Anda di halaman 1dari 202

ILMU NEGARA

ALIMUDDIN, S.H.,M.H.
1. PENDAHULUAN
Istilah, Pengertian Negara dan Ilmu Negara
1. Pengertian Negara
Istilah negara berasal dari terjemahan bhs asing adalah:
(a) Staat (bhs Belanda)
= negara; (b) State (Bhs Inggris) = negara; (c) E’tat (bhs
Prancis)= negara. Dari pengertian ini maka istilah staat
(state, e’tat) dari bhs Latin: status atau statum artinya
menaruh dalam keadaan berdiri, membuat berdiri,
menempatkan.
Berdasarkan hal tersebut, kemudian istilah negara yang berasal-
usulnya berasal dari bhs Sansekerta “ Nagari” atau “ nagara”,
yang berarti kota. Dalam bhs daerah dari suku-suku yang ada di
Indo menerima arti “daerah”,”wilayah”,”negeri” (Aceh) atau
tempat tinggal seorang raja atau pangeran (negeri, negara di pulau
Jawa) dan “ kota”(negeri ,Melayu). Dlm bhs Melayu modern
istilah “negara” atau ”negeri” sama artinya dlm bhs Indonesia. Jadi
istilah “negara” dalam sejarah berhubungan dengan wilayah,
kota dan penguasa.
Prof. Mr. M. Nasroen, elemen2 neg atau unsur unsur neg
berdasarkan Pasal 1 Montevideo (Pan American)
convention on right and Duties Of States of 1993 dapat
ditentukan sebagai berikut:
(1) adanya rakyat atau penduduk,
(2) wilayah tertentu
atau daerah tertentu,
(3) Pemerintah yg berdaulat dan diakui oleh
rakyatnya.
Disatu sisi, konsep negara atau state sebagaimana digunakan
Weber dapat diartikan
sebagai sebentuk estitas yang
abstrak berupa institusi yang memiliki aparat tersendiri, memiliki
otoritas mrmbuat aturan secara terpusat pada suatu wilayah
tertentu, memiliki perbedaan hierarkis diantara individu dalam hal
akses kepada kekuasaan dan sumber-sumber yang dilakukan
melalui pemaksaan yang terlambagakan baik dalam bentuk
M. Tahir Azhari beliau mendefinisikan negara:
sebagai suatu
kehidupan berkelompok manusia yg mendirikannya
bukan saja atas dasar perjanjian bermasyarakat
(contract social), tetapi juga atas dasar fungsi
manusia sebagai khalifah Allah di bumi yg
mengemban kekuasaan sebagai amanah-Nya.
Dari sudut pandang yang berbeda R.Kranenburg
menguraikan negara: sebagai
suatu organisasi kekuasaan, diciptakan oleh
sekelompok manusia yg disebut bangsa. Jadi menurut
Kranenburg terlebih dahulu harus ada sekelompok
manusia yg mempunyai kesadaran untuk mendirikan
suatu organisasi, dengan tujuan untuk memelihara
kepentingan dari kelompok tsb.
Fichte:
negara sebagai susunan masyarakat, ikatan warga
negara yang didasarkan perasaan nasional dan terjadi karena suatu
perjanjian.
Logemann:
negara adalah suatu organisasi kekuasaan yg
meliputi atau menyatukan kelompok manusia yg kemudian disebut
bangsa.
Thomas Hobbes:
Negara adalah suatu tubuh yg dibuat oleh orang
banyak beramai-ramai, yg masing2 berjanji akan memakainya menjadi
alat untuk keamanan dan perlindungan mereka.
L J Van Apeldorn:
negara menunjuk pd berbagai gejala yg sebagian
termasuk pada kenyataan,dan sebagian lagi menunjukkan gejala2
a. Perkataan negara dipakai dalam arti penguasa, jadi untuk menyatakan
orang atau orang2 yg memiliki kekuasaan tertinggi atas persekutuan
rakyat yg bertempat tinggal dim suatu daerah;
b. Perkataan negara juga dpt diartikan sebagai suatu persekutuan rakyat,
yakni: untuk menyatakan suatu bangsa yg hidup dalam suatu
daerah, di bawah kekuasaan tertinggi, menurut kaidah2 hukum yg
sama;
c. Negara ialah suatu wilayah tertentu dalam hal ini, perkataan negara
dipakai untuk menyatakan sesuatu daerah, di mana diam suatu bangsa
di bawah kekuasaan yg tertinggi;
d. Negara diartikan sebagai kas negara atau fiskus, yang maksudnya
ialah harta yang dipegang oleh penguasa guna kepentingan umum.
Miriam Budiarjo:
negara sebagai organisasi kekuasaan atau integrasi dari kekuasaan politik, ia
adalah organisasi pokok dari kekuasaan politik. Negara adalah agency (alat) dari
masy yg mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan2 manusia dlm masy.
Soepomo:
negara adalah susunan masy yg integral, segala golongan, segala bagian, segala
anggotanya berhubungan erat satu sama lain dan merupakan persatuan masy yg
organis. yg terpenting dlm negara yg berdasar aliran pikiran integral ialah
penghidupan bangsa seluruhnya. Negara tidak memiliki kepada sesuatu golongan yg
paling kuat, atau yg paling besar, tidak menganggap kepentingan seseorang sebagai
pusat, akan tetapi menjamin keselamatan hidup bangsa seluruhnya sebagai persatuan
yg tidak dapat dipisahkan.
Oppenheimer:
negara adalah sebuah organisasi dari sesuatu kelas yg menguasai kelas2 lain (an
organization of one class dominating over the other classes).
Karl Marx:
negara akan tetap ada sebagai suatu organisasi akibat dari suatu penjelmaan dari sejarah
dan sebagai hasil dari kehidupan manusia itu sendiri jika kemajuan2 dlm proses produksi
dan pembagian kerja terdapat dan selama hak milik memegang peranan yg penting. Sejak
itu negara disebut sebagai negara kelas dan juga berlaku bagi negara proletar jika negara
borjuis diganti oleh negara proletar tsb, setelah kaum proletar merebut kekuasaan dari kaum
kapitalis.
Abdul Aziz:
negara sebagai tingkat integrasi politik dimana suatu masy memiliki organisasi politik yg
sangat terpusat secara permanen, dgn elit penguasa di puncak piramida kekuasaan dan
rakyat sebagai bagian terbesar berada di bawahnya.
Penulis:
negara adalah suatu organisasi kekuasaan yg mempunyai wilayah tertentu, rakyat yg
diperintahkan oleh penguasa, pemerintah yg berdaulat dan diakui oleh negara lain.
Menurut konsep hukum:
negara merupakan suatu fenomena hukum yg berupa badan hukum, yaitu korporasi.
Sebagai badan hukum, negara merupakan suatu personifikasi dari tatanan hukum nasional
yg membentuk komunitas. itulah yg membedakan negara dgn badan hukum lainnya. Pada
sisi lain, menurut konsep sosiologi negara adalah suatu realitas sosial yg merupakan sebuah
2. Pengertian Ilmu Negara
Persyaratan suatu pengetahuan dapat disebut ilmu harus memenuhi
ketentuan2 yg menurut Ralph Ross dan Ernest van Hagg adalah utama
yaitu:
1. Rasional 2. Emperis 3. Umum 4. Akumulatif atau
tersusun
Ilmu pengetahuan sendiri didefinisikan sebagai hasil pemikiran
manusia yg objektif, disusun secara sistematis dan dpt dibuktikan secara
empiris
Menurut Ernes van Hagg ilmu negara:
ilmu ttg segala hal mengenai negara
meliputi arti negara atau sifat hakikat negara, pembenaran adanya
negara, terjadinya suatu negara dan tujuan negara.
Djokosutono, ilmu negara:
ilmu
ttg organisasi manusia atau kumpulan manusia yg berada
di bawah suatu pemerintah yg sama.
Prof. Ahmad Sukarja:
negara sebagai ilmu
pengetahuan yg menyelidiki pokok2 dan pengertian ttg
negara.
Padmo Wahjono:
ilmu negara adalah ilmu pengetahuan yg
membahas tentang: (a) pengertian-
pengertian dasar serta;
(b) sendi-sendi dasar tentang negara.
Soetomo:
Ilmu negara sebagai ilmu yg menyelidiki
atau membicarakan tumbuhnya dan wujudnya dan bentuk-
bentuk negara.
Objek Kajian Ilmu Nagara
Mengenai keberadaan negara, sebagai objek ilmu pengetahuan tidak hanya didominasi oleh ilmu negara saja,
melainkan dikaji lebih lanjut juga oleh cabang-cabang ilmu pengetahuan yang lain seperti:
1. Hukum Tata Negara (HTN):
menurut
logemann adalah hukum yg mengatur organisasi negara. Sedangkan menurut Robert Morrison Mac Iver, Hukum
Tata Negara adalah hukum yg mengatur negara. Hukum Tata Negara merupakan hukum yg memerintah negara.
2. Hukum Administrasi Negara (HAN):
seperangkat peraturan yg memungkinkan administrasi negara menjalankan
fungsinya, yg sekaligus juga melindungi warga terhadap sikap tidak administrasi negara, dan melindungi
administrasi negara itu sendiri.
3. Ilmu Politik:
Mirriam Budiardjo:
ilmu yang mempelajari bermacam2 kegiatan dalam suatu sistem politik (negara) yg menyangkut proses
menentukan dan melaksanakan tujuan2 dari sistem itu.
Dari uraian ilmu-ilmu pengetahuan yg berobjek negara, maka objek ilmu negara sendiri adalah negara dari
sifatnya atau dari pengertiannya yg abstrak umum universal.
Metode Pendekatan Mempelajari Ilmu Negara
Dalam mempelajari ilmu negara para ahli kenegaraan menggunakan
metode antara lain:
1. Metode Induktif yaitu metode yang mempelajari suatu gejala khusus
(peristiwa yg konkrit) untuk mendapatkan kaidah2 yg berlaku
dlm lapangan yg lebih luas.
2. Metode Deduktif adalah metode yang menggunakan proses
kebalikan dari metode induktif yaitu dimulai dengan kaidah2 yg
dianggap berlaku umum untuk dipelajari dalam keadaan khusus.
3. Metode Sejarah yaitu metode atau cara mempelajari ilmu negara
berdasarkan sejarah tumbuh dan berkembangnya atau berdasarkan
fenomena atau gejala yg tumbuh di masa lalu kemudian dibandingkan
dgn kondisi yg terjadi di masa saat ini.
4. Metode Perbandingan adalah metode yang digunakan dengan cara
membandingkan perbedaan kondisi suatu obyek yg satu dgn objek yg lain
atau negara Indonesia dgn negara lain kemudian juga mencari persamaan yg
antara objek tersebut.
5. Metode Sistematik yaitu dgn cara menghimpun bahan yg sudah ada,
selanjutnya dilakukan pelukisan dan penguraian dan analisis kemudian
dilanjutkan dgn klasifikasi ke dlm golongan2 di dlm suatu sistematik.
6. Metode hukum yaitu titik berat segi hukum (yuridis) sedangkan non
yuridis di samping kan, selain itu terdapat metode penyelidikan Recht
Dogmatiek yakni memaksakan aturan hukum semata, metode recht dogmatiek
ini mencari pengertian2 dan sendi2 hukum (pokok) yg berlaku di suatu
negara.
HUBUNGAN ILMU NEGARA
DGN ILMU SOSIAL
Ilmu negara adalah mempelajari negara secara abstrak sehingga
masih memerlukan ilmu-ilmu pengetahuan yg lain untuk
menyempurnakannya.
Adapun ilmu2 pengetahuan yg masih ada hubungannya dengan
ilmu negara adalah:
1. Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu Perbandingan Tata
Negara:
- Antara Ilmu Neg dgn Ilmu Perbandingan Tata Negara memilki
persamaan obyek yaitu negara. Akan tetapi keduanya memiliki
tugas, cara peninjauan serta gejala kenegaraan yg berbeda.
- Ilmu Neg memilki atau mengamati neg
dlm keadaan umum, sedangkan Ilmu
Perbandingan Tata Negara menurut
Kranenburg adalah utk menganalisis secara
metodis dan menetapkan secara sistematis
bermacam bentuk dan sistem kenegaraan.
2.
Hubungan Ilmu Negara dgn Ilmu Politik
Hoetink mengatakan bahwa ilmu politik adalah semacam
sosiologi daripada negara. Mengenai perbedaan antara ilmu negara
dgn ilmu politik adalah bahwa ilmu negara menitikberatkan pd
sifat2 teoritis ttg asas2 pokok dan pengertian2 pokok ttg negara .
Krn itu kurang dinamis. Sedangkan ilmu politik lebih
menitikberatkan pd faktor2 yg konkrit terutama berpusat kpd
gejala2 kekuasaan, baik mengenai organisasi neg maupun yg
memengaruhi pelaksanaan tugas2 neg. Oleh krn itu lebih dinamis.
Yan Pramudya menjelaskan bahwa konsep politik
(atau konsep negara) adalah pengetahuan yg
menjelaskan negara (staat) sebagai alat. Adapun
defenisi dari lmu neg berdasarkan konsep politik
adalah ilmu yg membahas ttg neg baik dilihat dari
segi yuridis (normlogisch), sosiologis ataupun
kombinasi dari yuridis sosiologis (zweiseitenlehre).
3. Hubungan antara Ilmu Negara dengan Ilmu Hukum Tata Negara
