Anda di halaman 1dari 19

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara yaitu suatu tempat yang di dalamnya di diami oleh banyak
orang yang mempunyai tujuan hidup yang bermacam-macam dan berbeda-beda
antara satu orang dengan orang yang lain. Suatu tempat dapat disebut dengan
Negara jika mempunyai 3 unsur terpenting yang harus ada didalamnya yaitu :
Wilayah,Pemerintah,dan Rakyat. Ketiga unsur tersebut harus ada dalam suatu
Negara. Jika salah satu dari unsur tersebut tidak ada maka tempat tersebut
tidak dapat dinamakan Negara. Ketiga unsur tersebut saling melengkapi dalam
suatu Negara. Unsur yang lainnya yang juga harus dimiliki oleh suatu Negara
adalah pengakuan dari Negara lain. Pengakuan dari Negara lain harus dimiliki
oleh suatu Negara supaya keberadaan Negara tersebut diakui oleh Negara-
negara lain.
Setelah suatu Negara terbentuk maka Negara tersebut berhak
membentuk undang-undang atau konstitusi.Konstitusi di Indonesia sudah ada
sejak zaman dahulu bahkan sebelum kemerdekaan Indonesia, konstitusi telah
ada yang berfungsi mengatur kehidupan bermasyarakat yang disebut dengan
adat istiadat yang ada karena kesepakatan dari suatu masyarakat yang terlahir
dan dipakai sebagai pengatur kehidupan bermasyarakat.Adat istiadat
mempunyai suatu hukum yang dinamakan hukum adat. Pada jaman dahulu
walaupun belum ada undang-undangseperti halnya sekarang, tetapi kehidupan
masyarakat sudah diatur dengan adat istiadat dan yang melanggar adat istiadat
akan dikenakan suatu hukum yang telah masyarakat setempat sepakati yaitu
hukum adat.
Seperti halnya adat istiadat, konstitusi juga mengatur kehidupan suatu
Negara supaya tertatanya kehidupan dalam Negara.Jika dalam adat istiadat,
pelanggar adat istiadat dikenai hukum adat maka dalam konstitusi, pelanggar
konstitusi dikenai hukuman yang telah diatur dalam undang-undang.Maka
untuk mengatur kehidupan Negara dan unsur-unsur didalamnya, konstitusi
sangat dibutuhkan keberadaannya. Suatu Negara tanpa konstitusi atau undang-
undang seperti halnya mobil yang tanpa stir yang tidak dapat diatur geraknya
yang jika dibiarkan akan menabrak, seperti halnya suatu Negara yang tanpa
kostitusi maka semua hal dalam Negara tidak dapat diatur pergerakannya yang
jika dibiarkan mengakibatkan Negara akan kacau, bobrok, runtuh dan
berdampak buruk dengan hilang keberadannya.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat
dirumuskan masalah-masalah yang akan dibahas pada penulisan kali ini.
Masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian negara itu?
2. Apakah pengertian konstitusi itu?
3. Bagaimanakah hubungan antara negara dan konstitusi?
4. Bagaimana keberadaan Pancasila dan konstitusi di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari negara.
2. Untuk mengetahui pengertian dari konstitusi.
3. Untuk mengetahui hubungan antara negara dan konstitusi.
4. Untuk mengetahui keberadaan Pancasila dan konstitusi di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Negara
Negara merupakan suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa
kelompok manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah
(territorial) tertentu dengan mengakui adanaya suatu pemerintahan yang
mengurus tata tertib dan keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok
manusia yang ada di wilayahnya.Organisasi negara dalam suatu wilayah
bukanlah satu-satunya organisasi, ada organisasi-organisasi lain (keagamaan,
kepartaian, kemasyarakatan dan organisasi lainnya yang masing-masing
memiliki kepribadian yang lepas dari masalah kenegaraan). Secara umum
negara dapat diartikan sebagai suatu organisasi utama yang ada di dalam suatu
wilayah karena memiliki pemerintahan yang berwenang dan mampu untuk
turut campur dalam banyak hal dalam bidang organisasi-organisasi lainnya.
Terdapat beberapa elemen yang berperan dalam membentuk suatu negara.
Elemen-elemen tersebut adalah:
1. Masyarakat
Masyarakat merupakan unsur terpenring dalam tatanan suatu
negara. Masyarakat atau rakyat merupakan suatu individu yang
berkepentingan dalam suksesna suatu tatanan dalam pemerintahan.
Pentingnya unsur rakyat dalam suatu negara tidak hanya diperlukan dalam
ilmu kenegaraan (staatsleer) tetapi perlu juga perlu melahirkan apa yang
disebut ilmu kemasyarakatan (sosiologi) suatu ilmu pengetahuan baru
yang khusus menyelidiki, mempelajari hidup kemasyarakatan. Sosiologi
merupakan ilmu penolong bagi ilmu hukum tata negara.
