Anda di halaman 1dari 18

TUGAS

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Disusun oleh:

Mawarni Saron Situmorang

(205090201111029)

Dosen:

Kamarudin, LL.M.

Program Studi Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Brawijaya

2020
Pengertian Negara

1. Negara adalah organisasi kekuasaan yang berdaulat dengan tata pemerintahan yang


melaksanakan tata tertib atas orang-orang di daerah tertentu.[1] Negara juga merupakan suatu
wilayah yang memiliki suatu sistem atau aturan yang berlaku bagi semua individu di wilayah
tersebut, dan berdiri secara independen (Wikipedia).
2. Menurut Para Ahli
a. Roger H Soltau
Negara adalah agen atau kewenangan yang mengatur atau mengendalikan persoalan-
persoalan bersama atas nama masyarakat (An Introduction to Politics; 1951)
b. Harold J Laski
Negara adalah suatu masyrakat yang diintergrasikan karena mempunyai wewenang yang
bersifat memaksa (The State in Theory and Pratcice; 1947)
c. Max Weber
Negara adalah suatu masyarakat yang memonopoli penggunaan kekerasan fisik yang sah
dalam suatu wilayah.
d. Robert M Machiver
Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan ketertiban di dalam suatu masyarakat
dalam suatu wilayah dengan berdasarkan system hokum yang diselenggarakan oleh suatu
pemerintah.
e. Miriam Budiardjo
Negara mempunyai arti sebagai bentuk organisasi dalam bentuk wilayah, dengan
kekuasaan dapat menimbulkan kesejaterahan untuk kehidupan bersama.

Asal Mula Terbentuknya Negara

Di dunia ini ada banyak sekali negara dengan berbagai sejarah terbentuknya negara itu. Suatu
negara dapat terbentuk dengan berbagai alasan dan latar belakang, ada yang meraih kemerdekaan
negaranya melalui perjanjian, ada yang melalui peperangan melawan penjajah, dan masih
banyak lagi sejarah berdirinya suatu negara. Secara teori terbentuknya negara dibagi menjadi
dua yaitu asal mula negara berdasarkan riwayat pembentukannya, asal mula negara berdasarkan
kenyataannya, asal mula negara berdasarkan teori terbentuknya, da nasal mula negara
berdasarkan riwayat pertumbuhannya..

1. Asal Mula Negara Berdasarkan Riwayat Pembentukannya


a. Teori Hukum Alam
Berdasarkan teori hokum alam, negara terbentuk secara alamiah, dimana suatu negara
terbentuk bersumber dari manusia yang merupakan makhluk social yang memiliki sifat
cenderung untuk berkumpul dan saling berhubungan satu sama lain dengan tujuan agar
terpenuhi kebutuhan hidupnya. Tokoh dalam teori ini adalah Plato dan Aristoteles.
Menurut Plato (429-347 SM), negara adalah suatu keluarga besar yang anggotanya saling
berhubungan, bekerja sama, dan memiliki tugasnya masing-masing untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka. Menurut Aristoteles (384-322 SM), negara terbentuk bermula
dari keluarga, sekelompok keluarga yang kemudian bergabung menjadi lebih besak lalu
terbentuklah desa, masyarakat luas hingga akhirnya terbentuklah sebuah negara.
b. Teori Ketuhanan
Teori ini juga dikenal dengan doktrin teokrasi tentang asal mula negara. Dimana
berdasarkan teori ini , raja berkuasa karena kehendak dari Tuhan dan pelanggaran kepada
kekuasaan raja sama halnya dengan pelanggaran terhadap kekuasaan Tuhan. Raja dan
pemimpin-pemimpin negara lainnya hanya bertanggung jawab kepada Tuhan. Pelopor
teori ini adalah Agsutinus, F.J Stahl, Thomas Aquinas, Ludwig Von Halfer, dan F. Hegel.
1. Santo Agustinus
Kedudukan suatu gereja yang dipimpin oleh Sri Paus memiliki kedudukan yang lebih
tinggi dari kedudukn negra yang dipimpin oleh seorang raja, karena Paus adalah
wakil dari Tuhan di dunia ini dan gereja merupakan bayangan dari kerajaan Tuhan.
Agustinus membagi negra menjadi dua jenis, yaitu:
1. Civitate Dei yang merupakan Kerajaan Tuhan.
2. Civitate Diabolis atau Terrana adalah kerajaan setan yang ada di dunia fana.
2. Thomas Aquinas :
Aquinas menjabarkan bahwa negara adalah suatu lembaga alamiah yang lahir karena
adanya kebutuhan sosial dari manusia dengan tujuan untuk menjamin ketertiban dan
kehidupan masyarakat serta penyelenggaran kepentingan umum . di dalam teorinya ,
Aquinas menjelaskan bahwa kedudukan raja dan Sri Paus sama tingginya, keduanya
merupakan wakil Tuhan yang memiliki tugasnya masing-masing, dimana raja
memiliki tugas di bidang keduniawian yaitu bertugas untuk mengusahakan agar
masyarakat memiliki hidup yang bahagia dan sejahtera di dalam negara. Sedangkan
Sri Paus memiliki tugas di bidang kerohanian, yaitu bertugas untuk membimbing
rakyatnya agar memiliki kehidupan yang bahagia di akhirat.
c. Teori Perjanjian
Menurut teori ini, kehidupan manusia dipisahkan menjadi dua zaman, yaitu zaman
sebelum adanya negara dan zaman setelah adanya negara. Keadan sebelum adanya
negara disebut sebagai keadaan alamiah. Di zaman sebelum adanya negara, manusia
hidup tanpa organisasi dan pemimpin, hidup tanpa hokum, tanpa negara, dan tanpa
pemerintah yang mengatur hidup mereka. Keadaan alamiah ini kemudian diakhiri dengan
adanya perjanjian diantara sekelompok individu manusia. Melalui perjanjian itu
dibentuklah sebuah negara dengan tujuan untuk melindungi serta menjamin kehidupan
mereka. Pelopor dari perjanjian ini adalah Plato, Aristoteles, Thomas Hobbes, John
Locke, dan J.J Rousseau.
d. Teori Kekuasaan
Teori berpendapat bahwa negara terbentuk karena adanya orang-orang yang kuat dan
menaklukkan kelompok orang lemah. Agar dapat menguasai orang-orang lemah,
kelompok orang-orang kuat membentuk suatu organisasi, yaitu negara. Teori ini
dikemukakan oleh Karl Marx, Frederick Engels, Herold J. Laski, F. Oppenheimer, dan
Leon Dugut.

