ALIMUDDIN, S.H.,M.H.
1. PENDAHULUAN
Istilah, Pengertian Negara dan Ilmu Negara
1. Pengertian Negara
Istilah negara berasal dari terjemahan bhs asing adalah:
(a) Staat (bhs Belanda)
= negara; (b) State (Bhs Inggris) = negara; (c) E’tat (bhs
Prancis)= negara. Dari pengertian ini maka istilah staat
(state, e’tat) dari bhs Latin: status atau statum artinya
menaruh dalam keadaan berdiri, membuat berdiri,
menempatkan.
Berdasarkan hal tersebut, kemudian istilah negara yang berasal-
usulnya berasal dari bhs Sansekerta “ Nagari” atau “ nagara”,
yang berarti kota. Dalam bhs daerah dari suku-suku yang ada di
Indo menerima arti “daerah”,”wilayah”,”negeri” (Aceh) atau
tempat tinggal seorang raja atau pangeran (negeri, negara di pulau
Jawa) dan “ kota”(negeri ,Melayu). Dlm bhs Melayu modern
istilah “negara” atau ”negeri” sama artinya dlm bhs Indonesia. Jadi
istilah “negara” dalam sejarah berhubungan dengan wilayah,
kota dan penguasa.
Prof. Mr. M. Nasroen, elemen2 neg atau unsur unsur neg
berdasarkan Pasal 1 Montevideo (Pan American)
convention on right and Duties Of States of 1993 dapat
ditentukan sebagai berikut:
(1) adanya rakyat atau penduduk,
(2) wilayah tertentu
atau daerah tertentu,
(3) Pemerintah yg berdaulat dan diakui oleh
rakyatnya.
Disatu sisi, konsep negara atau state sebagaimana digunakan
Weber dapat diartikan
sebagai sebentuk estitas yang
abstrak berupa institusi yang memiliki aparat tersendiri, memiliki
otoritas mrmbuat aturan secara terpusat pada suatu wilayah
tertentu, memiliki perbedaan hierarkis diantara individu dalam hal
akses kepada kekuasaan dan sumber-sumber yang dilakukan
melalui pemaksaan yang terlambagakan baik dalam bentuk
M. Tahir Azhari beliau mendefinisikan negara:
sebagai suatu
kehidupan berkelompok manusia yg mendirikannya
bukan saja atas dasar perjanjian bermasyarakat
(contract social), tetapi juga atas dasar fungsi
manusia sebagai khalifah Allah di bumi yg
mengemban kekuasaan sebagai amanah-Nya.
Dari sudut pandang yang berbeda R.Kranenburg
menguraikan negara: sebagai
suatu organisasi kekuasaan, diciptakan oleh
sekelompok manusia yg disebut bangsa. Jadi menurut
Kranenburg terlebih dahulu harus ada sekelompok
manusia yg mempunyai kesadaran untuk mendirikan
suatu organisasi, dengan tujuan untuk memelihara
kepentingan dari kelompok tsb.
Fichte:
negara sebagai susunan masyarakat, ikatan warga
negara yang didasarkan perasaan nasional dan terjadi karena suatu
perjanjian.
Logemann:
negara adalah suatu organisasi kekuasaan yg
meliputi atau menyatukan kelompok manusia yg kemudian disebut
bangsa.
Thomas Hobbes:
Negara adalah suatu tubuh yg dibuat oleh orang
banyak beramai-ramai, yg masing2 berjanji akan memakainya menjadi
alat untuk keamanan dan perlindungan mereka.
L J Van Apeldorn:
negara menunjuk pd berbagai gejala yg sebagian
termasuk pada kenyataan,dan sebagian lagi menunjukkan gejala2
a. Perkataan negara dipakai dalam arti penguasa, jadi untuk menyatakan
orang atau orang2 yg memiliki kekuasaan tertinggi atas persekutuan
rakyat yg bertempat tinggal dim suatu daerah;
b. Perkataan negara juga dpt diartikan sebagai suatu persekutuan rakyat,
yakni: untuk menyatakan suatu bangsa yg hidup dalam suatu
daerah, di bawah kekuasaan tertinggi, menurut kaidah2 hukum yg
sama;
c. Negara ialah suatu wilayah tertentu dalam hal ini, perkataan negara
dipakai untuk menyatakan sesuatu daerah, di mana diam suatu bangsa
di bawah kekuasaan yg tertinggi;
d. Negara diartikan sebagai kas negara atau fiskus, yang maksudnya
ialah harta yang dipegang oleh penguasa guna kepentingan umum.
