Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti diketahui, dinamika hubungan agama dan negara telah
menjadi faktor kunci dalam sejarah peradaban umat manusia. Di samping
dapat melahirkan kemajuan besar, hubungan antara keduanya juga telah
menimbulkan malapetaka besar. Tidak ada bedanya, baik ketika negara
bertahta di atas agama (pra abad pertengahan), ketika negara di bawah agama
(di abad pertengahan) atau ketika negara terpisah dari agama (pasca abad
pertengahan, atau di abad modern sekarang ini).
Pola hubungan ronde pertama dan kedua sudah lewat. Bahwa masih
ada sisa sisa masa lalu, dalam urusan  apapun termasuk hubungan negara
agama, bisa terjadi.   Tapi, sekurang kurangnya secara teori,  kini kita telah
merasa cocok di ronde ketiga,  ronde sekular, di mana agama dan negara
harus terpisah, dengan wilayah jurisdiksinya masing masing. Agama untuk
urusan pribadi,  negara untuk urusan publik.
Sejauh ini kita beranggapan hubungan sekularistik untuk agama
negara merupakan opsi yang terbaik.Dalam pola hubungan ini,agama tidak
lagi bisa memperalat negara untuk melakukan kedzaliman atas nama Tuhan;
demikian pula negara tidak lagi bisa memperalat agama untuk kepentingan
penguasa.
Tapi apakah persoalan hubungan agama-negara sesederhana itu?
Bahwa pola hubungan sekularistik pada mulanya merupakan "wisdom" yang
didapat oleh masyarakat Barat dari sejarah panjang hubungan raja dan gereja,
kiranya jelas. Bagi umat Islam sendiri, Barat atau Timur sesungguhnya bukan
merupakan kategori benar salah atau baik buruk. Barat bisa benar, Timur bisa
salah; tapi juga bisa sebaliknya. "Kebaikan bukan soal Barat atau di Timur,
melainkan soal ketakwaan" (Q: Al Baqarah/176).
Tapi memang, sejak gagasan sekularisme ini didakwahkan ke Timur,
umat Islam menjadi terbelah antara yang menerima dan yang menolak. Yang
menolak umumnya karena kecurigaan terhadap apa saja yang datang dari
Barat. Tanpa mencoba mengerti kesulitan masyarakat Barat sendiri selama
berabad-abad dalam menata hubungan agama negara, mereka mencurigai
sekularisme sebagai gagasan untuk memarjinalkan Islam dari kehidupan
nyata.
Sementara itu, kelompok yang menerima berargumen bahwa seperti
umumnya agama, Islam pun terbatas jangkaunnya pada urusan pribadi. Jika ia
ditarik ke ruang publik (negara) akan membawa petaka seperti yang pernah
terjadi di Barat. Sekularisme adalah pilihan terbaik jika kita ingin
membiarkan negara dan agama dalam kewajarannya. Biarlah mereka
mengurus tugasnya masing-masing; agama di wilayah privat, negara untuk
wilayah publik.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah pengertian negara, teori terbentuknya negara dan unsur
pembentukan negara?
2. Bagaimana hubungan islam dan negara di Indonesia yang bersifat
antagonistik dan akomodatif?
C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian negara, teori terbentuknya negara dan unsur
pembentukan negara.
2. Untuk mengetahui hubungan islam dan negara di Indonesia yang bersifat
antagonistik dan akomodatif.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Negara, Teori terbentuknya negara dan unsur-unsur


