Anda di halaman 1dari 7

MATERI IV

INDONESIA NEGARA HUKUM

A. Pengertian Negara

Negara = Staat (Bld-Jerman) = State (Inggris) = Etat (Perancis)


Negara adalah suatu organisasi yang hidup yang harus mengalami segala
peristiwa yang menjadi pengalamannya tiap-tiap benda yang hidup. Plato
katakan negara adalah suatu tubuh yang senantiasa maju, berevolusi, terdiri dari
orang-orang (individu-individu), Grotius katakan bahwa negara adalah ibarat
suatu perkakas yang dibikin manusia untuk melahirkan keberuntungan dan
kesejahteraan umum, Karl Marx katakan bahwa negara adalah suatu alat
kekuasaan bagi manusia (penguasa) untuk menindas kelas manusia yang lain
(Suhino dalam Trianto Cs, 2007 : 118). Unsur terbentuknya negara adalah ada
wilayah, ada penduduk dan ada pemerintahan yang syah disebut dengan syarat
konstitutif, disamping itu harus pula ada syarat deklaratif yaitu jelas tujuan
negaranya, adanya konstitusi, adanya pengakuan dari negara lain yang berdaulat,
Kemudian diterima sebagai anggota PBB.
Negara adalah suatu organisasi dari sekelompok atau beberapa kelompok
manusia yang bersama-sama mendiami satu wilayah tertentu dan mengakui
adanya satu pemerintahan yang mengurus tata tertib serta keselamatan
sekelompok atau beberapa kelompok manusia tersebut. (Supriatnoko, 2008 : 55)
Negara adalah organisasi dalam suatu wilayah yang bertujuan kesejahteraan
umum, dimana semua hubungan individu dan sosialnya dalam hidup sehari-hari
diatur dan dilaksanakan berdasarkan peraturan perundangan. (Bakry, 2009 : 129)

Dalam Konvensi Montevideo –Uruguay tahun 1933, merupakan konvensi


hukum internasional dimana negara harus mempunyai empat unsur konstitutif
sebagai berikut (Trianto Cs, 2007 : 119)
1) Harus ada penghuni (rakyat, penduduk, warga negara), nationalen,
staataburgers, atau bangsa-banga (staatsvolk)
2) Harus ada wilayah (tertentu) atau lingkungan kekuasaan.
3) Harus ada kekuasaan tertinggi (penguasa yang berdaulat), pemerintah yang
berdaulat ; dan
4) Kesanggupan berhubungan dengan negara-negara lainnya.

Aristoteles (384 – 322 SM) berpendapat bahwa negara adalah negara hukum,
dimana didalamnya terdapat sejumlah warganegera yang ikut dalam
permusyawaratan. Keadilan merupakan syarat mutlak bagi penyelenggaraan
negara yang baik serta terwujudnya cita-cita rakyat.
Sedangkan Niccola Machiavelli (1469 – 1527 M) berpendapat bahwa Negara
adalah negara kekuasaan. Artinya didalam negara tersebut harus ada
kekuasaan yang kuat dimiliki pemimpin, karena kekacauan dalam negara timbul
karena lemahnya kepemimpinan penguasa negara. Dalam menegakan kekuasaan
yang kuat maka dalam praktek kenegaraan muncul kekuasaan yg otoriter, agar
kekuasaan pemimpin dapat bertahan lebih lama.
George Jellinek berpendapat bahwa negara ialah organisasi kekuasaan dari
kelompok manusia yang telah berkediaman di walayah tertentu. Kranenburg
mengatakan bahwa negara adalah suatu organisasi yang timbul karena kehendak
dari suatu golongan atau bangsanya sendiri. R. Djokosoetono mengatakan
bahwa negara ialah suatu organisasi manusia atau kumpulan manusia yang
berada di bawah suatu pemerintahan yang sama. Soenarko berpendapat bahwa
negara ialah organisasi masyarakat yang mempunyai daerah tertentu, dimana
kekuasaan negara berlaku sepenuhnya sebagai souvereign (kedaulatan). Dari
beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa negara adalah organisasi
yang didalamnya harus ada rakyat , wilayah yang permanen dan pemerintah yang
berdulat (baik ke dalam maupun keluar). (Suhaidy Cs, 2001 : 6)

B. Teori Terbentuknya Negara


Ada beberapa teori terbentuknya negara : (Suhaidy Cs, 2001 : 7-8)
1. Teori Kenyataan :
Timbulnya suatu negara adalah soal kenyataan, apabila pada suatu ketika
telah terpenuhi unsur-unsur negara (daerah, rakyat dan pemerintahan yang
berdaulat) maka pada saat itu juga negara itu sudah menjadi suatu kenyataan.