Miriam Budiarjo:
negara sebagai organisasi kekuasaan atau integrasi dari kekuasaan politik, ia
adalah organisasi pokok dari kekuasaan politik. Negara adalah agency (alat) dari
masy yg mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan2 manusia dlm masy.
Soepomo:
negara adalah susunan masy yg integral, segala golongan, segala bagian, segala
anggotanya berhubungan erat satu sama lain dan merupakan persatuan masy yg
organis. yg terpenting dlm negara yg berdasar aliran pikiran integral ialah
penghidupan bangsa seluruhnya. Negara tidak memiliki kepada sesuatu golongan yg
paling kuat, atau yg paling besar, tidak menganggap kepentingan seseorang sebagai
pusat, akan tetapi menjamin keselamatan hidup bangsa seluruhnya sebagai persatuan
yg tidak dapat dipisahkan.
Oppenheimer:
negara adalah sebuah organisasi dari sesuatu kelas yg menguasai kelas2 lain (an
organization of one class dominating over the other classes).
Karl Marx:
negara akan tetap ada sebagai suatu organisasi akibat dari suatu penjelmaan dari sejarah
dan sebagai hasil dari kehidupan manusia itu sendiri jika kemajuan2 dlm proses produksi
dan pembagian kerja terdapat dan selama hak milik memegang peranan yg penting. Sejak
itu negara disebut sebagai negara kelas dan juga berlaku bagi negara proletar jika negara
borjuis diganti oleh negara proletar tsb, setelah kaum proletar merebut kekuasaan dari kaum
kapitalis.
Abdul Aziz:
negara sebagai tingkat integrasi politik dimana suatu masy memiliki organisasi politik yg
sangat terpusat secara permanen, dgn elit penguasa di puncak piramida kekuasaan dan
rakyat sebagai bagian terbesar berada di bawahnya.
Penulis:
negara adalah suatu organisasi kekuasaan yg mempunyai wilayah tertentu, rakyat yg
diperintahkan oleh penguasa, pemerintah yg berdaulat dan diakui oleh negara lain.
Menurut konsep hukum:
negara merupakan suatu fenomena hukum yg berupa badan hukum, yaitu korporasi.
Sebagai badan hukum, negara merupakan suatu personifikasi dari tatanan hukum nasional
yg membentuk komunitas. itulah yg membedakan negara dgn badan hukum lainnya. Pada
sisi lain, menurut konsep sosiologi negara adalah suatu realitas sosial yg merupakan sebuah
2. Pengertian Ilmu Negara
Persyaratan suatu pengetahuan dapat disebut ilmu harus memenuhi
ketentuan2 yg menurut Ralph Ross dan Ernest van Hagg adalah utama
yaitu:
1. Rasional 2. Emperis 3. Umum 4. Akumulatif atau
tersusun
Ilmu pengetahuan sendiri didefinisikan sebagai hasil pemikiran
manusia yg objektif, disusun secara sistematis dan dpt dibuktikan secara
empiris
Menurut Ernes van Hagg ilmu negara:
ilmu ttg segala hal mengenai negara
meliputi arti negara atau sifat hakikat negara, pembenaran adanya
negara, terjadinya suatu negara dan tujuan negara.
Djokosutono, ilmu negara:
ilmu
ttg organisasi manusia atau kumpulan manusia yg berada
di bawah suatu pemerintah yg sama.
Prof. Ahmad Sukarja:
negara sebagai ilmu
pengetahuan yg menyelidiki pokok2 dan pengertian ttg
negara.
Padmo Wahjono:
ilmu negara adalah ilmu pengetahuan yg
membahas tentang: (a) pengertian-
pengertian dasar serta;
(b) sendi-sendi dasar tentang negara.
Soetomo:
Ilmu negara sebagai ilmu yg menyelidiki
atau membicarakan tumbuhnya dan wujudnya dan bentuk-
bentuk negara.
Objek Kajian Ilmu Nagara
Mengenai keberadaan negara, sebagai objek ilmu pengetahuan tidak hanya didominasi oleh ilmu negara saja,
melainkan dikaji lebih lanjut juga oleh cabang-cabang ilmu pengetahuan yang lain seperti:
1. Hukum Tata Negara (HTN):
menurut
logemann adalah hukum yg mengatur organisasi negara. Sedangkan menurut Robert Morrison Mac Iver, Hukum
Tata Negara adalah hukum yg mengatur negara. Hukum Tata Negara merupakan hukum yg memerintah negara.
