Anda di halaman 1dari 15

2020

ILMU NEGARA

MODUL 3
KEGIATAN BELAJAR 3

0
KEGIATAN BELAJAR 3
PERISTILAHAN DALAM ILMU NEGARA, PENGERTIAN
NEGARA, SIFAT HAKIKAT NEGARA

A. Deskripsi Singkat
Pada kegiatan belajar 3 ini, peserta kuliah akan mempelajari
mengenai Peristilahan dalam ilmu negara, pengertian negara,
sifat negara hakikat negara.
B. Relevansi
Materi dalam kegiatan belajar ini akan dijelaskan tentang
peristilahan dalam ilmu negara, pengertian negara, sifat negara
dan hakikat negara. Diharapkan bagi peserta mata kuliah dapat
menjabarkan tentang peristilahan dalam ilmu negara, pengertian
negara, sifat negara hakikat negara.
C. Capaian Pembelajaran
1. Uraian
a. Peristilahan dalam ilmu negara
istilah negara diterjemahkan dari kata-kata asing, yaitu:
“staat” (bahasa Belanda dan Jerman);
“state” (bahasa Inggris);
“etat” (bahasa Prancis)
Sejak kata “negara” diterima sebagai pengertian yang
menunjukkan organisasi bangsa yang bersifat teritorial
dan mempunyai kekuasaan tertinggi, yang perlu ada
untuk menyelenggarakan kepentingan bersama dan

1
mencapai tujuan bersama, maka sejak itu pula kata
“negara” ditafsirkan dalam berbagai arti, yaitu:
1) Dipakai dalam arti penguasa
Jadi untuk mengatakan orang atau oramg-orang
yang melakukan kekuasaan yang tertinggi atas
persekutuan rakyat yang bertempat tinggal dalam
suatu daerah.
2) Perkataan “negara” dipakai dalam arti persekutuan
rakyat.
Jadi untuk menyatakan suatu bangsa yang hidup
dalam suatu daerah, dibawah kekuasaan
tertinggi,menurut kaidah-kaidah hukum yang sama.
3) Perkataan “negara” diidentifikasi dengan
pemerintah.
Apabila kata itu dipergunakan dalam pengertian
kekuasaan negara, kemauan negara
4) Diidentifikasikan dengan sesuatu wilayah tertentu.
dalam hal ini perkataan negara ini dipakai untuk
menyatakan sesuatu daerah, di mana diam sesuatu
bangsa di bawah kekuasaan yang tertinggi.
5) Perkataan “negara” didentifikasikan dengan arti
“kas negara”
Jadi untuk harta yang dipegang oleh penguasa guna
kepentingan umum
Secara yuridis, perkataan negara selalu mempunyai
ikatan dengan salah satu dari kelima pengertian
tersebut. (Samidjo, 1986:32-33).
2
b. Pengertian Negara
Samidjo (1986:28) menarik kesimpulan bahwa negara
adalah suatu organisasi hidup yang harus mengalami
segala peristiwayang menajdi pengalamannya tiap-tiap
benda hidup
Berikut ini akan diuraikan beberapa pendapat para pemikir
tentang negara, yaitu (Samidjo,1986:28-29)
1) Plato(427-348 S.M)
Plato mengatakan bahwa negara adalah suatu tubuh yang
senantiasa maju, ber-evolusi, terdiri dari orang-orang
(individu-individu)
2) Grotius, disebut juga Hugo de Groot (1583-1645)
Grotius mengatakan bahwa negara adalah ibarat suatu
perkakas yang dibikin manusia untuk melahirkan
keberuntungan dan kesejateraan umum.
3) Thomas Hobbes(1588-1679)
Hobbes mengatakan bahwa suatu tubuh yang dibuat oleh
orang banyak beramai-ramai, yang masing-masing berjanji
akan memakainya, manjadi alat untuk keamanan dan
perlindungan bagi mereka.
4) Jean Jacques Rousseau (1712-1778)
Rousseau mengatakan bahwa negara adalah perserikatan
dari rakyat bersama-sama melindungi dan mempertahankan
hak masing-masing diri dan harta benda anggota-anggota
yang tetap hidup dengan mereka bebas merdeka.
5) Karl Marx (1818-1883)