2. Teori Ke Tuhanan :
Timbulnya suatu negara adalah atas kehendak Tuhan. Segala sesuatu tidak
akan terjadi apabila Tuhan tidak menghendakinya. Kalimat-kalimat seperti
“Atas berkat rakhmat Tuhan Yang Maha Kuasa…” “bys the grace of
good…” menunjuk kearah teori ini.

3. Teori Perjanjian :
Negara itu timbul karena perjanjian yang dibuat antara orang-orang yang
tadinya hidup bebas merdeka, terlepas satu sama lain tanpa ikatan
kenegaraan. Perjanjian ini diadakan agar supaya kepentingan bersama dapat
terpelihara dan terjamin, supaya “orang yang satu tidak merupakan binatang
buas bagi orang yang lain” (homo homini lupus” menurut Habbes)
Perjanjian itu disebut perjanjian masyarakat (Contract Social menurut ajaran
Rousseau). Dapat pula terjadi suatu perjanjian antara daerah jajahan,
misalnya kemerdekaan Filipina pada tahun 1946 dan India pada tahun 1947.

4. Teori Penaklukan
Suatu negara timbul karena serombongan manusia menaklukan daerah dan
rombongan manusia lain. Agar daerah / rombongan itu tetap dapat dikuasai ,
maka dibentuklah suatu organisasi yang berupa negara.

Selain itu sesuatu negara dapat pula terjadi karena:


a. Pemberontakan terhadap negara lain yang menjajahnya, seperti Amerika
Serikat terhadap Inggris pada tahun 1776 – 1783.
b. Peleburan (fusi) antara beberapa negara menjadi satu negara baru, misalnya
Jerman bersatu pada tahun 1871.
c. Suatu daerah yang belum ada rakyatnya/pemerintahannya diduduki/dikuasai
oleh bangsa / negara lain, Misalnya Liberia.
d. Suatu daerah tertentu melepaskan diri dari negara yang menguasainya,
dan menyatakan dirinya sebagai suatu negara baru, (misalnya Timur Leste,
Sudan Selatan)
Hal ini dapat terjadi secara damai (persetujuan dari negara yang tadinya
menguasainya, dan dapat juga terjadi secara kekerasan. Cara yang pertama
timbul dengan perjanjian dan penyerahan kedaulatan, sedangkan cara yang
kedua timbul dengan cara kekerasan (revolusi).

C. Bentuk negara dan pemerintahan

Bentuk negara melukiskan dasar-dasar negara, susunan dan tata tertib suatu
negara berhubungan dengan organ tertinggi dalam negara itu dan kedudukan
masing-masing organ itu dalam kekuasaan negara, sedangkan bentuk
pemerintahan khusus menyatakan struktur organisasi dan fungsi pemerintahan
saja dengan tidak menyinggung struktur daerah, maupun bangsanya. Dengan
lain perkataan bentuk pemerintahan melukiskan bekerjanya organ-organ
tertinggi itu sejauh organ-organ itu mengikuti ketentuan-ketentuan yang tetap
( Trianto Cs, 2007 : 133)

Bentuk Negara
1. Monarkhi
yaitu negara yang dikepalai oleh seorang (raja atau Kaisar atau Sultan) dan
bersifat turun temurun dan menjabat seumur hidup (kecuali tidak mampu
karena kesehatan dan alasan lainnya)
a. Monarkhi Absolut
yaitu seluruh kekuasaan negara berada ditangan raja, sehinga kekuasaan
atau wewenang raja tidak terbatas, apa kata raja adalah peraturan yang
harus dilaksanakan.
(misalnya negara Arab Saudi, Brunai)

b. Monarkhi Terbatas
yaitu kekuasaan raja dibatasi oleh konstitusi, sehingga raja menjalankan
kekuasaannya dalam pemerintahan dibatasi atau harus tunduk pada
konstitusi yang dibuat oleh parlemen. (misalnya negara Maroko,
Yordania)

c. Monarkhi Parlementer
yaitu raja selaku kepala negara hanya merupakan simbol negara belaka,
sedangkan kekuasaan pemerintahan dijalankan oleh Menteri yang
dipimpin oleh Perdana Menteri yang bertanggung jawab pada parlemen,
karena parlemenlah yang menunjuk seorang Perdana Menteri.
Raja dan keluarganya tidak boleh ikut campur dalam politik
pemerintahan. Kecuali dalam kegiatan sosial-budaya.
( misalnya Inggris, Thailand, Jepang )

