Kelompok 9
Oleh:
Habibullah
Dodi Hermawan
Aldi Hidayat
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT ILMU KEISLAMAN ANNUQAYAH ( I N S T I K A )
GULUK-GULUK SUMENEP JAWA TIMUR
2022 M.
BAB I
PENDAHULUAN
Kita tidak dapat memisahkan hubungan negara dengan hukum, karena hukum itu
sendiri lahir dari organ-organ negara, tanpa negara hukum itu pun tidak ada, dan begitu
juga sebaliknya, negara juga tidak akan jalan tanpa di iringi dengan hukum, dikarenakan
bahwa setiap organ negara (pemerintah) melaksanakan tugas dan kewajiban nya harus
berdasarkan atas hukum atau peraturan perundang-undangan.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Negara
Sifat hakikat dari sebuah negara senantiasa sama walaupun corak negara itu
berbeda satu sama lain. Sebagai organisasi di masyarakat, ia dibedakan dari
organisasi-organisasi lain karena negara mempunyai sifat-sifat yang khusus.
Kekhususannya terletak pada monopoli kekuasaan jasmaniah yang tidak dimiliki
oleh organisasi yang lain. Hal ini karena negara dapat mendisiplinkan warganya
1
.Anthony Gidden dan David Held (Editors), 1987, Perdebatan Klasik dan Kontemporer
mengenai Kelompok, Kekuasaan, dan Konflik, terjemahan Vedi R. Hadiz, Jakarta, Penerbit Rajawali Press,
hlm. 36.
melalui mekanisme penjatuhan hukuman. Selain itu, negara juga dapat mewajibkan
warganya untuk mengangkat senjata kalau negara itu diserang oleh musuh.
Kewajiban itu juga berlaku bagi warga negara di luar negeri. Negara dapat
memerintahkan warga negara untuk memungut pajak dan menentukan mata uang
yang berlaku di dalam wilayahnya. Dengan demikian hakikat negara dapat
dikualifikasi ke dalam 3 karakteristik yaitu, Bersifat memaksa. Bersifat monopoli,
Bersifat mencakup semua (all-encompassing all embracing).
B. Pengertian Hukum
2
Pipin Syarifin, Pengantar Ilmu Hukum, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hlm. 21.
3
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Liberty, 1999), hlm.
71.
dalam hukum sebagai sarana pengendali dan pengubah agar terciptanya kedamaian
dan ketenteraman masyarakat.
Konsepsi kedamaian berarti tidak ada gangguan ketertiban dan juga tidak
ada kekangan terhadap kebebasan (maksudnya, ada ketenteraman atau ketenangan
pribadi). Di dalam kehidupan bersama senantiasa menghendaki ketertiban.
Sebaliknya manusia secara individu, menginginkan adanya kebebasan yang
mengarah kepada ketenteraman atau ketenangan pribadi. Keadaan tenteram atau
tenang dianggap ada, jika dirasakan tidak ada ancaman dari luar dan tidak ada
konflik dalam diri pribadi.4
Hubungan antara negara dan hukum saling terkait, jika suatu negara tidak
ada hukum, maka masyarakat yang ada di negara itu tidak akan tertata, sebaliknya,
hukum tidak akan di terapkan jika tidak ada negara atau wilayah yang memiliki
sebuah pemerintah. Jika hukum tidak ada di sebuah negara, masyarakat tidak akan
hidup nyaman dan aman, karena tidak ada hukum yang menberikan sanksi terhadap
seseorang yang melanggar pelanggaran, jadi, sebuah negara tidak akan berdiri jika
tidak ada hukum di sebuah negara dan hukum tidak akan diterapkan jika tidak ada
negara.
Hukum dibuat oleh lembaga-lembaga tertentu, dalam hal ini adalah negara,
hukum disetiap negara berbeda berdasarkan budaya dan agama masing-masing
negara, Hubungan antara negara dan hukum adalah bahwa hukum bersifat mengikat,
negara pun terikat oleh hukum, negara dalam hal ini pemerintah, membutuhkan
hukum untuk mengatur rakyatnya, dan hukum harus adil, tidak memihak, karena
negara tanpa aturan hukum akan lumpuh.
4
Soejono, Kejahatan dan Penegakan Hukum di Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hlm.
37.
hukum dan Negara adalah tatanan-tatanan paksa dalam arti system norma-norma
yang mengatur secara paksa. Arti kata tujuan negara berakhir pada definisi hukum,
karena negara atau pemerintah terikat dengan hukum.5
5
Hans Kelsen, Teori Hukum Murni (Asli: General Theory of Law and State). Alih bahasa:
Somardi, (Jakarta: Rindi Press, 1955), hlm. 11–12.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Anthony Gidden dan David Held (Editors). 1987. Perdebatan Klasik dan Kontemporer
mengenai Kelompok, Kekuasaan, dan Konflik. terjemahan Vedi R. Hadiz,
Jakarta. Penerbit Rajawali Press.
Soejono. 1996. Kejahatan dan Penegakan Hukum di Indonesia. Jakarta. Rineka Cipta.
Kelsen, Hans. 1955. Teori Hukum Murni (Asli: General Theory of Law and State). Alih
bahasa: Somardi.Jakarta. Rindi Press.