Anda di halaman 1dari 8

BAB II

UNSUR UNSUR NEGARA

Andita Purnama Putri


anditaa66@gmail.com
202210110311294
Universitas Muhammadiyah Malang

A. Hakikat Negara Secara Umum


Sifat hakikat dari sebuah negara senantiasa sama walaupun corak
negara itu berbeda satu sama lain. Sebagai organisasi di masyarakat, ia
dibedakan dari organisasi-organisasi lain karena negara mempunyai sifat-
sifat yang khusus. Kekhususannya terletak pada monopoli kekuasaan
jasmaniah yang tidak dimiliki oleh organisasi yang lain.1 Hakikat negara
diartikan sebagai penggambaran tentang sifat hakiki dari negara, mengenai
apakah sesungguhnya negara tersebut.
Hal itu sangat tergantung pada perspektif yang digunakan. Leon
Duquit menjelaskan bahwa pentingnya pembicaraan hakikat negara agar
dapat mengetahui luasnya kekuasaan negara, serta kebebasan dari warga
negaranya. Sebab yang menjadi persoalan pokok dalam negara itu adalah
pertimbangan antara kekuasaan negara itu disatu pihak dengan kebebasan
warga negara dipihak lain.2
Hal ini karena negara dapat mendisiplinkan warganya melalui
mekanisme penjatuhan hukuman. Selain itu, negara juga dapat mewajibkan
warganya untuk mengangkat senjata kalau negara itu diserang oleh musuh.
Kewajiban itu juga berlaku bagi warga negara di luar negeri. Negara dapat
memerintahkan warga negara untuk memungut pajak dan menentukan mata
uang yang berlaku di dalam wilayahnya.Denga demikian hakikat negara
dapat dikualifikasi ke dalam 3 karakteristik sebagai berikut:
1. Bersifat memaksa.
2. Bersifat monopoli.

1
Isharyanto ,/Ilmu Negara/, (Karanganyar, Cetakan pertama 2016, Penerbit Oesa Pustaka), hlm.
33.
2
I Nengah Suantra dkk, /Ilmu Negara/, (Denpasar, Cetakan pertama 2017, Penerbit Uwais Inspirasi
Indonesia), hlm. 46.
3. Bersifat mencakup semua (all-encompassing all embracing).3

Hakikat Negara merupakan penggambaran tentang sifat negara secara


hakiki. Menurut Soehino, negara merupakan wadah bangsa untuk mencapai cita-
cita atau tujuan bangsa.4 Hakikat negara idealnya Plato, dalam mana moralitas
harus menjadi yang utama diperhatikan dan merupakan hal yang hakiki
menentukan eksistensi negara, dan juga menentukan keberadaan hidup para
penguasa dan seluruh warga negara.5 Menurut Soehino, dalam membicarakan
hakikat negara berarti menggambarkan sifat dari negara. Hakikat masing-masing
negara berbeda-beda. Hal ini dikarenakan pengaruh dari aliran filsafat yang dianut
oleh sarjana ilmu negara tersebut serta keadaan pemerintahan yang dialaminya. 6
Ada enam (6) teori tentang hakikat negara yakni :

a. Teori Sosiologis : memandang negara sebagai suatu institusi sosial yang


tumbuh dalam masyarakat karena diperlukan untuk mengurus, mengatur
dan menyelenggarakan kepentingan masyarakat. Tokohnya: Rudolf Smend.

b. Teori Organis : menurut teori ini negara dipandang sebagai suatu organisasi
yang hidup dan mempunyai kehidupan sendiri yang dalam berbagai hal
menunjukkan persamaan dengan organisme manusia, bahkan mempunyai
kehendak sebagai manusia, dipengaruhi oleh teori evolusi kehidupan mulai
dari lahir, kemudian bertumbuh menjadi muda, tua dan akhirnya mati.
Tokohnya: Johann Kaspar Bluntscli dari Swiss.

c. Teori Ikatan Golongan; hakikat negara dipandang sebagai ikatan atau


gabungan kelompok masyarakat untuk mencapai tujuan bersama. Negara
mengikat gabungan kelompok masyarakat itu ke arah perumusan kehendak
bersama dan bukan kepentingan golongan atau kelompok tertentu.