2. Wilayah (teritorial)
Suatu negara tidak dapat berdiri tanpa adanya suatu wilayah.
Disamping pentingnya unsur wilayah dengan batas-batas yang jelas,
penting pula keadaan khusus wilayah yang bersangkutan, artinya apakah
layak suatu wilayah itu masuk suatu negara tertentu atau sebaliknya
dipecah menjadi wilayah berbagai negara. Apabila mengeluarkan
peraturan perundang-undangan pada prinsipnya hanya berlaku bagi orang-
orang yang berada di wilayahnya sendiri. Orang akan segera sadar berada
dalam suatu negara tertentu apabila melampaui batas-batas wilayahnya
setelah berhadapan dengan aparat (imigrasi negara) untuk memenuhi
berbagai kewajiban yang ditentukan.
Paul Renan (Perancis) menyatakan satu-satunya ukuran bagi suatu
masyarakat untuk menjadi suatu negara ialah keinginan bersatu (le desir
de’etre ansemble). Pada sisi lain Otto Bauer menyatakan, ukuran itu lebih
diletakkan pada keadaan khusus dari wilayah suatu negara.
3. Pemerintahan
Ciri khusus dari pemerintahan dalam negara adalah pemerintahan
memiliki kekuasaan atas semua anggota masyarakat yang merupakan
penduduk suatu negara dan berada dalam wilayah negara.
Ada empat macam teori mengenai suatu kedaulatan, yaitu teori
kedaulatan Tuhan, kedaulatan negara, kedaulatan hukum dan kedaulatan
rakyat.
1. Teori kedaulatan Tuhan (Gods souvereiniteit)
Teori kedaulatan Tuhan (Gods souvereiniteit) meyatakan atau
menganggap kekuasaan pemerintah suatu negara diberikan oleh Tuhan.
Misalnya kerajaan Belanda, Raja atau ratu secara resmi menamakan
dirinya Raja atas kehendak Tuhan “bij de Gratie Gods”, atau Ethiopia
(Raja Haile Selasi) dinamakan “Singa Penakluk dari suku Yuda yang
terpilih Tuhan menjadi Raja di Ethiopia”.
2. Teori kedaulatan Negara (Staats souvereiniteit)
Teori kedaulatan Negara (Staats souvereiniteit)menganggap sebagai suatu
axioma yang tidak dapat dibantah, artinya dalam suatu wilayah negara,
negaralah yang berdaulat. Inilah inti pokok dari semua kekuasaan yang ada
dalam wilayah suatu negara. Otto Mayer (dalam buku Deutsches
Verwaltungsrecht) menyatakan “kemauan negara adalah memiliki
kekuasaan kekerasan menurut kehendak alam”. Sementara itu Jellinek
dalam buku Algemeine Staatslehre menyatakan kedaulatan negara sebagai
pokok pangkal kekuasaan yang tidak diperoleh dari siapapun. Pemerintah
adalah “alat negara”.
3. Teori kedaulatan hukum (Rechts souvereiniteit)
Teori kedaulatan hukum (Rechts souvereiniteit) menyatakan semua
kekuasaan dalam negara berdasar atas hukum. Pelopor teori ini adalah H.
Krabbe dalam buku Die Moderne Staats Idee.
4. Teori Kedaulatan Rakyat (Volks aouvereiniteit),
Teori Kedaulatan Rakyat (Volks aouvereiniteit), semua kekuasaan dalam
suatu negara didasarkan pada kekuasaan rakyat (bersama). J.J. Rousseau
(Perancis) menyatakan apa yang dikenal dengan “kontrak sosial”, suatu
perjanjian antara seluruh rakyat yang menyetujui Pemerintah mempunyai
kekuasaan dalam suatu negara.
Di dalam perkembangan sejarah ketatanegaraan, 3 unsur negara
menjadi 4 bahkan 5 yaitu rakyat, wilayah, pemerintahan, UUD (Konstitusi) dan
pengakuan Internasional (secara de facto maupun de jure.
Unsur dan Sifat Negara
Unsur-unsur terbentuknya Negara ada 2, yaitu:
1. Unsur Konstitutif Negara
Unsur Konstitutif Negara adalah unsur yang menentukan ada tidaknya
suatu Negara, seperti:
a) Rakyat
Rakyat adalah semua orang yang berdiam di dalam suatu Negara atau
menjadi penghuni Negara, meliputi:
b) Penduduk
Penduduk adalah mereka yang bertempat tinggal tetap atau
berdomisili tetap di dalam wilayah Negara (menetap).
c) Bukan Penduduk
Bukan Penduduk adalah mereka yang berada di dalam wilayah
Negara, tetapi tidak bermaksud bertempat tinggal di Negara
itu.Misalnya : Wisata Asing yang sedang melakukan perjalanan wisata
d) Warga Negara
Warga Negara adalah mereka yang berdasarkan hukum merupakan
anggota dari Negara (menurut undang-undang diakui sebagai warga
negara).
e) Bukan Warga Negara
Bukan Warga Negara adalah mereka yang mengakui Negara lain
sebagai negaranya
f) Wilayah
Wilayah adalah bagian tertentu dari permukaan bumi dimana
penduduk suatu Negara bertempat tinggal secara tetap. Wilayah suatu
Negara meliputi: wilayah daratan, lautan, dan udara.