2. Asal Mula Negara Menurut Kenyataannya


1. Fusi/ Peleburan
Suatu negara terbentuk karena adanya dua atau lebih negara yang bergabung membentuk
negara baryu, misalnya pembentukan negara Jerman berasal dari peleburan Jerman Barat
dan Jerman Timur pada tanggal 3 Oktober 1990.
2. Pemisahan Diri
Terbentuknya sebuah negara dari memisahnya suatu bagian negara yang lama untuk
menciptakan negara baru, contohnya Belgia yang memisahkan diri dsri Belanda pada
tahun 1839, Timor Timur (Timor Leste) yang memisahkan diri dari Indonesia pada tahun
1999.
3. Pemecahan
Yaitu terpecahnya suatu negara yang menimbulkan negara-negara baru sehingga negara
sebelumnya hilang, contohnya negara Columbia yang terpecah menjadi negara Venezuela
dan Inggris.
4. Perjuangan
Yaitu terbentukan suatu negara dari hasil perjuangan melawan penjajah dari negara lain
dan menyatakan kemerdekaannya, misalnya Indonesia yang merderka setelah melawan
penjajahan yang merupakan hasil perjuangan rakyatnya.
5. Penaklukan
Suatu daerah yang telah diduduki seseorang atau suatu bangsa yang kemudian
diambil alih untuk dijadikan negara di wilayah itu. Misalnya Negara Liberia yang
merupakan daerah kososng yang dijadikan negara oleh bangsa negro yang telah
doibebaskan oleh Amerika. Pendudukan, yaitu penguasaan terhadap wilayah yang ada
penduduknya, namun tidak berpemerintahan. Misalnya, Australia merupakan daerah baru
yang ditemukan Inggris meskipun di sana terdapat suku Aborigin untuk selanjutnya
dibuat koloni. Penduduknya didatangkan dari daratan Eropa.
6. Penyerahan
Terbentuknya sebuah negara dari suatu koloni yang diberikan kemerdekaan dari
negara lain yang menjajah negara itu. Inggri yang memberi kemerdekaan kepada
kemerdekaan bagi negara jajahannya di wilayah Afrika.

3. Asal Mula Negara Menurut Teori Terbentuknya


1) Teori organis
Negara dipersamakan dengan organisme hidup manusia atau binatang. Individu yang
merupakan komponen-komponen negara dipandang sebagai sel-sel dari makhluk hidup
itu. Kehidupan korporal dari negara dapat disamakan dengan tulang-belulang manusia.
Undang-undang sebagai urat syaraf, raja (kaisar) sebagai kepala, serta para individu
sebagai dagingnya. Penganut teori ini ialah Nicholas dan J.W. Schelling.
2) Teori historis
Lembaga-lembaga sosial tidak dibuat, melainkan tumbuh secara evolusioner sesuai
dengan kebutuhan-kebutuhan manusia merupakan penjelasan teori historis atau teori
evolusionistis. Lembaga-lembaga itu tidak luput dari pengaruh tempat, waktu, serta
tuntutan-tuntutan zaman guna memenuhi kebutuhan manusia. Negara akhirnya dibentuk
dalam rangka memenuhi tuntutan-tuntutan zaman.

