Anda di halaman 1dari 9

Makalah

HUBUNGAN NEGARA DENGAN HUKUM

Disusun dan diajukan kepada Fakultas Syariah


Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA) Guluk-guluk Sumenep
untuk memenuhi tugas kuliah materi Ilmu Negara
yang diampu oleh Bapak Barzat Ballani, M.H.

Kelompok 9
Oleh:
Habibullah
Dodi Hermawan
Aldi Hidayat

FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT ILMU KEISLAMAN ANNUQAYAH ( I N S T I K A )
GULUK-GULUK SUMENEP JAWA TIMUR
2022 M.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kita tidak dapat memisahkan hubungan negara dengan hukum, karena hukum itu
sendiri lahir dari organ-organ negara, tanpa negara hukum itu pun tidak ada, dan begitu
juga sebaliknya, negara juga tidak akan jalan tanpa di iringi dengan hukum, dikarenakan
bahwa setiap organ negara (pemerintah) melaksanakan tugas dan kewajiban nya harus
berdasarkan atas hukum atau peraturan perundang-undangan.

Diantara para sarjana juga berpendapat tentang hubungan Negara dengan


Hukum. Sebagian ada yang membedakan antara Negara dengan hukum itu, dan ada
pula yang menyamakannya. Yang mengidentikkan Negara dengan hukum itu ialah
satu kesatuan. “Kelsen” mengakui bahwa Negara terikat kepada hukum, namun
tatanan Negara dan tatanan hukum itu sama, hanya Negara adalah system norma-
norma. Menurut Kelsen, Negara ialah kerukunan yang telah ditata (Zwangs
ordnung), tatanan yang dipertahankan oleh paksaan, dimana terdapak hak
memerintah dan kewajiban menurut, sehingga dengan demikian ia berkesimpulan
bahwa Negara dan hukum adalah sama.

Menurut Kelsen, kalau Negara telah dipandang sebagai kesatuan tatanan-


tatanan, maka tidak terdapat kemungkinan lain untuk membedakannya dengan
hukum. Negara dan hukum termasuk dalam katagori yang sama, yaitu “tatanan
normative”. Wujud norma hukum dilihat dalam sifat paksa, maka secara sama
hukum dan Negara adalah tatanan-tatanan paksa dalam arti system norma-norma
yang mengatur secara paksa. Arti kata tujuan negara berakhir pada definisi hukum.

Menurut Franz Magnis Suseno, negara tanpa hukum akan kehilangan


bentuk dan arah, sedangkan hukum tanpa negara tidak ada arti, malah tidak perna
lahir, karena negara atau pemerintah terikat dengan hukum. Negara dan hukum itu
sama. Ia memberikan contoh-contoh istilah : tindakan Negara, pertanggungjawaban
Negara, kepala Negara, kepentingan Negara,”Kranenburg” berkesimpilan bahwa
Negara itu identik dengan hukum. Dalam kaitannya antara Negara dan hukum, saya
sependapat dengan Kranenburg bahwa Negara identik dengan hukum.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi


rumusan masalah adalah:

1. Apa yang dimaksud negara dan hukum?


2. Bagaimana kaitan negara dan hukum?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Negara

Definisi negara berisi hakikat dan esensi karakteristik negara yang


sesungguhnya. Sekali pun demikian rumusan defisini ituberada dalam alam gagasan
manusia, sehingga tidak berbicara negara itu sendiri, melainkan gambaran hal-hal
yang berkaitandengan negara. Definisi negara berkembang dalam pertumbuhan
sejarah pemikiran manusia dan umumnya merupakan hasil dari spekulasi filosofis.
Definisi negara yanguniversal diterima ketika didasarkan kepada penyelidikan
berbagai pemikiran kemudian diambil ciri-ciri karakteristiknya dari kenyataan yang
bersifat umum. Definisi negara yang paling ideal mempertimbangkan kenyataan
manusia sebagai makhluk politik. Ciri-ciri umum karakterisitk negara mencakup:

1. Negara merupakan gabungan dari sejumlah kehidupan manusia.


2. Negara eksis karena adanya ikatan jiwa antara manusia dengan negara.
3. Negara terdiri atas kesatuan yang meliputi bangsa-bangsa.