terbentuknya negara
1. Pengertian Negara
Istilah negara diterjemahkan dari kata-kata asing yaitu staat”
(bahasa belanda dan jerman) “state” (bahasa inggris) “etat” (bahasa
prancis) kata “staat”(state,etat) itu diambil dari kata bahasa latin yaitu
“status” atau statum, yang artinya keadaan yang tegak dan tetap atau suatu
yang memiliki sifat yang tegak dan tetap.1
Negara merupakan integrasi dari kekuatan politk, ia adalah
organisasi pokok dari kekuasaan politik negara adalah agency (alat) dari
masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-
hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala-gejala
kekuasaan dalam masyarakat.
Negara adalah organisasi yang dalam suatu wilayah dapat
memaksakan kekuasaannya secara sah terhadap semua golongan
kekuasaanlainnya dan yang dapat menetapkan  tujuan-tujuan dari
kehidupan bersama itu negara menetapkan cara-cara dan  batas-batas
sampai dimana kekuasaan itu dapat digunakan dalam kehidupan bersama
itu, baik oleh individu maupun golongan atau asosiasi, ataupun juga oleh
negara sendiri.
Secara khusus, pengertian negara dapat diketahui dari beberapa ahli
kenegaraan, antara lain :

1
https://ayurostika.blogspot.com/2012/09/makalah-negara-dan-agama.html diakses
pada tanggal 11 November 2020
a. Menurut Aristoteles, negara adalah persekutuan dari keluarga dan
desa guna memperoleh hidup yang sebaik - baiknya.
b. Menurut Karl Mark, negara adalah alat yang berkuasa ( kaum
borjuis/kapitalis ) untuk menindas atau mengeksploitasi kelas yang
lain ( proletariat / buruh ).
c. Menurut Logemann, negara adalah organisasi kemasyarakatan ( ikatan
kerja ) yang mempunyai tujuan untuk mengatur dan memelihara
masyarakat tertentu dengan kekuasaannya.
d. Menurut Harold J. Laski, negara adalah suatu masyarakat yang
terintegrasi karena punya wewenang yang bersifat memaksa dan
secara sah lebih agung daripada individu atau kelompok yang
merupakan bagian dari masyarakat.
e. Menurut Kranenburg, negara adalah suatu sistem dari tugas - tugas
umum dan organisasi yang diatur dalam usaha mencapai tujuan yang
juga menjadi tujuan rakyat yang diliputinya, sehingga perlu adanya
pemerintahan yang berdaulat.
f. Menurut Mr. Soenarko, negara adalah suatu organisasi masyarakat
yang mengandung tiga kriteria yaitu ada daerah, warga negara, dan
kekuasaan tertentu.
g. Menurut Meriam Budiarjo, negara adalah suatu daerah teritorial yang
rakyatnya diperintah oleh sejumlah pejabat yang berhasil menuntut
warganya untuk taat pada peraturan perundang - undangan melalui
penguasaan monopolistis dari kekuasaan yang sah.2
2. Teori terbentuknya Negara
Teori pembentukan Negara, diantaranya adalah :
a. Teori Kontrak Sosial
Thomas Hobbes (1588-1679) mengemukakan bahwa Negara
menimbulkan rasa takut kepada siapapun yang melanggar hukum
negara. Jika warga Negara melanggar hukum Negara, tidak segan –