2. Hukum Administrasi Negara (HAN):
seperangkat peraturan yg memungkinkan administrasi negara menjalankan
fungsinya, yg sekaligus juga melindungi warga terhadap sikap tidak administrasi negara, dan melindungi
administrasi negara itu sendiri.
3. Ilmu Politik:
Mirriam Budiardjo:
ilmu yang mempelajari bermacam2 kegiatan dalam suatu sistem politik (negara) yg menyangkut proses
menentukan dan melaksanakan tujuan2 dari sistem itu.
Dari uraian ilmu-ilmu pengetahuan yg berobjek negara, maka objek ilmu negara sendiri adalah negara dari
sifatnya atau dari pengertiannya yg abstrak umum universal.
Metode Pendekatan Mempelajari Ilmu Negara
Dalam mempelajari ilmu negara para ahli kenegaraan menggunakan
metode antara lain:
1. Metode Induktif yaitu metode yang mempelajari suatu gejala khusus
(peristiwa yg konkrit) untuk mendapatkan kaidah2 yg berlaku
dlm lapangan yg lebih luas.
2. Metode Deduktif adalah metode yang menggunakan proses
kebalikan dari metode induktif yaitu dimulai dengan kaidah2 yg
dianggap berlaku umum untuk dipelajari dalam keadaan khusus.
3. Metode Sejarah yaitu metode atau cara mempelajari ilmu negara
berdasarkan sejarah tumbuh dan berkembangnya atau berdasarkan
fenomena atau gejala yg tumbuh di masa lalu kemudian dibandingkan
dgn kondisi yg terjadi di masa saat ini.
4. Metode Perbandingan adalah metode yang digunakan dengan cara
membandingkan perbedaan kondisi suatu obyek yg satu dgn objek yg lain
atau negara Indonesia dgn negara lain kemudian juga mencari persamaan yg
antara objek tersebut.
5. Metode Sistematik yaitu dgn cara menghimpun bahan yg sudah ada,
selanjutnya dilakukan pelukisan dan penguraian dan analisis kemudian
dilanjutkan dgn klasifikasi ke dlm golongan2 di dlm suatu sistematik.
6. Metode hukum yaitu titik berat segi hukum (yuridis) sedangkan non
yuridis di samping kan, selain itu terdapat metode penyelidikan Recht
Dogmatiek yakni memaksakan aturan hukum semata, metode recht dogmatiek
ini mencari pengertian2 dan sendi2 hukum (pokok) yg berlaku di suatu
negara.
HUBUNGAN ILMU NEGARA
DGN ILMU SOSIAL
Ilmu negara adalah mempelajari negara secara abstrak sehingga
masih memerlukan ilmu-ilmu pengetahuan yg lain untuk
menyempurnakannya.
Adapun ilmu2 pengetahuan yg masih ada hubungannya dengan
ilmu negara adalah:
1. Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu Perbandingan Tata
Negara:
- Antara Ilmu Neg dgn Ilmu Perbandingan Tata Negara memilki
persamaan obyek yaitu negara. Akan tetapi keduanya memiliki
tugas, cara peninjauan serta gejala kenegaraan yg berbeda.
- Ilmu Neg memilki atau mengamati neg
dlm keadaan umum, sedangkan Ilmu
Perbandingan Tata Negara menurut
Kranenburg adalah utk menganalisis secara
metodis dan menetapkan secara sistematis
bermacam bentuk dan sistem kenegaraan.
2.
Hubungan Ilmu Negara dgn Ilmu Politik
Hoetink mengatakan bahwa ilmu politik adalah semacam
sosiologi daripada negara. Mengenai perbedaan antara ilmu negara
dgn ilmu politik adalah bahwa ilmu negara menitikberatkan pd
sifat2 teoritis ttg asas2 pokok dan pengertian2 pokok ttg negara .
Krn itu kurang dinamis. Sedangkan ilmu politik lebih
menitikberatkan pd faktor2 yg konkrit terutama berpusat kpd
gejala2 kekuasaan, baik mengenai organisasi neg maupun yg
memengaruhi pelaksanaan tugas2 neg. Oleh krn itu lebih dinamis.
Yan Pramudya menjelaskan bahwa konsep politik
(atau konsep negara) adalah pengetahuan yg
menjelaskan negara (staat) sebagai alat. Adapun
defenisi dari lmu neg berdasarkan konsep politik
adalah ilmu yg membahas ttg neg baik dilihat dari
segi yuridis (normlogisch), sosiologis ataupun
kombinasi dari yuridis sosiologis (zweiseitenlehre).
3. Hubungan antara Ilmu Negara dengan Ilmu Hukum Tata Negara
Ilmu Neg yg merupakan ilmu pengetahuan yg menyelidiki
pengertian2 pokok dan sendi2 pokok neg sehingga dpt memberikan
dasar2 teoritis yg bersifat umum utk hukum tata neg positif.
Hubungan antara neg dgn HTN tdk dpt dipisahkan. HTN dlm
kepustakaan Belanda disebut Hukum Neg (staatsrecht). Hukum Neg
merupakan tatanya neg, maka istila Hukum neg disalin menjadi HTN.
Ni’matul Huda mengemukakan:
Ilmu neg dpt memberikan dasar2 teoritis utk HTN yg positif.
Sedangkan HTN merupakan penerapan atau pelaparan di dlm
kenyataan2 konkrit dari bahan2 teoritis yg dihasilkan oleh ilmu
neg.
Kusnardi dan Bintan Saragih menyatakan:
Sifat ilmu HTN yg praktis dan applied science maka bahan2 nya
diselidiki dikumpulkan dan disediakan oleh pure science ilmu neg.
4. Hubungan antara Ilmu Negara dengan Hukum Internasional.
Hingga saat ini subyek hukum internasional yg paling utama adalah
neg. Dlm kedudukannya sebagai subyek hukum internasional, neg
memiliki hak2 dan kewajiban menurut hukum internasional. Oleh
sebab itu, ilmu neg menyelidiki corak2 dan sifat2 neg sebagai genus
yg juga memberikan sumbangsih secara teoritis terhadap perkembangan
hukum internasional terutama menyangkut hubungan antar neg berupa
perjanjian2 internasional baik itu bilateral, regional multilateral.
MANFAAT MEMPELAJARI
ILMU NEGARA
Menurut Isrokdan Dhia Al-Uyun, mempelajari ilmu negara akan sangat
berguna, hal ini didasarkan beberapa alasan sbb:
1. Alasan kedudukan
Bahwa kedudukan ilmu negara sebagai mata kuliah dasar
merupakan syarat utama utk menempuh mata kuliah lainnya yg
obyeknya negara.
2. Alasan Teoritikal
Bahwa ilmu negara memuat teori2 yg memperjelas konsep
kenegaraan.
3. Alasan Sistematikal
Bahwa utk mempelajari sesuatu hal haruslah dimulai pd hal2 yg
kecil yg bersifat mendasar.
Ibarat pohon, maka yg utama adalah akarnya, dari akar itulah akan
akan tumbuh batang, ranting, cabang hingga pucuk daun.
4. Alasan Ketertarikan
Ilmu negara sebagai bagian dari ilmu sosial mempelajari realitas
social. Sehingga pembahasannya semakin menarik. Apalagi jika
menginagt kondisi neg Indo yg dlm masa transisi, dimana selalu
dibutuhkan teori2 baru utk menata kehidupan bernegara yg baik.
2. UNSUR-UNSUR
TERBENTUKNYA NEGARA
Ibnu Khaldun:
Landasan utama pembentukan negara adalah “ashabiyah” atau
tribalisme yaitu hubungan pertalian darah dlm suku atau sub suku
atau yg bermakna sejenis itu seperti sahabat yg memperoleh
perlindungan atau orang2 yg terikat perjanjian. Tujuan akhir
tribalisme tiada lain adalah superioritas kekuasaan (al-taghallub
almulki). Krn itu ketika tribalisme telah kuat pd suatu batas suku
atau sub suku-suku teretentu ia cenderung menggunakan
superioritas kekuasaan tsb terhadap wilayah asabiah lainnya,
demikian seterusnya sehingga otoritasnya mencapai derajat sebuah
negara (al-dawlah).
Sebuah daerah dpt disebut sebagai neg apabila memenuhi unsur2
berdirinya suatu neg.
Ada dua sudut pandang mengenai proses terjadinya negara:
a. Primaire staatswording (terjadinya neg secara primair)
b. Secundaire staatswording (terjadinya neg secara sekunder)
Kedua sudut pandang ini berhubungan erat dgn syarat keberadaan
sebuah negara. Syarat adanya entitas sebuah neg hrs memenuhi
baik syarat primer mapun sekunder.
Unsur2 primer sendiri terdiri dari adanya wilayah,
rakyat atau penduduk, pemerintahan yg
berdaulat. Sedangkan utk syarat sekunder adalah
dibutuhkan pengakuan dari negara lain.