Ilmu Neg yg merupakan ilmu pengetahuan yg menyelidiki
pengertian2 pokok dan sendi2 pokok neg sehingga dpt memberikan
dasar2 teoritis yg bersifat umum utk hukum tata neg positif.
Hubungan antara neg dgn HTN tdk dpt dipisahkan. HTN dlm
kepustakaan Belanda disebut Hukum Neg (staatsrecht). Hukum Neg
merupakan tatanya neg, maka istila Hukum neg disalin menjadi HTN.
Ni’matul Huda mengemukakan:
Ilmu neg dpt memberikan dasar2 teoritis utk HTN yg positif.
Sedangkan HTN merupakan penerapan atau pelaparan di dlm
kenyataan2 konkrit dari bahan2 teoritis yg dihasilkan oleh ilmu
neg.
Kusnardi dan Bintan Saragih menyatakan:
Sifat ilmu HTN yg praktis dan applied science maka bahan2 nya
diselidiki dikumpulkan dan disediakan oleh pure science ilmu neg.
4. Hubungan antara Ilmu Negara dengan Hukum Internasional.
Hingga saat ini subyek hukum internasional yg paling utama adalah
neg. Dlm kedudukannya sebagai subyek hukum internasional, neg
memiliki hak2 dan kewajiban menurut hukum internasional. Oleh
sebab itu, ilmu neg menyelidiki corak2 dan sifat2 neg sebagai genus
yg juga memberikan sumbangsih secara teoritis terhadap perkembangan
hukum internasional terutama menyangkut hubungan antar neg berupa
perjanjian2 internasional baik itu bilateral, regional multilateral.
MANFAAT MEMPELAJARI
ILMU NEGARA
Menurut Isrokdan Dhia Al-Uyun, mempelajari ilmu negara akan sangat
berguna, hal ini didasarkan beberapa alasan sbb:
1. Alasan kedudukan
Bahwa kedudukan ilmu negara sebagai mata kuliah dasar
merupakan syarat utama utk menempuh mata kuliah lainnya yg
obyeknya negara.
2. Alasan Teoritikal
Bahwa ilmu negara memuat teori2 yg memperjelas konsep
kenegaraan.
3. Alasan Sistematikal
Bahwa utk mempelajari sesuatu hal haruslah dimulai pd hal2 yg
kecil yg bersifat mendasar.
Ibarat pohon, maka yg utama adalah akarnya, dari akar itulah akan
akan tumbuh batang, ranting, cabang hingga pucuk daun.
4. Alasan Ketertarikan
Ilmu negara sebagai bagian dari ilmu sosial mempelajari realitas
social. Sehingga pembahasannya semakin menarik. Apalagi jika
menginagt kondisi neg Indo yg dlm masa transisi, dimana selalu
dibutuhkan teori2 baru utk menata kehidupan bernegara yg baik.
2. UNSUR-UNSUR
TERBENTUKNYA NEGARA
Ibnu Khaldun:
Landasan utama pembentukan negara adalah “ashabiyah” atau
tribalisme yaitu hubungan pertalian darah dlm suku atau sub suku
atau yg bermakna sejenis itu seperti sahabat yg memperoleh
perlindungan atau orang2 yg terikat perjanjian. Tujuan akhir
tribalisme tiada lain adalah superioritas kekuasaan (al-taghallub
almulki). Krn itu ketika tribalisme telah kuat pd suatu batas suku
atau sub suku-suku teretentu ia cenderung menggunakan
superioritas kekuasaan tsb terhadap wilayah asabiah lainnya,
demikian seterusnya sehingga otoritasnya mencapai derajat sebuah
negara (al-dawlah).
Sebuah daerah dpt disebut sebagai neg apabila memenuhi unsur2
berdirinya suatu neg.
Ada dua sudut pandang mengenai proses terjadinya negara:
a. Primaire staatswording (terjadinya neg secara primair)
b. Secundaire staatswording (terjadinya neg secara sekunder)
Kedua sudut pandang ini berhubungan erat dgn syarat keberadaan
sebuah negara. Syarat adanya entitas sebuah neg hrs memenuhi
baik syarat primer mapun sekunder.
Unsur2 primer sendiri terdiri dari adanya wilayah,
rakyat atau penduduk, pemerintahan yg
berdaulat. Sedangkan utk syarat sekunder adalah
dibutuhkan pengakuan dari negara lain.
3. PEMIKIRAN KENEGARAAN
Pemikiran kenegaraan dpt dibedakan dlm 5 tahap, yaitu:
1. Era Timur Kuno
2. Yunani Kuno
3. Romawi Kuno
4. Abad pertengahan
5. Abad Moderen
A. ZAMAN TIMUR KUNO
Adapun di era Timur Kuno mempunyai karakteristik atau ciri2 nya
sbb:
1. Bersifat statis (blm ada kebebasan politik) atau blm terdapat
sama sekali kebebasa utk mengeluarkan pendapat dan memilih
pemimpin yg dikendaki rakyat.
2. Bersifat teokratis yaitu keagaman karena raja atau kaisar
dianggap sebagai wakil (representasi) Tuhan atau Dewa di dunia.
3. Pemerintahan bersifat absolut atau mutlak. Dimana pusat
kekuasaan ada pd satu tangan yaitu raja sebagai wakil Tuhan di
dunia. Sehingga menimbulkan pemerintahan yg tirani.
4. Pergantian kekuasaan dilakukan secara turun temurun hanya dari
keluarga raja.
5. Blm ada sistematisasi pemikiran dan praktik kenegaraan.
6. Tampak pd era Mesir Kuno (3000 SM) di sepanjang lembah sungai
Nil dimana sosok Fir’aun adalah salah satu raja yg menganggap
dirinya adalah Tuhan.
7. Di Babilonia (1800 SM) Hammurabi memerintah dan terkenal dgn
“hukum Hammurabi” (Hammurabi’s Code). Hammurabi adakah
pemimpin politik sekaligus agama.
B. ZAMAN YUNANI KUNO
Pemerintahan yg diselenggarakan dgn mengumpulkan
rakyat pd suatu tempat yg disebut dgn ecclecia. Dlm rapat
itu dikemukakan kebijakan2 pemerintah, kesulitan2 yg
dihadapi pemerintah utk dipecahkan bersama,
mengadakan perbaikan2 yg perlu diselenggarakan
bersama.
Pd zaman ini telah muncul beberapa cendekiawan
semacam Socrates, Plato, Aristoteles dan Epicurus.
Pemikiran kenegaraan menurut para ahli tsb:
1. Socrates (470-339 SM)
Muridnya yg terkenal Plato yg meninggalkan sebuah buku
termashur “Pliteia”.
Menurut Socrates:
Neg tdk boleh dipandang sebagai ciptaan manusia, tetapi sebagai
keharusan yg obyektif, yg asal mulanya berpangkal dlm pekerti
manusia. Tugas neg adalah menciptakan hukum, yg hrs dilakukan
oleh pemimpin2 yg dipilih secara saksama.
Pendapat kaum Sofis:
Pentingnya neg ditentukan oleh para penguasa.
Konsep keadilan itu subyektif dan hanya
merupakan hak para penguasa. Karenanya,
bentuk2 kekuasaan neg apa pun bagi penguasa
adalah sah (legal) dan merupakan jalan terbaik.
“Jalankan kebatilan, meskipun hrs bertopeng
keadilan”.
2. Plato (428-374 SM)
Menurut Plato (salah satu murid Socrates):
Sebuah entitas yg terdiri dari bagian2 yg saling melengkapi dan saling
tergantung dan bertindak bersama-sama dlm mengejar tujuan bersama.
Bentuk2 negara ini menurut Plato:
a. Aristokrasi:
Disinilah para cendekiawan memerintah sesuai dgn pikiran keadilan
Segala sesuatu ditujukan utk kepentingan bersama agar keadilan merata.
b. Timodikrasi:
Golongan yg memerintah itu lebih ingin mencapai kemashuran
daripada keadilan. Tindakan dlm timokrasi hanya ditujukan pd
kepentingan penguasa sendiri.
c. Oligarki:
Berasal dari kata oligoi (sedikit orang atau weiningen) dan archie
(berkuasa), jadi ologarki berarti kekuasaan negara utk memerintah
ditangan sejumlah orang saja.
d. Demokrasi:
Demokrasi yg berasal dari penggalan kata Yunani yaitu “demos” yg
berarti rakyat dan kata “kratos” yg berarti pemerintahan, sehingga
dpt diartikan “suatu pemerintahan oleh rakyat”.
Kata pemerintahan oleh rakyat sendiri sebetulnya memiliki 3 (tiga)
konotasi dasar, yaitu:
1. suatu pemerintahan “yg dipilih oleh rakyat”
2. suatu pemerintahan “oleh rakyat biasa” (bukan kaum bangsawan)
3. adalah suatu pemerintahan oleh rakyat kecil dan miskin (government by
Namun secara umum demokrasi diartikan oleh para ahli:
Sebagai suatu sistem pemerintahan dlm suatu neg dimana
semua warga neg memiliki hak dan kewajiban yg dijamin
kedudukan dan kekuasaannya baik dlm menjalankan
kehidupannya maupun dlm berpartisipasi terhadap
kekuasaan neg, dimana rakyat berhak utk ikut serta dlm
menjalankan neg atau mengawasi jalannya kekuasaan neg,
baik secara langsung maupun melalui wakil2 nya yg telah
dipilih secara jujur dan adil.
e. Tirani:
Pemerintahan ini dipegang oleh seorang
saja. Bentuk pemerintahan ini yg paling jauh
dari cita2 keadilan. Tirani tdk hrs selalu
berbentuk kerajaan dpt juga berbentuk
republik atau sosialis.
3. Aristoteles (384-322SM):
Neg merupakan satu kesatuan yg bertujuan utk mencapai kebaikan
tertinggi, yaitu kesempurnaan diri manusia sebagai anggota
daripada neg.
Adapun yg dipergunakan sebagai kriteria dlm bentuk neg ada dua:
a. Kriterium kuantitatif yaitu jlh orang yg memegang pemerintahan.
b. Kriterium kualitatif yaitu berhubungan dgn tujuan yg dicapai.
Berdasarkan 2 (dua) kriteria tsb, neg menurut Aristoteles:
a. Neg yg pemerintahannya hanya dipegang oleh satu orang saja,
kekuasaannya terpusat pd satu tangan yg dpt dibedakan
berdasarkan sifatnya:
1. Monarki:
pemerintahannya dipegang oleh dan ditujukan utk kepentingan umum;
2. Tirani:
pemerintahannya hanya ditujukan utk kepentingan penguasa saja.
b. Neg yg pemerintahannya dipegang oleh rakyat, yg menurut sifatnya
dpt dibedakan menjadi dua:
1. Repbublik atau republik konstitusional di mana pemerintahannya
dipegang oleh rakyat dan ditujukan utk kepentingan rakyat.
2. Demokrasi dimana pemerintahannya dipegang oleh rakyat,
namun dlm praktiknya pemerintahan tsb hanya dipegang oleh
orang2 tertentu saja. Jadi hanya ditujukan utk kepentingan
golongan si pemegang kekuasaan.
4. Epicurus (342-271):
Neg adalah merupakan hasil perbuatan manusia yg diciptakan utk
menyelenggarakan kepentingan anggota2 nya. Manusia sebagai
individu dan manusia sebagai anggota masy, yg mempunyai dasar2
kehidupan mandiri dan merupakan realita. Neg atau masy adalah
buatan individu2.
Tujuan neg menyelenggarakan ketertiban dan keamanan -> era
moderen = neg penjaga malam (nachtwachtstaat).
5. Al-Mawardi (963-1058 M)
Syarat utk menjadi pemimpin:
Seorang imam haruslah adil, memiliki ilmu agama yg unggul dgn
kemampuan berijtihad, sehat jasmani, baik indra pendengaran,
penglihatan maupun wicara dan tdk mempunyai cacat tubuh yg
menggangu pergerakan, memiliki kemampuan berpikir ttg politik
kenegaraan, berani berperan dan peduli terhadap keutuhan
wilayahnya, serta berasal dari keturunan suku Quraisy.
Menurut al-Mawardi:
Imamah merupakan posisi pengganti kenabian (mawadhu’ah li khilafah al-
nubuwwah), dgn fungsi melindungi agama dan mengatur
(urusan) dunia.
Ada 10 tugas umum seorang khalifah:
a. Memelihara prinsip agama yg mapan dan hal2 yg menjadi
kesepakatan (Ijma’) generasi awal umat Islam;
b. Menegakkan hukum di antara orang2 yg berselisih paham dan
menghentikan permusuhan di antara orang2 yg bertikai;
c. Menjaga keamanan wilayah dan mempertahankannya sehingga
penduduk dpt menyelenggarakan kehidupan mereka dan bepergian
dng aman, terhindar dari gangguan atas jiwa dan harta mereka;
d. Menegakkan hukum pidana (hudud) guna menjaga agar larangan
Allah tdk terlanggar dan hak2 hamba-Nya terlindungi dari
kehancuran.
e. Melindungi daerah yg rawan diserang musuh dgn menempatkan
kekuatan deterrent (al-mani’ah) yg dpt mencegah penyerangan.
f. Melakukan jihad melawan musuh Islam setelah sebelumnya diseru
dgn dakwah, hingga mereka menjadi Muslim atau menjadi ahl al-
dzimmah (orang yg terlindungi).
g. Memungut fa’I (harta rampasan di luar medan perang) dan
sedekah yg wajib menurut syariat atau wajib berdasarkan hasil
ijtihad;
h. Mengatur pengeluaran harta yg ada di Baitul Mal (Baytal-Mal)
secara proporsional;
i. Mengikuti pendapat orang2 jujur dan penasihat yg bijak dlm urusan
pekerjaan dan pengaturan keluar;
j. Melakukan pengawasan terhadap segala urusan dan siaga
menghadapi setiap situasi supaya tetap sigap mengatur kehidupan
umat dan memelihara negara.
D. ZAMAN ROMAWI KUNO