4. Asal Mula Negara Berdasarkan Riwayat Pertumbuhannya (Secara Sosiologis)


Terjadinya negara adalah melalui Kata Bijak suatu proses, yakni pertama-tama lahir
sebuah rumah tangga baru yang kemudian berkembang hingga akhirnya membentuk suatu
kesatuan yang lebih besar yang disebut keluarga. Biasanya keluarga diurus oleh orang yang
dipandang tertua. Perasaan perhubungan darah yang sama serta telah mempunyai kesadaran
dalam berorganisasi kemudian membentuk suku.
Apabila suku telah menempati suatu daerah tertentu, mempunyai cita-cita untuk bersama,
serta bertekad teguh memperjuangkan cita-cita mereka karena perasaan senasib dalam
sejarah, maka terbentuklah bangsa. Akhirnya, apabila bangsa dalam mengejar cita-citanya
telah berada pada suatu organisasi kekuasaan yang kuat serta teratur yang disebut pemerintah
yang berdaulat, maka terbentuklah negara.

Sifat Negara

1. Sifat memaksa
Negara dapat memaksakan kehendak melalui hukum atau kekuasaan. Negara memiliki
kekuasaan memaksa agar masyarakat tunduk dan patuh terhadap negara tanpa tidak ada
pemaksaan fisik. Hak negara ini memiliki sifat legal agar tercipta tertib di masyarakat dan
tidak ada tindakan anarki. Paksaan fisik dapat dilakukan terhadap hak milik
2. Sifat monopoli
Negara menetapkan tujuan bersama dalam masyarakat. Negara dapat menguasai hal-hal
seperti sumberdaya penting untuk kepentingan orang banyak. Negara mengatasi paham
individu dan kelompok.
3. Sifat totalitas
Semua hal tanpa pengecualian  menjadi wewenang negara.
Tujuan Negara

Miriam Budiharjo (2010) menyatakan bahwa Negara dapat dipandang sebagai asosiasi
manusia yang hidup dan bekerjasama untuk mengejar beberapa tujuan bersama. Dapat dikatakan
bahwa tujuan akhir setiap negara adalah menciptaka kebahagiaan bagi rakyatnya.
Sedangkan tujuan Negara Indonesia adalah yang tertulis dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke
empat;

1) Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia


2) Memajukan kesejahteraan umum
3) Mencerdaskan kehidupan bangsa
4) Ikut melaksanakan ketertiban dunia

Fungsi Negara

1. Fungsi Pertahanan dan Keamanan


Negara wajib melindungi unsur negara(rakyat, wilayah, dan pemerintahan) dari segala
ancaman, hambatan, dan gangguan, serta tantangan lain yang berasal dari internal atau
eksternal. Contoh: TNI menjaga perbatasan negara
2. Fungsi Keadilan
Negara wajib berlaku adil dimuka hukum tanpa ada diskriminasi atau kepentingan tertentu.
Contoh: Setiap orang yang melakukan tinfakan kriminal dihukum tanpa melihat kedudukan
dan jabatan.
3. Fungsi Pengaturan dan Keadilan
Negara membuat peraturan-perundang-undangan untuk melaksanakan kebijakan dengan ada
landasan yang kuat untuk membentuk tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsan dan
juga bernegara.
4. Fungsi Kesejahteraan dan Kemakmuran
Negara bisa mengeksplorasi sumber daya alam yang dimiliki untuk meningkatkan kehidupan
masyarakat agar lebih makmur dan sejahtera.
Pengertian dan Prinsip Pokok Negara Hukum (Rechtsstaat ; Rule of Law)