Negara menurut pendapat ahli, Anthony Gidden, negara merupakan badan


yang kuat untuk menggapai tujuan jangka panjang guna melindungi sistem produksi
kapitalis.1 Jika diperhatikan pendapat pakar di atas menunjukkan sifat spekulasi
filosofis mengenai kedudukan negara sebagai alat/agency yang mempunyai
wewenang tertentu dalam mengendalikan persoalan-persolan dalam suatu wilayah
tertentu. Singkatnya, negara merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan dan alat
itu berupa organisasi yang berwibawa.

Sifat hakikat dari sebuah negara senantiasa sama walaupun corak negara itu
berbeda satu sama lain. Sebagai organisasi di masyarakat, ia dibedakan dari
organisasi-organisasi lain karena negara mempunyai sifat-sifat yang khusus.
Kekhususannya terletak pada monopoli kekuasaan jasmaniah yang tidak dimiliki
oleh organisasi yang lain. Hal ini karena negara dapat mendisiplinkan warganya

1
.Anthony Gidden dan David Held (Editors), 1987, Perdebatan Klasik dan Kontemporer
mengenai Kelompok, Kekuasaan, dan Konflik, terjemahan Vedi R. Hadiz, Jakarta, Penerbit Rajawali Press,
hlm. 36.
melalui mekanisme penjatuhan hukuman. Selain itu, negara juga dapat mewajibkan
warganya untuk mengangkat senjata kalau negara itu diserang oleh musuh.
Kewajiban itu juga berlaku bagi warga negara di luar negeri. Negara dapat
memerintahkan warga negara untuk memungut pajak dan menentukan mata uang
yang berlaku di dalam wilayahnya. Dengan demikian hakikat negara dapat
dikualifikasi ke dalam 3 karakteristik yaitu, Bersifat memaksa. Bersifat monopoli,
Bersifat mencakup semua (all-encompassing all embracing).

B. Pengertian Hukum

Hukum ialah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian


kekuasaan kelembagaan, apabila dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam
bidang politk, ekonomi dan masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai
perantara utama dalam hubungan sosial antara masyarakat terhadap kriminalitas
dalam hukum pidana, hukum pidana yang berupayakan cara negara dapat menuntut
pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan kerangka kerja bagi penipta hukum,
perlindungan hak asasi manusia dan memperluas kekuasaan politik serta cara
perwakilan dimana mereka alkan dipilih, administratif hukum digunakan untuk
meninjau kembali keputusan dari pemerintah.

Hukum adalah sekumpulan sistem peraturan yang di buat untuk mengatur


tatanan kehidupan masyarakat ber bangsa dan ber negara, memberika rasa keadilan,
dan memberikan rasa kenyamanan, keamanan, dan melindungi hak dan kewajiban
warga negara tersebut, hukum juga melindungi kemerdekaan warga negara, jiwa
raga, dan harta benda warga negara. Kemudian Lemaire mengatakan, bahwa hukum
yang banyak seginya serta meliputi segala lapangan ini menyebabkan orang tidak
mungkin membuat suatu definisi apa hukum itu sebenarnya.2

Menurut Sudikno Mertokusumo, bahwa tujuan pokok hukum adalah


menciptakan tatanan masyarakat yang tertib, menciptakan ketertiban dan
keseimbangan.3 Demikian juga Soejono mengatakan, bahwa hukum yang diadakan
atau dibentuk membawa misi tertentu, yaitu keinsafan masyarakat yang dituangkan

2
Pipin Syarifin, Pengantar Ilmu Hukum, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hlm. 21.
3
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Liberty, 1999), hlm.
71.
dalam hukum sebagai sarana pengendali dan pengubah agar terciptanya kedamaian
dan ketenteraman masyarakat.