Pemerintahan di Romawi kuno dipegang oleh


seorang Caesar yg menerima seluruh kekuasaan
dari rakyat atau yg dinamakan apa yg dinamakan
Caesarismus. Model pemerintahan Caesar adalah
secara mutlak , bisa juga dinamakan sistem
pemerintahan monarki.
E. ZAMAN ABAD
PERTENGAHAN
Pd neg2 abad pertengahan sdh merupakan
countri state yg sifatnya mendua. Dualisme tsb
disebabkan oleh krn adanya dua macam hak yg
menjadi dasar bagi terbentuknya negara, yaitu:
a. Hak raja utk memerintah yg disebut Rex.
b. Hak rakyat yg disebut Regnum.
F. ZAMAN MODERN
Memasuki era moderen telah terjadi pergeseran tipe neg. Kedaulatan neg yg
pd era abad pertengahan menjadi issue utama maka di era moderen telah
bergeser menjadi kedaulatan hukum dan kedaulatan rakyat yg menjadi tujuan
utama pembentukan neg. Beberapa
unsur yg menjadi tipe neg hukum: a.
Perlindungan HAM
b. Adanya pembagian atau pemancaran kekuasaan;
c. Pembatasan masa jabatan pemerintahan;
d. Penegakan hukum yg tdk pandang bulu;
e. Adanya peradilan administrasi yg berdiri sendiri sebagai upaya rakyat
dlm melawan perbuatan melanggar hukum oleh negara.
4. TEORI ASAL MULA NEGARA
Teori asal mula Negara:
1. Teori Ketuhanan 5. Teori Organis
2. Teori Metafisis 6. Teori Penaklukan
3. Teori Alamiah 7. Teori Garis Keturunan
4. Teori Pengalihan Hak 8. Teori Perjanjian Masy.
1. Teori Ketuhanan:
Thomas Aquinas (1225-1274):
Kekuasaan neg dan terbentuknya neg adalah karena hak2 yg dikaruniakan oleh Tuhan.
2. Teori Metafisis (Idealistis)
Immanuel Kant:
Neg ada, lahir dan terbentuk krn memang seharusnya ada dgn sendirinya, maka
ketika jlh manusia semakin banyak dan tdk mengenal peraturan apa pun, maka
anggotanya menjadi binatang buas yg saling membunuh, apabila yg satu berani
masuk ke dlm lingkungan yg lain (menurut Hobbes: “the war of all againts all).
Agar dpt dilahirkan masy yg damai dan tentram, maka manusia mengadakan perjanjian
dgn manusia yg lain. Perjanjian inilah kemudian menjadi besar yg secara otomatis
berubah menjadi neg. Neg sendiri akan lahir dgn sendirinya. Dlm prosesnya,neg adalah
kesatuan supranatural, terbentuknya pun krn dorongan supranatural atau metafisis.
3. Teori Alamiah
Teori alamiah merupakan pandangan awal ttg berdirinya sebuah neg, tokohnya
Aristoteles. Neg terbentuk krn kodrat alamiah manusai. Sebagai zoon politicon
(manusia politik yg bermasyarakat), maka manusia membutuhkan adanya suatu
organisasi masy yg mampu menampung dan memenuhi kebutuhan manusia utk meraih
atau mencapai keinginannya. Organisasi inilah yg disebut neg. Sehubungan dgn
kebutuhan alamiah inilah, maka dibentuk sebuah neg dgn tujuan utk memenuhi
kebutuhan dlm mempertahankan kelangsungan hidupnya.
4. Teori Pengalihan Hak
Dipelopori oleh Sir Robert dan Louseau:
Hak yg dimiliki oleh neg pd hakikatnya diperoleh setelah rakyat melepaskan
sebagian hak yg dimilikinya atau rakyat membiarkan berlakunya hak tsb utk dikelola
oleh neg.
Pd umumnya pengalihan hak tepat diterapkan utk mengkaji terbentuknya neg
monarki. Juga dpt dianalogikan kpd pembentukan neg sebagai revolusi.
Peralihan hak dlm perkembangan neg2 di dunia terbagi:
> dilakukan dgn damai (pemilu)
> dilakukan dgn peperangan (revolusi).
5. Teori Organis
Tokohnya:
Goerge Wilhelm Hegel, J.K. Blunntscli, John Salisbury. Marsiglio
Padua, Pfufendrof, Hendrich Ahrens, J.W. Scelling, E.J.
Schitenner dll.
Asal=usul perkembangan neg mengikuti asal-usul perkembangan
individu. Individu berasal dari sebuah unitas yg disebut dgn sel,
kemudian sel berkumpul membentuk jaringan dan jaringan
membentuk organ sistem organ begitu seterusnya sampai individu.
6. Teori Penaklukan
Ludwig Gumplowitz, Gustav Ratzenhovers, Georg
Simmel dan Lester Frank Ward: teori ini erat kaitannya
dgn doktrin “kekuatan menimbulkan hak”.
Neg dilahirkan krn pertarungan kekuatan dan yg keluar
sebagai pemenang adalah pembentuk neg itu.
7. Teori Garis Kekeluargaan (Patriachal, atau
Matriakhal)
Jean Bodin (1530-1596):
Neg itu bersala dari keluarga. Dgn terjadinya neg
hilanglah kemerdekaan manusia yg asli. Di dlm keluarga
kemerdekaan itu telah diserhakan kepada pater familias
(kepala keluarga). Dlm neg kemerdekaan itu telah
diteruskan oleh sang kuasa yaitu raja.
8. Teori Perjanjian Masyarakat (Kontrak Sosial)
Tomas Hobbes Jhon Locke, dan JJ. Rousseau:
Neg didirikan atas dasar kesepakatan para anggota masy. Mereka kemudian
menyerahkan hak2 yg dimilikinya baik sebagian maupun keseluruhan utk
diatur oleh neg.
Thomas Hobbes:
Lahirnya adalah dgn adanya kesepakatan utk membentuk neg, maka rakyat
menyerahkan semua hak yg mereka miliki sebelumnya secara alamiah
(sebelum adanya neg), utk diatur sepenuhnya oleh kekuasaan neg.
Jhon Locke:
Sebagian besar anggota masy membentuk persatuan terlebih dahulu, baru kemudian anggota
masy tsb menjadi rakyat dari suatu neg yg didirikan. Neg tdk berkuasa secara absolut
sebagaimana pandangan Hobbes. Hal ini krn dlm realitasnya, ada bagian yg dimiliki masing2
orang dan tdk dpt diserahkan kpd neg yaitu life, liberty dan estate.
Disini ada 2 model perjanjian:
1.Pactum union:
Perjanjian antara individu dgn individu lainnya utk membentuk neg
2. Pactum Subjection:
Perjanjian antara masy politik dgn seseorang yg diserahi kekuasaan utk memerintah.
Jean Jacques Rousseau Bukunya yg terkenal Du Contract Social (1762)
meletakkan dasar berdirinya sebuah neg dgn mengemukakan paham
kedaulatan rakyat, yakni:
Adanya suatu perjanjian atau kesepakatan utk membentuk neg, tetapi rakyat
tdk sekaligus hrs menyerahkan hak2 yg dimiliki utk diatur neg atau raja.
Sejatinya posisi raja hanya sebatas mandataris rakyat.
Selanjutnya menurut Rouseau:
Pemerintah neg tdk lebih dari wakil rakyat, yg apabila tindakannya tdk sesuai
dgn kehendak rakyat, maka rakyat dpt menggantinya dgn pemerintahan baru.
Teori ini melahirkan paham kedaulatan rakyat.
Akan tetapi sebelum Jhon Locke dkk mencetuskan perjanjian masy
sebenarnya ada salah satu tokoh Islam yg hidup di Jazirah Arab abad ke XI,
Imam Al.Mawardi yg mencetuskan konsep ttg:
Dan melepas yakni para ulama, cendekiawan, dan pemuka masy atau Ahl al-
Ikhtiar.
Dan imam atau kepala neg itu merupakan hubungan antara dua pihak peserta
kontrak sosial atau perjanjian atas dasar sukarela, satu kontrak atau
persetujuan yg melahirkan kewajiban dan hak bagi kedua belah pihak atas
dasar timbal balik. Oleh karenanya maka imam, selain berhak utk ditaati oleh
rakyat dan menuntut loyalitas penuh dari mereka, ia sebaliknya mempunyai
kewajiban2 yg hrs dipenuhi terhadap rakyat, seperti memberikan
perlindungan kpd mereka dan mengelola kepentingan mereka dgn baik dan
5. TEORI KEDAULATAN
A. Istilah dan Pengertian Kedaulatan
Kedaulaytan (souvereignty) (bhs Arab “daulah”, latin,
“supremus” yg berarti kekuasaan tertinggi):
Adanya suatu pemerintahan yg berkuasa atau berdaulat dlm suatu
wilayah terhadap seluruh wilayah dan rakyatnya merupakan syarat
mutlak bagi adanya sebuah neg. Pemerintah lain, neg lain, tdk
berkuasa di wilayah dan terhadap neg itu.
Para ahli sepakat bahwa kedaulatan adalah ciri atau pertanda
atribut hukum dari suatu neg.
Istilah kedaulatan merupakan padanan istilah sovereingty (inggris),
souverainete (prancis) souvereniteit (Belanda), souranus (Italia). Semua
istilah tsb berasal dari bhs Latin yaitu superanus yg mempunyai arti
“tertinggi”.
Jimly :
Teori kedaulatan intinya berkaitan dgn kekuasaan penyelenggaraan neg.
Ada dua hal yg menjadi fokus perhatiannya:
a. siapa yg memegang kekuasaan tertinggi dlm penyelenggaraan neg;
b. apa saja yg dikuasai oleh pemegang kekuasaan tertinggi itu.
Sutomo, kedaulatan adalah :
Kekuasaan teertinggi dlm suatu neg yg berlaku terhadap seluruh rakyat neg.
Jellinek, kedaulatan:
Kekuasaan neg yg atas dasar itu mempunyai kemampuan yg penuh
utk secara hukum menentukan dan mengikat diri sendiri.
Jean Bodin (tokoh kedaulatan neg) kedaulatan adalah:
Kekuasaan tertinggi neg terhadap warga neg dan rakyatnya tanpa
pembatasan dan UU.
Frans Magnis Suseno (dikutip oleh Hendarmin Ranadireksa):
“…bahwa kedaulatan adalah ciri utama neg. Yg dimaksud ialah
bahwa
tdk ada pihak baik di dlm maupun di luar negeri yg hrs dimintai
izin
utk menetapkan atau melakukan sesuatu. Kedaulatan adalah hak
kekuasaan mutlak tertinggi, tak terbatas, tak tergantung dan tanpa
kecuali…”.
Kedaulatan menurut William Blacstone:
1. Adanya kekuasaan tertinggi (supreme)
2. Adanya kekuasaan yg tdk dpt disanggah
(irresistable)
3. Adanya kekuasaan yg mutlak (absolute)
4. Kekuasaan tsb tdk diawasi.
Jellinek, kedaulatan adalah:
Suatu kekuasaan yg tdk mengenak kekuasaan lain di atasnya, ia sekaligus
merupakan kekuasaan yg tdk bergantung pd kekuasaan lain
dan kerenanya merupakan kekuasaan yg tertinggi.
Duguit berpendapat:
Kedaulatan itu hanya digunakan utk menunjukkan sifat dan tabiat
kekuasaan yg merupakan kekuasaan tertinggi.
Rousseua:
Kedaulatan itu tdk dapat dibagi-bagi.
Mahkamah Agung AS berpendapat lain:
Kedualatan bisa dibagi-bagi, hal mana terbukti pd th 1819. Marshal
mengatakan bahwa di AS kedaulatan terbagi atas pemerintah pusat, dan
pemerintah negara2 bagian.
Kemudian Mac Iver membagi arti kedaulatan ke dlm tiga fase:
1. Fase komparatif yaitu fase yg mengartikan kedaulatan pd
zaman feodal abad2 pertengahan yakni ketika kedaulatan berada pd raja2
dan tuan tanah (ada komparasi);
2. Fase absolut yaitu fase ketika zaman raja2 absolut saat mana
kedaulatan sepenuhnya ada di tangan raja dan tdk terbagi-bagi;
3. Fase relatif, yaitu fase zaman modern yg ternyata kedaulatan
satu neg adalah relatif apabila dihadapkan dgn kedaulatan
neg lain dlm lapangan internasional.
Dlm perkembangannya kedaulatan dpt dibedakan lagi ke dlm dua
kategori:
1. Kedaulatan berdasarkan arahnya;
2. Kedaulatan berdasarkan perkembangan negara.
Berdasarkan arahnya kedaulatan terbagi menjadi 2 (dua), yaitu:
1. Kedaulatan ke dalam, artinya negara mempunyai kekuasaan yg
tertinggi ini utk memaksa semua penduduk agar mentaati UU
serta peratutran2 nya;
2. Kedaulatan ke luar, artinya negara mempertahankan
kemerdekaannya terhadap serangan2 dari negara lain.
Sedangkan kategori kedua
berdasarkan perkembangan neg.
Sehingga secara teori ada 5 (lima)
teori yg minimal bias
diperdebatkan.
Mengenai soal kedaulatan ini
yaitu: Kedaulatan Tuhan,
Kedaulatan Raja, Kedaulatan
Hukum, Kedaulatan Rakyat, dan
Kedaulatan Negara.
C. HAKEKAT KEDAULATAN

