administrasi negara. Kedudukan yurisprudensi dalam Hukum
Administrasi Negara sangat penting, sehubungan dengan adanya asas hakim
aktif dalam Peradilan Tata Usaha Negara yang berfungsi melengkapi dan
memperkaya Hukum Administrasi Negara.

Traktat/ Perjanjian

Traktat/ Perjanjian adalah perjanjian internasional yang diadakan, baik


oleh dua negara (perjanjian bilateral) ataupun dilakukan oleh lebih dari dua
negara (perjanjian multilateral). Akibat perjanjian ini ialah bahwa pihak-
pihak yang bersangkutan terikat pada perjanjian yang mereka adakan itu
(Pacta sun servanda).
Contoh dari traktat adalah Pasal 2 Tap MPR RI No. XVII/MPR/1998
tgl 13 Nov. 1998 mngenai penugasan kepada Presiden RI dan Dewan
Perwakilan Rakyat untuk meratifikasi berbagai instrumen Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Hak Asasi manusia (HAM) sepanjang tidak

22
bertentangan dengan UUD 1945 dan Pancasila. Misalnya Ratifikasi
Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman lain yg
kejam, tidak manusiawi/ merendahkan martabat manusia dengan UU No. 5
Th 1998.

Doktrin

Doktrin yang dimaksud dalam hal ini adalah ajaran hukum atau
pendapat hukum dari para pakar hukum yang berpengaruh. Meskipun ajaran
hukum atau pendapat hukum para sarjana hukum tidak mempunyai kekuatan
mengikat, namun hal ini sangat lah penting sebagai sumber hukum
administrasi negara. Doktrin dapat menjadi sumber hukum formal Hukum
Administrasi Negara sebab pendapat para ahli itu dapat melahirkan teori-
teori dalam lapangan Hukum Administrasi Negara yang kemudian dapat
mendorong timbulnya kaidah-kaidah Hukum Administrasi Negara. Doktrin
baru menjadi sumber hukum bila diterima oleh masyarakat tanpa proses
perundangan. (Nomensen Sinamo, 2010; 37).

23
DAFTAR PUSTAKA

HR, R. (2018). Hukum Administrasi Negara (Revisi). Rajawali Pers.

Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik ( AUPB ). (2015).


https://pemerintah.net/asas-asas-umum-pemerintahan-yang-baik-aupb/

Kal, J. (n.d.). Negara Hukum dan Hukum Administrasi Negara (p. 15).
https://www.academia.edu/9633647/Negara_Hukum_dan_Hukum_Administrasi
_Negara

Margaretha, A., & Sriwijaya, U. (2019). KONSEP WELFARE STATE DALAM


SISTEM HUKUM. October.
https://www.researchgate.net/publication/336879197_KONSEP_WELFARE_ST
ATE_DALAM_SISTEM_HUKUM_ADMINISTRASI_NEGARA/link/
5db85a13a6fdcc2128eb8a43/download

Pengertian Undang-Undang Dalam Arti Materiil dan Formal Sebagai Sumber


Hukum. (2016). Ensikloblogia.
http://www.ensikloblogia.com/2016/08/pengertian-undang-undang-dalam-
arti.html

Remaja, I. N. G. (n.d.). Hukum Administrasi Negara. https://fkip.unipas.ac.id/wp-

24
content/uploads/2018/09/20180805052633_buku-hukum-administrasi-negara-i-
nyoman-gede-remaha-2017.pdf

Yos Johan Utama. (2012). Pengertian Administrasi Negara dan Hukum Administrasi
Negara. Modul, 1–59. http://repository.ut.ac.id/3974/1/ADPU4332-M1.pdf

Bab i pendahuluan berbagai istilah dan pengertian hukum administrasi negara.


(n.d.). 57.
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131570328/pendidikan/BAHAN+KULIAH+HA
N.pdf

25

Anda mungkin juga menyukai