Konsepsi kedamaian berarti tidak ada gangguan ketertiban dan juga tidak
ada kekangan terhadap kebebasan (maksudnya, ada ketenteraman atau ketenangan
pribadi). Di dalam kehidupan bersama senantiasa menghendaki ketertiban.
Sebaliknya manusia secara individu, menginginkan adanya kebebasan yang
mengarah kepada ketenteraman atau ketenangan pribadi. Keadaan tenteram atau
tenang dianggap ada, jika dirasakan tidak ada ancaman dari luar dan tidak ada
konflik dalam diri pribadi.4

C. Hubungan Negara Dengan Hukum

Hubungan antara negara dan hukum saling terkait, jika suatu negara tidak
ada hukum, maka masyarakat yang ada di negara itu tidak akan tertata, sebaliknya,
hukum tidak akan di terapkan jika tidak ada negara atau wilayah yang memiliki
sebuah pemerintah. Jika hukum tidak ada di sebuah negara, masyarakat tidak akan
hidup nyaman dan aman, karena tidak ada hukum yang menberikan sanksi terhadap
seseorang yang melanggar pelanggaran, jadi, sebuah negara tidak akan berdiri jika
tidak ada hukum di sebuah negara dan hukum tidak akan diterapkan jika tidak ada
negara.

Hukum dibuat oleh lembaga-lembaga tertentu, dalam hal ini adalah negara,
hukum disetiap negara berbeda berdasarkan budaya dan agama masing-masing
negara, Hubungan antara negara dan hukum adalah bahwa hukum bersifat mengikat,
negara pun terikat oleh hukum, negara dalam hal ini pemerintah, membutuhkan
hukum untuk mengatur rakyatnya, dan hukum harus adil, tidak memihak, karena
negara tanpa aturan hukum akan lumpuh.

Menurut Kelsen, kalau Negara telah dipandang sebagai kesatuan tatanan-


tatanan, maka tidak terdapat kemungkinan lain untuk membedakannya dengan
hukum. Negara dan hukum termasuk dalam katagori yang sama, yaitu “tatanan
normative”. Wujud norma hukum dilihat dalam sifat paksa, maka secara sama

4
Soejono, Kejahatan dan Penegakan Hukum di Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hlm.
37.
hukum dan Negara adalah tatanan-tatanan paksa dalam arti system norma-norma
yang mengatur secara paksa. Arti kata tujuan negara berakhir pada definisi hukum,
karena negara atau pemerintah terikat dengan hukum.5

N.S.Timasheff menambahkan bahwa hukum barulah timbul, jika suatu


bangsa telah mencapai tingkat kebudayaan tertentu, sehingga pada waktu ini masih
terdapat sejumlah bangsa-bangsa yang primitive yang tidak mengenal hukum. Dari
situlah dikatakan bahwa negara dan hukum saling berkaitan satu sama lain.

5
Hans Kelsen, Teori Hukum Murni (Asli: General Theory of Law and State). Alih bahasa:
Somardi, (Jakarta: Rindi Press, 1955), hlm. 11–12.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Negara telah dipandang sebagai kesatuan tatanan-tatanan, maka tidak terdapat


kemungkinan lain untuk membedakannya dengan hukum. Hubungan antara negara dan
hukum adalah bahwa hukum bersifat mengikat, negara pun terikat oleh hukum jika
suatu negara tidak ada hukum, maka masyarakat yang ada di negara itu tidak akan
tertata, sebaliknya, hukum tidak akan di terapkan jika tidak ada negara atau wilayah
yang memiliki sebuah pemerintah. Jika hukum tidak ada di sebuah negara, masyarakat
tidak akan hidup nyaman dan aman, karena tidak ada hukum yang menberikan sanksi
terhadap seseorang yang melanggar pelanggaran. Sebuah negara tidak akan berdiri jika
tidak ada hukum di sebuah negara dan hukum tidak akan diterapkan jika tidak ada
negara
DAFTAR PUSTAKA

Anthony Gidden dan David Held (Editors). 1987. Perdebatan Klasik dan Kontemporer
mengenai Kelompok, Kekuasaan, dan Konflik. terjemahan Vedi R. Hadiz,
Jakarta. Penerbit Rajawali Press.

Syarifin, Pipin. 1998. Pengantar Ilmu Hukum. Bandung. Pustaka Setia.

Mertokusumo, Sudikno. 1999. Mengenal Hukum Suatu Pengantar. Yogyakarta. Liberty.

Soejono. 1996. Kejahatan dan Penegakan Hukum di Indonesia. Jakarta. Rineka Cipta.

Kelsen, Hans. 1955. Teori Hukum Murni (Asli: General Theory of Law and State). Alih
bahasa: Somardi.Jakarta. Rindi Press.

Anda mungkin juga menyukai