Dlm setiap analisis mengenai konsep kekuasaan, seperti dikatakan oleh Jack
H. Negel, ada dua hal penting yg terkait, yaitu Lingkup kekuasaan (scope of
power) dan jangkauan kekuasaan (domain of power).
Dlm kaitannya dgn lingkup kedaulatan, gagasan kedaulatan sebagai konsep
mengenai kekuasaan tertinggi meliputi proses pengambilan keputusan.
Sedangkan jangkauan kedaulatan (domaian of souvereign), melalui analisis
relasional (relational analysis) antara souvereign dan subyek, terkait soal
siapa yg menjadi subyek atau apa yg memegang kekuasaan tertinggi itu dlm
suatu negara.
Sehingga jika hal ini dikaitkan dgn hal siapa
subyek yg menjadi pemegang kekuasaan, maka
terdapat beberapa teori mengenai kedaualatan baik
dlm ilmu hukum dan politik yaitu: Kedaulatan
Tuhan, Kedaulatan Raja, Kedaulatan Negara, dan
Kedaualatan Rakyat.
D. MACAM-MACAM
KEDAULATAN

1. Kedaulatan Tuhan
Kedaulatan Tuhan hanya ada pd negara
Teokrasi (kedaulatan negara berpangkal pd yg
adikodrati). Negara Teokrasi mendasarkan
kehidupan kenegaraannya pd idelogi agama
tertentu.
2. Kedaulatan Raja
Menurut ajaran Marsillius, raja itu adalah wakil Tuhan utk
melaksnakan kedaulatan di dunia. Krn raja merasa
berkuasa utk berbuat apa saja menurut kehendaknya dgn
alasan bahwa perbuatannya itu sdh menjadi kehendak
Tuhan.
Dlm bidang hukum muncul suatu adagium “The King can
not do wrong” (Raja tdk dpt salah).
3. Kedaulatan Negara
Ajaran kedaulatan negara sebenarnya merupakan kelanjutan dari
ajaran kedaulatan raja. Ajaran ini timbul di Jerman utk
mempertahankan kedudukan raja yg pd waktu itu mendapatkan
dukungan dari tiga lapisan masy yg besar sekali pengaruhnya
yaitu:
1. Golongan bangsawan atau Junkertum;
2. Golongan angkatan perang atau Militair;
3. Golongan alat-alat pemerintah atau birokrasi.
4. Kedaulatan Hukum (=neg Hukum)
Dinamakan kedaulatan Hukum adalah apabila
segala sesuatu yg berkenaan dgn hubungan
antara penguasa dan rakyat mengacu pd aturan
yg telah disepakati bersama tdk hanya pd
keinginan salah satu pihak khususnya
penguasa.
5. Kedaulatan Rakyat
Ajaran kedaulatan rakyat meyakini bahwa sesungguhnya
yg berdaulat dlm sebuah negara adalah rakyat bukan
penguasa. Kehendak rakyat merupakan satu-satunya
sumber kekuasaan bagi setiap pemerintah.
Pd masa ini muncullah sebuah selogan yg sangat terkenal
yaitu “vox populi suprema lex” (suara rakyat adalah
hukun tertinggi).
6. HAKIKAT NEGARA
Hakikat negara merupakan penggambaran ttg sifat negara secara hakiki.
Menurut Soehino:
Negara merupakan wadah bangsa utk mencapai cita2 atau tujuan bangsa.
Hakikat masing2 negara sendiri berbeda-beda hal ini dikarenakan pengaruh
dari aliran filsafat yg dianut oleh sarjana ilmu negara tsb serta keadaan
pemerintahan yg dialaminya.
Pd dasarnya ada 6 (enam) teori ttg hakikat negara, yaitu:
A. TEORI SOSILOGIS
Negara dipandang sebagai suatu institusi sosial yg
tumbuh dlm masy krn diperlukan utk mengurus, mengatur
dan menyelenggarakan kepentingan masy.
Rudolf Smend:
Hakikat negara adalah ikatan keinginan kelompok masy
yg disahkan selalu tetap (statis) dgn mengadakan faktor2
integrasi (pemersatu).
B. TEORI YURIDIS
Negara sebagai wadah penerapan dan pelaksanaan norma hukum. Negara
merupakan personifikasi hukum. Negara diperlukan guna menegakkan hukum
tercipta suatu ketertiban. Sehingga hubungan dlm negara bersifat subordinasi
antar pihak pemerintah atau pengatur dgn pihak yg diperintah atau di atur.
Ada 3 (tiga) pendapat dari para sarjana hukum:
1. Negara sebagai obyek hukum (recht object);
2. Negara sebagai subyek hukum (recht subject);
3. Negara sebagai penghalusan hkum (recht verhaltnis).
C. TEORI ORGANIS
Organis berarti mahluk hidup. Negara sebagai suatu bentuk organis
dipengaruhi hukum alam, yaitu hukum kehidupan dan kematian.
Negara perlu ruang hidup (lebenstraum) utk tumbuh dan berkembang secara
dinamis. Raga negara adalah negara itu sendiri, jiwa negara adalah pemikiran
dan semangat nasional rakyatnya. Negara melalui pemerintah sebagai
anggota tubuhnya berkewajiban menyediakan ruang hidup dan kesejahteraan
bagi rakyat.
Sebagai mahluk hidup negara dpt pula berkembang namun dpt pula
tenggelam.
D. TEORI IKATAN GOLONGAN
Hakikat negara dipandang sebagai ikatan atau gabungan
kelompok masy utk mencapai tujuan bersama. Negara
mengikat gabungan kelompok masy itu kearah perumusan
kehendak bersama dan bukan kepentingan golongan atau
kelompok tertentu. Kehendak bersama atau kepentingan
bersama (common interest) itulah merupakan tujuan negara
dioperasionalkan berdasarkan atas kesepakatan bersama di
dlm suatu organisasi negara.
E. TEORI DUA ISI
Berbicara mengenai hakikat negara jika dilihat dari teori dua isi maka dpt
dipandang dari dua segi:
1. Negara dipandang sebagai “social fact”, suatu kenyataan sosial;
2. Negara dipandang sebagai “rechtliche Institution”, sebagai suatu
lembaga hukum.
Negara jika dipandang sebagai dari segi social fact, maka negara dari luar
tampak sebagai suatu kebulatan, totalitas sebagai suatu kesatuan kehidupan
bermasyarakat. Dan metode yg dipergunakan dlm meninjau aspek ini adalah
metode sosiologis.
Jika dilihat dari segi yuridis:
Negara ditinjau dari dlm tampak seabagai
suatu struktur atau organisasi yg terdiri dari
lembaga2 negara seeperti MPR, DPR, DPD,
Presiden, menteri2 dan lembaga negara
lainnya.
F. TEORI MODERN
Miriam Budiardjo, sifat hakikat negara itu meliputi tiga hal:
1. Sifat memaksa
Negara mempunyai hak atau wewenang yg diberikan oleh
rakyat kpd nya utk melakukan tekanan atau pemaksaan
kpd penduduk utk menaati peraturan yg telah dibuat neg.
2. Sifat monopoli
Merupakan hak yg melekat kpd negara. Hal ini bertujuan
utk ketertiban semua penduduk maka hal2 yg menyangkut
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3. Sifat mencakup semua
Semua peraturan per uu (misalnya keharusan membayar
pajak) berlaku utk semua orang tanpa kecuali.
7. TEORI LEGITIMASI NEGARA
Masy Legitimasi (keabsahan):
Keyakinan anggota2 bahwa wewenang yg ada seseorang,
kelompok atau penguasa adalah wajar dan patut
dihormati.
Kewajaran itu berdasarkan persepsi bahwa pelaksanaan
wewenang itu sesuai dgn asas2 dan prosedur yg diterima
secara luas dlm masy dan sesuai dgn ketentuan2 dan
prosedur yg sah.
A. LEGITIMASI TEOLOGIS