3
Isharyanto, Op. cit., hlm. 34.
4
Mirza Nasution dkk, /Ilmu Negara/, (Penerbit EnamMedia, 2020), hlm. 11.
5
I Nengah Suantra dkk, Loc. Cit , hlm. 47.
6
Ibid
d. Teori Hukum Murni (Reine Rechtsleer); teori ini memandang negara
sebagai suatu sistem hukum semata-mata, dimana ketertiban negara adalah
merupakan ketertiban hukum. Negara merupakan tatanan dari tertib norma-
norma hukum yang mengikat yang disebut dengan ”tata hukum” (legal
order) maka sebagai konsekuensi logisnya negara mempunyai kekuasaan.
Oleh karena itu negara identik dengan hukum, dan tata negara sama dengan
tata hukum. Pelopornya: Hans Kelsen.

e. Teori Dua Sisi atau Dua Segi (Zwizeiten teorie) : dalam teori ini

negara dipandang dari dua (2) segi yaitu :

1) Negara dipandang sebagai sociale factum, yaitu negara sebagai suatU


kenyataan sosial yang ada dalam masyarakat. Negara dilihat sebagai
institusi dalam masyarakat (social istitutions).
2) Negara dipandang sebagai Rechtliche Institution, yaitu sebagai suatu
lembaga hukum dimana nampak sebagai suatu struktur atau organisasi
yang terdiri dari lembaga-lembaga negara. Tokohnya :George Jellinek.

f. Teori Modern. Ada beberapa sarjana yang dikelompokkan sebagai penganut


paham modern mengenai hakikat negara, sebagai berikut:

1) Kranenburg, negara dipandang pada hakikatnya sebagai organisasi yan


diciptakan oleh sekelompok manusia yang disebut bangsa. Dengan
demikian di sini yang yang utama adalah sekelompok manusia,
sedangkan yang sekunder adalah negara.

2) J.H.Logemann, menyatakan bahwa negara pada hakikatnya adalah


organisasi kekuasaan yang meliputi atau menyatukan 49 Ilmu Negara
kelompok manusia yang disebut ”bangsa”. Dengan demikian maka
yang primer adalah negara, sedangkan bangsa sekunder.

3) Harold J.Laski, berpendapat bahwa hakikat negara adalah suatu


persekutuan manusia yang mengikuti cara hidup tertentu, jika perlu
dengansistem paksaan.
4) Miriam Budiardjo59 mengemukakan bahwa negara mempunyai sifat:

a. Memaksa, maksudnya adalah bahwa agar peraturan perundangundangan


ditaati dan dengan demikian maka ketertiban masyarakat tercapai, maka
negara mempunyai kekuasaan untuk memakai kekerasan fisik secara legal.

b. Monopoli, artinya bahwa negara mempunyai sifat monopoli dalam


menetapkan tujuan bersama dari masyarakat.

c. Mencakup semua (all-encompassing, all embracing), artinya bahwa semua


peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh negara berlaku untuk
semua orang tanpa kecuali. 7

B. Teori Pembenaran Negara


Teori pembenaran negara atau recht svardigings theorieen Ilmu
Negara yang bertugas memberikan argumentasi sebagai dasar pembenar
keberadaan, kekuasaaan dan tindakan negara dalam melakukan perbuatan-
perbuatan sebagaimana dikemukakan. Abu Daud Busroh mengemukakan
pendapat mengenai teori tersebut sebagai berikut “Teori pembenaran
hukum daripada negara atau teori penghalalan tindakan penguasa atau
rechtsvardigings theorieen membahas tentang dasar-dasar yang dijadikan
alasan sehingga tindakan penguasa/negara dapat dibenarkan.
Dasar-dasar argumentasi yang dikemukakan teori-teori dasar pembenar
eksistensi (keberadaan) negara untuk membenarkan keberadaan
negara,kekuasaan negara dan tindakan-tindakan negara tidak selalu bertitik
tolak dari fakta empiris (fakta kehidupan sehari-hari).8