3
Marx mengatakan bahwa negara adalah suatu alat kekuassan
bagi manusia (penguasa) untuk menindas kelas manusia
yang lain
6) Bellefroid
Mengatakan bahwa negara itu suatu persekutuan hukum
yang menempati sesuatu- wilyah untuk selama-lamanya dan
yang dilengkapi dengan suatu kekuasaan tertinggi untuk
menyelenggarakan menyelenggarakan kemakmuran rakyat
sebesar-besarnya.
7) Logemann
Logemann mengatakan bahwa adalah suatu organisasi
kemasyarakatan (pertambatan kerja) yang mepunyai tujuan
dengan kekuasaanya mengatur serta menyelenggarakan
sesuatu masyarakat. Organisasi itu suatu pertambatan
jabatan-jabatan (ambt,fungsi) atau lapangan-lapangan kerja.
8) Ibnu Chaldun
Chaldun mengemukakan pandangan yang lebih tegas lagi,
bahwa negara merupakan suatu tubuh yang persis
keadaannya sebagai tubuh manusia,mempunyai sifat tabiat
sendiri,mempunyai badan jasmani dan rohani, dan
mempunyai batas umur sebagaimana halnya keadaan
manusia. Ada masanya lahir dan tumbuh, ada pula masanya
muda dan dewasa , dan ada lagi masanya tua bangka dan
mati.
c. Sifat Hakikat Negara
1) Peninjauan Sosiologis
a) Pandangan socrates
4
Semua manusia menginginkan kehidupan aman,
tenteram, dan lepas dari gangguan yang
memusnahkan harkat manusia. Kala itu, orang-orang
yang mendambakan ketentraman menuju bukit dan
membangun benteng, serta mereka berkumpul
menjadi kelompok. Kelompok inilah yang oleh
socrates dinamakan polis(satu kota saja).
Organnisasi yang mengatur hubungan antara orang-
orang yang ada di dalam polis itu tidak hanya
mempersoalkan organisasinya saja, tapi juga tentang
kepribadian orang-orang sekitarnya. Socrates
menganggap polis identik dengan masyarakat,dan
masyarakat identik dengan negara (Abu Daud
Busroh,2001:20-21).
b) Pandangan Plato
Plato adalah murid dari Socrates. Paham Plato
menegenai negara adalah keinginan kerjasama
antara manusia untuk memenuhi kepentingan
mereka. Kesatuan mereka inilah kemudian disebut
masyarakat, dan masyarakat itu adalah negara.
Terdapat persamaan antara sifat-sifat manusia dan
sifat-sifat negara. (Abu Daud Busroh, 2001:21).
c) Pandangan Aristoteles
Menurut Aristoteles, negara itu adalah gabungan
keluarga sehingga menjadi kelompok yang besar.
Kebahagiaan dalam negara akan tercapai bila
tercapainya kebahagiaan invidu (perseorangan).
5
Sebaliknya, bila manusia ingin bahagia,dia harus
bernegara, karena manusia saling membutuhkan satu
sama saling lain dalam kepentingan hidupnya.
Manusia tidak lepas dari kesatuannya. Kesatuan
manusia itu adalah negara. Negara
menyelenggarakan kemakmuran warganya. Oleh
karena itu,negara sebagai alat agar kelompok
manusia bertingkah laku mengikuti tata tertib yang
baik dalam masyarakat. Dengan demikian,negara
sekaligus merupakan organisasi kekuasaan. (Abu
Daud Busroh, 2001:22).
d) Pandangan Kranenburg dan Rudolf Smend
Yang dipersoalkan dalam peninjauan sosiologis ini
adalah bagaimana kelompok manusia sebelum
terjadinya negara. Karena kelompok itu perlu
diatur,maka dibentuklah organisasi sebagai alat
untuk mengatur kelompok tersebut, yaitu organisasi
negara.Agar alat itu dapat bermanfaat, maka alat itu
harus mempunyai kekuasaan/kewibawaan. Dengan
demikian, maka alat itu harus mempunyai
kekuasaan/kewibawaan. Dengan demikian, maka
muncul sifat hakikat negara adalah: organisasi
kekuasaan/kewibawaan. Jadi negara dalam hal ini
semata-mata sebagai alat yang dapat memaksakan
manusia-manusia dalam kelompok itu tunduk pada
kekuasaannya, agar berlaku tata tertib yang baik
dalam masyarakat. (Max Boli Sabon,1994:70-71).
6
e) Pandangan Heller dan Logemann
Berbeda dengan pendapat Kranenburg, Heller dan
Logemann mengatakan, bahwa yang terlihat adalah
