1
Isharyanto ,/Ilmu Negara/, (Karanganyar, Cetakan pertama 2016, Penerbit Oesa Pustaka), hlm.
33.
2
I Nengah Suantra dkk, /Ilmu Negara/, (Denpasar, Cetakan pertama 2017, Penerbit Uwais Inspirasi
Indonesia), hlm. 46.
3. Bersifat mencakup semua (all-encompassing all embracing).3
b. Teori Organis : menurut teori ini negara dipandang sebagai suatu organisasi
yang hidup dan mempunyai kehidupan sendiri yang dalam berbagai hal
menunjukkan persamaan dengan organisme manusia, bahkan mempunyai
kehendak sebagai manusia, dipengaruhi oleh teori evolusi kehidupan mulai
dari lahir, kemudian bertumbuh menjadi muda, tua dan akhirnya mati.
Tokohnya: Johann Kaspar Bluntscli dari Swiss.
3
Isharyanto, Op. cit., hlm. 34.
4
Mirza Nasution dkk, /Ilmu Negara/, (Penerbit EnamMedia, 2020), hlm. 11.
5
I Nengah Suantra dkk, Loc. Cit , hlm. 47.
6
Ibid
d. Teori Hukum Murni (Reine Rechtsleer); teori ini memandang negara
sebagai suatu sistem hukum semata-mata, dimana ketertiban negara adalah
merupakan ketertiban hukum. Negara merupakan tatanan dari tertib norma-
norma hukum yang mengikat yang disebut dengan ”tata hukum” (legal
order) maka sebagai konsekuensi logisnya negara mempunyai kekuasaan.
Oleh karena itu negara identik dengan hukum, dan tata negara sama dengan
tata hukum. Pelopornya: Hans Kelsen.
e. Teori Dua Sisi atau Dua Segi (Zwizeiten teorie) : dalam teori ini
7
Ibid, hlm. 47-49.
8
Hotma P. Sibuea, /Ilmu Negara/, (Penerbit Erlangga, Jakarta, 2014), hal. 57-58
bentuk kehidupan bersama manusia yakni sebagai organisasi sosial yang
dibentuk oleh sekelompok anggota masyarakat untuk mencapai tujuan
bersama. Sesuai dengan pandangan yang bersifat sosiologis tersebut, teori
pertumbuhan negara primer berupaya menjelaskan proses pertumbuhan
negara dengan bertitik tolak dari tahap-tahap pembentukan unsur-unsur
konstitutif pembentuk negara sebagai suatu organisasi sosial. 9
1. Wilayah
Syarat ini menjadi problematik. Tak ada ketentuan yang pasti
berapa kah luas minimum suatu wilayah untuk ditetapkan
sebagai salah satu unsur yang memformasi negara. Crawford
mengatakan, hak suatu negara yang independen untuk menyusun
pemerintahan yang berada dalam suatu wilayah tertentu. Dalam
formulasi ini, mempunyai makna sebagai “kedaulatan wilayah.”
2. Penduduk
Syarat “tetap” dalam unsur ini dapat diartikan dalam 2 hal.
Pertama, penduduk menjadikan wilayah yang ada sebagai dasar
untuk menentukan tempat tinggalnya. Kedua, wilayah itu
sebagai tempat tinggal—dapat diajukan tuntutan sebagai
lingkungan tertentu. 10 Pada asasnya tak ada ketetapan yang
pasti jumlah penduduk minimum untuk memformasi negara.
Penentu status penduduk adalah ikatan hukum dalam satu
kebangsaan.
3. Pemerintahan yang Efektif
Makna pemerintahan sendiri dapat dikaitkan dalam hubungan
kepada 2 hal. Pertama, meliputi lembaga-lembaga politik,
administratif, dan eksekutif, yang bertujuan untuk melakukan
pengaturan dalam komunitas yang bersangkutan dan
melaksanakan tugas-tugas yang ditetapkan dalam aturan hukum.
Kedua, dengan menggunakan prinsip afektivitas, kriteria
9
Ibid, hal. 113
government menunjuk kepada makna “pemerintahan yang
efektif” yang berarti lembaga politik,administratif, dan eksekutif
sungguh-sungguh melaksanakan tugasnya dalam wilayah yang
bersangkutan dan diakui oleh penduduk setempat.13 Supaya
efektif, maka pemformasian lembaga-lembaga itu didirikan dan
diatur oleh hukum yang ditetapkan setelah pemformasian negara
yang bersangkutan.10
Menurut teori pertumbuhan negara sekunder yang bertitik tolak dari sudut
pandang yuridis (Hukum Internasional), ada 2 (dua) macam atau tahap
pengakuan yakni (a) pengakuan de facto dan (b) pengakuan de yure. Kedua
bentuk atau tahapan pengakuan dari negara lain tersebut berbeda dalam sifat
10
Ishariyanto, Op. cit., hal. 36-38.
11
Ibid, hal 39.
hakikatnya sehingga konsekuensi dari kedua bentuk pengakuan tersebut
juga berbeda.
12
Ibid, hal. 121-125.
DAFTAR PUSTAKA
Isharyanto. (2016). ILMU NEGARA (Cetakan pertama ed.). Surakarta: Oase Pustaka.
Dipetik 10 05, 2022, dari
file:///C:/Users/andit/Downloads/Ilmu%20Negara%20(Dr.%20Isharyanto,%20S.
H.,%20M.Hum.)%20(z-lib.org).pdf
Sibua, H. P. (2014). Ilmu Negara. Dalam Ilmu Negara (hal. 341). Jakarta: Erlangga.
Sibuea, H. P. (2014). ILMU NEGARA. (A. Maulana, Penyunt.) Jakarta: Erlangga. Dipetik
10 05, 2022, dari
http://repository.ubharajaya.ac.id/8403/1/BUKU%20REFERENSI%20ILMU%20
NEGARA.pdf