 Daratan
Batas wilayah darat suatu Negara biasanya ditentukan dengan
perjanjian antara suatu Negara dengan Negara lain dalam bentuk
traktat. Perbatasan antara Negara dapat berupa:
 Batas alam, misalnya: sungai, danau, pegunungan, atau
lembah.
 Batas buatan, misalnya: pagar tembok, pagar kawat berduri
 Batas menurut geofisika, misalnya: lintang utara/selatan,
bujur timur/barat.
 Lautan
Menurut Konferensi Hukum Laut internasional III pada 10
Desember 1982 yang diselenggrakan oleh PBB di Montego Bay,
Jamaica, menghasilkan batas wilayah Negara sebagai berikut:
 Laut Teritorial
Setiap negara mempunyai kedaulatan atas laut territorial
selebar 12 mil laut, yang diukur berdasarkan garis lurus
yang ditarik dari garis dasar (base line) garis pantai kearah
laut bebas.
 Zona Bersebelahan
Zona bersebelahan merupakan batas laut selebar 12 mil laut dari
garis batas laut territorial atau batas laut selebar 24 mil laut dari
garis dasar.
 Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
Zona Ekonomi Eksklusif merupakan batas lautan suatu
negara pantai lebarnya 200 mil laut dari garis dasar..Dalam
batas ini, negara pantai berhak menggali kekayaan alam
yang ada dan menangkap para nelayan asing yang
kedapatan sedang melakukan penangkapan ikan.
 Landas Benua
Landas benua adalah wilayah daratan negara pantai yang
berada di bawah lautan di laut ZEE, selebar lebih kurang
200 mil di lautan bebas.
 Landas Kontinen
Landas kontinen merupakan daratan yang berada di
bawah permukaan air di luar laut territorial sampai
kedalaman 200 m. Bagi negara pantai, landas kontinen
dinyatakan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
wilayah daratan.
 Udara
Wilayah udara suatu negara ada di atas wilayah daratan dan
wilayah lautan Negara itu. Pembatasan wilayah suatu negara
sangat penting sekali karena menyangkut pelaksanaan
kedaulatan suatu negara dalam segala bentuk, seperti hal-hal
berikut :
 Berkuasa penuh terhadap kekayaan yang ada di dalamnya.
 Berkuasa mengusir orang-orang yang bukan warga
negaranya dalam wilayah tersebut bila tidak memiliki izin
dari negara itu.
g) Pemerintah Yang Berdaulat.
Pemerintah yang berdaulat mempunyai kekuasaan sebagai berikut :
 Kedaulatan ke dalam, artinya wibawa, berwenang menentukan
dan menegakkan hukum atas warga dan wilayah negaranya.
 Kedaulatan keluar adalah mempunyai kedudukan yang sederajat
dengan negara lain, sehingga bebas untuk menentukan
hubungan diplomatik dengan negara lain.
 Pemerintah
Suatu Negara memiliki pemerintah, yaitu suatu organisasi
yang berwenang untuk memutuskan dan memerintah
seluruh warga Negara di dalam wilayahnya.
 Kedaulatan
Suatu Negara meilikii kedaulatan, yaitu kekuasaan tertinggi
untuk membuat undang-undang dan melaksanakannya
dengan semua cara yang tersedia untuk mengatur kehidupan
warganya.
2. Unsur Deklaratif Negara
Pengakuan dari Negara-negara lain merupakan unsure deklaratif
Negara.Unsur ini bersifat menerangkan saja tentang adanaya Negara.
Makna pengakuan dari negara lain adalah untuk menjamin suatu negara
baru dapat menduduki tempat yang sejajar sebagai suatu organisasi politik
yang merdeka dan berdaulat di tengan keluarga bangsa-bangsa.
Ada dua pengakuan :
a) Pengakuan de facto adalah atas fakta adanya negara.Pengakuan itu
berdasarkan kenyataan bahwa satu komunitas politik telah terbentuk
dan memenuhi ketiga unsur konstituf negara, yaitu wilayah, rakyat dan
pemerintah yang berdaulat.
b) Pengakuan de jure adalah pengakuan bahwa keberadaan suatu negara
itu sah menurut hukum internasional.