1. Istilah Negara Hukum


Negara hukum merupakan istilah yang mengandung begitu banyak muatan sejarah
pemikiran yang relatif panjang. Pemikiran mengenai negara hukum telah muncul jauh
sebelum terjadinya Revolusi 1688 di Inggris, namun kemudian menghilang dan baru muncul
kembali pada Abad XVII kemudia mulai banyak dikenal pada Abad XIX. Latar belakang
timbulnya pemikiran tentang negara hukum berawal dari reaksi terhadap kesewenangan-
wenangan di masa lampau. Oleh karena itu, unsur-unsur negara hukum mempunyai
hubungan yang erat dengan sejarah dan perkembangan masyarakat dari suatu bangsa. Cita
negara hukum pertama kali dikemukakan oleh Plato dan kemudian pemikiran tersebut di
pertegas oleh Aristoteles. Pemikiran tentang negara hukum berawal ketika Plato dengan
konsepnya menyatakan bahwa penyelenggaraan negara yang baik adalah negara yang
berdasarkan pada pengaturan (hukum) yang baik yang di sebut dengan istilah nomoi.
Gagasan Plato tentang negara hukum semakin dipertegas dan didukung oleh gagasan
Aristoteles. Aristoteles menggemukakan bahwa pengertian negara hukum sesungguhanya
berkaitan dengan arti dari pada dalam perumusannya yang masih terikat kepada “Polis”.
Aristoteles berpendapat bahwa pengertian negara hukum itu timbul dari polis yang
mempunyai wilayah negara kecil, seperti kota dan berpenduduk sedikit, tidak seperti negara-
negara sekarang ini yang mempunyai wilayah luas dan berpenduduk banyak (vlakte staat).
Dalam polis itu segala urusan negara dilakukan dengan musyawarah (ecclesia), dimana
seluruh warga negaranya ikut serta dalam urusan penyelenggaraan negara. Pada masa itu
yang dimaksud dengan negara hukum ialah negara yang berdiri di atas hukum yang
menjamin keadilan kepada warga negaranya. Keadilan merupakan syarat bagi tercapainya
kebahagiaan hidup untuk warga negaranya, dan sebagai dasar dari pada keadilanitu perlu di
ajarkan rasa susila kepada setiap manusia agar ia menjadi warga negara yang baik. Demikian
pula peraturan hukum yang sebenarnya hanya ada jika peraturan hukum itu mencerminkan
keadilan bagi pergaulan hidup antar warga negaranya. Bagi Aristoteles yang memerintah
dalam negara bukanlah manusia sebenarnya, melainkan pikiran yang adil, dimana penguasa
sebenarnya hanya memegang hukum dan keseimbangan saja. Kesusilaan yang akan
menentukan baik dan tidaknya suatu peraturan Undang-undang dan membuat Undang-
undang adalah sebagian dari kecakapan menjalankan pemerintahan negara. Ajaran
Aristoteles sampai sekarang masih menjadi idam-idaman bagi para negarawan untuk
menciptakan suatu negara hukum. Aristoteles juga mengatakan bahwa suatu negara yang
baik ialah negara yang di perintahkan dengan konstitusi dan berkedaulatan hukum. Ada tiga
unsur dari pemerintahan yang berkonstitusi yaitu pertama, pemerintahan dilaksanakan untuk
kepentingan umum; kedua, pemerintahan dilaksanakan menurut hukum yang berdasarkan
pada ketentuan-ketentuan umum, bukan hukum yang dibuat secara sewenang-wenang yang
menyampingkan konvensi dan konstitusi; ketiga, pemerintah berkonstitusi berarti
pemerintahan yang dilaksanakan atas kehendak rakyat, bukan berupa paksaan-tekanan yang
dilaksanakan pemerintahan despotik. Dalam kaitannya dengan konstitusi, Aristoteles
mengatakan bahwa konstitusi merupakan penyusunan jabatan dalam suatu negara dan
menentukan apa yang dimaksudkan dengan badan pemerintahan dan apa akhir dari setiap
masyarakat. Selain itu, konstitusi merupakan aturan-aturan dan penguasa harus mengatur
negara menurut aturan- aturan tersebut.
Dalam perkembangnya, konsep tentang negara hukum mengalami perumusan yang
berbeda-beda. Pemikiran atau konsepsi manusia merupakan anak zaman yang lahir dan
berkembang dalam situasi kesejarahan dengan berbagai pengaruhnya. Pemikiran atau
konsepsi manusia tentang negara hukum juga lahir dan berkembang dalam situasi
kesejarahan. Oleh karena itu, meskipun konsep negara hukum dianggap sebagai konsep
universal, pada dataran implementasi ternyata memiliki karakteristik beragam.Hal ini karena
adanya pengaruh dari situasi kesejarahan, di samping pengaruh falsafah bangsa, ideologi
negara, dan lain-lain. Atas dasar itu, secara historis dan praktis, konsep negara hukum
muncul dalam berbagai model seperti:
(1) Negara hukum menurut nomokrasi islam. Konsep nomokrasi islam mendasarkan pada
nilai-nilai yang terkandung pada Al-Quran dan Al- Sunnah. Nomokrasi islam adalah
suatu negara hukum yang memiliki prinsip-prinsip umum sebagai berikut (prinsip
kekuasaan sebagai amanah, prinsip musyawarah, prinsip keadilan, prinsip persamaan,
prinsip pengakuan dan perlindungan setiap hak-hak asasi manusia, prinsip peradilan
bebas, prinsip perdamaian, prinsip kesejahteraan, dan prinsip ketaatan rakyat)
(2) Negara hukum menurut konsep Eropa Kontinental yang dinamakan rechtsstaat. Konsep
rechtsstaat lahir dari suatu perjuangan menentang absolutisme sehingga sifatnya
revolusioner, konsep rechtsstaat bertumpu atas sistem Hukum Kontinental yang disebut
civil law. Karakteristik civil law adalah administratif1
(3) Negara hukum menurut konsep Anglo Saxon (rule of law), konsep rule of law
berkembang secara evolusioner. Konsep the rule of law bertumpu atas sistem
Hukumyang disebut common law. Karakteristik common law adalah judicial.
(4) Konsep socialist legality, Social legality adalah suatu konsep yang dianut di negara-
negara komunis/sosialis yang tampaknya hendak mengimbangi konsep rule of law yang
dipelopori oleh negara-negara anglo-saxon.
(5) Konsep negara hukum pancasila. Padmo Wahyono menelaah negara hukum pancasila
dengan bertitik pangkal dari asas kekeluargaan yang tercantum dalam Undang-undang
Dasar 1945 Dalam asas kekeluargaan maka yang diutamakan adalah “rakyat banyak,
namun harkat dan martabat manusia tetap dihargai”.