Bernegara dgn orientasi kpd Tuhan atau berdirinya suatu


negara akibat kepanjangan dari kekuasaan Tuhan.
Hal ini tampak pd Pembukaan UUD 1945:
“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dgn
didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan
kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia
menyatakan dengan ini kemerdekaannya”.
Dgn berpandangan teologis, menyebabkan suatu
negara tetap mempercayai adanya agama. Sehingga
agama miskipun bukan dijadikan ideologi atau
agama resmi negara namun tetap memberi
pengaruh secara moral kpd pemangku negara dlm
setiap kebijakan yg diambil.
C. LEGITIMASI SOSIOLOGIS

Legitimasi sosiologis atau lebih tepat paham sosiologis ttg


legitimasi mempertanyakan mekanisme motivatif mana
yg nyata2 membuat masy mau menerima wewenag
penguasa. Atau, motivasi2 manakah yg mendasari
keyakinan anggota2 masy bahwa wewenang yg ada pd
seseorang, kelompok atau penguasa adalah wajar dan
patut dihormati.
D. Legitimasi Yuridis
Pembenaran yuridis (hukum) atas keberadaan suatu negara dpt
ditandai dgn adanya dasar hukum yg jelas (legalitas) atas
keberadaan atau eksistensi sebuah negara. Mengenai legitimasi
yuridis ini ada sebuah teori yg menyatakan bahwa kudeta yg
berhasil dpt disetujui sebagai penguasa yg sah selama dia mampu
mempertahankan kekuasaannya.
Legitimasi yuridis hanya akan gugur apabila penguasa lama
digantikan oleh penguasa baru melalui kudeta baik secara damai
maupun kekerasan. Yg ditandai dgn perubahan bentuk
pemerintahan.
E. LEGITIMASI ETIS
Legitimasi etis lebih mempersoalkan kpd keabsahan wewenang kekuasaan
politik dari segi norma2 moral.
Legitimasi itu muncul dlm dua konteks yaitu:
1. Setiap tindakan negara, baik legislatif maupun eksekutif
dapat (harus) dipertanyakan dari segi norma2 moral.
Pertanyaan ini merupakan unsur penting dlm pengarahan
kekuasaan ke pemakaian kebijaksanaan dan cara2 yg semakin
sesuai dgn tuntutan2 kemanusiaan yg adil dan beradab.
2. Legitimasi etis yg menjadi pokok bahasan etika politik
tdk menyangkut masing2 kebijaksanaan dari kekuasaan
politik, melainkan dasar dari kekuasaan politis itu
sendiri.
8. NEGARA DAN BANGSA
A. PENGERTIAN BANGSA
Stoddard, bangsa:
Suatu pengertian psikologis, apa yg dirasakan rakyat tentang diri
mereka secara politis, sedangkan ras berkaitan dgn jasmani, apa
sebenarnya manusia itu secara antropologis.
Ernest Renant (1823-1892), bangsa:
Jiwa yg melekat pada sekelompok manusia yg merasa dirinya
bersatu karena mempunyai nasib dan penderitaan yg sama pada
masa lampau dan mempunyai cita2 yg sama tentang masa depan.
Pandangan ini menegaskan bahwa suatu bangsa, pertama-tama
dipersatukan oleh hal2 yg bersifat ideal, yaitu persamaan nasib dan
cita2, kemudian oleh hal2 yg lebih bersifat psikis, yakni perasaan,
kesadaran dan kehendak, bukan oleh hal2 yg bersifat fisikal
seperti ras, agama, suku, bahasa dan adat-istiadat (Deddy
Ismatullah dan Asep A. Sahid Gatara, 2027:137).
Istilah bangsa terjemahan dari kata nation, yg berasal dari bhs
Latin: natio
artinya satu yg lahir. Nation dlm istilah bhs Indonesia artinya
bangsa. Dlm perkembangan selanjutnya konsep bangsa memiliki
pengertian dlm arti sosiologis antropologis dan politis.
Bangsa dlm arti sosiologis antropologis:
Perkumpulan orang yg saling membutuhkan dan
berinteraksi utk mencapai tujuan bersama dlm suatu
wilayah. Persekutuan hidup dlm suatu negara bisa
merupakan persekutuan mayoritas dan minoritas.
Diikat oleh ikatan2 seperti ras, tradisi, sejarah, adat
istiadat, agama atau kepercayaan, bahasa dan daerah.
Ikatan ini disebut ikatan primordial.
Bangsa dlm arti Politis:
Suatu masy dlm suatu daerah yg sama dan tunduk pada kedaulatan
negara sebagai satu kekuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam.
Bangsa dan negara sdh bernegara dan mengakui serta tunduk pd
kekuasaan negara yg bersangkutan.
Diikat oleh sebuah organisasi kekuasaan yaitu negara dan
pemerintahannya. Mereka juga diikat oleh suatu kesatuan wilayah
nasional, hukum, dan pandangan yg berlaku di negara tsb.
B. BANGSA DAN NASIONALISME
Stenley Benn dlm Nurcholis Madjid menyatakan bahwa setidaknya ada lima elemen utk
mendefinisikan istilah nasionalisme:
1. Semangat ketaatan kpd suatu bangsa (semacam patriotisme);
2. Dlm aplikasinya pd politik, nasionalisme menunjuk pd kecondongan
utk mengutamakan kepentingan bangsa sendiri, khususnya jika
kepentingan bangsa itu berlawanan dgn kepentingan bangsa lain.
3. Sikap yg melihat amat pentingnya penonjolan ciri khusus suatu
bangsa. Krn itu, doktrin yg memandang perlunya kebudayaan bangsa
harus dipertahankan.
4. Nasionalisme adalah suatu teori politik atau teori antropologi yg
menekankan bahwa umat manusia secara alami terbagi bagi menjadi berbagai
bangsa, dan ada kriteria yg jelas utk mengenali suatu bangsa beserta para
anggota bangsa itu.
Sejatinya sblm faham nasionalisme muncul, terlebih dahulu ada paham
kosmopolis, yakni:
Paham yg mengajarkan bahwa manusia bukan warga suatu negara, tetapi
warga dunia. Tanah air setiap manusia adalah dunia seluruhnya. Sebagai bukti
misalnya tercermin dlm imperium Romawi yg berdiri tdk berdasarkan atas
bangsa Romawi, melainkan atas keperkasaan tentara Romawi dan hukum
Romawi yg meliputi hampir seluruh bangsa pd waktu itu.
C. PROSES PEMBENTUKAN
NEGARA