Sifat-sifat Negara
Menurut Miriam Budiardjo, pada umumnya setiap Negara memepunyai sifat
seperti :
1. Sifat memaksa artinya Negara mempunyai kekuasaan untuk memakai
kekerasan, agar peraturan perundang-undangan ditaati dengan demikian
penertiban dalam masyarakat tercapai serta timbulnya anarkhi dicegah.
Misalnya : setiap warga Negara harus membayar pajak dan orang yang
menghindarinya akan dikenakan denda.
2. Sifat monopoli artinya Negara mempunyai monopoli dalam menetapkan
tujuan bersama dari masyarakat atau untuk mencapai cita-cita Negara.
Misalnya : aliran kepercayaan atau aliran politik dilarang bertentangan
dengan tujuan masyarakat.
3. Mencakup semua artinya semua peraturan perundang-undangan berlaku
untuk semua orang tanpa terkecuali. Misal : keharusan membayar pajak.

Bentuk-bentuk Negara
Bentuk Negara ada 2, yaitu:
1. Bentuk Negara Kesatuan adalah suatu negara merdeka dan berdaulat yang
memiliki pemerintah pusat dan berkuasa mengatur seluruh wilayah.
Ciri-ciri :
a) Mempunyai 1 UUD
b) Mempunyai 1 presiden
c) Hanya pusat yang berhak membuat UU
Untuk memerintah daerah, dibagi 2 sistem, yaitu:
a) Sentralisasi, bila semua urusan diatur dan diurus pusat.
b) Desentralisasi, pemda diberi kekuasaan mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri (hak otonomi)
2. Bentuk Serikat (Federasi)
disebut gabungan, suatu negara yang terdiri dari beberapa negara bagian
yang tidak berdaulat. Kedaulatan tetap dipegang oleh pusat.
Ciri-ciri :
a) Tiap negara bag punya 1 UUD, 1 lembaga legisltif.
b) Masing-masing negara bagian masih memegang kedaulatan ke dalam,
kedaulatan keluar dipegang pusat.
c) Aturan yang dibuat pusat tidak lgs bisa dilaksanakan daerah, harus
dengan persetujuan parlemen negara bagian.
Fungsi dan Tujuan Negara
Fungsi Negara ada 4, yaitu:
1. Fungsi Pertahanan dan Keamanan (Hankam)
Negara harus dapat melindungi rakyat, wilayah serta pemerintahan dari
ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan, baik yang berasal dari
dalam maupun dari luar.
2. Fungsi Keadilan
Negara harus dapat menegakkan hukum secara tegas dan tanpa adanya
unsur kepentingan tertentu. Setiap warga negara harus dipandang sama di
depan hukum.
3. Fungsi Pengaturan dan Ketertiban
Negara harus mempunyai peraturan (UU) dan peraturan-peraturan lainnya
untuk menjalankannya agar terwujudnya tatanan kehidupan masyarakat,
berbangsa dan bernegara.
4. Fungsi Kesejahteraan dan Kemakmuran
Negara harus mengeksplorasi sumber daya alam (SDA) dan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk meningkatkan
pendapatan rakyat guna mencapai kesejahteraan dan kemakmuran.
B. Pengertian Konstitusi
Kata “Konstitusi” berarti “pembentukan”, berasal dari kata kerja yaitu
“constituer” (Perancis) atau membentuk. Yang dibentuk adalah negara, dengan
demikian konstitusi mengandung makna awal (permulaan) dari segala
peraturan perundang-undangan tentang negara. Belanda menggunakan istilah
“Grondwet” yaitu berarti suatu undang-undang yang menjadi dasar (grond)
dari segala hukum. Indonesia menggunakan istilah Grondwet menjadi Undang-
undang Dasar. Menurut Brian Thompson, secara sederhana pertanya¬an: what
is a constitution dapat dijawab bahwa “…a consti¬tution is a document which
contains the rules for the the operation of an organization” Organisasi
dimaksud bera¬gam bentuk dan kompleksitas struktur¬nya. Negara sebagai
salah satu bentuk organisasi, pada umumnya selalu memiliki naskah yang
disebut sebagai konstitusiatauUndang-Undang Dasar.
Dahulu konstitusi digunakan sebagai penunjuk hukum penting biasanya
dikeluarkan oleh kaisar atau raja dan digunakan secara luas dalam hukum
kanon untuk menandakan keputusan subsitusi tertentu terutama dari Paus.
