Anda di halaman 1dari 6

Nama : Emerald Yuansaki Fallarta As-Shofah

NIM : 225010107111151

Kelas :I

Mata Kuliah : Ilmu Negara

1. Jelaskan pandangan ajaran tentang hakikat negara dari perspektif sosiologis, historis, dan
yuridis!

Secara historis

Tinjauan secara historis adalah tinjauan dari perkembangan penggunaan istilah


dan dasar pemakaian istilah tersebut mengenai apa yang kini disebut sebagai “Negara”, sejak masa
Yunani kuno, Romawi kuno, masa abad menengah, masa permulaan abad modern, hingga masa kini.

• Masa yunani kuno: Negara dikenal dengan istilah polis “Negara sebesar
kota” (city state), dengan segala sifat khususnya seperti misalnya
demokrasi langsung
• Masa Romawi Kuno: Negara dikenal istilah “empiri”, empirio,
emporium, dengan wilayah yang sudah sangat luas (country state), dan
penekanan pada segi pemerintahan (empire).
• Masa Abad Menengah: Tinjauannya bersifat keagamaan. Sehingga
Negara disebut dengan istilah civitas (masyarakat): Agustinus, Negara
dipisahkan antara yang bersifat keagamaan/ keilahian (civitas dei) dan
Negara yang bersifat keduniawian (civitas torenna atau civitas deboli)
dengan pandangannya yang bersifat teokratis langsung (dikenal dengan
teori Matahari-Rembulan).
Dalam perkembangannya muncul paham sekularisme, timbul teori yang
dikemukakan oleh Thomas Aquino disebut dengan teori dua pedang
(zwei zwaarden theorie) yaitu: pedang tuhan (penguasa keagamaan)
dipegang gereja, pedang dunia (penguasa dunia) yang dipegang raja.
Sehingga dalam masyarakat dikenal tiga organisasi masyarakat yaitu
Civitas Dei (keagamaan), Civitas Terrena (keduniawian), dan Civitas
Academica (Masyarakat Ilmiah)

Bisa ditarik kesimpulan bahwa pada awalnya negara itu disebut sebagai polis yang
berarti negara kota. Pada abad pertengahan, istilah ini berubah menjadi suatu masyarakat atau
civitas. Kemudian, pada abad modern seperti sekarang ini baru muncul istilah negara yang
dijadikan sebagai kata benda dimana tanah dan kepemilikannya menimbulkan kewenangan-
kewenangan tertentu.
Secara sosiologis

Bertitik tolak pada keberadaan manusia yang selalu bermasyarakat (Zoon


Politicon) manusia inconcreto. Negara pada hakekatnya adalah semacam organisasi
sosial yang ada dan berdampingan dengan organisasi lain yang dibentuk oleh anggota
masyarakat untuk mencapai tujuan bersama.

Pendapat dari para ahli :

a. Aristoteles
Menurut Aristoteles, sifat dari hakikat negara merupakan suatu alat
yang semata-mata dipakai buat memaksakan sekelompok manusia, supaya
tunduk terhadap tata tertib yang baik dalam masyarakat.
b. Mc. Dougal
Menurut Mc Dougal, negara merupakan sekelompok manusia yang
merasa senasib dam mempunyai tujuan yang sama juga. Dalam hal ini
pengelompokannya bisa terjadi secara alamiah, disengaja, atau campuran
keduanya dan bisa juga dibentuk secara genologis.
c. Kranenburg
Kranenburg mempunyai pendapat yang sama dengan Mc. Dougal
tentang sifat dari hakikat negara. Ada pengelompokan manusia yang dibagi
jadi 4 ukuran, yaitu (1) pada suatu tempat tertentu dan teratur, (2) pada
suatu tempat tertentu dan gak teratur, (3) tidak ada pada suatu tempat tapi
teratur, dan (4) tak ada pada suatu tempat dan tak teratur.

Secara yuridis

Dari segi yuridis yaitu suatu negara dilihat dari peraturan atau ketetapan yang
membentuk suatu negara. Dalam hal ini, ada beberapa pendapat yang dikemukakan,
yaitu seperti berikut ini:

a. Objek Hukum
Suatu negara dijadikan sebagai objek hukum oleh para penguasa buat
melakukan sesuatu. Dengan begitu, negara dijadikan manusia sebagai alat
buat mencapai tujuan tertentu.
b. Subjek Hukum
Segara bertindak dalam membentuk hukum dan undang-undang.
Hukum dan undang-undang ini, nantinya harus ditaati oleh kelompok
manusia yang tinggal di negara tersebut.
c. Penghalusan Hukum
Negara merupakan perwujudan dari perjanjian oleh orang-orang
tertentu, yang kemudian membentu sebuah lembaga bernama negara.
Suatu negara bisa terjadi melalui beberapa aspek :

a. Teori Ketuhanan yaitu teori ketuhanan ini memandang, kalo suatu negara
terbentuk atau terjadi atas kehendak Tuhan
b. Teori Perjanjian yaitu teori ini menunjukkan kalo pembentukan negara
didasarkan pada perjanjian manusia.
c. Teori Kekuasaan yaitu inti dari teori ini adalah negara terbentuk atas kekuasaan
seperti memonopoli, pemaksaan, dan mencakup semua.
d. Teori Kedaulatan yaitu berdasarkan teori ini ada 2 kedaulatan, yaitu kedaulatan
negara (negara sebagai pencipta hukum dan punya kekuasaan tertinggi) dan
kedaulatan hukum (hukum memegang peranan yang sangat penting dalam
suatu negara).
e. Teori Hukum Alam adalah negara dipandang terjadi secara ilmiah karena
manusia ditakdirkan sebagai makhluk sosial.
f. Teori Hukum Murni adalah negara dijadikan sebagai kesatuan hukum yang
mempunyai sifat memaksa warga negaranya.

2. Jelaskan klasifikasi ajaran tentang tujuan negara!

3. Menurut Shang Yang


Shang Yang merumuskan tujuan negara sebagai kekuasaan
untuk kekuasaan. Artinya negara kekuasaan menjadi pusat segala
kekuasaan. Tujuan negara itu dapat dicapai dengan menyiapkan tentara
yang kuat, disiplin, serta bersedia menghadapi segala kemungkinan.
Makna dan Kedudukannya Shang Yang menjelaskan bahwa dalam tiap
negara, ada dua subyek yang selalu berhadapan dan bertentangan,
yakni pemerintah dan rakyat. Jika salah satunya kuat, yang lain harus
lemah. Apabila negara menjadi pihak yang kuat, berarti negara akan
aman. Sebaliknya, jika negara lemah, kondisi negara akan kacau dan
anarkis.
4. Menurut Niccolo Machievelle
Menurut Niccolo Machiavelli, tujuan negara adalah
menghimpun serta memperbesar kekuasaan negara, agar tercipta
kemakmuran, kebesaran, kehormatan, serta kesejahteraan rakyat
(khususnya Italia).
Guna mencapai tujuan tersebut, ada beberapa upaya yang
harus dilakukan, yakni:
1. Pemerintah harus selalu berusaha ada di atas segala
aliran, meski lemah, dia harus menunjukkan bahwa
dirinya lebih berkuasa (staats raison).
2. Terhadap rakyat, pemerintah terkadang harus
sebagai singa, supaya rakyat takut. Atau terkadang
seperti kancil, agar cerdik menguasai rakyat (double
moral).
3. Pemerintah boleh berbuat apa saja, asalkan untuk
kepentingan negara (tujuan menghalalkan segala
cara).
4. Tiap perlawanan terhadap pemerintah harus
ditindak tegas (negara kekuasaan
atau machstaotsgedachte).
5. Menurut Dante Allieghieri
Dante Allieghieri menjelaskan bahwa tujuan negara ialah
menciptakan perdamaian dunia, melalui penciptaan undang-undang
yang seragam bagi seluruh umat manusia. Dante Allieghieri
berpendapat bahwa perdamaian serta ketentraman dunia tidak akan
terwujud, jika masih ada banyak negara atau pemerintah di dunia,
sebab negara tersebut akan bersaing dan berperang.
6. Menurut Immanuel Kant
Menurut Immanuel Kant, tujuan negara adalah menegakkan
hak serta kebebasan warga negaranya. Artinya negara harus menjamin
kedudukan hukum individu dalam negara itu. Jaminan tersebut berarti
tidak boleh ada paksaan terhadap warga negara yang tidak mematuhi
undang-undang, sebab mereka belum menyetujuinya. Selain itu, tiap
warga negara juga punya kedudukan hukum yang sama, dan tidak boleh
diperlakukan sewenang-wenang oleh penguasa. Guna mencapai
tujuannya itu, negara harus memisahkan kekuasaan dengan badan
masing-masing. Contohnya kekuasaan legislatif dipegang badan
legislatif, kekuasaan eksekutif dipegang badan eksekutif, dan kekuasaan
yudikatif oleh badan yudikatif.

7. Menurut Kaum Sosialis


Tujuan negara menurut Kaum Sosialis Menurut kaum sosialis,
tujuan negara adalah memberi kebahagiaan sebesar-besarnya dan
merata bagi tiap manusia. Dasar dari pandangan kaum sosialis ialah
semua manusia dilahirkan dengan kesetaraan hak dan berhak mendapat
perlakuan yang sama. Kaum sosialis berpandangan bahwa keadilan
sosial hanya bisa dicapai dengan mengubah perekonomian liberal
menjadi perekonomian kekeluargaan di bawah pimpinan negara.
Caranya, yakni alat produksi dan distribusi yang penting dan menguasai
hajat hidup orang banyak, harus dimiliki negara.
3. Jelaskan perbedaan teori perjanjian sosial yang disampaikan oleh John Locke, Thomas
Hobbes, dan JJ Rouseau!