C. Unsur – Unsur Negara Primer


Teori pertumbuhan negara primer adalah teori pertumbuhan negara
yang dibangun berdasarkan sudut pandang sosiologis. Jika dipandang dari
sudut pandang sosiologis, negara adalah sesuatu fenomena yang nyata
dalam kehidupan bersama manusia. Dalam kenyataan, negara adalah suatu

7
Ibid, hlm. 47-49.
8
Hotma P. Sibuea, /Ilmu Negara/, (Penerbit Erlangga, Jakarta, 2014), hal. 57-58
bentuk kehidupan bersama manusia yakni sebagai organisasi sosial yang
dibentuk oleh sekelompok anggota masyarakat untuk mencapai tujuan
bersama. Sesuai dengan pandangan yang bersifat sosiologis tersebut, teori
pertumbuhan negara primer berupaya menjelaskan proses pertumbuhan
negara dengan bertitik tolak dari tahap-tahap pembentukan unsur-unsur
konstitutif pembentuk negara sebagai suatu organisasi sosial. 9
1. Wilayah
Syarat ini menjadi problematik. Tak ada ketentuan yang pasti
berapa kah luas minimum suatu wilayah untuk ditetapkan
sebagai salah satu unsur yang memformasi negara. Crawford
mengatakan, hak suatu negara yang independen untuk menyusun
pemerintahan yang berada dalam suatu wilayah tertentu. Dalam
formulasi ini, mempunyai makna sebagai “kedaulatan wilayah.”
2. Penduduk
Syarat “tetap” dalam unsur ini dapat diartikan dalam 2 hal.
Pertama, penduduk menjadikan wilayah yang ada sebagai dasar
untuk menentukan tempat tinggalnya. Kedua, wilayah itu
sebagai tempat tinggal—dapat diajukan tuntutan sebagai
lingkungan tertentu. 10 Pada asasnya tak ada ketetapan yang
pasti jumlah penduduk minimum untuk memformasi negara.
Penentu status penduduk adalah ikatan hukum dalam satu
kebangsaan.
3. Pemerintahan yang Efektif
Makna pemerintahan sendiri dapat dikaitkan dalam hubungan
kepada 2 hal. Pertama, meliputi lembaga-lembaga politik,
administratif, dan eksekutif, yang bertujuan untuk melakukan
pengaturan dalam komunitas yang bersangkutan dan
melaksanakan tugas-tugas yang ditetapkan dalam aturan hukum.
Kedua, dengan menggunakan prinsip afektivitas, kriteria

9
Ibid, hal. 113
government menunjuk kepada makna “pemerintahan yang
efektif” yang berarti lembaga politik,administratif, dan eksekutif
sungguh-sungguh melaksanakan tugasnya dalam wilayah yang
bersangkutan dan diakui oleh penduduk setempat.13 Supaya
efektif, maka pemformasian lembaga-lembaga itu didirikan dan
diatur oleh hukum yang ditetapkan setelah pemformasian negara
yang bersangkutan.10

D. Unsur – Unsur Negara Sekunder


Teori pertumbuhan negara sekunder merupakan teori pertumbuhan
negara yang dibangun berdasarkan sudut pandang yuridis. Dari sudut
pandang yuridis, negara dipandang sebagai suatu badan hukum sama seperti
badan hukum yang lain. Teori pertumbuhan negara sekunder menjelaskan
proses pertumbuhan suatu entitas sehingga entitas tersebut dapat disebut
negara dari sudut pandang hukum (Hukum Internasional). Proses
pemenuhan suatu entitas untuk dapat diakui sebagai suatu negara dari sudut
pandang yuridis dikaitan dengan pengakuan dari negara-negara lain.

Hubungan dengan Negara Lain, sebagian ahli menyebutkan syarat ini


merupakan unsur deklaratif, dan bukan unsur konstitutif berdirinya suatu
negara. Hal ini karena kemampuan menjalin hubungan dengan negara lain
lebih merupakan konsekuensi lahirnya suatu negara dibandingkan sebagai
syarat pendiriannya.Bahkan, syarat ini tak hanya diperuntukkan bagi
negara, akan tetapi juga untuk organisasi internasional, termasuk bagian dari
pengaturan konstitusional seperti halnya dalam sistem federasi.11

Menurut teori pertumbuhan negara sekunder yang bertitik tolak dari sudut
pandang yuridis (Hukum Internasional), ada 2 (dua) macam atau tahap
pengakuan yakni (a) pengakuan de facto dan (b) pengakuan de yure. Kedua
bentuk atau tahapan pengakuan dari negara lain tersebut berbeda dalam sifat

10
Ishariyanto, Op. cit., hal. 36-38.
11
Ibid, hal 39.
hakikatnya sehingga konsekuensi dari kedua bentuk pengakuan tersebut
juga berbeda.

a) Pengakuan de facto adalah suatu pengakuan yang diberikan oleh


suatu negara berdaulat sebagai suatu entitas terhadap suatu entitas
lain yang berdasarkan fakta atau kenyataan hadir sebagai entitas
baru di antara negara-negara berdaulat yang sudah lebih dahulu ada.
Berdasarkan pengakuan de facto, suatu negara berdaulat sebagai
suatu entitas mengakui dan menerima kehadiran negara lain yang
baru tumbuh sebagai suatu entitas.
b) pengakuan de yure adalah pengakuan yang seluas-luasnya dan
bersifat tetap terhadap munculnya atau terbentuknya suatu negara
dikarenakan terbentuknya negara baru adalah berdasarkan yuridis
atau berdasarkan hukum. Pada dasarnya, pengakuan de yure
merupakantindakan hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban
sehingga menimbulkan ikatan hukum. Dengan demikian, hubungan
hukum yang timbul dari pengakuan de yure adalah hubungan hukum
yang bersifat tetap sehingga berbeda dari sifat hubungan yang timbul
berdasarkan pengakuan de facto yang bersifat sementara
(temporer).12

12
Ibid, hal. 121-125.
DAFTAR PUSTAKA

Isharyanto. (2016). ILMU NEGARA (Cetakan pertama ed.). Surakarta: Oase Pustaka.
Dipetik 10 05, 2022, dari
file:///C:/Users/andit/Downloads/Ilmu%20Negara%20(Dr.%20Isharyanto,%20S.
H.,%20M.Hum.)%20(z-lib.org).pdf

Nurmawati, I. N. (2017). ILMU NEGARA (Cetakan pertama ed.). (Fungky, Penyunt.)


Denpasar: Uwais Inspirasi Indonesia. Dipetik 10 05, 2022, dari
file:///C:/Users/andit/Downloads/Ilmu%20Negara%20(I%20Nengah%20Suantra,
%20S.H.,%20M.H.%20%20Made%20Nurmawati%20etc.)%20(z-
lib.org)%20(1).pdf

Sibua, H. P. (2014). Ilmu Negara. Dalam Ilmu Negara (hal. 341). Jakarta: Erlangga.

Sibuea, H. P. (2014). ILMU NEGARA. (A. Maulana, Penyunt.) Jakarta: Erlangga. Dipetik
10 05, 2022, dari
http://repository.ubharajaya.ac.id/8403/1/BUKU%20REFERENSI%20ILMU%20
NEGARA.pdf

yu. (2009). ilmu negara. bali: nhjkih.

Anda mungkin juga menyukai