Konstitusi pada umumnya bersifat kondifaksi yaitu sebuah dokumen yang
berisian aturan-aturan untuk menjalankan suatu organisasi pemerintahan
negara, namun dalam pengertian ini, konstitusi harus diartikan dalam artian
tidak semuanya berupa dokumen tertulis (formal). Namun menurut para ahli
ilmu hukum maupun ilmu politik konstitusi harus diterjemahkan termasuk
kesepakatan politik, negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan dan
distibusi maupun alokasi Konstitusi bagi organisasi pemerintahan negara yang
dimaksud terdapat beragam bentuk dan kompleksitas strukturnya, terdapat
konstitusi politik atau hukum akan tetapi mengandung pula arti konstitusi
ekonomi Konstitusi memuat aturan-aturan pokok (fundamental) yang
menopang berdirinya suatu negara. Terdapat dua jenis kontitusi, yaitu
konstitusi tertulis (Written Constitution) dan konstitusi tidak tertulis (Unwritten
Constitution). Ini diartikan seperti halnya “Hukum Tertulis” (geschreven
Recht) yang termuat dalam undang-undang dan “Hukum Tidak Tertulis”
(ongeschreven recht) yang berdasar adat kebiasaan. Dalam karangan
“Constitution of Nations”, Amos J. Peaslee menyatakan hampir semua negara
di dunia mempunyai konstitusi tertulis, kecuali Inggris dan Kanada. Di
beberapa negara terdapat dokumen yang menyerupai konstitusi, namun oleh
negara tersebut tidak disebut sebagai konstitusi. Dalam buku yang berjudul The
Law and The Constitution, Ivor Jenning menyebutkan di dalam dokumen
konstitusi tertulis yang dianut oleh negara-negara tertentu mengatur tentang :
1. Adanya wewenang dan tata cara bekerja suatu lembaga kenegaraan.
2. Adanya ketentuan hak asasi yang dimiliki oleh warga negara yang diakui
dan dilindungi oleh pemerintah. Tidak semua lembaga-lembaga
pemerintahan dapat diatur dalam poin 1 dan tidak semua hak-hak warga
negara diatur dalam poin 2. Seperti halnya di negara Inggris. Dokumen-
dokumen yang tertulis hanya mengatur beberapa lembaga negara dan
beberapa hak asasi yang dimiliki oleh rakyat, satu dokumen dengan
dokumen lainya tidak sama. Ada konstitusi yang materi muatannya sangat
panjang dan sangat pendek. Konstitusi yang terpanjang adalah India
dengan 394 pasal. Kemudian Amerika Latin seperti uruguay 332 pasal,
Nicaragua 328 pasal, Cuba 286 pasal, Panama 271 pasal, Peru 236 pasal,
Brazil dan Columbia 218 pasal, selanjutnya di Asia, Burma 234 pasal, di
Eropa, belanda 210 pasal. Konstitusi terpendek adalah Spanyol dengan 36
pasal, Indonesia 37 pasal, Laos 44 pasal, Guatemala 45 pasal, Nepal 46
pasal, Ethiopia 55 pasal, Ceylon 91 pasal dan Finlandia 95 pasal.
Tujuan Dari Konstitusi
Pada umumnya hukum bertujuan untuk mengadakan tata tertib untuk
keselamatan masyarakat yang penuh dengan konflik antara berbagai
kepentingan yang ada di tengah masyarakat. Tujuan hukum tata negara pada
dasarnya sama dan karena sumber utama dari hukum tata negara adalah
konstitusi atau Undang-Undang Dasar, akan lebih jelas dapat dikemukakan
tujuan konstitusi itu sendiri. Konstitusi juga memiliki tujuan yang hampir sama
deengan hukum, namun tujuan dari konstitusi lebih terkait dengan :
1. Berbagai lembaga-lembaga kenegaraan dengan wewenang dan tugasnya
masing-masing.
2. Hubungan antar lembaga negara
3. Hubungan antar lembaga negara(pemerintah) dengan warga negara
(rakyat).
4. Adanya jaminan atas hak asasi manusia
5. Hal-hal lain yang sifatnya mendasar sesuai dengan tuntutan jaman.
Semakin banyak pasal-pasal yang terdapat di dalam suatu konstitusi
tidak menjamin bahwa konstitusi tersebut baik. Di dalam praktekna, banyak
negara yang memiliki lembaga-lembaga yang tidak tercantum di dalam
konstitusi namun memiliki peranan yang tidak kalah penting dengan lembaga-
lembaga yang terdapat di dalam konstitusi. Bahkan terdapat hak-hak asasi
manusia yang diatur diluar konstitusi mendapat perlindungan lebih baik
dibandingkan dengan yang diatur di dalam konstitusi. Dengan demikian
banyak negara yang memiliki aturan-aturan tertulis di luar konstitusi yang
memiliki kekuatan yang sama denga pasal-pasal yang terdapat pada konstitusi.
Konstitusi selalu terkait dengan paham konstitusionalisme. Walton H.