Menurut Muhammad Yamin, yg disebut sebagai “E’tat nation,


nasionale state, negara kebangsaan yg mensyaratkan “kedaulatan
ke dlm dan kedaulatan ke luar”.
Kedaulatan ke dlm memberi perlindungan dan pengawasan pd
putra negeri.
Kedaulatan ke luar nenberi kesempatan luas mengatur
pertaliannya dgn negara lain.
Hirano Kenichiro seperti dikutip oleh Ramlan Surbakti, proses pembentukan negara bangsa secara
umum terdapat dua model utama:
1. Model ortodoks
yg bermula dari adanya suatu bangsa terlebih dahulu utk kemudian bangsa itu membentuk suatu
neg tersendiri, kemudian suatu rezim politik (konstitusi) dirumuskan dan ditetapkan, dan sesuai dgn
pilihan rezim politik itu, dikembangkan sejumlah bentuk partisipasi politik warga masy dlm
kehidupan negara-bangsa, contoh Madinah di era Nabi Muhammad SAW.
2. Model mutakhir
yg berawal dari adanya negara terlebih dahulu, yg terbentuk melalui proses tersendiri, sedangkan
penduduknya merupakan kumpulan sejumlah kelompok bangsa dan ras.
Contoh Indo yg terdidri dari berbagai macam suku, agama dan budaya.
D. FAKTOR-FAKTOR
PEMBENTUK IDENTITAS
BERSAMA
Suatu kelompok masy akan menjadi suatu bangsa yg satu apabila ada
ikatan2 kesamaan diantara mereka. Ikatan2 inilah yg dpt disebut juga dgn
faktor2 pembentuk identitas bersama sebagai satu bangsa.
Sebagaimana Sumpah Pemuda yg telah diikrarkan oleh para pemuda pejuang
pd tgl 28 )oktober 1928:
“berbagnsa satu bangsa Indonesia, bertanah air satu tanah air Indonesia…”
Kesatuan atau kesamaan nasib adalah menjadi pokok pembentuk identitas
bersama.
Selain kesamaan nasib faktor lain pembentuk identitas bersama
sebagai satu bangsa adaalah kesamaan bahasa.
Seperti bunyi Sumpah Pemuda:
“… berbahasa satu bahasa Indonesia…”
Berikutnya:
Kesamaan nasib atau sejarah suatu bangsa.
Kesamaan warna kulit atau bentuk pisik (sawo matang dgn
bentuk tubuh tdk terlalu tinggi).
9. TUJUAN DAN FUNGSI
NEGARA
A. TUJUAN TEORI NEGARA
Setiap pembahasan mengenai tujuan dan fungsi negara
sesungguhnya sdh secara implisisit mengadakan pemisahan
warga negara ke dlm dua golongan:
1. Golongan yg menetapkan tujuan dan yg
melaksanakan fungsi negara itu;
2. Golongan utk siapa tujuan dan fungsi itu diadakan.
Secara teoritis teori mengenai tujuan
negara dpt digolongkan menurut
zamannya:
1. Teori tujuan negara klasik/tua
2. Teoti tujuan negara modern
1. Teori Tujuan Negara Klasik
a. Teori tujuan negara dari Lord Shang
Tujuan utama dari negara adalah:
suatu pemerintahan yg berkuasa penuh terhadap
rakyat dgn jalan melemahkan dan membodohkan
rakyat.
Teori ini didasarkan atas pendapat bahwa:
menurut Lord Shang pd setiap negara selalu terdapat
dua aspek yg saling berhadapan dan saling
bertentangan, yaitu pemerintah dan rakyat, artinya
kalau rakyat kuat, kaya dan pintar, maka negara akan
lemah, sedang sebaliknya bila rakyat lemah dan
bodoh, miskin, negara akan kuat.
b. Teori tujuan negara menurut Machiavelli
Teori tujuan negara menurut Machiavelli dlm bukunya
Il Principle pemerintahan itu sebagai cara utk
memperoleh kekuasaan dan menjalankan kekuasaan.
Ia tdk setuju dgn moral kebudayaan, agama, dan
sebagainya krn semuanya akan melemahkan raja dlm
memerintah negaranya. Penguasa sebagai pemimpin
negara hrs mempunyai sifat sebagai srigala dan singa.
Sebagai srigala ia dpt mengetahui dan membongkar
rahasia yg bisa merobohkan negra krn kelicikannya.
Sebagai singa ia bisa menaklukkan bintang2 buas
lainnya.
c. Teori tujuan negara menurut Julius Caesar
Menurut Caesar, tujuan negara pd awalnya adalah pertahanan (defensif),
tapi kemudian berubah menuju ke serangan (ofensif). Sehingga dlm teori
ini
muncullah adagium yg berbunyi “Si vis pacem parabellum” (kalau
menghendaki perdamaian siapkanlah diri utk peperangan). Maka tdk
heran negara di era Julius Caesar sering kali melakukan peperangan baik
itu utk mempertahankan kekuasaan maupun memperluas area
kekuasaan.
d. Teori tujuan negara menurut Al-Ghazali
Bahwa tujuan suatu negara yg di dlm nya terdapat
lembaga pemerintahan adalah melaksa nakan syareat
agama, mewujudkan kemaslahatan rakyat, menjamin
ketertiban urusan dunia dan urusan agama.
Teori tujuan negara menurut Al-Ghazali ini mengisyarat
kan penggabungan antara agama dan negara.
Jadi hubungan antara agama dan negara adalah
integral tdk dpt dipisah-pisahkan. Hal ini kemudian
disebut dgn negara agama, yaitu negara yg
menjadikan salah satu agama sebagai agama resmi
negara.
2. Teori Tujuan Negara Moderen
a. Teori tujuan negara menurut Immanuel Kant
Tujuan negara adalah membentuk dan
menpertahankan hukum. Yg hendak menjamin
kedudukan hukum dari individu2 di dlm masy. Jaminan
itu meliputi kebebasan daripada negaranya yg berarti
tdk boleh ada paksaan daripada pihak penguasa agar
warga negaranya tinduk pd uu yg blm disetujui.
Selain itu, juga berarti bahwa setiap warga negara
mempunyai kedududkan hkum sama dan tdk boleh
diperlakukan sewenang-wenang oleh pihak penguasa.
Dgn demikian, utk mewujudkan kesetaraan hukum antara
warga negara dgn negara, maka dibutuhkan yg namanya
pembatasan dan pemencaran kekuasaan.
b. Teori tujuan negara menurut Montesquieu
Tujuan negara adalah agar tetap memiliki wilayah yg
akan dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya
kepentingan masy sehingga mereka dpt hidup tentram
dan bahagia. Hal ini yg kemudian disebut sebgai
negara kesejahteraan (welfare state). Di d;m negara
hukum kesejahteraan ini, tugas pemerintah bukan lagi
sebagai pejaga malam dan tdk boleh pasif, tetapi hrs aktif
turut serta dlm kegiatan masy sehingga kesejahteraan bagi semua orang
terjamin.
c. Teori tujuan negara menurut Miriam Biadiardjo
Tujuan negara dalah bonum publicum, coomon good,
common wealt (menciptakan kebagagiaan bagi rakyat).
Hal ini terkait tujuan manusia hidup di dunia adalah utk
mencapai kebahagiaan dan dan ketentraman. Maka utk
mengatur manusia dlm mencapai tujuan tsb, manusia
membutuhkan negara sebagai lembaga tertinggi yg
berdaulat.
d. Teori kedaulatan negara menutut Padmo Wahyono
1. Teori kekuasaan:
Bahwa tujuan negara ialah semata-mata utk
mempertahankan kekuasaan “penguasa” (raja).
Jadi teori ini dpt dikatakan mendukun diktator (tipe
machtstaat).
2. Teori kemakmuran negara (etatisme)
Menurut teori ini pusat segala kehidupan adalah
negara, krn itu yg paling penting adalah negara.
Jadi negara itu adalah tujuan itu sendiri, dan bukan
alat utk mencapai kemakmuran rakyat (tipe
polizeistaat).
3. Teori kemakmuran individu
Menurut teori ini tujuan negra hanya dpt dipakai
melalui kebebasan individu (HAM) yg dijamin dlm
UU. Jadi ada kebebasan sepenuhnya (leberalisme)
utk mencapai kemakmuran tanpa memperhatikan yg
tdk mampu (tipe formele rechstaat).
4. Teori kemakmuran rakyat
Menurut teori ini negara bertujuan utk kemakmuran
rakyat, yg hrs dicapai secara adil. Hadi dari segi
tujuan negara, tipe negara yg diidealkan adalah
“tipe negara hukum mariil-social service state”.
Dari uraian para ahli mengenaia tujuan
negara jika dihubungkan dgn NKRI maka
dpt diegaskan tujuan negara adalah
sebagaimana yg terdapat dlm Pembukaan
UUD 45 anine ke 4.
C. Teori Fungsi Negara
Pada milenium ketiga (abad ke-21), Francis Fukuyama,
mengutip laporan Bank Dunia, ttg pembangunan dunia,
dlm rangka lingkup serta kekuatan atau kemampuan
negara mengenai “pasar bebas” (free market),
mengemukakan 3 (tiga) fungsi utama negara, meliputi:
1. Fungsi minimal, menyediakan kebutuhan publik,
meningkatkan keadilan, terdiri atas:
a. pertahanan, melindungi kaum miskin dlm program
anti kemiskinan;
b. hukum dan ketertiban, program bantuan berencana;
c. kesejahteraan masyarakat.
2. Fungsi menengah, menangani persoalan2 eksternal,
mengatur monopoli, memperbaiki kualitas informasi,
dan menyediakan asuransi sosial, kegiatannya
mencakup:
a. Pendidikan
b. Perlindungan lingkungan
c. Pengaturan prasarana umum
d. Pengaturan anti monopoli
e. Regulasi keuangan
f. Asuransi sosial
g. Redestribusi dana pensiun
h. Perlindungan konsumen.
3. Fungsi aktivis, mengoordinasi aktivitas swasta,
redistribusi aset, meliputi tiga aktivitas, yaitu:
a. Mendorong pasar;
b. Melakukan redistribusi aset;
c. Mengumpulkan inisiatif.
Hal berbeda disampaikan oleh Wolfgang Friedman, bahwa dlm tugas
pemerintahan utk melaksanakan tujuan
Negara sebagai organisasi kekuasaan, maka negra dpt
berfungsi sebaga:
1. Provider, yaitu negara bertanggung jawab dan
menjamin suatu standar minimum kehidupan secara
keseluruhan, dan memberikan jaminan sosial lainnya;
2. Regulator, yaitu negara membentuk atuaran hukum dlm kehidupan
berbangsa dan bernegara;
3. Enterpreneur, yaitu negara menjalankan sektor
ekonomi
melalui BUMN/D dan mengusahakan kondisi kondusif
utk berkembannya dunia usaha;
4. Umpire, yaitu negara menetapkan standar2 yg adil
bagi pihak yg bergerak di sektor ekonomi, terutama
antara sektor swasta atau antar bidang usahae tertentu
Menurut Mirriam Budiardjo, fungsi minimal yg mutlak
perlu diselenggarakan oleh negara adalah:
1. Melaksanakan penertiban (law and order), utk
mencapai tujuan bersama dan mencegah bentrokan2
dlm masy, maka negara harus melaksanakan
penertiban. Dpt dikatajkan bahwa negara bertindak
sebagai “stabilisator”.
2. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Dewasa ini fungsi ini dianggap penting, terutama bagi
negara2 baru. Pandangan ini di Indo tercermin dlm
usaha pemerintah utk membangun melalui rentetan
repelita (rencana pembangunan lima tahun);
3. Pertahanan, hal ini diperlukan utk menjaga
kemungkinan serangan dari luar. Utk itu negara
dilengkapi dgn alat pertahanan.
4. Menegakkan keadilan, yaitu dilaksanakan melalui badan2 peradilan.
10. BENTUK-BENTUK
NEGARA, PEMERINTAHAN
DAN SISTEM PEMERINTAHAN
A. Bentuk Negara
Beberapa sarjana menyebutkan bentuk negara sebagai kerajaan
atau republik, sebagian lain mengartikan bentuknegara sebagai
Negara kesatuan atau negara fegeral.
Hal ini nampak pd bunyi Pasal 1 (1) UUD 1945:
“Negara Indonesia ialah negara kesatuan, yang berbentuk
republik”.
Sri Soemantri berangkat dari pemahaman regeringsvorm
yg diterjemahkan sebagai bentuk pemerintahan, dan
staatsvorm yg diartikan sebagai bentuk negara, maka
bentuk negara meliputi negara serikat dan negara
kesatuan.
Bentuk negara adalah merupakan batas antara peninjauan
secara sosiologis dan peninjauan secara yuridis mengenai
negara.
Disebut peninjauan secara sosiologis yaitu apabila negara
dilihat secara keseluruhan (ganzhit) tanpa melihat isinya
dan sebagainya.
Disebut peninjauan secara yuridis yaitu apabila negara
hanya dilihat dari isinya atau strukturnya.
Maka jika bentuk negara dilihat secara sosiologis akan
terbagi dua yaitu negara kasatuan dan negara federal.
Namun jika dilihat dari isinya atau strukturnya maka akan
tertuju pada monarkhi, tirani, aristokrasi, oligarkhi,
plutokrasi, politeia, dan demokrasi.
Jimly Asshiddiqie, dlm bukunya Pokok=pokok Hukum
Tata Negara Pasca Reformasi, membedakan adanya
empat macam susunan organisasi negara, yaitu:
1. Negara kesatuan (Unitary State. Eenheitstaat);
2. Negara Serikat atau federal (Federal State, Bonsstaat);
3. Negara Superstuktural (Superstate).
1. Negara Kesatuan
C.F. Strong, negara kesatuan: bentuk negara dimana wewenang
legislatif tertinggi dipusatkan dlm satu badan legislatif tertinggi
dipusatkan dlm satu badan legislatif nasional atau pusat.
Kekuasaan terletak pd pemerintah pusat dan tdk pd Pemda.
Pemerintah pusat mempunyai wewenang utk menyerahkan
sebagian kekuasaan kpd daerah berdasarkan hak otonomi (negara
kasatuan dgn sistem desentrakisasi), tetapi pd tahap terakhir
kekuasaan tertinggi tetap ditangan pemerintah pusat.
L.J. Apeldoorn mengatakan:
Suatu negara disebut negara kesatuan apabila kekuasaan
hanya dipegang oleh pemerintah pusat, sementara
provinsi-provinsi menerima kekuasaan dari pemerintah
pusat. Provinsi-provinsi tdk mempunyai hak mandiri.
Negara kesatuan dpt dibedakan dlm dua bentuk:
1. Negara kesatuan dgn sistem sentralisasi
2. Negara kesatuan dgn sistem desentralisasi.
2. Negara Federal
Negara federal, dilihat dari asa-usul kata “federal” berasal dari bhs
Latin yaitu “feodus” yg artinya liga.
Liga negara kota otonom pd zaman Yunani Kuno dpt dipandang
sebagai newgara federal yg mula-mula.
Model negara federal berangkat dari suatu asumsi dasar bahwa negara
federal dibentuk oleh sejumlah negara atau wilayah yg independen, yg
sejak awal memiliki kedaulatan pd dirinya masing2 negara atau
wilayah2 itu kemudian bersepakat membentuk negara federal.
Negara dan wilayah pendiri federal itu kemudian berganti
status menjadi negara bagian atau wilayah administrasi dgn
nama tertentu dan lingkungan federal.