1.1. Konsep Negara Hukum Rechtsstaa


Rechtsstaat adalah sebuah doktrin hukum Eropa Daratan yang berasal dari sistem
hukum Jerman. Dalam kepustakaan Indonesia, istilah ini dapat diterjemahkan menjadi
"negara hukum". Rechtsstaat adalah sebuah konsep negara hukum yang merupakan
negara konstitusional, dimana konsep ini memiliki konsep negara yang membatasi
kekuasaan pemerintah dengan hukum. Istilah ini sering kali dikaitkan dengan konsep rule
of law dalam sistem hukum Inggris-Amerika, namun keduanya berbeda karena
konsep rechtsstaat juga menegakkan sesuatu yang dianggap adil (contohnya konsep
kebenaran moral berdasarkan etika, rasionalitas, hukum, hukum alam, dan agama.
Dengan demikian, konsep Rechtsstaa merupakan lawan dari Obrigkeitsstaat (negara yang
didasarkan pada penggunaan kekuasaan yang sewenang-wenang).
Di dalam sebuah negara hukum, kekuasaan negara dibatasi untuk melindungi
warganya dari penyalahgunaan kekuasaan. Warga-warga memiliki kebebasan-kebebasan
sipil yang dijamin oleh hukum dan mereka dapat pergi ke pengadilan untuk menegakkan
hak mereka. Suatu negara tidak dapat menjadi negara demokrasi liberal apabila mereka
tidak memiliki konsep Rechtsstaat.

Dasar dan prinsip Rechtsstaat


Konsep negara hukum Rechtsstaat memiliki dasar pada keyakinan bahwa
kekuasaan negara harus dijalankan atas dasar hukum yang adil dan baik. Hubungan
antara yang diperintah (governed) dan memerintah (governor) dijalankan berdasarkan
suatu norma objektif, bukan pada suatu kekuasaan absolut semata-mata. Norma objektif
tersebut harus memenuhi syarat formal dan dapat dipertahankan oleh ide hukum.

Pada konsep negara hukum ini mensyaratkan bahwa setiap tindakan dari suatu
negara harus memiliki tujuan untuk menegakkan kepastian hukum, yang dilakukan secara
setara, menjadi unsur yang mengesahkan demokrasi, dan memenuhi tuntutan akal budi.
Alat-alat negara mempergunakan kekuasaannya hanya sejauh berdasarkan hukum yang
berlaku dan dengan cara yang ditentukan dalam hukum itu. Dalam negara hukum, tujuan
suatu perkara adalah agar dijatuhi putusan sesuai dengan kebenaran. Tujuan suatu perkara
adalah untuk memastikan kebenaran, maka semua pihak berhak atas pembelaan atau
bantuan hukum. Prinsip-prinsip Rechtsstaat yang paling penting adalah:

i. Negara didasarkan pada supremasi konstitusi nasional dan menjamin keamanan dan
hak-hak konstitusional warganya.
ii. Masyarakat madani dianggap sebagai rekan sejawat negara
iii. Pemisahan kekuasaan menjadi eksekutif, legislatif dan yudikatif dan ketiganya dapat
saling mengawasi dan membatasi kekuasaan satu sama lain.
iv. Badan yudikatif dan eksekutif terikat oleh hukum (tidak dapat bertindak melawan
hukum), dan legislatif terikat oleh asas-asas konstitusi
v. Badan legislatif dan demokrasi sendiri terikat oleh hak-hak dan asas-asas
konstitusional dasar
vi. Transparansi negara dan semua keputusan harus diberi alas an
vii. Pengujian tindakan dan keputusan negara oleh badan independen yang juga
menyediakan proses banding
viii. Hierarki hukum dan hukum harus jelas dan pasti
ix. Tindakan negara harus dapat diandalkan, pelarangan retroaktivitas
x. Asas proporsionalitas dalam tindakan negara
xi. Monopoli kekerasan yang sah
1.2. Konsep Negara Hukum Rule of Law
Rule of law adalah prinsip hukum yang menyatakan bahwa hukum harus memerintah
sebuah negara dan bukan keputusan pejabat-pejabat secara individual. Prinsip tersebut
biasanya merujuk kepada pengaruh dan otoritas hukum dalam masyarakat, terutama
sebagai pengatur perilaku, termasuk perilaku para pejabat pemerintah. Istilah ini berasal
dari Inggris pada abad ke-16, dan pada abad berikutnya, teolog Skotlandia Samuel
Rutherford menggunakan istilah tersebut dalam argumennya untuk menentang hak ilahi
raja. Albert Venn Dicey dalam Introduction to the Law of the Constitution mengatakan
bahwa rule of law memiliki tiga unsur dasar:
1) Supremasi aturan hukum: seseorang hanya boleh dihukum kalau melanggar hukum
2) Kedudukan yang sama di mata hukum: baik itu pejabat maupun rakyat jelata
3) Terjaminnya hak asasi manusia melalui undang-undang dan putusan pengadilan.

Konsep ini berbeda dari Rechtsstaat karena konsep Rechtsstaat berasal dari tradisi hukum


Eropa Kontinental, sementara rule of law berakar dari tradisi hukum umum Inggris.

Negara Hukum Pancasila

Menurut Jimly Asshiddiqie (2011 : 21-23 ) konsensus yang menjamin tegaknya


konstitusionalisme di zaman modern pada umumnya dipahami bersandar pada tiga elemen
kesepakatan(consensus), sebagai berikut :

1. Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama;


2. Kesepakatan tentang the rule of law sebagai landasan pemerintahan atau penyelenggaraan
negara;
3. Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedur-prosedur ketatanegaraan.

Kesepakatan (consensus) pertama, berkenan dengan cita-cita bersama yang pada puncak
abstraksinya paling mungkin mencerminkan kesamaan-kesamaan kepentingan di antara warga
masyarakat yang dalam kenyataannya harus hidup di tengah pluralisme dan kemajemukan. Oleh
karena itu, untuk menjamin kebersamaan dalam kerangka kehidupan bernegara, diperlukan
tentang tujuan-tujuan atas cita-cita bersama yang biasa disebut dengan falsafah kenegaraan atau
staatsidee (cita negara) yang berfungsi sebagai filosofische grondslag di antara sesama warga
masyarakat dalam konteks kehidupan bernegara.

Di negara republik Indonesia, dasar-dasar filosofis yang dimaksudkan adalah Pancasila


yang berarti lima sila atau lima prinsip dasar untuk mencapai atau mewujudkan empat tujuan
bernegara. Kelima sila tersebut adalah

(1) Ketuhanan Yang Maha Esa,


(2) Kemanusiaan yang adil dan Beradab
(3) Persatuan Indonesia
(4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
(5) Keadilan Sosial Bagi seluruh Rakyat Indonesia.

Kelima sila tersebut dipakai sebagai dasar filosofis ideologis untuk mewujudkan empat tujuan
atau cita-cita bernegara sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea IV, yaitu :

(i) Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
(ii) Meningkatkan kesejahteraan umum,
(iii) Mencerdaskan kehidupan bangsa
(iv) Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.

Kesepakatan kedua adalah kesepakatan bahwa basis pemerintahan didasarkan atas aturan
hukum dan konstitusi. Konstitusi dijadikan pegangan tertinggi dalam memutuskan segala sesuatu
yang harus didasarkan atas hukum.

Kesepakatan ketiga berhubungan dengan (a) bangunan organ negara dan prosedur yang
mengatur kekuasaannya (b) hubungan antar organ negara satu sama lain (c) hubungan antara
organ-organ negara itu dengan warga negara.

Perubahan UUD 1945 sebagai agenda utama reformasi seluruh Fraksi di MPR pada
Sidang Tahunan MPR 1999 membuat kesepakatan tentang arah perubahan UUD 1945, yaitu :

1. Tidak mengubah Pembukaan UUD 1945;


2. Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
3. Mempertahankan sistem presidensiil (sekaligus menyempurnakan agar betulbetul memenuhi
ciri-ciri umum sistem presidensiil;
4. Memindahkan hal-hal normative yang ada dalam penjelasan UUD 1945 ke dalam pasal-pasal
UUD 1945;
5. Menempuh cara addendum dalam melakukan amandemen terhadap UUD 1945. ( Jimly
Asshiddiqie, 2012 : 254).