2
https://ayurostika.blogspot.com/2012/09/makalah-negara-dan-agama.html diakses
pada tanggal 11 November 2020
segan Negara menjatuhkan vonis hukuman mati, keadaan
alamiah  ditafsirkan suatu keadaan manusia yang hidup bebas dan
sederajat menurut kehendak hatinya sendiri dan mengajarkan hidup
rukun, tentram, tidak mengganggu hidup, kesehatan, kebebasan, dan
milik dari sesamanya.
b. Teori Ketuhanan
Teori ketuhanan dekenal juga dengan doktrin teokratis dalam
teori asal mula Negara. Teori ini bersifat universal dan ditemukan baik
di dunia timur maupun di dunia barat, baik dalam teori maupun
praktik. Diabad pertengahan, Bangsa Eropa menggunakan teori ini
untuk membenarkan kekuasaan raja – raja yang mutlak. Doktrin ini
menggunakan hak – hak raja yang berasal dari tuhan untuk
memerintah dan bertahta sebagai raja (devine right of kings). Doktrin
ini lahir sebagai resultante controversial dari kekuasaan politik abad
pertengahan.
c. Teori Kekuatan
Teori kekuatan secara sederhana dapat diartikan bahwa Negara
yang pertama adalah dominasi dari kelompok yang terkuat terhadap
kelompok yang terlemah. Negara dibentuk Negara penaklukan dan
pendudukan. Dengan penaklukan dan pendudukan dari kelompok etnis
yang lebih kuat atas kelompok etnis yang lebih lemah, dimulailah
proses pembentukan Negara.
d. Teori Organis
Konsep organis tentang hakikat dan asal mula tebentuknya
Negara adalah suatu konsep biologis yang melukiskan Negara dengan
istilah – istilah ilmu alam. Negara dianggap atau disamakan dengan
makhluk hidup, manusia, atau binatang.
e. Teori Histories
Teori histories atau teori evolusionistis (gradualistic theory)
merupakan teori yang menyatakan bahwa lembaga – lembaga sosial
tidak dibuat, tetapi tumbuh secara evolusioner sesuai dengan
kebutuhan – kebutuhan manusia.3
3. Unsur-unsur terbentuknya Negara
a. Unsur konstitutif terbentuknya negara

Kemudian ada unsur Konstitutif, unsur konstitutif merupakan


unsur pokok yang penting atau merupakan syarat wajib yang harus
dimiliki calon negara suatu bisa menjadi negara.

Jika salah satu unsur pokok di bawah ini tidak ada dalam suatu
calon negara, maka negara tersebut belum bisa menjadi negara
seutuhnya. Unsur pembentuknya yaitu :4

1) Wilayah

Unsur pokok yang pertama, si calon harus punya wilayah


untuk daerah kekuasaanya. Wilayah merupakan seluruh tempat
baik daratan, lautan maupun udara juga Ekstrateritorial  dan
tentunya punya batasn tertentu.

2) Rakyat atau Penduduk

Udah ada wilayahnya, terus wilayah tesebut tentu harus ada


penghuninya. Penghuni dari negara ini disebut rakyat, penduduk
maupun warga negara dan bukan warga negara.

Ketiga jenis penghuni tersebut penting bagi terbentuknya


suatu negara, pengertian dari 4 jenis penghuni negara ini pun
berbeda.

Pengertian rakyat yang merupakan unsur unsur negara adalah


kumpulan orang yang distukan oleh rasa persamaan yang secara

3
http://rosmiati13.blogspot.com/2015/05/agama-dan-negara_65.html diakses tanggal 11
November 2020
4
https://cerdika.com/unsur-unsur-terbentuknya-negara/ diakses tanggal 11 November
2020
bersama-sama berada/mendiami di suatu wilayah tertentu. Rakyat
sendiri dikategorikan menjadi penduduk dan bukan penduduk serta
warga negara dan bukan warga negara.

Kemudian penduduk adalah semua orang yang


berkedudukan, bertempat tinggal dalam wilayah suatu negara.
Orang yang berada dalam wilayah suatu negara hanya sementara
(tidak menetap) maka disebut dengan bukan penduduk.

3) Pemerintahan yang berdaulat

Yang terakhir setelah adanya daerah juga ada penghuninya


ialah membuat pemerintahan yang berdaulat. Pemerintahan yang
berdaulat ini maksudnya ialah pemerintah yang mempunyai suatu
kekuasaan tertinggi untuk mengamankan, mempertahankan,
mengatur dan melancarkan tata cara penyelenggaraan pemerintahan
negara secara penuh.

Pengertian dari pemerintah dibedakan jadi 2 macam, yaitu :

a) Pengertian pemerintah dalam arti luasnya ialah meliputi


seluruh lembaga negara dan kekuasaan yaitu legislatif,
eksekutif dan yudikatif.
b) Pemerintahan dalam arti sempitnya adalah meliputi kekuasaan
eksekutifnya saja, entah di tingkat pusat maupun daerah.

b. Unsur Deklaratif terbentuknya suatu negara

Unsur deklaratif ini merupakan suatu unsur tambahan, karena


jika unsur konsitutif sudah terpenuhi maka suatu negara bisa tidak
memerlukan unsur deklaratif.

Namun tetap saja unsur deklaratif ini penting, unsur deklaratif


untuk terbentuknya suatu negara adalah adanya pengakuan dari negara
lain.
Dengan diakuinya suatu negara oleh negara lain, maka bisa
tercipta kerjasama internasional. Hingga saat ini dikenal adanya 2
jenis pengakuan, yaitu :

1) Pengakuan secara de facto

Pengakuan ini berarti suatu negara terbentuk berdasarkan pada


fakta berdirinya yang sudah memenuhi syarat

2) Pengakuan secara de jure

Pengaukan ini berarti suatu negara diakui terbentuknya


berdasarkan hukum Internasional.5

B. Hubungan Agama dan Negara di Indonesia


Berbicara mengenai hubungan agama dan negara di Indonesia
merupakan persoalan yang menarik untuk dibahas, penyebabnya bukan
karena penduduk Indonesia mayoritas islam tetapi karena persoalan yang
muncul sehingga menjadi perdebatan di kalangan beberapa ahli. Untuk
mengkaji lebih dalam mengenai hal tersebut maka hubungan agama dan
negara dapat digolongkan menjadi 2 :
1. Hubungan Agama dan Negara yang Bersifat Antagonistik
Maksud hubungan antagonistik adalah sifat hubungan yang
mencirikan adanya ketegangan antar negara dengan islam sebagai sebuah
agama. Sebagai contohnya adalah:
Pada masa kemerdekaan dan sampai pada masa revolusi politik
islam pernah dianggap sebagai pesaing kekuasaan yang dapat mengusik
basis kebangsaan negara. Sehingga persepsi tersebut membawa implikasi
keinginan negara untuk berusaha menghalangi dan melakukan domestika
terhadap idiologi politik islam. Hail itu disebabkan pada tahun 1945 dan
dekade 1950-an ada 2 kubu ideologi yang memperebutkan Negara
Indonesia, yaitu gerakan islam dan nasionalis.

5
https://cerdika.com/unsur-unsur-terbentuknya-negara/ diakses tanggal 11 November
2020
Gerakan nasionalis dimulai dengan pembentukan sejumlah
kelompok belajar yang bersekolah di Belanda. Mahasiswa hasil didikan
belanda ini sangat berbakat dan merasa terkesan dengan kemajuan teknis
di Barat. Pada waktu itu pengetahuan agama sangat dangkal sehingga
mahasiswa cenderung menganggap bahwa agama tidak mampu
menyelesaikan berbagai persoalan. Sehingga untuk menuju kemerdekaan,
nasionalis mengambil jalan tengah dengan mengikuti tren sekuler barat
dan membatasi peran agama dalam wilayah kepercayaan dan agama
individu.
Akibatnya, aktivis politik Islam gagal untuk menjadikan Islam
sebagai ideologi atau agama negara pada 1945 serta pada dekade 1950-an,
mereka juga sering disebut sebagai kelompok yang secara politik
“minoritas” atau “outsider.”
Di Indonesia, akar antagonisme hubungan politik antara Islam dan
negara tak dapat dilepaskan dari konteks kecenderungan pemahaman
keagamaan yang berbeda. Awal hubungan yang antagonistik ini dapat
ditelusuri dari masa pergerakan kebangsaan ketika elit politik nasional
terlibat dalam perdebatan tentang kedudukan Islam di alam Indonesia
merdeka. Upaya untuk menciptakan sebuah sintesis yang memungkinkan
antara Islam dan negara terus bergulir hingga periode kemerdekaan dan
pasca-revolusi. Kendatipun ada upaya-upaya untuk mencarikan jalan
keluar dari ketegangan ini pada awal tahun 1970-an, kecenderungan
legalistik, formalistik dan simbolistik itu masih berkembang pada sebagian
aktivis Islam pada dua dasawarsa pertama pemerintahan Orde Baru
( kurang lebih pada 1967-1987).6
Hubungan agama dan negara pada masa ini dikenal dengan
antagonistik, di mana negara betul-betul mencurigai Islam sebagai
kekuatan potensial dalam menandingi eksistensi negara. Di sisi lain, umat
Islam sendiri pada masa itu memiliki ghirah atau semangat yang tinggi

6
https://www.radarhukum.com/hubungan-antara-negara-dan-agama.htm diakses
tanggal 11 November 2020
untuk mewujudkan Islam sebagai sumber ideologi dalam menjalankan
pemerintahan.
2. Hubungan Agama dan Negara yang bersifat Akomodatif
Maksud hubungan akomodatif adalah sifat hubungan dimana
negara dan agama satu sama lain saling mengisi bahkan ada
kecenderungan memiliki kesamaan untuk mengurangi konflik( M. imam
Aziz et.al.,1993: 105). Pemerintah menyadari bahwa umat islam
merupakan kekuatan politik yang potensial, sehingga Negara
mengakomodasi islam.
Jika islam ditempatkan sebagai out-side Negara maka konflik akan
sulit dihindari yang akhirnya akan mempengaruhi NKRI. Sejak
pertengahan tahun 1980-an, ada indikasi bahwa hubungan antara Islam
dan negara mulai mencair, menjadi lebih akomodatif dan integratif.
Hal ini ditandai dengan semakin dilonggarkannya wacana politik
Islam serta dirumuskannya sejumlah kebijakan yang dianggap positif oleh
sebagian (besar) masyarakat Islam. Kebijakan-kebijakan itu berspektrum
luas, ada yang bersifat:7
a. Struktural , yaitu dengan semakin terbukanya kesempatan bagi para
aktivis Islam untuk terintegrasikan ke dalam Negara.
b. Legislatif , misalnya disahkannya sejumlah undang-undang yang
dinilai akomodatif terhadap kepentingan Islam.
c. Infrastructural, yaitu dengan semakin tersedianya infrastruktur-
infrastruktur yang diperlukan umat Islam dalam menjalankan “tugas-
tugas” keagamaan.
d. Kultural, misalnya menyangkut akomodasi Negara terhadap islam
yaitu menggunakan idiom-idiom perbendaharaan bahasa pranata
ideologis maupun politik negara.

Melihat sejarah di masa orde baru, hubungan Soeharto dengan


Islam politik mengalami dinamika dan pasang surut dari waktu ke waktu.

7
https://www.radarhukum.com/hubungan-antara-negara-dan-agama.htm diakses tanggal
11 November 2020
Namun, harus diakui Pak Harto dan kebijakannya sangat berpengaruh
dalam menentukan corak hubungan negara dan Islam politik di Indonesia.
Alasan Negara berakomodasi dengan islam pertama, karena Islam
merupakan kekuatan yang tidak dapat diabaikan jika hal ini dilakukan
akan menimbulkan masalah politik yang cukup rumit.

Kedua, di kalangan pemerintahan sendiri terdapat sejumlah figur


yang tidak terlalu fobia terhadap Islam, bahkan mempunyai dasar
keislaman yang sangat kuat sebagai akibat dari latar belakangnya.
Ketiga, adanya perubahan persepsi, sikap, dan orientasi politik di
kalangan Islam itu sendiri. Sedangkan alasan yang di kemukakan menurut
Bachtiar, adalah selama dua puluh lima tahun terakhir, umat Islam
mengalami proses mobilisasi-sosial-ekonomi-politik yang berarti dan
ditambah adanya transformasi pemikiran dan tingkah politik generasi baru
Islam.8

Hubungan islam dan negara berawal dari hubungan antagonistik


yang lambat laun menjadi akomodatif. Adanya sikap akomodatif ini
muncul ketika umat Islam Indonesia ketika itu dinilai telah semakin
memahami kebijakan negara, terutama dalam masalah ideologi Pancasila.
Sesungguhnya sintesa yang memungkinkan antara Islam dan negara dapat
diciptakan. Artikulasi pemikiran dan praktek politik Islam yang legalistik
dan formalistik telah menyebabkan ketegangan antara Islam dan negara.
Sementara itu, wacana intelektualisme dan aktivisme politik Islam yang
substansialistik, sebagaimana dikembangkan oleh generasi baru Islam,
merupakan modal dasar untuk membangun sebuah sintesa antara Islam
dan negara.

Relasi agama dan negara sebagaimana dialami Indonesia selalu


mengalami pasang surut. Suatu ketika hubungan di antara keduanya
berlangsung harmonis, namun di saat yang lain mengalami ketegangan

8
https://www.radarhukum.com/hubungan-antara-negara-dan-agama.htm diakses tanggal
11 November 2020
sebagaimana tercermin dari pemberontakan atas nama agama di tahun
1950-1960. Polemik memperlihatkan adanya suatu perbedaan pendapat
tentang hubungan negara dan agama di Indonesia. Perbedaan ini
melahirkan ketegangan-ketegangan politik ideologi. Polemik tentang
secular state menunjukkan fakta bahwa relasi antar keduanya tidak berdiri
sendiri, melainkan juga dipengaruhi persoalan politik, ekonomi, dan
budaya dan juga sekaligus memperlihatkan bahwa persoalan hubungan
negara dan agama menjadi bidang kajian yang penting atas beberapa
alasan.

Pertama, hubungan negara dan agama telah menjadi perdebatan


panjang untuk menentukan batasan-batasan dalam hal apa negara dapat
ikut campur dalam urusan agama. Hubungan negara dan agama ini
memperlihatkan tingkat otonomi dan pengakuan agama sebagai hak asasi
individual yang urusannya diserahkan pada lembaga-lembaga agama yang
bebas dan otonom. Hubungan ini memperlihatkan tingkat otoritas
individu dan kelompok-kelompok dalam masyarakat untuk mengatur
sendiri peribadatan sesuai dengan keyakinan masing-masing. Hal tersebut
sangat penting untuk dikaji dalam konteks Indonesia yang memiliki dasar-
dasar berpikir berbeda dalam melihat peran dan fungsi negara dalam
kehidupan publik.9

Kedua, perdebatan mengenai hubungan negara dan agama menjadi


penting karena persoalan ini merupakan gejala masyarakat yang berakar
dari permasalahan lahirnya gerakan sekularisasi dalam sejarah pemikiran
barat. Perdebatan tentang hubungan negara dan agama juga melahirkan
pemikiran atau teori yang dapat menerangkan hubungan negara dan
agama dalam pemikiran politik moderen. Dalam konteks ke-Indonesiaan
perdebatan ini juga mendapat perhatian yang sangat serius, terutama di
awal pembentukan negara (nation state) Indonesia oleh para pendiri
negara (founding fathers).
9
https://www.radarhukum.com/hubungan-antara-negara-dan-agama.htm diakses tanggal
11 November 2020
Hubungan negara dan agama seringkali menjadi ”rumit”. Agama
seringkali dipergunakan untuk bertentangan dengan pemerintahan atau
pemerintahan sering dijadikan kekuatan untuk menekan agama. Dalam
diskursus politik dan ketatanegaraan serta agama jalinan tersebut masih
diperdebatkan dan dikaji baik di (negara) Barat maupun di (negara)
Timur. Dan, agar hubungan antar agama dan negara tetap harmonis di
tengah-tengah dinamika kehidupan politik, ekonomi, dan budaya;
diperlukan diskusi terus menerus, sehingga kita sampai pada pemahaman
bahwa agama dan negara bagai dua sisi mata uang, di mana keduanya bisa
dibedakan, namun tidak bisa dipisahkan satu sama lain karena keduanya
saling membutuhkan.10

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

10
https://www.radarhukum.com/hubungan-antara-negara-dan-agama.htm diakses
tanggal 11 November 2020
Negara, secara literal istilah Negara merupakan terjemahan dari kata-
kata asing, yakni kata staat, state, etat itu diambil dari kata bahasa latin status
atau statum, yang berarti keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu yang
memiliki sifat-sifat yang tegak dan tetap. Secara terminology, Negara
diartikan dengan organisasi tertinggi di antara satu kelompok masyarakat
yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup di dalam daerah tertentu dan
mempunyai pemerintahan yang berdaulat.
Teori pembentukan Negara, diantaranya adalah : Teori Kontrak
Sosial, Teori Ketuhanan, Teori Kekuatan, Teori Organis dan Teori Histories
Hubungan antara agama & Negara dalah tidak dapat dipisahkan.
Negara menyatu dengan agama, karena pemerintah dijalankan berdasarkan
firman-firman Tuhan. Segala tata kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan
Negara dilakukan atas titah Tuhan.
Norma hukum ditentukan atas kesepakatan manusia dan tidak
berdasarkan agama atau firman-firman Tuhan, meskipun mungkin norma-
norma tersebut bertentangan dengan norma-norma agama.
B. Saran
Penulis berharap dengan makalah ini bisa menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan tentang apa itu dan bagaimana hubungan antara agama dan
Negara.
Sebagai penganut agama dan warga negara diharapkan kita bisa
berpegang teguh terhadap tata nilai yang ada dalam ajaran agama dan aturan
dalam menjalin hubungan dengan individu yang lain dalam masyarakat
mewujudkan tujuan bersama.
Kita tahu bahwa agama dan negara berperan mengatur masyarakat
sehingga semua tingkah laku masyarakat harus didasarkan kepada aturan
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
https://ayurostika.blogspot.com/2012/09/makalah-negara-dan-agama.html

https://cerdika.com/unsur-unsur-terbentuknya-negara/

http://rosmiati13.blogspot.com/2015/05/agama-dan-negara_65.html

http://rosidblogtugas.blogspot.com/2016/11/makalah-hubungan-negara-dengan-
agama.html

http://putradigit.blogspot.com/2011/12/2.html

https://www.radarhukum.com/hubungan-antara-negara-dan-agama.html

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Adapun judul
dalam makalah ini adalah “Negara dan Agama”.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah


membantu dalam pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya. Tak lupa pula saya mengucapkan terima kasih kepada Guru
Pembimbing yang telah membimbing saya dalam pembuatan makalah ini
sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini saya buat agar dapat bermanfaat bagi para pembaca
khususnya untuk saya sendiri. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan
kritik yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Sanana, November 2020

Penulis

Suwita Anwar

DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................ i

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan Makalah.................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3

A. Pengertian Negara, Teori terbentuknya Negara dan


Unsur Pembentukan Negara................................................................. 4
B. Hubungan Islam dan Negara di Indonesia menurut
Hubungan yang bersifat Antagonistik dan akomodatif........................ 8

BAB III PENUTUP......................................................................................... 14

A. Kesimpulan........................................................................................... 14
B. Saran..................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

MAKALAH

“NEGARA DAN AGAMA”


DISUSUN OLEH :

NAMA : SUWITA ANWAR

JURUSAN : TARBIYAH

PRODI : PAI

SEMESTER : I (SATU)

MK : CIVIC EDUCATION

DOSEN : HARYANTO USIA, S.IP., M.IP

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)


BABUSSALAM SULA MALUKU UTARA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Anda mungkin juga menyukai