Dlm neg federal, setiap neg bagian mempunyai hak atau


kebebsan utk melakukan tindakan ke dlm, selama tdk
bertentangan dgn UUD neg federal. Sedangkan utk tindakan
keluar hanya dpt dilakukan oleh atau melalui pemerintah
federal.
Dlm negara federal dikenal dua cara penyerahan
wewenang, yaitu:
1. Merinci dan menyebutkan satu persatu kekuasaan yg
diberikan kpd negara federal dlm konstitusi,
sedangkan selebihnya merupakan kekuasaan negara
bagian. Kekuasaan negara federal dianggap
bersumber dari negara bagian, contoh AS;
A2
2. Menyebutkan satu persatu kekuasaan yg diberikan kpd
negara bagian dlm konstitusinya, sedangkan selebihnya
atau wewenang umum lainnya yg tdk ditegaskan dlm
konstitusi tetap menjadi kekuasaan negara federal.
Kekuasaan ada pd negara federal yg dibagikan kpd
negara bagian , contoh Kanada.
Prof. Mr. R. Kranenburg, secara umum negara federal dgn negara kesatuan
khususnya ditinjau dari hukum positif, sbb:
a. negara bagian suatu federasi memiliki pouvir contituant
yakni wewenang membentuk UUD sendiri serta
wewenang mengatur bentuk organisasi sendiri dlm
rangka batas2 konstitusi negara federa, sedangkan
dlm negara kesatuan, organisasi negara2 bagian, (yaitu
Pemda) secara garis besarnya ditetapkan oleh pembentuk
UU pusat;
b. Dlm negara federal, wewenang membentuk UU pusat
utk mengatur hal2 tertentu telah terperinci satu persatu
dlm konstitusi federal, sedangkan dlm negara kesatuan,
wewenang pembentukan UU pusat ditetapkan dlm
suatu rumusan umum dan wewenang pembentukan UU
rendahan (lokal) bergantung pd badan pembentuk UU
pusat.
3. Negara Konfederasi
Menurut L. Oppenhaim, “A confederacy consists of a
number of full soverign state kinked together for the
maintenance of their external and internal indpendence
by a rocognized international treaty into a union with organs of
its own, which are vested with are certain power
over the members-states, but not over the citizens of these
states” (suatu konfederasi tertdiri dari beberapa negara yg
berdaulat penuh yg utk mempertahankan lemerdekaan
ekstern dan intern, bersatu atas dasar oerjanjian
internasional yg diakui dgn menyelenggarakan beberapa
alat perlengkapan tersendiri yg mempunyai kekuasaan
tertentu terhadap negara anggota konfederasi, tetapi tdk
terhadap warga negara dari negara itu).
Konfederasi sendiri mempunyai perbedaan sangt prinsipil
dgn negara serikat, yaitu:
No Konfederasi Negara Serikat

1 Kedaulatan tetap dipegang oleh Kedaualatan ada pada negara


masing2 negara anggota federal
2 Keputusab yg diambil konfederasi Keputusan yg diambil pemerintah
tdk dpt langsung mengikat kpd federal dpt langsung mengikat kpd
warga negara dari negara2 anggota warga negara dari negara2 bagian
3 Negara2 anggota dpt memisahkan Negara2 bagian tdk boleh
diri memisahkan diri dari negara
4. Negara Dominion
Bentuk negara semacam ini khusus terdapat di
lingkungan Kerajaan Inggris. Negara dominion adalah
sustu negara yg tadinya merupakan jajahan Inggris, yg
telah merdeka dan berdaulat, yg mengakui Ratu Inggris
sebagai Ratunya, sebagai lambang persatuan mereka.
C.
PEMERINTAH/PEMERINTAHAN