bukan negara sabagai suatu kesatuan bangsa,
melainkan kewibawaan atau kekuasaan tertinggi ada
pada siapa atau berlakunya untuk siapa. Logemann
mengatakan bahwa negara itu pada hakikatnya
adalah suatu organisasi yang meliputi atau atau
menyatukan kelompok manusia yang kemudian
disebut bangsa. Jadi, pertama-tama negara itu adalah
suatu organisasi kekuasaan, atau gezag, dalam mana
terkandung pengertian dapat memaksakan
kehendaknya kepada semua orang yang diliputi oleh
organisasi ini. Maka, Logemann berpendapat bahwa
yang primer itu adalah organisasi kekuasaannya,
yaitu negara.Sedangkan kelompok manusianya
adalah sekunder. (Abu Daud Busroh, 2001:25)
Heller juga mengatakan bahwa teori Kranenburg itu
tidak benar jika dalam negara jajahan makan antara
yang menguasai dan dikuasai tidak merupakan satu
kesatuan bangsa.
f) Pandangan Openheimer dan Gumplowicks
Bertolak dari herrschaftsverhaltnis, mereka
berpendapat bahwa suatu negara itu ada karena
adanya penaklukan kelompok yang satu dengan
yang lain.
g) Pandangan Leon Duguit
7
Leon Duguit mengatakan bahwa sifat hakikat negara
adalah organisasi dari ornga-orang yang kuat untuk
melaksanakan kehendaknya terhadap orang yang
lemah.
h) Pandangan Harold J.Laski
Laski berpendapat bahwa akibat perkembangan
peradaban manusia, maka banyak kelompok
masyarakat terbentuk karena adanya kesadaran akan
bahaya bersama. Kelompok-kelompok itu memiliki
kedaulatannya sendiri dalam bidangnya sendiri pula
(misalnya perkumpulan/organisasi mahasiswa,
pemuda, sepakbola). Jika dibandingkan negara,
maka organisasi negara memiliki kedaulatan
tertinggi (top organisatie). Pandangan ini disebut
pluralistis karena mengakui kedaulatan di tiap
kelompok organisasi, atau istilah lainnya
polyaarchisme.
2) Peninjauan yuridis
Dalam peninjauan yuridis ini,ada tiga pokok persoalan
dalam masyarakat yang perlu diketahui sebelumnya,yaitu:
a) Rechts objek;
b) Rechts subjek;
c) Rechts verhaltnis.
d) Negara sebagai Rechts Objek
Negara sebagai rechts objek berarti negara dipandang
sebagai objek dari orang untuk bertindak. Teori ini
dengan sendirinya memandang negara sebagain alat
8
dari manusia tertentu untuk melasanakan
kekuasaannya. Oleh karena itu, manusia tertentu itu
mempunyai status lebih tinggi dari negara sebagai
obyek tadi.
Misalnya, A dan B mengadakan hubungan jual beli
barang. A dan B adalah rechts subject; perjanjian jual
beli adalah rechts verhaltnis; dan barang adalah rechts
objek. Dengan demikian, maka A dan B lebih tinggi
nilainya daripada barang. (Max Boli Sabon,1994;75).
e) Negara sebagai Recht Verhaltnis
Pandangan pertama ini mengenai negara sebagai alat,
sedangkan yang kedua ini mengenai negara sebagai
hasil perjanjian. Setelah ada perjanjian masyarakat, lalu
timbul ikatan (verhaltnis) dan ikatan yang dinamakan
negara itu.
f) Negara sebagai Rechts Subjek
Pandangan negara sebagai rechts subjek berarti negara
sebagai pembuat hukum. Oleh karena negara
merupakan organisasi kekuasaan, maka negara juga
dioandang sama dengan organisasi lainnya yang
dipandang sebagai orang atau persoon atau subejek
hukum (rechts persoon). Sebagai recht persoon, negara
juga mempunyai hak dan kewajiban,termasuk hak
untuk mebuat hukum,dan kewajiban untuk
melaksanakan hukum sebagaimana mestinya. Oleh
karena itu,sifat hakikat negara jika dipandang dari
sudut rechts subjek, maka negara adalah rechts subjek,
9
maka negara adalah rechts persoon.(Max Boli
Sabon,1994:76-77).
3) Penggolongan lain
Selain peninjauan sifat hakikat negara menurut
penggolongan sosiologis dan yuridis, masih diketahui pula
ada penggolongan lain yang menggolongkan dengan cara:
a) Subyektif dan obyektif
b) Formil dan Materil