2. Republik
Yaitu negara dikepala oleh seorang Presiden yang dipilih oleh rakyat melalui
pemilihan umum, Presiden menjalankan kekuasaan berdasarkan konstitusi
yang sah. Jadi pengangkatan Presiden tidak turun temurun tapi dipilih oleh
rakyat dalam kurun waktu tertentu sesuai apa yang ditetapkan dalam
konstitusi negaranya.
Negara dalam bentuk republik ini, dimana dalam pelaksanaan kekuasaan
dikenal dengan sistem presidentil dan sistem parlementer. Artinya sistem
presidentil dimana kekuasaan negara dijalankan langsung oleh Presiden
berdasarkan UUD dan bertanggung jawab pada rakyat (melalui parlemen)
Contoh negara AS, Indonesia,
Sedangkan sistem parlementer dimana Presiden hanya sebagai simbol
pemersatu bangsa, kekuasaan pemerintahan dijalankan oleh Perdana Menteri,
sehingga Perdana Menteri bertanggung jawab atas jalannya pemerintahan,
semua yang dilakukan Perdana Menteri harus dipertanggung jawabkan
kepada parlemen. Bila terjadi mosi tidak percaya dari parlemen maka yang
jatuh adalah Perdana Menteri bukan Presidennya, tapi Perdana Menteri punya
hak untuk meminta Presiden agar membubarkan Parlemen. (Singapore, India)

Bentuk Pemerintahan Negara


Bentuk pemerintahan negara yang ada sekarang ini seperti negara kesatuan,
negara federasi, negara dominion

1. Negara Kesatuan
Negara kesatuan (unitarisme) yaitu suatu negara yang merdeka dan
berdaulat. Yang berkuasa penuh adalah pemerintah pusat, sementara
pemerintah daerah harus tunduk pada aturan pusat atau menunggu pelimpahan
kekuasaan dari pusat.

Negara kesatuan ini ada 2 sistem cara melaksanakan kekuasaannya yaitu :


a. Sistem Sentralisasi
yaitu segala urusan pemerintahan diatur langsung oleh pemerintah pusat,
daerah tidak punya hak mengurus daerahnya sendiri tanpa restu pusat.

b. Sistem Desentralisasi
yaitu daerah-daerah diberikan kewenangan untuk mengurus rumah
tangganya sendiri (otonomi daerah), tapi bentuk kewenangan otonomi
daerah di maksud ditetapkan oleh pemerintah pusat, sehingga
desentralisasi dapat juga diartikan sebagian kekuasaan pusat dilimpahkan
ke daerah. (Contoh negara Indonesia)

2. Negara Federasi
Yaitu gabungan beberapa negara untuk bersatu (Union) dalam kerangka
negara federasi, tapi kekuasaan asli negara tersebut tetap ada pada masing-
masing negara. Jadi Negara Federasi itu sifatnya mewakili kedaulatan negara
yang bergabung, kedaulatan negara yang bergabung menjadi hilang, karena
sudah dialihkan ke negera federasi. Selain kedaulatan yang diserahkan pada
federasi, kekuasaan tertentu turut diserahkan seperti hubungan luar negeri,
pertahanan, keuangan dan urusan pos.
Contoh : USA dg sistem Presidentil, Jerman dg sistem Parlementer.

3. Negara Dominion
Awalnya negara tersebut merupakan jajahsn Inggris, setelah merdeka dari
Inggris dan berdaulat penuh, namun negara tersebut tetap mengakui raja
Inggris sebagai rajanya sekaligus sebagai lambang pemersatu rakyat.
Sebaagai negara merdeka dan berdaulat negara dominion tersebut punya hak
penuh untuk menentukan dan mengurus hak politik luar dan dalam
negerinya. Dan bebas keluar dari kelompok negara persemakmuran Inggris.
(contoh Australia, Skotlandia)

D. Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan yang ada sekarang ini ada 2 yaitu sistem parlementer dan
sistem presidentil.
1. Sistem Parlementer
Yaitu kekuasaan pemerintahan dijalankan oleh Perdana Menteri yang
ditunjuk oleh Parlemen, biasanya yang menjadi Perdana Menteri adalah
pimpinan partai politik yang menguasai mayoritas kursi di parlemen.
Sehingga hubungan eksekutif dengan legisltaif sangat erat.
a. Sistem Parlementer dengan dua partai
Pimpin Partai Politik yang menang dalam pemilihan umum, sekali gus
ditunjuk sebagai Perdana Menteri, seluruh Menteri adalah anggota
parlemen, sehingga harus non aktif sebagai anggota parlemen selama
aktif jadi Menteri. Karena partai politik yang menguasai kabinet sama
dengan partai politik yang memegang mayoritas di parlemen (House of
Commons ) maka kedudukan kabinet sangat kuat dan sulit menjatuhkan
kabinet oleh parlemen sebelum dilakukan pemilihan umum selanjutnya.
(Inggris))
b. Sistem Parlementer dengan Multi Partai
Dalam sistem multi partai ini, tidak satupun partai dapat menguasai
kursi secara mayoritas di parlemen, sehingga pembentukan kabinet tidak
lancar.
Kepala Negara menunjuk tokoh politik tertentu sebagai formatur
menyusun kabinet dengan mempertimbangkan perimbangan kekuatan di
parlemen , setiap kabinet yang dibentuk merupakan kabinet koalisi.
Partai koalisi sewaktu-waktu dapat saja menarik menterinya dari kabinet
koalisi, akibatnya kabinet jatuh. (Jepang)

2. Sistem Presidentil
Kepala eksekutif langsung dipegang oleh Presiden, Kepala Eksekutif tidak
bertanggung jawab pada parlemen (legislatif). Jadi eksekutif berada diluar
pengawasan langsng legislatif. Menteri-menteri bertanggung jawab kepada
Presiden (merupakan hak prerogatif Presiden), Presiden sendiri dipilih oleh
rakyat secara langsung atau tidak langsung. (Indonesia, USA)

E. Rule of Law
Rule of Law merupakan konsep tentang Common Law dimana segenap lapisan
masyarakat dan negara beserta seluruh kelembagaannya menjunjung tinggi
supremasi hukum yang dibangun diatas prinsip keadilan dan egaliterian
(persamaan)
Rule of law adalah konsep negara hukum yang berarti hukum memegang
kedudukan tertinggi dalam penyelenggaraan suatu negara .
Ciri-ciri Rule of Law menurut A.V. Dicey dalam Supriatnoko, 2008 :154.
1. Supremacy of the law yaitu hukum memiliki kedudukan yang paling tinggi.
Pemerintah selaku penguasa tidak boleh bertindak sewenang-wenang. Setiap
individu tanpa kecuali baik sebagai rakyat maupun sebagai penguasa harus
tunduk pada hukum dan apabila melanggar hukum harus dihukum.
Ciri-ciri khas dari supremacy of law adalah :
a. hukum berkuasa penuh terhadap negara dan rakyat
b. negara tidak dapat disalahkan, yang berhak disalahkan pejabat negara
c. hukum tidak dapat diganggu gugat kecuali oleh supreme of court (MA)
2. Equality before the law yaitu segala warga negara berkedudukan sama di
dalam hukum dan wajib mematuhi hukum.
3. Constitution bassed on Human Rights yaitu adanya jaminan hak asasi di
dalam konstitusi dan keputusan-keputusan pengadilan.

Bagaimana dengan Indonesia apakah termasuk negara hukum ?


Bila kita lihat ciri negara seperti diatas, maka Indonesia adalah negara hukum
(rule of law).
Rule of Law di Indonesia diatur dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu jaminan
adanya keadilan bagi rakyat terutama keadilan sosial.

Secara formal dimuat dalam pasal-pasal UUD 1945, antara lain :


a. Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal 1 ayat 3)
b. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yg merdeka dalam
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan (pasl 24
ayat 1)
c. Segala warga negara berkedudukan sama di dalam hukum dan pemerintahan
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya (pasal 27 ayat 1)
d. Hak asasi manusia (Pasal 28A sampai 28J = 10 pasal)
e. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan
yang adil dan layak dalam hubungan kerja (pasal 28D ayat 2)

Anda mungkin juga menyukai