3. PEMIKIRAN KENEGARAAN
Pemikiran kenegaraan dpt dibedakan dlm 5 tahap, yaitu:
1. Era Timur Kuno
2. Yunani Kuno
3. Romawi Kuno
4. Abad pertengahan
5. Abad Moderen
A. ZAMAN TIMUR KUNO
Adapun di era Timur Kuno mempunyai karakteristik atau ciri2 nya
sbb:
1. Bersifat statis (blm ada kebebasan politik) atau blm terdapat
sama sekali kebebasa utk mengeluarkan pendapat dan memilih
pemimpin yg dikendaki rakyat.
2. Bersifat teokratis yaitu keagaman karena raja atau kaisar
dianggap sebagai wakil (representasi) Tuhan atau Dewa di dunia.
3. Pemerintahan bersifat absolut atau mutlak. Dimana pusat
kekuasaan ada pd satu tangan yaitu raja sebagai wakil Tuhan di
dunia. Sehingga menimbulkan pemerintahan yg tirani.
4. Pergantian kekuasaan dilakukan secara turun temurun hanya dari
keluarga raja.
5. Blm ada sistematisasi pemikiran dan praktik kenegaraan.
6. Tampak pd era Mesir Kuno (3000 SM) di sepanjang lembah sungai
Nil dimana sosok Fir’aun adalah salah satu raja yg menganggap
dirinya adalah Tuhan.
7. Di Babilonia (1800 SM) Hammurabi memerintah dan terkenal dgn
“hukum Hammurabi” (Hammurabi’s Code). Hammurabi adakah
pemimpin politik sekaligus agama.
B. ZAMAN YUNANI KUNO
Pemerintahan yg diselenggarakan dgn mengumpulkan
rakyat pd suatu tempat yg disebut dgn ecclecia. Dlm rapat
itu dikemukakan kebijakan2 pemerintah, kesulitan2 yg
dihadapi pemerintah utk dipecahkan bersama,
mengadakan perbaikan2 yg perlu diselenggarakan
bersama.
Pd zaman ini telah muncul beberapa cendekiawan
semacam Socrates, Plato, Aristoteles dan Epicurus.
Pemikiran kenegaraan menurut para ahli tsb:
1. Socrates (470-339 SM)
Muridnya yg terkenal Plato yg meninggalkan sebuah buku
termashur “Pliteia”.
Menurut Socrates:
Neg tdk boleh dipandang sebagai ciptaan manusia, tetapi sebagai
keharusan yg obyektif, yg asal mulanya berpangkal dlm pekerti
manusia. Tugas neg adalah menciptakan hukum, yg hrs dilakukan
oleh pemimpin2 yg dipilih secara saksama.
Pendapat kaum Sofis:
Pentingnya neg ditentukan oleh para penguasa.
Konsep keadilan itu subyektif dan hanya
merupakan hak para penguasa. Karenanya,
bentuk2 kekuasaan neg apa pun bagi penguasa
adalah sah (legal) dan merupakan jalan terbaik.
“Jalankan kebatilan, meskipun hrs bertopeng
keadilan”.
2. Plato (428-374 SM)
Menurut Plato (salah satu murid Socrates):
Sebuah entitas yg terdiri dari bagian2 yg saling melengkapi dan saling
tergantung dan bertindak bersama-sama dlm mengejar tujuan bersama.
Bentuk2 negara ini menurut Plato:
a. Aristokrasi:
Disinilah para cendekiawan memerintah sesuai dgn pikiran keadilan
Segala sesuatu ditujukan utk kepentingan bersama agar keadilan merata.
b. Timodikrasi:
Golongan yg memerintah itu lebih ingin mencapai kemashuran
daripada keadilan. Tindakan dlm timokrasi hanya ditujukan pd
kepentingan penguasa sendiri.
c. Oligarki:
Berasal dari kata oligoi (sedikit orang atau weiningen) dan archie
(berkuasa), jadi ologarki berarti kekuasaan negara utk memerintah
ditangan sejumlah orang saja.
d. Demokrasi:
Demokrasi yg berasal dari penggalan kata Yunani yaitu “demos” yg
berarti rakyat dan kata “kratos” yg berarti pemerintahan, sehingga
dpt diartikan “suatu pemerintahan oleh rakyat”.