Pemerintahan adalah bestuurvoering atau pelaksanaan


tugas pemerintah, sedangkan pemerintah ialah organ/alat
atau aparat yg menjalankan pemerintahan.
Pemerimtah sebagai alat ketatanegaraan dpt diartikan
secara luas (in the broad sense) dandlm arti sempit (in the
narrow sense).
Pemerintah dlm arti luas mencakup semua alat
kelengkapan negara, yg pd pokoknya tertdiri dari cabang2
kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudisial atau alat2
kelengkapan negara lain yg berindak utk dan atas nama
negara.
Sedangkan dlm berbagai keputusan istilah pemerintahan
disebutkan memiliki dua pengertian, yaitu sebgai fungsi
dan sebagai organisasi.
Menurut Sueharjo:
Pemerintahan sebagai organisasi bilamana kita
mempelajari ketentuan2 sususnan organisasi, termasuk di
dlm nya fungsi, penugasan, kewenangan dan kewajiban
masing2 departemen pemerintahan, badan2, instansi serta
dinas pemerintahan. Sebagai fungsi kita meneliti
ketentuan2yg mengatur apa dan cara tindakan aparatur
pemerintahan sesuai dgn kewenangan masing2.
C. Bentuk Pemerintahan
Ilum pemerintahan mengalami perkembangan yg cukup pesat pd
th 1690 tatkala John Locke mengagas sebuah teori pemerintahan
leberal yaitu ajaran ttg pemerintahan demokrasi modern. Dlm
teorinya, John Locke menggambarkan bahwa legislatif adalah
kekuasaaan tertinggi dan eksekutif berada dibawahnya.
Rasionalisasinya adalah penyelenggara pemerintahan
memerlukan pembatasan kekuasaan pemerintahan dan dan
menjujung tinggi HAM antara lain: hak atas keselamatan pribadi,
hak kemerdekaan dan hak milik.
Montesquieu menyebut tiga bentuk pokok pemerintahan:
1. Bentuk republik:
kekuasaan tertinggi di dlm negara adalah di tangan
rakyat (atau dilakukan atas nama rakyat, jika lembaga
rakyat memiliki kekuasaan tertinggi disebut demokrasi,
sedangkan kekuasaan tertunggi berada pd sebagian
rakyat dinamakan aristokrasi);
2. Bentuk monarki:
pemerintahan dilakukan oleh seorang raja meskipun
menurut aturan-aturan tertentu. Sehingga dlm
perkembangannya ada monarki absolut dan ada
monarki konstitusional;
3. Bentuk despotisme:
pemerintahan tunggal dilakukan secara sewenang-wenang
(tanpa dasar peraturan) dan mutlak.
Menurut Jimly:
Jika yg dibahas bukan bentuk organnya, melainkan
bentuk penyelenggaraan pemerintahan atau bentuk
penyelenggaraan kekuasaan, maka istilah yg lebih tepat
dipakai adalah istilah bentuk pemerintahan. Istilah inipun
harus dibedakan pula dari istilah sistem pemerintahan yg
menyangkut pilihan antara sistem presidensial, sistem
parlementer atau sistem campuran.
D. Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan dpt diartikan:
Sebagai suatu struktur yg terdiri dari fungsi2 legislatif, eksekutif, yudikatif yg saling
berhubungan, bekerja sama dan memengaruhi satu sama lain. Secara demikian Sistem
pemerintahan adalah cara kerja lembaga2 negara dan hubungannya satu sama lain.
Menurut Jimky sistem pemerintahan:
Suatu sistem hubungan antara lembaga2 negara.
Menurut Soemantri Sistem pemerintahan adalah:
Hubungan anatara lembaga legislatif dan eksekutif.
Agak berbeda menurut Ismail Suni sistem pemerintahan:
Suatu sistem tertentu yg menjelaskan bagaimana hubungan
anatara alat2 perlengkapan negara yg tertinggi di suatu
negara.
Dlm ilmu negara umum (algemeine staatslehre):
Sistem pemerintahan ialah sistem hukum kenegaraan, baik
yg berbentuk monarki maupun republik, yaitu mengenai
hubungan antara pemerintah dan badan yg mewakilinya.
Mahfud MD:
Sistem pemerintahan dipahami sebagai suatu sistem
hubungan tata kerja antarlembaga-lembaga negar.
Usep Ranuwijaya:
Sistem pemerintahan merupakan sistem hubungan antara
eksekutif dan legislatif.
Dari uraian para ahli tsb di atas ttg sistem pmerintahan, maka ada dua model
sistem pemerintahan yg banyak diterapkan oleh negara2 di dunia:
1. Sistem pemerintahan parlementer:
Sistem pemerintahan dimana hubungan anatara eksekutif dan badan
perwakilan
rakyat (legislatif) sangat erat. Hal ini disebabkan adanya pertanggung
jawaban para menteri terhadap parlemen. Maka setiap kabinet yg dibentuk hrs
memperoleh dukungan kepercayaan dgn suara terbanyak dari parlemen. Dgn
demikian, kebijakan pemerintah atau kabinet tdk boleh menyimpang dari apa
dikehendaki parlemen.
Kelebihannya:
a. Pembuat kebijakandpt ditangani secara cepat krn
mudah terjadi penyesuaian pendapat antara eksekutif
dan legislatif. Hal ini disebabkan kekuasaan eksekutif
dan legiskatif berada pd satu partai atau kualisi
pertaia;
b. Garis tanggung jawab dlm pembuatan dan
pelaksanaan kebijakan publik jekas;
c. Adanya pengawasaan yg kuat dari parlemen terhadap
kabinet sehingga kabinet menjadi berhati-hati dlm
menjalankan pemerintahan.
2. Sistem pemerintahan presidensial:
Sauatu pemerintahan dimana kedudukan eksekutif tdk
bertanggung jawab kpd badan perwakilan rakyat, dgn
kata lain kekuasaan eksekutif berada di luar
pengawasan (langsung) parlemen. Hal ini dpt terjadi
jika presiden sebagai kepala negara dipilih secara
langsung oleh rakyat.
Kelebihannya:
a. Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya krn tdk
tergantung pd parlemen. Di beberapa negara presiden
di pilih secara langsung seperti di Indonesia;
b. Masa jabatn badan ekskutif lebih jelas dgn jangka
waktu tertentu. Misalnya masa jabatan presiden AS
adalah 4 th. Presiden Indo adalah 5 th.
c. Penyususnan program kerja kabinet mudah disesuaikan
dgn jangka waktu masa jabatannya;
d. Legislatif bukan tempat kaderisasi utk jabatan2
eksekutif krn dpt diisi oeleh orang luar termasuk
anggota parlemn sendiri. Hal ini yg di era Soekarno
disebut zaken kabinet (kabinet ahli).
11. ALAT PERLENGKAPAN
NEGARA
A. Teori Pemisahan dan Pembagian Kekuasaan
Menurut Montisquieu dlm bukunya L’Esprit des Lois (1784)
atau dlm bhs Inggris-nya The Spirit of The Laws, yg membagi
kekuasaan negara dlm tiga bagian:
1. Kekuasaan Legislatif sebagai pembuat UU;
2. Keluasaan Eksekutis sebagai pelaksana UU;
3. Kekuasaan Yudikatif sebagai penegak atau utk
menghakimi.
Pada intinya prinsip2 pembagian kekuasaan atau pemisahan
dimaksud utk membatasi kekuasaan negara dari kemungkinan
memnjadi sumber penindasan dan
Tindakan sewenag-wenang kpd rakyat yg lemah.
Hal ini sebagaimana dikemukakan Lord Acton:
“Power tens to corrupt, but absolute power corrupt absolutely”.
Bahwa kekuasaan itu mempunyai kecenderungan utk
menyimpang (korupsi) dan kekuasaan yg absolut (tanpa batas)
pasti melakukan penyimpangan (korupsi).
Menurut Ivor Jennings, pemisahan kekuasaan mempunyai
dua pengertian, yaitu:
1. Pemisahan dlm arti materiil, yaitu pemisahan dlm arti
pembagian kekuasaan itu dipertahankan secara tegas
dlm tugas2 (fungsi2) kenegaraan yg secara
karakteristik memperlihatkan adanya pemisahan
kekuasaan kpd tigs bagian: legilatif, eksekutif, yidikatif;
2. Pemisahan kekuasaan dlm arti formal, yaitu pembagian
kekuasaan tsb tdk dipertahankan secara tegas. Jadi
secara formal ada tiga lembaga yg menangani
kekuasaan tsb, tetapi fungsinya tdk terpisah secara
ketat/tegas dan mutlak seperti yg dikemukakan oleh
Montesquieu.
B. Teori Lembaga Negara
Lembaga negara:
Lembaga pemerintahan atau “civilizated organization”
dimana lembaga tsb dibuat oleh negara, dari negra, dan
utk negara yg bertujuan utk membangun negara itu
sendiri.
KBBI 1997 kata lembaga diartikan sebagai:
(i) asal mula atau bakal (yg akan menjadi sesuatu);
(ii) bentuk asli (rupa, wujud);
(iii) acuan; ikatan;
(iv) badan atau organisasi yg bertujuan melakukan
penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha;
(v) pola perilaku yg mapan yg terdiri atas interaksi sosial
yg berstruktur.
Dlm hukum tata negara lazim dipakai istilah yg menunjuk
pd pengertian yg lebih terbata, yaitu alat perlengkapan
negara yg biasanya dikaitkan dgn cabang2 kekuasaan
seperti legislatif, yukatif, eksekutif.
Istilah alat perlengkapan negara, di Negara Indonesia
dipergunakan secara resmi di dlm Konstitusi Republik
Indonesia Serikat (KRIS) atau UUDS 1950 Pasal 44 yg
menegaskan bahwa alat2 perlengkapan negara adalah:
1. Presiden wakil Presiden
2. Menteri-memteri
3. Dewan Perwakilan Rakyat
4. Mahkamah Agung
5. Dewan Pengawas Keuangan
C. Teori Konstitusi
Menurut Eric Barent dlm bukunya “An Introduction to
Costitutional Law” manyatakan:
The costitututional of state of a state is written document or text
which outlines the powers of its parliament, government, court,
and other important national institution (Konstitusi negara
adalah dokumen tertulis atau teks yg mana secara garis besar
mengaturn kekuasaan legislati, eksekutif dan yudikatif serta
lembaga negara lainnya).
Menurut Black’s Law Dictionary pengertian konstitusi dalah
“the fundamental and organic law of a nation or state,
establising the conception, character and organization of its
goverment as well as prescribing the extent of its sovereign
power and the manners of its exercice” (hukum dasar dan
organik suatu neg atau bangsa dlm menetapkan konsep,
karakter, dan organisasi dari pemerintahannya, juga
menjelaskan kekuasaan kedaulatannya serta cara dan
pengujiannya).
Sri Soemantri dlm Widodo Ekatjahjana, Pengujian
Peraturan Perundanga-undangan Menurut UUD 1945
(sebuah Disertasi Program Pascasarjana, UNPAD, tdk
diterbitkan, 2007, hlm 85. Menurut K.C Wheare yg
dinamakan konstitusi tertulis adalah:
Apabila sdh terkodifikasi dlm satu naskah yg utuh,
sedangkan konstitusi tdk tertulis adalah yg belum
terkodifikasikan.
Sedangkan dlm Astim Riyanto menyatakan Kostitusi
bernaskah ialah kostitusi dlm dokumen formal tertentu
seperti Amerika, Perancis dll. Sedangkan konstitusi tdk
bernaskah adalah tdk berwujud naskah tunggal atau
beberapa naskah kostitusi serta memang kovensi dan
tradisi memegang peranan yg lebih penting daripada di
neg lain yg mempunya konstitusi tertulis.
Utk materi muatannya menurut Miriam Budiardjo, setiap UUD memuat
ketentuan2 mengenai:
1. Organisasi neg, misalnya pembagian kekuasaan
antara badan legislatif, eksekutif dan yudikatif;
pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dan
pemerintah neg bagian; prosedur menyelesaikan
masalah pelanggaran yurisdiksi oleh salah satu badan
pemerintahan dan sebagainya.
2. HAM
3. Prosedur mengubah UUD
4. Ada kalanya memuat larangan utk mengubah sifat
tertentu dari UUD.
12. HUBUNGAN NEGARA DAN
HUKUM
A. Arti Negara Hukum
Hans Kelsen:
Neg tdk lain merupakan penjelmaan dari tatanan hukum suatu bangsa.
Munir Fuady:
Neg hukum adalah suatu sistem kenegaraan yg diatur berdasarkan hukum
yg berlaku yg berkeadilan yg tersususn dlm suatu konstitusi, dimana
semua orang dlm neg tsb, baik yg diperintah maupun yg memerintah,
harus tunduk pd hukum yg sama, sehingga setiap orang yg sama
diperlakukan sama dan setiap orang berbeda diperlakukan berbeda dgn
perbedaan yg rasional, tanpa
memandang perbedaan warna kulit, ras, gender, agama,
daerah dan kepercayaan, dan kewenangan pemerintah
dibatasi berdasarkan suatu prinsip distribusi kekuasaan,
sehingga pemerintahn tdk bertindak sewenang-wenang
dan tdk melanggar hak2 rakyat karenanya kpd rakyat
diberikan peran sesuai kemampuan dan peranannya
secara demokratis.
Wirjono Prodjodikoro, neg hukum berarti suatu neg yg di dlm
wilayahnya adalah:
1. Semua alat2 perlengkapan dari neg, khususmya
alat2 perlengkapan dari pemerintah dlm tindakannya
baik terhadap warga neg maupun dlm saling
berhubungan masing2, tdk boleh sewenang-wenang,
melainkan harus memperhatikan peraturan2 hukum yg
berlaku;
2. Semua orang (penduduk) dlm hubungan
kemasyarakatan harus tunduk pd peraturan2 hukum yg
berlaku.
Secara konseptual, hingga kini terdapat lima konsep
utama negara hukum, ialah:
Rechtsstaat, rule of law, socialist legality, nomokrasi
Islam, dan negra hukum Pancasila.
Konsep rechtsstaat diawali oleh pemikiran Immanuel
Kant ttg neg hukum dlm arti sempit (norma) yg
menempatkan fungsi recht pd staat hanya sebagai alat
perlindungan hak2 asasi individual dan pengaturan
kekuasaan neg secara pasif, yakni hanya bertugas sebagai
pemelihara ketertiban dan keamanan masy. Konsep Kant
ini, terkenal dgn sebutan Nachtwakerstaat atau negara
penjaga malam.
Paham neg hukum dari Kant (negara hukum liberal) kurang
memuaskan, muncul paham neg hukum formal yg dikembangkan
oleh F.J. Stahl yg berkembang di Jerman dlm bukunya Philosophie
des recht terbit th 1878.
Unsur2 hukum formal tsb, yaitu:
1. Mengakui dan melindungi HAM;
2. Utk melindungi terhadap HAM tsb maka penyelenggara
neg hrs berdasarkan atas teori trias politica;
3. Dlm menjalankan tugasnya, pemerintah harus
berdasarkan atas UU (wetmatigbestuur);
4. Jika dlm menjalankan tugasnya berdasarkan UU,
pemerintah masih melanggar hak asasi (campur tangan
pemerintah dlm kehidupan pribadi seseorang), maka
ada pengadilan administrasi yg akan
menyelesaikannya.
Dlm perkembangan berikutnya, kekurangan2 yg ada terus
mendapat perhatian utk penyempurnaan. Salah satu
tokohnya adalah Paul Scholten dgn membedakan
tingkatan antara asas dan aspek negara hukum. Unsur yg
dianggap penting dinamakan “asas”, unsur yg merupakan
turunannya disebut “aspek”.
Asas neg hukum menurut Scholten adalah:
1. Ada hak warga terhadap neg, asas ini mengandung
dua aspek: pertama, hak individupd prinsipnya berada
di luar wewenang neg; kedua, pembatasan terhadap
hak tsb hanyalah dgn ketentuan UU, berupa peraturan
yg berlaku umum;
2. Adanya pemisahan kekuasaan. Scholten dgn mengikuti
Montesquieu mengemukakan tiga kekuasaan neg yg
harus dipisahkan satu sama lain, yakni kekuasaan
pembentuk UU, kekuasaan melaksanakan UU dan
kekuasaan mengadili.
Menurut The International Commission of Jurist:
Prinsip2 neg hukum itu ditambah lagi dgn adanya sistem
peradilan yg bebas dan tdk memihak
(independence and impartiality of judiciary) yg pd zaman
sekarang makin dirasakan mutlak diperlukan dlm setiap
neg demokrasi.
Menurut “The International Commisssion of Jurist”, ada
tiga prinsip penting dlm neg hukum, yakni:
1. Negara harus tunduk pd hukum;
2. Pemerintah menghormati hak2 individu;
3. Peradilan yg bebas dan tdk memihak.
Hukum yg mengatur dan membatasi kekuasaan neg atau
pemerintah diartikan sebagai hukum yg dibuat atas dasar
kekuasaan rakyat sesuai asas “lex populi suprama lex”
(suara rakyat adalah hukum yg tertinggi). Begitu eratnya
hubungan ini sehingga muncullah sebutan negara hukum
demokratis atau democratische rechsstaat.
13. HUBUNGAN NEGARA DAN
AGAMA
A. Hubungan Negara dan Agama
Bagi neg dgn paham neg agama (teokrasi) yg hanya
mendasarkan ideologinya agama tertentu, maka
pembuatan peraturan perundang-undangan harus
mengacu kitab suci agama tertentu yg menjadi agama
neg.
Salahsatu contoh bentuk pengakuan ini melalui keluarnya
SE Mendagri No. 477/74054/1978 yg antara lain
menyebutkan: agama yg diakui pemerintah, yaitu Islam,
Katolik, Kristen/Protestan, Hindu, Budha dan Konghuchu.
Pemerintah juga membentuk MUI, WALUBI, PGI, KWI,
dan HINDU DHARMA. Walaupun neg Indomengakui
agama2 tsb di atas dan dijabarkan dlm bnetuk pelayanan
organ neg, akan tetapi jaminan kpd tiap2 orang memeluk
agama di luar agaama2 tsb tetap memperoleh perlindungan.
Pasal 29 UUD 1945:
1. Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa;
2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk utk
memeluk agamanya masing2 dan utk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Dari perdebatan pola relasi agama dan neg tsb
memunculkan tiga teori:
1. Paradigma integralistik (integralistic paradigm):
Hubungan antara agama dan neg menyatu (integrated)
Neg diatur oleh syareat agama (negara agama)/
teokrasi. Konsep neg dan agama tsb teraplikasi dlm
konsep tahta suci Vatikan, Neg Iran.
2. Paradigma simbiotik (simbiotic paradigm):
Agama dan neg berhubungan seacara simbiotik, yakni
suatu hubungan yg bersifat timbal balik dan saling
memerlukan.
3. Paradigma sekularistik (sekularistic paradigm):
Pemisahan (disparitas) agama atas neg dan
pemisahan neg atas agama. Dlm konteks Islam, paradigma
ini menolak mendasarkan neg kpd Islam atau paling tdk menolak
determinasi Islam pd bentuk tertentu dari neg.
Gede Atmaja:
Neg sekuler adalah neg yg tdk berdasarkan Ketuhanan
dan tdk berdasarkan pd agama, serta memisahkan urusan
agama dari neg. Neg tdk ikut campur atau memasuki
domain kebebasan beragama. Warga neg bebas
melaksanakan agamanya masing2 atau tdk beragama
sekalipun.
SEKIAN…………
SELAMAT BELAJAR

Anda mungkin juga menyukai