Pancasila sebagai dasar filosofis negara Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 yang
merupakan kesepakatan pertama penyangga konstitusionalisme. Dengan tidak diubahnya
Pembukaan UUD 1945 berarti tidak berubah pula kedudukan Pancasila sebagai dasar-dasar
filosofis bangunan Negara Republik Indonesia. Yang berubah adalah sistem dan institusi untuk
mewujudkan cita-cita berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Prinsip-prinsip Negara Hukum Pancasila
merupakan gabungan dari kedua konsep hukum, baik the rule of law maupun rechtsstaat dimana
pada konsep negara Pancasila diakui adanya kedaulatan hukum atau supremasi hukum,
melindungi individu terhadap aktualisasi Nilai-nilai Pancasila di Era Reformasi 90. Mengutip
pendapat Lawrence M. Friedman sebagaimana dikutip Satya Arinanto ( 2006 : 77) mengkaji
tentang sistem hukum di Indonesia berdasarkan 3 hal, yaitu :

1. Structure ( tatanan tentang kelembagaan dan kinerja lembaga);


2. Substance (materi hukum);
3. Legal culture (budaya hukum)

Berdasarkan ketiga kriteria tersebut di atas maka ditentukan tujuan pembangunan sistem hukum
nasional yaitu : sistem hukum nasional yang adil, konsekuen, tidak diskriminatif (termasuk tidak
diskriminatif terhadap perempuan atau bias jender); terjaminnya konsistensi seluruh peraturan
perundang-undangan pada tingkat pusat dan daerah serta tidak bertentangan dengan peraturan
yang lebih tinggi; kelembagaan peradilan dan penegak hukum yang berwibawa, bersih,
professional dalam upaya memulihkan kembali kepercayaan masyarakat secara keseluruhan
kepada hukum ( Satya Arinanto, 2006 : 90). Upaya-upaya yang dilakukan adalah :

(1) Menata kembali substansi hukum melalui peninjauan dan penataan kembali peraturan
perundang-undangan untuk memperhatikan tertib perundang-undangan dengan
memperhatikan asas umum dan herarkhi perundang-undangan dan menghormati serta
memperkuat kearifan lokal dan hukum adat untuk memperkaya sistem hukum dan peraturan
melalui pemberdayaan yurisprudensi sebagai bagian dari upaya pembaharuan materi hukum
nasional;
(2) Melakukan pembenahan struktur hukum melalui penguatan kelembagaan dengan
meningkatkan profesionalisme hakim dan staf peradilan serta kualitas sistem peradilan yang
terbuka dan transparan; menyederhanakan sistem peradilan, meningkatkan transparansi agar
peradilan dapat diakses oleh masyarakat dan memastikan bahwa hukum diterapkan dengan
adil dan memihak pada kebenaran; memperkuat kearifan lokal dan hukum adat untuk
memperkaya sistem hukum dan peraturan melalui pemberdayaan yurisprudensi sebagai
bagian dari upaya pembaruan hukum nasional.
(3) Meningkatkan budaya hukum antara lain melalui pendidikan dan sosialisasi berbagai
peraturan perundang-undangan serta perilaku keteladanan dari kepala negara dan jajarannya
dalam mematuhi dan menaati hukum serta penegakan supremasi hukum.

Dalam bukunya “ Revolusi Pancasila’, Yudi Latif ( 2015 : 194-196) mengatakan bahwa: Nilai-
nilai jati diri Indonesia dirumuskan dalam Pancasila sebagai falsafah dan pandangan hidup,
haluan persatuan dan perjuangan, serta kepribadian bangsa. Kelima sila Pancasila mempunyai
landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis yang kuat. Selebihnya adalah tuntutan akan
pendalaman pemahaman, peneguhan keyakinan dan kesungguhan komitmen untuk
mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam segala lapis dan bidang kehidupan kenegaraan dan
pebangsaan termasuk mewujudkan negara hukum Pancasila. Selanjutnya, Yudi Latif ( 2015 :
168-169) memerinci langkah-langkah Revolusi Pancasila melalui program-program prioritas,
dalam hal mengukuhkan Pancasila sebagai Ideologi dan pandangan hidup bangsa serta
mengukuhkan negara hukum Pancasila antara lain :