Kata pemerintahan oleh rakyat sendiri sebetulnya memiliki 3 (tiga)
konotasi dasar, yaitu:
1. suatu pemerintahan “yg dipilih oleh rakyat”
2. suatu pemerintahan “oleh rakyat biasa” (bukan kaum bangsawan)
3. adalah suatu pemerintahan oleh rakyat kecil dan miskin (government by
Namun secara umum demokrasi diartikan oleh para ahli:
Sebagai suatu sistem pemerintahan dlm suatu neg dimana
semua warga neg memiliki hak dan kewajiban yg dijamin
kedudukan dan kekuasaannya baik dlm menjalankan
kehidupannya maupun dlm berpartisipasi terhadap
kekuasaan neg, dimana rakyat berhak utk ikut serta dlm
menjalankan neg atau mengawasi jalannya kekuasaan neg,
baik secara langsung maupun melalui wakil2 nya yg telah
dipilih secara jujur dan adil.
e. Tirani:
Pemerintahan ini dipegang oleh seorang
saja. Bentuk pemerintahan ini yg paling jauh
dari cita2 keadilan. Tirani tdk hrs selalu
berbentuk kerajaan dpt juga berbentuk
republik atau sosialis.
3. Aristoteles (384-322SM):
Neg merupakan satu kesatuan yg bertujuan utk mencapai kebaikan
tertinggi, yaitu kesempurnaan diri manusia sebagai anggota
daripada neg.
Adapun yg dipergunakan sebagai kriteria dlm bentuk neg ada dua:
a. Kriterium kuantitatif yaitu jlh orang yg memegang pemerintahan.
b. Kriterium kualitatif yaitu berhubungan dgn tujuan yg dicapai.
Berdasarkan 2 (dua) kriteria tsb, neg menurut Aristoteles:
a. Neg yg pemerintahannya hanya dipegang oleh satu orang saja,
kekuasaannya terpusat pd satu tangan yg dpt dibedakan
berdasarkan sifatnya:
1. Monarki:
pemerintahannya dipegang oleh dan ditujukan utk kepentingan umum;
2. Tirani:
pemerintahannya hanya ditujukan utk kepentingan penguasa saja.
b. Neg yg pemerintahannya dipegang oleh rakyat, yg menurut sifatnya
dpt dibedakan menjadi dua:
1. Repbublik atau republik konstitusional di mana pemerintahannya
dipegang oleh rakyat dan ditujukan utk kepentingan rakyat.
2. Demokrasi dimana pemerintahannya dipegang oleh rakyat,
namun dlm praktiknya pemerintahan tsb hanya dipegang oleh
orang2 tertentu saja. Jadi hanya ditujukan utk kepentingan
golongan si pemegang kekuasaan.
4. Epicurus (342-271):
Neg adalah merupakan hasil perbuatan manusia yg diciptakan utk
menyelenggarakan kepentingan anggota2 nya. Manusia sebagai
individu dan manusia sebagai anggota masy, yg mempunyai dasar2
kehidupan mandiri dan merupakan realita. Neg atau masy adalah
buatan individu2.
Tujuan neg menyelenggarakan ketertiban dan keamanan -> era
moderen = neg penjaga malam (nachtwachtstaat).
5. Al-Mawardi (963-1058 M)
Syarat utk menjadi pemimpin:
Seorang imam haruslah adil, memiliki ilmu agama yg unggul dgn
kemampuan berijtihad, sehat jasmani, baik indra pendengaran,
penglihatan maupun wicara dan tdk mempunyai cacat tubuh yg
menggangu pergerakan, memiliki kemampuan berpikir ttg politik
kenegaraan, berani berperan dan peduli terhadap keutuhan
wilayahnya, serta berasal dari keturunan suku Quraisy.
Menurut al-Mawardi:
Imamah merupakan posisi pengganti kenabian (mawadhu’ah li khilafah al-
nubuwwah), dgn fungsi melindungi agama dan mengatur
(urusan) dunia.
Ada 10 tugas umum seorang khalifah:
a. Memelihara prinsip agama yg mapan dan hal2 yg menjadi
kesepakatan (Ijma’) generasi awal umat Islam;
b. Menegakkan hukum di antara orang2 yg berselisih paham dan
menghentikan permusuhan di antara orang2 yg bertikai;
c. Menjaga keamanan wilayah dan mempertahankannya sehingga
penduduk dpt menyelenggarakan kehidupan mereka dan bepergian
dng aman, terhindar dari gangguan atas jiwa dan harta mereka;
d. Menegakkan hukum pidana (hudud) guna menjaga agar larangan
Allah tdk terlanggar dan hak2 hamba-Nya terlindungi dari
kehancuran.