2. Latihan
Dalam latihan ini, peserta kuliah diharapkan menjawab soal
berikut ini. setelah menjawab,peserta kuliah diharapkan dapat
menelusuri jawabannya pada bagian uraian.
 Soal pertama: uraikan mengenai pengertian negara.
 Soal kedua: kemukakan sifat hakikat negara.
Hasil pekerjaan dapat didiskusikan dengan peserta lainnya.
Tentu saja,kolaborasi membahas jawaban dilakukan setelah
peserta kuliah menyelesaikan kedua soal ini secara mandiri.

3. Pustaka
a. Abu Daud Busroh, 2001, Ilmu Negara, PT Bumi Aksara,
Jakarta.
b. Azhary, 1995, Negara Hukum Indonesia (Analisis
Yuridis Normatif tentang Unsur-unsurnya), UI PRESS,
Jakarta.

10
c. C.F. Strong, 2004, Konstitusi-konstitusi Politik Modern;
Kajian tentang Sejarah dan Bentuk-bentuk Konstitusi
Dunia (terj.), Nuansa dan Nusamedia, Bandung.
d. Dahlan Thaib, dkk., 2004, Teori dan Hukum Konstitusi,
Rajawali Pers, Jakarta.
e. F. Isjwara, 1992, Pengantar Ilmu Politik, Binacipta,
Bandung.
f. Hans Kelsen, 2006, Teori Umum tentang Hukum dan
Negara, Nusamedia dan Nuansa, Bandung.\
g. Inu Kencana Syafiie, 1996, Pengantar Ilmu Hukum Tata
Negara, Pustaka Jaya, Jakarta.
h. Jimly Asshiddiqie, 1996, Pergumulan Peran Pemerintah
dan Parlemen dalam Sejarah, UI PRESS, Jakarta.
i. Jimly Asshiddiqie, 2005, Konstitusi dan
Konstitusionalisme Indonesia, Sekretariat Jenderal dan
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta.
j. Jimly Asshiddiqie, 2006, Pengantar Ilmu Hukum Tata
Negara (Jilid II), Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta.
k. Jimly Asshiddiqie, 2006, Pengantar Ilmu Hukum Tata
Negara (Jilid I), Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta.
l. Jujun S. Suriasumantri, 1981, Ilmu dalam Perspektif
(Sebuah Kumpulan Karangan tentang hakekat Ilmu), PT
Gramedia, Jakarta.
m. M. Solly Lubis, 1982, Asas-asas Hukum Tata Negara,
Alumni, Bandung.
11
n. M. Solly Lubis, 1990, Ilmu Negara, Mandar Maju,
Bandung.
o. Max Boli Sabon, 1994, Ilmu Negara (Buku Panduan
Mahasiswa), PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
p. Miriam Budiardjo, 2002, Dasar-dasar Ilmu Politik, PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
q. Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, 1983, Pusat Studi
Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas
Indonesia dan CV Sinar Bakti, Jakarta.
r. Ni’matul Huda, 2005, Negara Hukum, Demokrasi, dan
Judicial Review, UII Press, Yogyakarta.
s. Padmo Wahjono, 1986, Negara Republik Indonesia,
Rajawali Pers, Jakarta.
t. Samidjo, 1986, Ilmu Negara, Armico, Bandung.
u. Sjachran Basah, 1997, Ilmu Negara (Pengantar, Metode,
dan Sejarah Perkembangan), Citra Aditya Bakti,
Bandung.
v. Soehino, 1986, Ilmu Negara, Liberty, Yogyakarta.
w. Romi Librayanto,2009,Ilmu Negara Suatu
Pengantar,Refleksi,Makassar

D. Tugas dan Lembar Kerja


Pada tugas ini,peserta diharapkan membuat uraian mengenai
sifat hakikat negara. Buatlah analisis,terdiri dari minimal 3
paragraf,dan setiap paragraf, minimal 10 kalimat.

12
E. Tes Formatif
1. Istilah negara diterjemahkan dari kata-kata asing dibawah
ini,kecuali
a. Staat
b. State
c. Etat
d. ius
2. Pandangan bahwa polis identik dengan masyarakat dan
masyarakat identik dengan negara,merupakan pandangan
dari
a. Socrates
b. Plato
c. Aristoteles
d. Logemann
3. Pandangan bahwa negara adalah gabungan kaluarga
sehingga menjadi kelompok yang besar, merupakan
pandangan dari
a. Kranenburg
b. Plato
c. Aristoteles
d. Socrates
4. Negara dipandang sebagai objek dari orang untuk
bertindak,berarti
a. Negara sebagai Rechts Subjek
b. Negara sebagai Rechts Objek
c. Negara sebagai Rechts Verhaltnis
d. Negara sebagai top organisatie
5. Negara adalah perserikatan dari rakyat bersama-sama yang
melindungi dan memeprtahankan hak masing-masing diri
dan harta benda anggota-anggota yang tetap hidup dengan
bebas merdeka, merupakan pendapat dari
13
a. Thomas Hobbes
b. Plato
c. Grotius
d. Jean Jacque Rousseau

F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Bila Anda merasa telah menjawab tes formatif dengan baik,
bandingkanlah jawaban anda tersebut dengan kunci jawaban
yang disediakan. Jika hasil perhitungan menunjukkan anda telah
mencapai tingkat penguasaan sama atau lebih besar dari 80%.
Anda dipersilakan untuk meneruskan ke kegiatan belajar
berikutnya.
Untuk mengetahui persentase penguasaan materi pada kegiatan
belajar 3 ini, anda cukup menghitung menggunakan rumus
berikut:
Jumlah jawaban benar × 100 = %
Seluruh soal

14

Anda mungkin juga menyukai