Perbedaan yang tampak adalah Hobbes menganut paham absolute power, negara
mempunyai kekuasaan mutlak dan menolak adanya lembaga perwakilan. Sedangkan Locke
membenarkan lembaga perwakilan yang dibaginya dalam tiga badan, yaitu legislatif,
eksekutif, dan yudikatif. Sementara itu Rousseau menganut paham negara totaliter, rakyat
melepaskan diri seluruhnya ke dalam negara. Negara total itu karena identik total dengan
rakyat. Negara adalah kehendak rakyat sendiri, oleh karena negara tidak berhadapan
dengan individu-individu, maka negara Rousseau merancangkan negara dengan kekuasaan
tak terbatas (secara de facto), dan tanpa jaminan nyata apapun bagi hak-hak rakyat.
Keadaan ini mencerminkan kesamaan pendapat antara Rousseau dengan Hobbes yaitu
kekuasaan tanpa batas. Walaupun demikian Rousseau amat berjasa bagi lahirnya negara
republik yang memperhatikan kehendak bersama (rakyat).

4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan "negara penjaga malam" dan apa perbedaannya negara
konsep "negara kesejahteraan"!

Dalam filsafat politik libertarian, negara penjaga malam adalah negara yang hanya
mengurusi militer, kepolisian, pengadilan untuk melindungi warganya dari agresi, pencurian,
pelanggaran kontrak, penipuan, dan menegakkan hukum kepemilikan. Negara lantas hanya
berperan sebagai penegak prinsip non-agresi. Sedangkan Negara Kesejahteraan adalah
sebuah sistem kesejahteraan nasional yang memberi peran lebih besar kepada negara untuk
mengalokasikan sebagian dana publik demi menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar
warganya. Perbedaan dari dua negara ini adalah negara penjaga malam lebih bertanggung
jawab soal keamanan daripada ekonomi di negaranya karena, negara ini mengedepankan
pandang neoliberalisme yang berarti negara tidak diperkenankan melakukan intervensi
berlebihan dalam hal ekonomi dan privatisasi rakyatnya. Sedangkan, negara kesejahteraan
lebih memiliki wewenang untuk intervensi dalam hal ekonomi dan sosial warga negaranya
dengan tujuan mensejahterakan rakyatnya.

5. Jelaskan apa yang menjadi unsur-unsur negara!

Yang dimaksud dengan unsur-unsur negara adalah elemen dari suatu organisasi negara,
atau hal-hal yang dianggap perlu untuk terbentuknya suatu negara. Dari persepektif hukum
Internasional, instrumen yang telah mengatur secara pasti unsur-unsur terbentuknya negara
adalah Montevideo Convention yang menyebutkan adanya empat unsur yang menjadi
kualifikasi sebuah negara sebagai subjek hukum internasional sebagai berikut:

1. Penduduk tetap
Syarat “tetap” dalam unsur ini bisa diartikan dalam 2 hal. Pertama,
penduduk menjadikan wilayah yang ada sebagai dasar untuk menentukan
tempat tinggalnya. Kedua, wilayah itu -sebagai tempat tinggal- dapat
diajukan tuntutan sebagai lingkungan tertentu. Pada dasarnya tidak ada
ketetapan yang pasti mengenai jumlah minimum penduduk untuk
membentuk suatu negara. Penentu status penduduk adalah ikatan hukum
dalam satu kebangsaan

2. Wilayah
Tidak ada ketentuan yang pasti berapa luas minimum suatu wilayah
untuk dapat ditetapkan sebagai salah satu unsur yang membentuk sebuah
negara. Crawford menyatakan bahwa hak suatu negara yang independen
untuk menyusun pemerintahan yang berada dalam suatu wilayah tertentu

3. Pemerintahan
Menurut Crawford juga, persyaratan bahwa sebuah negara yang
dianggap ada mempunyai pemerintahan yang efektif bisa dianggap sebagai
hal yang sentral dalam klaim telah terbentuknya sebuah negara. Makna
pemerintahan sendiri dapat dikaitkan dalam hubungan kepada 2 hal.
Pertama, meliputi lembaga-lembaga politik, administratif, dan eksekutif,
yang bertujuan untuk melakukan pengaturan dalam komunitas yang
bersangkutan dan melaksanakan tugas-tugas yang ditetapkan dalam aturan
hukum. Kedua, dengan menggunakan prinsip efektivitas, kriteria
pemerintahan menunjuk kepada makna “pemerintahan yang efektif” yang
berarti lembaga politik, administratif, dan eksekutif sungguh-sungguh
melaksanakan tugasnya dalam wilayah yang bersangkutan dan diakui oleh
penduduk setempat. Supaya efektif, maka pembentukan lembaga-lembaga
itu didirikan dan diatur oleh hukum yang ditetapkan setelah terbentuknya
negara yang bersangkutan.

4. Kemampuan untuk menjalin hubungan internasional dengan negara lain


Sebagian ahli menyebutkan bahwa syarat yang terakhir ini merupakan
unsur deklaratif, dan bukan unsur konstitutif berdirinya suatu negara. Hal
tersebut dikarenakan kemampuan menjalin hubungan dengan negara lain
lebih merupakan konsekuensi lahirnya suatu negara dibandingkan sebagai
syarat pendiriannya. Bahkan, syarat ini tak hanya diperuntukkan bagi negara,
akan tetapi juga untuk organisasi internasional, termasuk bagian dari
pengaturan konstitusional seperti halnya dalam sistem federasi.

Anda mungkin juga menyukai