e. Melindungi daerah yg rawan diserang musuh dgn menempatkan
kekuatan deterrent (al-mani’ah) yg dpt mencegah penyerangan.
f. Melakukan jihad melawan musuh Islam setelah sebelumnya diseru
dgn dakwah, hingga mereka menjadi Muslim atau menjadi ahl al-
dzimmah (orang yg terlindungi).
g. Memungut fa’I (harta rampasan di luar medan perang) dan
sedekah yg wajib menurut syariat atau wajib berdasarkan hasil
ijtihad;
h. Mengatur pengeluaran harta yg ada di Baitul Mal (Baytal-Mal)
secara proporsional;
i. Mengikuti pendapat orang2 jujur dan penasihat yg bijak dlm urusan
pekerjaan dan pengaturan keluar;
j. Melakukan pengawasan terhadap segala urusan dan siaga
menghadapi setiap situasi supaya tetap sigap mengatur kehidupan
umat dan memelihara negara.
D. ZAMAN ROMAWI KUNO
Dlm setiap analisis mengenai konsep kekuasaan, seperti dikatakan oleh Jack
H. Negel, ada dua hal penting yg terkait, yaitu Lingkup kekuasaan (scope of
power) dan jangkauan kekuasaan (domain of power).
Dlm kaitannya dgn lingkup kedaulatan, gagasan kedaulatan sebagai konsep
mengenai kekuasaan tertinggi meliputi proses pengambilan keputusan.
Sedangkan jangkauan kedaulatan (domaian of souvereign), melalui analisis
relasional (relational analysis) antara souvereign dan subyek, terkait soal
siapa yg menjadi subyek atau apa yg memegang kekuasaan tertinggi itu dlm
suatu negara.
Sehingga jika hal ini dikaitkan dgn hal siapa
subyek yg menjadi pemegang kekuasaan, maka
terdapat beberapa teori mengenai kedaualatan baik
dlm ilmu hukum dan politik yaitu: Kedaulatan
Tuhan, Kedaulatan Raja, Kedaulatan Negara, dan
Kedaualatan Rakyat.
D. MACAM-MACAM
KEDAULATAN
1. Kedaulatan Tuhan
Kedaulatan Tuhan hanya ada pd negara
Teokrasi (kedaulatan negara berpangkal pd yg
adikodrati). Negara Teokrasi mendasarkan
kehidupan kenegaraannya pd idelogi agama
tertentu.
2. Kedaulatan Raja
Menurut ajaran Marsillius, raja itu adalah wakil Tuhan utk
melaksnakan kedaulatan di dunia. Krn raja merasa
berkuasa utk berbuat apa saja menurut kehendaknya dgn
alasan bahwa perbuatannya itu sdh menjadi kehendak
Tuhan.
Dlm bidang hukum muncul suatu adagium “The King can
not do wrong” (Raja tdk dpt salah).
3. Kedaulatan Negara
Ajaran kedaulatan negara sebenarnya merupakan kelanjutan dari
ajaran kedaulatan raja. Ajaran ini timbul di Jerman utk
mempertahankan kedudukan raja yg pd waktu itu mendapatkan
dukungan dari tiga lapisan masy yg besar sekali pengaruhnya
yaitu:
1. Golongan bangsawan atau Junkertum;
2. Golongan angkatan perang atau Militair;
3. Golongan alat-alat pemerintah atau birokrasi.
4. Kedaulatan Hukum (=neg Hukum)
Dinamakan kedaulatan Hukum adalah apabila
segala sesuatu yg berkenaan dgn hubungan
antara penguasa dan rakyat mengacu pd aturan
yg telah disepakati bersama tdk hanya pd
keinginan salah satu pihak khususnya
penguasa.
5. Kedaulatan Rakyat
Ajaran kedaulatan rakyat meyakini bahwa sesungguhnya
yg berdaulat dlm sebuah negara adalah rakyat bukan
penguasa. Kehendak rakyat merupakan satu-satunya
sumber kekuasaan bagi setiap pemerintah.
Pd masa ini muncullah sebuah selogan yg sangat terkenal
yaitu “vox populi suprema lex” (suara rakyat adalah
hukun tertinggi).
6. HAKIKAT NEGARA
Hakikat negara merupakan penggambaran ttg sifat negara secara hakiki.
Menurut Soehino:
Negara merupakan wadah bangsa utk mencapai cita2 atau tujuan bangsa.
Hakikat masing2 negara sendiri berbeda-beda hal ini dikarenakan pengaruh
dari aliran filsafat yg dianut oleh sarjana ilmu negara tsb serta keadaan
pemerintahan yg dialaminya.
Pd dasarnya ada 6 (enam) teori ttg hakikat negara, yaitu:
A. TEORI SOSILOGIS
Negara dipandang sebagai suatu institusi sosial yg
tumbuh dlm masy krn diperlukan utk mengurus, mengatur
dan menyelenggarakan kepentingan masy.
Rudolf Smend:
Hakikat negara adalah ikatan keinginan kelompok masy
yg disahkan selalu tetap (statis) dgn mengadakan faktor2
integrasi (pemersatu).
B. TEORI YURIDIS
Negara sebagai wadah penerapan dan pelaksanaan norma hukum. Negara
merupakan personifikasi hukum. Negara diperlukan guna menegakkan hukum
tercipta suatu ketertiban. Sehingga hubungan dlm negara bersifat subordinasi
antar pihak pemerintah atau pengatur dgn pihak yg diperintah atau di atur.
Ada 3 (tiga) pendapat dari para sarjana hukum:
1. Negara sebagai obyek hukum (recht object);
2. Negara sebagai subyek hukum (recht subject);
3. Negara sebagai penghalusan hkum (recht verhaltnis).
C. TEORI ORGANIS
Organis berarti mahluk hidup. Negara sebagai suatu bentuk organis
dipengaruhi hukum alam, yaitu hukum kehidupan dan kematian.
Negara perlu ruang hidup (lebenstraum) utk tumbuh dan berkembang secara
dinamis. Raga negara adalah negara itu sendiri, jiwa negara adalah pemikiran
dan semangat nasional rakyatnya. Negara melalui pemerintah sebagai
anggota tubuhnya berkewajiban menyediakan ruang hidup dan kesejahteraan
bagi rakyat.
Sebagai mahluk hidup negara dpt pula berkembang namun dpt pula
tenggelam.
D. TEORI IKATAN GOLONGAN
Hakikat negara dipandang sebagai ikatan atau gabungan
kelompok masy utk mencapai tujuan bersama. Negara
mengikat gabungan kelompok masy itu kearah perumusan
kehendak bersama dan bukan kepentingan golongan atau
kelompok tertentu. Kehendak bersama atau kepentingan
bersama (common interest) itulah merupakan tujuan negara
dioperasionalkan berdasarkan atas kesepakatan bersama di
dlm suatu organisasi negara.
E. TEORI DUA ISI
Berbicara mengenai hakikat negara jika dilihat dari teori dua isi maka dpt
dipandang dari dua segi:
1. Negara dipandang sebagai “social fact”, suatu kenyataan sosial;
2. Negara dipandang sebagai “rechtliche Institution”, sebagai suatu
lembaga hukum.
Negara jika dipandang sebagai dari segi social fact, maka negara dari luar
tampak sebagai suatu kebulatan, totalitas sebagai suatu kesatuan kehidupan
bermasyarakat. Dan metode yg dipergunakan dlm meninjau aspek ini adalah
metode sosiologis.
Jika dilihat dari segi yuridis:
Negara ditinjau dari dlm tampak seabagai
suatu struktur atau organisasi yg terdiri dari
lembaga2 negara seeperti MPR, DPR, DPD,
Presiden, menteri2 dan lembaga negara
lainnya.
F. TEORI MODERN
Miriam Budiardjo, sifat hakikat negara itu meliputi tiga hal:
1. Sifat memaksa
Negara mempunyai hak atau wewenang yg diberikan oleh
rakyat kpd nya utk melakukan tekanan atau pemaksaan
kpd penduduk utk menaati peraturan yg telah dibuat neg.
2. Sifat monopoli
Merupakan hak yg melekat kpd negara. Hal ini bertujuan
utk ketertiban semua penduduk maka hal2 yg menyangkut
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3. Sifat mencakup semua
Semua peraturan per uu (misalnya keharusan membayar
pajak) berlaku utk semua orang tanpa kecuali.
7. TEORI LEGITIMASI NEGARA
Masy Legitimasi (keabsahan):
Keyakinan anggota2 bahwa wewenang yg ada seseorang,
kelompok atau penguasa adalah wajar dan patut
dihormati.
Kewajaran itu berdasarkan persepsi bahwa pelaksanaan
wewenang itu sesuai dgn asas2 dan prosedur yg diterima
secara luas dlm masy dan sesuai dgn ketentuan2 dan
prosedur yg sah.
A. LEGITIMASI TEOLOGIS