1. Menetapkan norma hukum dan norma etika yang mewajibkan para penyelenggara negara
untuk menjunjung nilai Pancasila sebagai pedoman kebijakan dan tindakan dalam teori
Friedman termasuk budaya hukum.
2. Mengusahakan agar Pancasila mempunyai konsistensi dengan konstitusi dan perundang-
undangan, koherensi antar sila, dan korespondensi dengan realitas sosial . Artinya seluruh
materi peraturan perundang-undangan di Indonesia tidak boleh bertentangan dengan nilai-
nilai Pancasila. Dalam teori Friedman termasuk subsansi hukum sebagaimana disebutkan di
atas.
3. Memantapkan Indonesia sebagai negara hukum (rechstaat), dengan menempatkan Pancasila
sebagai Staatfundamentalnorm yang harus menjadi sumber dari segala sumber hukum. Oleh
karena itu harus ada audit terhadap peraturan perundangundangan dengan menghapus segala
undang-undang yang kandungan nilainya bertentangn dengan norma dasar Pancasila.
4. Pengembangan demokrasi harus sejalan dengan nomokrasi (rule of law).

Agar kualitas demokrasi kita berjalan sehat, perlu ada jaminan penegakan dan kepastian hukum,
yang benar, adil dan professional. Untuk itu harus ada pembenahan mendasar pada aparatur
penegak hukum. Oemar Senoadji (Hamdan Zoelva, 2011 : 17-18) mengemukakan bahwa negara
hukum Pancasila mempunyai ciri-ciri khas Indonesia dengan menggunakan Pancasila sebagai
dasar pokok dan sumber hukum.Ciri pokok dalam negara hukum Pancasila adalah :

1. adanya jaminan terhadap freedom of religion atau kebebasan beragama yang mempunyai
konotasi positif bahwa tiada tempat bagi atheisme atau propaganda anti agama. SEMINAR
NASIONAL : ISSN: 2598-6384 Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila di Era Reformasi 92
2. Ciri berikutnya adalah tiada pemisahan yang rigid dan mutlak antara negara dan agama yang
berada dalam hubungan yang harmonis, berbeda dengan negara sekuler seperti Amerika
Serikat yang menganut doktrin pemisahan agama dan negara. ( Muh. Tahir Azhary, 2005 :
93-94)
3. Konsep negara hukum khas Indonesia bersumber dari cita hukum dan keyakinan hukum serta
praktiknya dalam ketatanegaraan Indonesia. Negara hukum Pancasila, memandang
Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai causa prima, tidak akan memberikan toleransi jaminan
konstitusional kebebasan anti agama hidup di tengah-tengah tata hukum Indonesia.
4. Negara hukum Indonesia mempunyai ciri-ciri tersendiri yang menunjukkan aspek-aspek
khusus dari hak asasi : antara lain tidak memisahkan antara agama dengan negara, adanya
pengakuan hak-hak asasi manusia seperti dikenal di Barat, adanya pengakuan atas hak-hak
sosial ekonomi rakyat yang harus dijamin dan menjadi tanggung jawab negara- yang isinya
berbeda jalannya dengan konsep rule of law ataupun socialist legality.
5. Di samping itu negara hukum Pancasila memiliki asas khas Indonesia yaitu asas musyawarah
dan gotong royong yang dalam praktik sangat diutamakan, khususnya dalam bidang politik
kenegaraan.

Hamdan Zoelva, 2011 : 17-18) Philipus M. Hadjon ( 1987 : 90) merumuskan elemen atau unsur-
unsur negara hukum Pancasila, sebagai berikut :

1. Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas kerukunan;


2. Hubungan fungsional yang proposional antara kekuasaan-kekuasaan negara;
3. Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan merupakan sarana
terakhir;
4. Keseimbangan antara hak dan kewajiban.

Selanjutnya menurut Bernard Arief Sidharta mengemukakan unsur-unsur negara hukum


Pancasila (Yopi Gunawan dan Kristian, 2015 : 92) yaitu :

1. Adanya supremasi hukum.


2. Adanya pemerintahan berdasarkan hukum.
3. Demokrasi.
4. Kekuasaan kehakiman yang bebas.
5. Adanya sarana kontrol hukum bagi tindakan-tindakan pemerintah.
6. Hukum bertujuan untuk mewudkan kesejahteraan dan keadilan sosial warga masyarakat.
7. Pengakuan dan pelindungan hak asasi manusia.
8. Berdasarkan asas Ketuhanan yang maha esa.
Daftar Pustaka

1. https://sistempemerintahan-indonesia.blogspot.com/2013/09/pengertian-negara-unsur-fungsi-
tujuan.html
2. https://id.wikipedia.org/wiki/Rule_of_law
3. https://id.wikipedia.org/wiki/Rechtsstaat
4. https://pn-gunungsitoli.go.id/assets/image/files/Konsep_Negara_Hukum_Indonesia.pdf
5. https://core.ac.uk/download/pdf/295384457.pdf
6. http://repository.uin-suska.ac.id/8907/4/BAB%20III.pdf

Anda mungkin juga menyukai