Hamilton menyatakan “Consti¬tutionalism is the name given to the trust which
men repose in the power of words eng¬rossed on parchment to keep a
government in order. Untuk tujuan to keep a government in order itu
diperlukan pengaturan yang sede-mikian rupa, sehingga dinamika kekuasaan
dalam proses peme¬rintahan dapat dibatasi dan dikendalikan seba¬gai¬mana
mestinya. Gagasan mengatur dan membatasi kekua-saan ini secara alamiah
muncul karena adanya kebutuhan untuk merespons perkembangan peran relatif
kekuasaan umum dalam kehidupan umat manusa.
Klasifikasi Konstitusi
Hampir semua negara memiliki kostitusi, namun antara negara satu
dengan negara lainya tentu memiliki perbeadaan dan persamaan. Dengan
demikian akan sampai pada klasifikasi dari konstitusi yang berlaku di semua
negara. Para ahli hukum tata negara atau hukum konstitusi kemudian
mengadakan klasifikasi berdasarkan cara pandang mereka sendiri, antara lain
K.C. Wheare, C.F. Strong, James Bryce dan lain-lainnya.
Dalam buku K.C. Wheare “Modern Constitution” (1975)
mengklasifikasi konstitusi sebagai berikut :
a. Konstitusi tertulis dan konstitusi tidak tertulis (written constitution and
unwritten constitution)
b. Konstitusi fleksibel dan konstitusi rigid (flexible and rigid constitution)
Konstitusi fleksibelitas merupakan konstitusi yang memiliki ciri-ciri
pokok:
1) Sifat elastis, artinya dapat disesuaikan dengan mudah.
2) Dinyatakan dan dilakukan perubahan adalah mudah seperti mengubah
undang-undang.
3) Konstitusi derajat tinggi dan konstitusi derajat tidak derajat tinggi
(Supreme and not supreme constitution). Konstitusi derajat tinggi,
konstitusi yang mempunyai kedudukan tertinggi dalam negara
(tingkatan peraturan perundang-undangan). Konstitusi tidak derajat
tinggi adalah konstitusi yang tidak mempunyai kedudukan seperti yang
pertama.
4) Konstitusi Negara Serikat dan Negara Kesatuan (Federal and Unitary
Constitution)
Bentuk negara akan sangat menentukan konstitusi negara yang
bersangkutan. Dalam suatu negara serikat terdapat pembagian
kekuasaan antara pemerintah federal (Pusat) dengan negara-negara
bagian. Hal itu diatur di dalam konstitusinya. Pembagian kekuasaan
seperti itu tidak diatur dalam konstitusi negara kesatuan, karena pada
dasarnya semua kekuasaan berada di tangan pemerintah pusat.
c. Konstitusi Pemerintahan Presidensial dan pemerintahan Parlementer
(President Executive and Parliamentary Executive Constitution).Dalam
sistem pemerintahan presidensial (strong) terdapat ciri-ciri antara lain:
1. Presiden memiliki kekuasaan nominal sebagai kepala negara, tetapi
juga memiliki kedudukan sebagai Kepala Pemerintahan.
2. Presiden dipilih langsung oleh rakyat atau dewan pemilih.
3. Presiden tidak termasuk pemegang kekuasaan legislatif dan tidak dapat
memerintahkan pemilihan umum.
Berlakunya suatu konstitusi sebagai hukum dasar yang meng¬ikat didasarkan
atas kekuasaan tertinggi atau prinsip kedaulatan yang dianut dalam suatu
negara. Jika negara itu menganut paham kedau¬latan rakyat, maka sumber
legitimasi konstitusi itu adalah rakyat. Jika yang berlaku adalah paham
kedaulatan raja, maka raja yang menentukan berlaku tidaknya suatu konstitusi.
Hal inilah yang dise¬but oleh para ahli sebagai constituent power yang
merupakan kewe¬nangan yang berada di luar dan sekaligus di atas sistem yang
diatur¬nya. Karena itu, di lingkungan negara-negara demo¬krasi, rak¬yatlah
yang dianggap menentukan berlakunya suatu konstitusi. Constituent power
mendahului konstitusi, dan konstitusi mendahului organ pemerintahan yang
diatur dan dibentuk berdasarkan konstitusi. Pengertian constituent power
berkaitan pula dengan pengertian hirarki hukum (hierarchy of law). Konstitusi
merupakan hukum yang lebih tinggi atau bahkan paling tinggi serta paling
fundamental sifatnya, karena konstitusi itu sendiri merupakan sumber
legitimasi atau landasan otorisasi bentuk-bentuk hukum atau peraturan-
peraturan perundang-undangan lainnya. Sesuai dengan prinsip hukum yang
berlaku universal, maka agar peraturan-peraturan yang tingkatannya berada di
bawah Undang-Undang Dasar dapat berlaku dan diberlakukan, peraturan-
peraturan itu tidak boleh bertentangan dengan hukum yang lebih tinggi
tersebut.
Dengan ciri-ciri konstitusi yang disebutkan oleh Wheare “Konstitusi
Pemerintahan Presidensial dan pemerintahan Parlementer (President Executive
and Parliamentary Executive Constitution)”, oleh Sri Soemantri, Undang-
Undang Dasar 1945 (UUD 45) tidak termasuk kedalam golongan konstitusi
Pemerintahan Presidensial maupun pemerintahan Parlementer. Hal ini
dikarenakan di dalam tubuh UUD 45 mengndung ciri-ciri pemerintahan
presidensial dan ciri-ciri pemerintahan parlementer. Oleh sebab itu menurut Sri
Soemantri di Indonesia menganut sistem konstitusi campuran.
Sedangkan menurut Carl Schmitt dari mazhab politik adalah :
 Konstitusi dalam arti absolut, mencakup seluruh keadaan dan struktur
dalam negara. Hal ini didasarkan bahwa negara adalah ikatan dari manusia
yang mengorganisir dirinya dalam wilayah tertentu. Konstitusi
menentukan segala bentuk kerja sama dalam organisasi negara. Sehingga
konstitusi menentukan segala norma.
 Konstitusi dalam arti relatif, naskah konstitusi merupakan naskah penting
yang sulit untuk diubah dan dengan sendirinya menjamin kepastian
hukum. Konstitusi memuat hal-hal yang fondamental saja sehingga tidak
absolut.
 Konstitusi dalam arti positif, konstitusi merupakan keputusan tertinggi dari
pada rakyat.
 Konstitusi dalam arti ideal, konstitusi dapat menampung ide yang
dicantumkan satu persatu sebagai isi konstitusi seperti pada konstitusi
relatif.
Tingkat Konstitusi
Herman Heller membagi Konstitusi dalam 3 tingkat :
 Konstitusi sebagai pengertian politik, mencerminkan keadaan sosial politik
suatu bangsa . Pengertian Hukum menjadi sekunder, yang primer adalah
bangunan masyarakat atau sering disebut political decision. Bangunan
masyarakat sebagai hasil keputusan masyarakat.
 Konstitusi sebagai pengertian hukum , keputusan masyarakat dijadikan
perumusan yang normatif, yang harus berlaku. Dari pengertian ini timbul
aliran kodifikasi menghendaki hukum tertulis untuk terciptanya kesatuan
hukum, kesederhanaan hukum dan kepastian hukum.
 Konstitusi sebagai peraturan hukum, peraturan hukum tertulis. Dengan
demikian UUD adalah bagian dari konstitusi tertulis.
Sifat dan Fungsi Konstitusi
1. Sifat Konstitusi
a. Formil dan materil
Formil berarti tertulis.Materiil dilihat dari segi isinya berisikan hal-hal
bersifat dasar pokok bagi rakyat dan negara.
b. Flexibel dan rigid.
c. Kalau rigid berarti kaku sulit untuk mengadakan perubahan. Sedang
flexibel berarti elastic, diumumkan dan diubah sama dengan undang-
undang.
d. Tertulis dan tidak tertulis
2. Fungsi Konstitusi
a. Menentukan pembatasan terhadap kekuasaan sebagai suatu fungsi
konstitusionalisme
b. Memberikan legitimasi terhadap kekuasaan pemerintah
c. Sebagai instrumen untuk mengalihkan kewenangan dari pemegang
kekuasaan asal (baik rakyat dalam sistem demokrasi atau raja dalam
sistem monarki) kepada organ-organ kekuasaan negara.
C. Hubungan Negara Dengan Konstitusi
Berhubungan sangat erat, konstitusi lahir merupakan usaha untuk
melaksanakan dasar negara. Dasar negara memuat norma-norma ideal, yang
penjabarannya dirumuskan dalam pasal-pasal oleh UUD (Konstitusi)
Merupakan satu kesatuan utuh, dimana dalam Pembukaan UUD 45 tercantum
dasar negara Pancasila, melaksanakan konstitusi pada dasarnya juga
melaksanakan dasar negara.
D. Pancasila Dan Konstitusi Di Indonesia
Seperti yang kita ketahui dalam kehidupan bangsa Indonesia, Pancasila
merupakan filosofische grondslag dan common platforms atau kalimatun sawa.
Pada masa lalu timbul suatu permasalahan yang mengakibatkan Pancasila
sebagai alat yang digunakan untuk mengesahkan suatu kekuasaan dan
mengakibatkan Pancasila cenderung menjadi idiologi tertutup. Hal ini
dikarenakan adanya anggapan bahwa pancasila berada di atas dan diluar
konstitusi. Pancasila disebut sebagai norma fundamental negara
(Staatsfundamentalnorm) dengan menggunakan teori Hans Kelsen dan Hans
Nawiasky.
Teori Hans Kelsen yang mendapat banyak perhatian adalah hierarki
norma hukum dan rantai validitas yang membentuk piramida hukum
(stufentheorie). Salah seorang tokoh yang mengembangkan teori tersebut
adalah murid Hans Kelsen, yaitu Hans Nawiasky. Teori Nawiaky disebut
dengan theorie von stufenufbau der rechtsordnung. Susunan norma menurut
teori tersebut adalah:
1. Norma fundamental negara (Staatsfundamentalnorm)
2. Aturan dasar negara (staatsgrundgesetz)
3. Undang-undang formal (formell gesetz)
4. Peraturan pelaksanaan dan peraturan otonom (verordnung en autonome
satzung).
Staatsfundamentalnorm adalah norma yang merupakan dasar bagi
pembentukan konstitusi atau Undang-Undang Dasar (staatsverfassung) dari
suatu negara. Posisi hukum dari suatu Staatsfundamentalnorm adalah sebagai
syarat bagi berlakunya suatu konstitusi. Staatsfundamentalnorm ada terlebih
dahulu dari konstitusi suatu negara.
Berdasarkan teori Nawiaky tersebut, A. Hamid S. Attamimi memban-
dingkannya dengan teori Kelsen dan menerapkannya pada struktur tata hukum
di Indonesia. Attamimi menunjukkan struktur hierarki tata hukum Indonesia
dengan menggunakan teori Nawiasky. Berdasarkan teori tersebut, struktur tata
hukum Indonesia adalah:
1. Staatsfundamentalnorm: Pancasila (Pembukaan UUD 1945).
2. Staatsgrundgesetz: Batang Tubuh UUD 1945, Tap MPR, dan Konvensi
Ketatanegaraan.
3. Formell gesetz: Undang-Undang.
4. Verordnung en Autonome Satzung: Secara hierarkis mulai dari Peraturan
Pemerintah hingga Keputusan Bupati atau Walikota.
Penempatan pancasila sebagai suatu Staatsfundamentalnorm di kemukakan
pertama kali oleh Notonagoro. Posisi ini mengharuskan pembentukan hukum
positif adalah untuk mencapai ide-ide dalam Pancasila, serta dapat digunakan
untuk menguji hukum positif. Dengan ditetapkannya Pancasila sebagai
Staatsfundamentalnorm maka pembentukan hukum, penerapan, dan
pelaksanaanya tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai Pancasila.
Dengan menempatkan pancasila sebagi Staatsfundamentalnorm, maka
kedudukan pancasila berada di atas undang-undang dasar. Pancasila tidak
termasuk dalam pengertian konstitusi, karena berada di atas konstitusi.
Yang menjadi pertanyaan mendasar sekarang adalah, apakah pancasila
merupakan staatsfundamentalnorm atau merupakan bagian dari konstitusi?
Dalam pidatonya, Soekarno menyebutkan dasar negara sebagai Philosofische
grondslag sebagai fondamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya yang
diatasnya akan didirikan bangunan negara Indonesia. Soekarno juga
menyebutnya dengan istilah Weltanschauung atau pandangan hidup. Pancasila
adalah lima dasar atau lima asas.
Jika masalah dasar negara disebutkan oleh Soekarno sebagai Philosofische
grondslag ataupun Weltanschauung, maka hasil dari persidangan-persidangan
tersebut, yaitu Piagam Jakarta yang selanjutnya menjadi dan disebut dengan
Pembukaan UUD 1945, yang merupakan Philosofische grondslag dan
Weltanschauung bangsa Indonesia. Seluruh nilai-nilai dan prinsip-prinsip
dalam Pembukaan UUD 1945 adalah dasar negara Indonesia, termasuk di
dalamnya Pancasila.
BAB II
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pada pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal


sebagai berikut:

1. Negara merupakan suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa


kelompok manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah
(territorial) tertentu dengan mengakui adanaya suatu pemerintahan yang
mengurus tata tertib dan keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok
manusia yang ada di wilayahnya.
2. Konstitusi diartikan sebagai peraturan yang mengatur suatu negara, baik
yang tertulis maupun tidak tertulis. Konstitusi memuat aturan-aturan
pokok (fundamental) yang menopang berdirinya suatu negara.
3. Antara negara dan konstitusi mempunyai hubungan yang sangat erat.
Karena melaksanakan konstitusi pada dasarnya juga melaksanakan dasar
negara.
4. Pancasila merupakan filosofische grondslag dan common platforms atau
kalimatun sawa. Pancasila sebagai alat yang digunakan untuk
mengesahkan suatu kekuasaan dan mengakibatkan Pancasila cenderung
menjadi idiologi tertutup, sehingga pancasila bukan sebagai konstitusi
melainkan UUD 1945 yang menjadi konstitusi di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai