Anda di halaman 1dari 21

PERTEMUAN KE SEPULUH

NEGARA

A.Pendefinisian Negara
Menurut Aristoteles Negara adalah persekutuan daripada keluarga dan desa, guna memperoleh
hidup yang sebaik-baiknya.

Jean Bodin, Negara adalah suatu persekutuan daripada keluarga- keluarga dengan segala
kepentingannya yang dipimpin oleh akal dari suatu kuasa yang berdaulat.

Hugo de Groot, Negara adalah suatu persekutuan yang sempurna, daripada orang-orang yang
merdeka untuk memperoleh perlindungan hukum.

Bluntschli , Negara adalah suatu diri rakyat yang disusun dalam suatu organisasi politik di suatu
daerah tertentu. Hans Kelsen adalah suatu susunan pergaulan hidup bersama dengan tata paksa.

Sumantri , Negara adalah suatu organisasi kekuasaan, oleh karenanya dalam setiap organisasi yang
bernama negara, selalu kita jumpai adanya organ atau alat perlengkapan yang mempunyai
kemampuan untuk memaksakan kehendaknya kepada siapapun juga yang bertempat tinggal di
dalam wilayah kekuasaannya.

Kranenburg menyebutkan negara adalah suatu sistem daripada tugas-tugas umum dan organisasi-
organisasi yang diatur, dalam usaha negara untuk mencapai tujuannya, yang juga menjadi tujuan
rakyat/masya rakat yang diliputi, maka harus ada pemerintah yang berdaulat.

Hoegerwerf menjelaskan negara adalah suatu kelompok yang terorganisasi, yaitu suatu kelompok
yang mempunyai tujuan-tujuan yang sedikit banyak dipertimbangkan, pembagian tugas dan
perpaduan kekuatan-kekuatan. Anggota-anggota kelompok ini para warga negara, bermukim di
suatu daerah tertentu. Negara memiliki kekuasaan tertinggi yang diakui kedaulatannya di daerah ini.
Ia menentukan bila perlu dengan jalan paksa dan kekerasan, batas-batas kekuasaan dari orang-orang
dan kelompok dalam masyarakat di daerah ini. Hal ini tidak menghilangkan kenyataan bahwa
kekuasaan negara pun mempunyai batas-batas, umpamanya disebabkan kekuasaan dari badan-
badan internasional dan supra nasional. Kekuasaan negara diakui oleh warga negara dan oleh warga
negara lain, dengan kata lain kekuasaan tertinggi disahkan menjadi wewenang tertinggi. Maka ada
suatu pimpinan yang diakui oleh negara, yaitu pemerintahan. Segolongan umat itu adalah
pemerintah yang sah, yang menjalankan public policy, bahkan berhak memaksa (seperti memungut
pajak), mengajak kepada kebaikan (seperti fungsi depdikbud, depsos, depkes yang digabungkan
kepada menko kesra), serta mencegah keburukan (seperti adanya penuntut iimum dan polisi).
B. Hakikat Negara
Secara selayang pandang perlu kita lihat mengapa negara itu muncul. Bukankah negara itu abstrak,
kita tidak pernah melihat negara Indonesia, yang kita lihat hanyalah benderanya, orangnya,
lambangnya atau mendengar bahasa nasionalnya, lagu kebangsaannya dan merasakan ideologinya.
Sejak zaman dahulu kala manusia dalam melawan bahaya dan bencana, mempertahankan hidup,
mencari makan serta melanjutkan keturunan, tidak dapat seorang diri'. Manusia ingin hidup
berkelompok dan bermasyarakat (sosial), dorongan nalurinya yang menghendaki demikian. Teori
tentang asal-mula negara dibuat berdasarkan telaah atau peristiwa sejarah suatu negara, kemudian
diambil garis besarnya secara induktif.

Negara adalah kelompok terbesar, jadi bukan perserikatan bangsa-bangsa (PBB), bukan ASEAN,
bukan pula persekutuan beberapa negara, karena ikatan negaralah yang paling dominan menguasai
batin manusia. Untuk negaranya manusia mau berjuang mati-matian, para olahragawan dan
olahragawati berjuang hanya untuk kebanggaan negaranya, para pahlawan bertempur hanya untuk
mempertahan¬kan negaranya, bahkan untuk hari lahir negaranya, manusia mau mengorbankan
waktu untuk berdiri tegak menghormati dalam upacara- upacara yang sengaja dibuat untuk
memperingati. Sebaliknya hanya negaralah yang mempunyai wewenang untuk menindak warganya
bila melanggar peraturan negara tersebut tanpa bantahan.

Teori Asal-usul Negara


Teori yang mengemukakan asal-usul negara, di antara- nya sebagai berikut:

1. Teori Kenyataan

Yaitu teori yang menganggap bahwa memang sudah kenyata¬annya, berdasarkan syarat-syarat yang
dipenuhi negara itu dapat timbul. Syarat tertentu misalnya yaitu adanya pemerintah, adanya
wilayah, adanya penduduk dan adanya pengakuan dari dalam dan luar negeri.

2. Teori Ketuhanan

Yaitu teori yang menganggap bahwa memang sudah kehendak Allah Yang Maha Kuasa negara itu
timbul. Anggapan ini berasal dari determinisme retigious, yaitu bahwa' segala sesuatunya ini sudah
ditakdirkan Allah, hal ini terlihat dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu: "Atas Berkat Rahmat Allah ...
dan seterusnya".

3. Teori Perjanjian

Yaitu teori yang menganggap bahwa sesuatu negara itu terbentuk, berdasarkan perjanjian bersama,
baik antara orang-orang yang sepakat mendirikan suatu negara, maupun antar orang- orang yang
menjajah dengan yang dijajah.

4. Teori Penaklukan

Yaitu teori yang menganggap bahwa negara itu timbul karena serombongan manusia mengalahkan
rombongan manusia yang lain. Dengan demikian, pembentukan negara dapat karena proklamasi,
peleburan dan penguasaan, atau pemberontakan.

Teori ini disebut juga teori kekuatan karena dalam teori ini kekuatan membuat hokum. Kekuasaan
adalah pembenaran dan Raison d'etre-nya negara.
5. Teori Patrilinial dan Matrilinial

Yaitu teori yang menganggap bahwa negara itu timbul karena dalam suatu kelompok keluarga yang
primitif, ayahlah yang berkuasa dan garis keturunan ditarik dari pihak ayah. Keluarga kemudian
berkembang biak dan terjadilah beberapa keluarga yang kesemuanya dipimpin oleh kepala induk
(ayah). Inilah benih- benih pertama negara, sarnpai dibentuk pemerintahan yang disentralisir. Teori
ini disebut teori patrilinial,. sedangkan teori matrilinial adalah apabila keadaan ini berlangsung pada
kelompok suku, yang menarik garis keturunan melalui ibu.

6. Teori Organis

Yaitu teori yang menganggap bahwa negara sebagai manusia (laki-laki). Pernerintah dianggap
sebagai tulang, undang-undang dianggap sebagai syaraf, kepala negara dianggap sebagai kepala,
masyarakat dianggap sebagai daging. Dengan begitu negara itu dapat lahir, tumbuh, berkembang
dan mati.

7. Teori Daluwarsa

Yaitu teori yang menganggap bahwa negara terbentuk karena memang kekuasaan raja (baik
diterima maupun ditolak oleh rakyat) sudah daluwarsa memiliki kerajaan (sudah lama memiliki
kekuasaan, akhirnya menjadi hak milik oleh karena kebiasaan).

8. Teori Alamiah

Yaitu teori yang menganggap bahwa negara adalah ciptaan alam, karena manusia dianggap sebagai
makhluk sosial, sekaligus juga makhluk politik. Oleh karenanya manusia ditakdirkan untuk hidup
bernegara. Jadi dengan situasi dan kondisi setempat negara terbentuk dengan sendirinya.

9. Teori Filosofis

Yaitu teori yang menganggap bahwa berdasarkan renungan- renungan tentang negara, memikirkan
bagaimana negara itu seharusnya ada, negara sebagai kesatuan yang mistis, yang bersifat supra
natural, namun memiliki hakikat sendiri yang terlepas dari komponen-komponennya.

10. Teori Historis

Yaitu teori yang menganggap bahwa lembaga-lembaga sosial kenegaraan tidak dibuat, tetapi
tumbuh secara revolusioner sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan manusia. Oleh karenanya
lembaga-lembaga sosial kenegaraan itu dipengaruhi oleh situasi dan kondisi dari lingkungan
setempat, waktu dan tuntutan zaman. Sehingga secara historis berkembang menjadi negara-negara
sebagaimana yang kita lihat seperti sekarang ini.

Teori Kedaulatan Negara


Teori-teori terbentuknya kedaulatan sebagai berikut:

1. Teori Kedaulatan Tuhan

Yaitu kepala negara dianggap anak Tuhan, sehingga tidak ada kemungkinan untuk membantahnya.

2. Teori Kedaulatan Rakyat

Yaitu kepala negara dipilih dari rakyat karena rakyatlah yang merupakan kedaulatan tertinggi.
3. Teori Kedaulatan Negara

Yaitu segalanya demi negara, karena negara yang menurut kodratnya mempunyai kekuasaan
mutlak.

4. Teori Kedaulatan Hukum

Yaitu segalanya berdasarkan hukum, karena yang berdaulat adalah hukum, kekuasaan diperoleh
melalui hukum.

Herodotus membagi penguasaan tersebut sebagai berikut:

1. Monarsi

Yaitu penguasaan oleh satu orang.

2. Oligarsi

Yaitu penguasaan oleh sekelompok orang-orang.

3. Demokrasi

Yaitu penguasaan oleh rakyat banyak.

Sedangkan Plato (427-347 SM) menganggap bahwa bentuk adalah bentuk baiknya, sedangkan
bentuk buruknya adalah sebagai berikut:

1. Tirani

Yaitu penguasaan oleh satu orang secara buruk.

2. Aristokrasi

Yaitu penguasaan oleh sekelompok orang secara buruk.

3. Mobokrasi

Yaitu penguasaan oleh orang banyak secara buruk.

Menurut muridnya Plato yaitu Aristoteles (384-322 SM), mengemukakan bentuk penguasaan
pemerintahan yang sama seperti gurunya, tetapi menyebut Mobokrasi dengan istilah Okhlorasi.
Secara lengkap beliau mengemukakan sebagai berikut di bawah ini:

1. Tirani

Yaitu penguasaan oleh satu orang secara buruk.

2. Aristokrasi

Yaitu penguasaan oleh sekelompok orang secara buruk.

3. Okhlorasi

Yaitu penguasaan oleh orang banyak secara buruk.


Bentuk-bentuk Negara
Bentuk-bentuk negara dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Negara Kerajaan

Negara kerajaan adalah suatu negara di mana kepala negaranya adalah seorang raja, sultan atau
kaisar (bila kepala negaranya laki-laki) dan matahari atau ratu (bila kepala negaranya perempuan).
Kepala Negara diangkat (dinobatkan) secara turun-temurun dengan memilih putera/puteri tertua
(atau sesuai dengan budaya setempat) dari isteri yang sah (permaisyuri).

Kita tidak dapat memandang rendah bentuk negara kerajaan ini dikarenakan kepala negaranya
hanya dianggap sebagai simbol, sebagai contoh kita lihat kerajaan Inggris. Negara ini begitu maju
dan kokoh, karena ratu bagi mereka merupakan lambang persatuan dan kesatuan bangsanya yang
harus dihormati. Negara kerajaan bukan berarti tidak demokrasi, di Inggris partai oposisi terang-
terangan mengecam pemerintah (baik kabinet maupun parlemen di Inggris dikuasai oleh partai
mayoritas).

2. Negara Republik

Negara Republik adalah suatu negara di mana kepala negaranya adalah seorang presiden. Negara
republik dapat kita bedakan dalam dua bentuk yaitu serikat dan kesatuan. Seperti juga dengan
negara kerajaan, negara republik juga dapat memiliki perdana menteri (PM), yang sudah barang
tentu presiden terpilih tidak lebih dari seorang simbol, kecuali sistem pemerintahannya memberikan
posisi dominan kepada presiden, yaitu dengan jalan tidak dapatnya dijatuhkan presiden oleh mosi
tidak percaya parlemen.

Syarat-syarat Negara
Ada 4 (empat) syarat pokok berdirinya suatu negara yaitu:

1. Adanya pemerintah.

2. Adanya wilayah.

3. Adanya warga negara.

4. Adanya pengakuan.

1. Adanya Pemerintah

Hal ikhwal pemerintah dan pemerintahannya sudah diuraikan panjang lebar pada pertemuan
sebelumnya. Pemerintah memang sangat dibutuhkan dalam berdirinya suatu negara.

Adanya pemerintahan berbeda pada masing-masing negara disebut dengan sistem pemerintahan.
Sistem adalah kesatuan yang utuh dari sesuatu rangkaian, yang kait-mengkait satu sama lain. Bagian
atau anak cabang dari suatu sistem, menjadi induk sistem dari rangkaian selanjutnya. Begitulah
seterusnya sampai ada bagian yang terkecil rusaknya salah satu bagian akan mengganggu kestabilan
sistem itu sendiri. Pemerintah Indonesia adalah suatu contoh sistem pemerintahan, dan anak
cabangnya adalah sistem pemerintahan daerah (mana saja dari 34 provinsi yang ada di Republik
Indonesia) kemudian seterusnya sistem pemerintahan desa/kelurahan.
Pengelompokan sistem pemerintahan ini tidak lain untuk lebih jauh melihat perbedaan dan
kesamaan dari berbagai sistem pemerintahan, dengan mengetahui tolok ukur pertanggungjawaban
pemerintah suatu negara terhadap rakyat yang diurusnya.

Sistem-sistem pemerintahan adalah sebagai berikut di bawah ini:

1. Sistem Pemerintahan Parlementer

Sistem ini dilakukan pengawasan terhadap eksekutif oleh legislatif, jadi kekuasaan Parlemen yang
besar dimaksudkan untuk memberikan kesejahteraan pada rakyat, maka pengawasan atas jalannya
pemerintahan dilakukan wakil rakyat yang duduk dalam parlemen. Dengan begitu Dewan Menteri
(kabinet) bersama Perdana Menteri (PM) bertanggung jawab kepada Parlemen (legislatif). Contoh
untuk sistem ini adalah Kerajaan Inggris, karena Raja atau Ratu hanya sebagai Kepala Negara saja,
sedangkan yang menyelenggarakan pemerintahan adalah Perdana Menteri bersama Kabinetnya.
Keadaan di mana lembaga eksekutif bertanggung jawab kepada lembaga legislatif seperti ini dapat
membuat lembaga eksekutif tersebut dijatuhkan oleh lembaga legislatif melalui mosi tidak
percayanya. Tetapi karena PM Inggris kuat kedudukannya dalam arti memimpin partai yang
dominan, maka sulit dijatuhkan oleh parlemen. Andaikata posisi dominan itu tidak dimiliki, maka
akan terjadi jatuhnya PM dalam waktu yang relatif singkat, sehingga berakibat pada pembangunan
ekonomi. Sebenarnya dalam sistem ini, bila PM memiliki posisi dominan, dapat saja ia bersama
kabinetnya menggeser kedudukan raja atau ratu, yang selama ini hanya memimpin acara
seremonial. Tetapi hal ini sulit terjadi di Inggris karena raja bagi mereka merupakan lambang
persatuan, dan sejak zaman nenek moyangnya dibanggakan sebagai identitas bangsa.

2. Sistem Pemerintahan Presidensial

Dalam sistem ini Presiden memiliki kekuasaan yang kuat, karena selain sebagai Kepala Negara juga
sebagai Kepala Pemerintahan yang mengetuai Kabinet (Dewan Menteri). Oleh karena itu agar tidak
menjurus kepada diktatorisme, maka diperlukan check and balances, antara lembaga tinggi Negara.
inilah yang disebut checking power with power. Contoh untuk sistem ini adalah negara Amerika
Serikat (United State of America), karena memang Witman dan Wuest memberikan keempat kriteria
tersebut di atas dengan patokan Amerika Serikat. Jadi menteri-menteri bertanggung jawab kepada
Presiden karena Presiden sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan. Untuk mengatasi
kekakuan pemerintahan, maka lembaga legislatif (parlemen) benar-benar diberi hak protes seperti
hak untuk menolak atau menerima rancangan undang-undang, menolak atau menerima baik
perjanjian maupun pernyataan perang terhadap negara lain. Dengan demikian terlepas dari bentuk
negara Amerika Serikat ini Republik Serikat, namun sistem pemerintahannya adalah Presidensil.
3. Sistem Pemerintahan Campuran

Dalam sistem ini diusahakan hal-hal yang terbaik dari sistem pemerintahan parlementer dan
sistem pemerintahan presidensil. Sistem ini terbentuk dari sejarah perjalanan pemerintahan suatu
negara. Sistem pemerintahan ini, selain memiliki presiden sebagai kepala negara, juga memiliki
Perdana Menteri sebagai kepala pemerintahan, untuk memimpin Kabinet yang bertanggung jawab
kepada Parlemen. Bila Presiden tidak diberi posisi dominan dalam sistem pemerintahan ini. Presiden
tidak lebih sekedar lambang dalam pemerintahan dan Kabinet goyah kedudukannya. Untuk itu di
Perancis pada Orde Barunya ini, mengubah konstitusi negaranya sedemikian rupa sehingga Presiden
tidak dapat dijatuhkan oleh Parlemen bahkan Presiden dapat membubarkan Parlemen.

Di Indonesia, pada waktu memakai Undang-undang Dasar Sementara 1950. Yang menjadi
persoalan adalah, apakah Wakil Presiden dapat diberikan posisi dominan sebagaimana layaknya
Presiden, jika tidak maka Wakil Presiden akan tidak berdayaguna dan berhasil guna. Itulah salah satu
sebab keretakan antara Presiden Ir. Soekarno dengan Wakil Presiden Drs. Moh. Hatta pada awal
perpecahan Dwi Tunggal tersebut.

Republik Perancis memang dapat dijadikan contoh untuk sistem pemerintahan campuran ini.

Sistem Kediktatoran Proletariat

Sistem ini, usaha pertama mereka sebenarnya juga ditujukan untuk kemakmuran rakyat banyak
(kaum proletar) tetapi, karena kemudian rakyat banyak tersebut dihimpun dalam suatu organisasi
kepartaian tunggal (buruh, tani, pemuda, dan wanita), akhirnya jadi dominansi partai tunggal, partai
tunggal tersebut adalah partai Komunis. Membicarakan komunis berarti membicarakan Marxisme
dan Leninisme, karena memang ajaran mereka berdualah yang menjadi titik pangkalnya. Karl Marx
(1818-1883) adalah seorang pelopor sosialisme ilmiah. ia mendapat kesarjanaannya dari ilmu hukum
dan Doktor dalam ilmu filsafat. Bersama Friederich Engels membuahkan buku "Communist
Manifesto" dan "Das Capital" yang terkenal itu dan kemudian menjadi dasar teoritis komunis.
Kemudian Vladimir Ilyich Ulyanov atau lebih dikenal dengan Lenin (1870-1924) mendirikan
pemerintahan komunis di Rusia. Ia memang menganut ajaran Karl Marx yang fanatik, dan
menerjemahkan dalam bentuk tindakan politik praktis yang nyata, Lenin menjadi kepala
pemerintahan pada tahun 1917. Joseph stalin (1879-1953) mempunyai peranan penting dalam
menyebarluaskan komunis. Karena Stalin yang menjadi Sekretaris Jenderal Partai Komunis pada
tahun 1922 inilah, partai tersebut tertancap kuat di Uni Soviet, Cekoslovakia, Yugoslavia, Jerman
Timur, Polandia, Hongaria, Rumania. Marx, Lenin, dan Stalin yang ketiganya berasal dari daratan
Eropa, sedangkan dari daratan Asia, negarawan China Mao Tse Tung (1893-1976) merupakan faktor
kuat dalam menyuburkan Komunisme ke seluruh dunia, Mao menjadi Ketua Partai Komunis di China
pada tahun 1935.

Marxisme dan Leninisme telah memilih satu jalan yang pada hakikatnya memerangi fitrah manusia,
mereka menghapuskan hak individual untuk kemudian menjadi pelayan-pelayan partai. Namun lupa
bahwa terdapat dalam diri manusia kecintaan pada diri sendiri yang mendalam untuk mendahulukan
kepentingan pribadi sehingga antara pemuka-pemuka partai terdapat perbedaan yang menyolok
dengan para buruh dan perbedaan kelas yang semula ingin dihapuskan akhirnya terjadi juga.
Diktator Tsar di Rusia dan Dinasti Ching di China, yang semula dihapuskan akhirnya dilaksanakan
juga, dengan hanya berganti kulit saja, yaitu diktator partai komunis, suatu sistem pemerintahan
yang Diktator Proletariat. Hal ini hanya berlangsung setengah abad, pengekstriman sistem
pemerintahan ini mencapai titik jenuh, bersamaan waktunya dengan Gorbachev mengumumkan
Glasnost (keterbukaan), dan Perestroika dalam proses demokrasi di Uni Sovyet, dunia menyaksikan
runtuhnya Komunis di daratan Eropa secara berangsur-angsur. Rusia yang merupakan Republik
terbesar dalam Uni Sovyet benar-benar kehilangan mitra kerjanya setelah negara-negara bagian
mitranya menarik diri walaupun di segi ekonomi masih sangat mengharapkan sebenarnya, kemudian
Polandia, Hongaria, Jerman Timur dan ingin bersatu kembali dengan saudaranya, dan yang paling
tragis Rumania berakhir dengan pembantaian Nicollai Coucesscu.

Telah kita lihat bahwa dengan adanya sistem pemerintahan masing-masing, manusia bertujuan
untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya, di samping juga usaha tersebut diimbangi
dengan sistem yang cenderung totaliter, atau juga negara yang dalam sistem pemerintahannya
berkehendak untuk demokrasi tetapi dikuasai kelompok penekanan yang menguasai elit birokrasi,
kendatipun kekuasan itu sudah terpisah-pisahkan. Akan halnya pengaruh partai-partai politik
terhadap sistem pemerintahan, khususnya di negara-negara berkembang (yang biasa disebut
dengan negara ketiga), ada beberapa sistem pemerintahan yang dapat digolongkan, yaitu sebagai
berikut:

1. Traditionai A utocratic System.

2. Bureaucratic Elite System.

3. Pollyarchaic Competitive System.

4. Dominant Party Semi Competitive System.

5. Dominant Party Mobiiization System.

6. Communist Totaiitarian System.

Pembagian di atas ini biasanya digabung lagi menjadi dua corak besar, yaitu totaliter dengan segala
versinya di salah satu pihak, dan kebebasan kapitalis dan liberalis di pihak yang lain. Dan dua
tokohnya tidak boleh tidak yaitu Amerika Serikat dan Uni Sovyet Rusia.

Kapitalis atau komunisme menekankan diri pada pemilikan pribadi atau negara, dengan konsepsi
kesejahteraan yang tertuang pada dalil hisdeed bagi kapitalisme dan hisneed bagi komunisme.

2. Adanya Wilayah

Dua negara bisa saling bertempur mati-matian hanya untuk mempertahankan sejengkal tanah
wilayahnya, kendati sebeluruhnya bisa saja kedua negara yang bertempur tersebut adalah dua
negara yang bersaudara, bahkan menjadi satu dulunya. Wilayah memang sangat penting bagi
tegaknya Negara. Semua aspek potensi wilayah harus dapat diidentifikasikan, terutama faktor-faktor
dominannya. Letak strategis geografis dapat dirinci lebih lanjut dalam sejumlah faktor yang cukup
dominan, seperti posisi untuk menguasai perdagangan, lalu lintas laut, darat dan udara, dan daya
tarik kepariwisataan. Dengan begitu mesti diperhitungkan kondisi morfologisnya, topografinya dan
peruntukkan tata ruang lainnya. Kekayaan alam yang terkandung di dalam suatu wilayah negara,
terutama dilihat dari segi klasifikasinya yaitu mineral, energi, wilayah laut dan sumber daya buatan.
Perlu pula diperhitungkan berapa deposit tersedianya sumber kekayaan alam tersebut, tingkat
pengelolaannya, pola konsumsi dalam negeri dan kemungkinan ekspor ke luar negeri, tingkat
peranan pemerintah setempat dalam managemen pemasaran dan pengelolaannya.

Wilayah adalah lokasi atau area tertentu, dengan segala kandungan potensi wilayah tersebut, dan
kekuatan yang dapat dimanfaatkan mulai dari laut, darat dan udara, baik yang sifatnya fisik maupun
non fisik, secara kompleks menyangkut keseluruhan tata ruang dan sumber kekayaan alam yang
terkandung di dalam tempat wilayah.

3. Adanya Warga Negara

Beda antara rakyat, masyarakat, penduduk dan warga negara. Walaupun tidak ada pemisahan
yang tegas antara rakyat dengan masyarakat, perlu dijelaskan berikut:

Masyarakat : Adalah mereka yang bersama-sama menjadi anggota suatu Negara yang
harus dibina dan dilayani oleh administrasi pemerintahan setempat.

Penduduk : Adalah mereka yang menjadi penghuni dari suatu negara tertentu, yang
harus diinventarisir.

Warga Negara : Adalah mereka yang dinyatakan sebagai warga oleh suatu Negara tertentu,
berdasarkan peraturan perundang-undangan Negara tersebut.

Di dalam wilayah suatu negara ada penduduk yang menjadi penghuni negara tersebut. Dengan
demikian sudah barang tentu di dalam penduduk tersebut ada yang merupakan warga negara.
Warga negara ada yang berdiam di wiiayah negara dan ada pula yang berada di luar negeri, karena
keperluan dinas atau sekolah atau juga berdagang. Menurut Hukum Internasional, tiap-tiap negara
berhak untuk menetapkan sendiri siapa yang akan menjadi warga negaranya. Untuk itu ada dua asas
yang biasanya dipakai dalam penentuan kewarganegaraan, yaitu asas ius soli dan asas ius sanguinis.

Asasius soli menentukan warga negaranya berdasarkan tempat tinggal, dalam arti siapapun yang
bertempat tinggal di suatu negara, adalah warga negara tersebut. Asas ius sanguinis menentukan
warga negara berdasarkan pertalian darah, dalam arti siapapun seorang anak kandung (yang
sedarah seketurunan) dilahirkan oleh seorang warga negara tertentu, maka anak tersebut juga
dianggap warga negara yang bersangkutan.

Terjadi dua kendala yaitu sebagai berikut:

1. Mereka yang mempunyai kewarganegaraan ganda karena Negara asal orang tua yang
bersangkutan menganut asas ius sanguinis, sedangkan yang bersangkutan tinggal di negara yang
menganut asas ius soli.

2. Mereka yang sama sekali tidak mempunyai kewarganegaraan karena yang bersangkutan
dilahirkan di negara yang menganut asas ius sanguinis sedangkan di negara asal orang tua yang
bersangkutan dianut asas ius soli.

Di Negara Kesatuan Republik Indonesia, untuk menentukan apakah seseorang itu termasuk warga
negara Indonesia (WNI) atau warga negara asing (WNA), dapat dilihat pada Pasal 26 UUD 1945 yang
berbunyi sebagai berikut: Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Ind©nesia asli dan
orang-orang bangsa asing yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. Syarat-
syarat yang mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang. Berdasarkan Pasal 26
ayat 2 UUD 1945, dijabarkan dan dibuatlah UU No. 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia.
4. Adanya Pengakuan

Seluruh Bangsa Indonesia tidak dapat melupakan negara tetangganya India, karena India adalah
negara yang pertama mengakui kedaulatan Negara Republik Indonesia sebagai negara yang merdeka
dan berdaulat penuh sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 mulai dari Sabang sampai
Merauke. Pengakuan dari daiam dan luar negeri tentang eksistensi sebuah, negara sangat
diperlukan. Pengakuan dari dalam negeri dimaksudkan sebagai kerelaan warga negara untuk
diperintah oleh pemerintah yang sah. Dalam suatu peristiwa kudeta pihak-pihak yang bertikai
berusaha untuk menguasai massa melalui berbagai jaringan komunikasi. Bila pihak oposisi kalah
dalam kudeta tersebut, pihak pemerintah yang lama akan menilainya sebagai suatu perbuatan
subversif, sedangkan bila pihak oposisi yang menang pergolakan tersebut akan mereka namakan
revolusi.

Pengakuan eksistensi sebuah pemerintahan negara di negara-negara tetangga di dunia


dimaksudkan sebagai kerelaan negara-negara lain untuk mengakui keberadaan suatu negara
merdeka dan pemerintah yang menguasainya sebagai pemerintah yang sah berdaulat. Lebih jauh
kerelaan tersebut ditunjukkan dengan saling tukar-menukar duta sebagai tanda persahabatan.
Bahkan pada kesempatan yang lebih memungkinkan diadakan kerja sama di bidang politik dan
ekonomi atau perserikatan-perserikatan lain.

3 LEMBAGA NEGARA

Suprastruktur Politik Indonesia adalah lembaga-lembaga tinggi pemerintahan negara, jadi ketika
infrastruktur politik seperti partai politik memenangkan pemilihan umum maka dia akan masuk ke
dalam kelompok suprastruktur politik, seperti legislatif ataupun mungkin bahkan eksekutif seperti
presiden.

a. Presiden

Pada tanggai 17 Agustus 1945 Indonesia merdeka setelah dijajah oleh Belanda, Portugis, Inggris
dan Jepang. Pembacaan proklamasi disampaikan oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta yang
kemudian besok harinya masing-masing diangkat secara aklamasi sebagai presiden dan wakil
presiden negara baru ini oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), selain dari pada itu
ketika sedang dalam keadaan darurat Indonesia juga pernah dipimpin oleh Mr. Syafrudin Prawira
Negara dari Bukittinggi sebagai Presiden, karena penjajah yang kembali mengadakan agregasi
menduduki Jakarta dan Yogyakarta.

Pada waktu perpindahan kekuasaan dari Soekarno kepada Soeharto terjadi pembunuhan para
jenderal yang oleh PKI terhadap jenderal yang difitnah sebagai kapitalisme, dengan membesarkan
tuduhan tersebut lalu Soeharto meriyingkirkan Soekarno dan memimpin Republik Indonesia selama
32 tahun, pemilihan umum dibuat sedemikian rupa demokratis dan dimenangkan terus-menerus
serta kepemimpinan selamanya di tangan Soeharto, karena pidato pertanggungjawaban yang tidak
pernah ditolak, strateginya adalah dengan melantik utusan daerah dari para Gubernur, para
panglima daerah militer, para rektor universitas negeri yang notabenenya adalah diangkat Soeharto
sendiri, kendati utusan daerah dan utusan golongan yang jumlahnya separuh anggota MPR tersebut
yang akan melantik dan mengawasi pemerintahan Soeharto.
Besarnya kekuasaan presiden di Indonesia adalah karena keberadaan UUD 1945 yang sebelum
diamandemen memang memberikan kedudukan demikian, misalnya sebagai berikut di bawah ini:
Kekuasaan presiden sebagai kepala negara adalah bersifat seremonial dan protokoler kenegaraan
yaitu:

1. Melangsungkan perjanjian dengan negara lain.

2. Mengadakan perdamaian dengan negara lain.

3. Menyatakan negara dalam keadaan bahaya.

4. Mengumumkan perang kepada negara lain.

5. Mengangkat/memberhentikan duta/konsul untuk negara lain.

6. Menerima surat kepercayaan duta/konsul negara lain.

7. Memberi gelar dan tanda jasa tingkat nasional.

8. Menguasai angkatan Darat, Laut, Udara dan Kepolisian.

Kekuasaan presiden sebagai kepala pemerintahan adalah karena fungsinya sebagai penyelenggara
eksekutif yang meliputi, antara lain:

1. Memimpin Kabinet.

2. Mengangkat dan melantik para menteri.

3. Memberhentikan para menteri.

4. Mengawasi operasional pembangunan.

5. Penerima mandat rakyat (dulu disebut mandataris MPR).

Selain daripada itu presiden masih mempunyai kekuasaan di bidang legislatif terutama di zaman
orde lama dan orde baru yaitu:

1. Merancang Undang-undang.

2. Menetapkan peraturan pemerintah.

Sedangkan di bidang yudikatif di Indonesia presiden RI juga mempunyai kekuasaan, antara lain:

1. Memberi Grasi, yaitu hak untuk memberikan pengurangan hukuman atau pengampunan
dan pembebasan hukuman.

2. Memberi Amnesti, yaitu hak untuk memberikan pernyataan bahwa hukuman tuntutan
pidana yang telah dijatuhkan harus dibatalkan.

3. Memberi Abolisi, yaitu hak untuk memberikan pernyataan bahwa hukuman tuntutan pidana
harus digugurkan atau suatu tuntutan pidana yang telah dimulai harus dihentikan.

4. Memberi Rehabilitasi, yaitu hak untuk memberikan pernyataan pengembalian nama baik
seseorang.
b. Majelis Permusyawaratan Rakyat

Selain di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), lembaga konstitusi ini juga ditemukan di
Republik Perancis dan Republik Islam Iran. Di Indonesia yang membedakan lembaga ini dengan
lembaga legislatif adalah karena lembaga ini adalah gabungan dari DPR (legislatif) dengan DPD
(Dewan Perwakilan Daerah). Pada masa orde baru tambahan DPR untuk menjadi MPR diambil dari
utusan daerah dan utusan golongan, utusan daerah diangkat dari para kepala daerah, para panglima
daerah dan para rektor di universitas negeri daerah, sehingga risikonya Pak Harto terpilih dari pemilu
ke pemilu serta pidato pertanggungjawaban beliau selalu diterima sebanyak apapun beliau bersalah
dan mengkorupsi negara ini. Sekarang DPD yang tanpa mewakili partai politik dipilih bersama partai
politik, sehingga DPD berfungsi identik dengan keberadaan senator di negara-negara yang
memakainya.

MPR kini tidak lagi menjadi lembaga tertinggi negara, karena tidak lagi meminta
pertanggungjawaban semua lembaga tinggi negara, fungsi tertinggi hanya untuk pembentukan dan
penetapan konstitusi saja. Sedangkan memilih presiden dan wakil presiden RI kini diserahkan kepada
rakyat. Itulah sebabnya perubahan konstitusi (amandemen) menjadi perubahan mendasar negara
Indonesia mendatang. Untuk keanggotaan MPR tahun 2009-2014 nanti keseluruhan anggota MPR
berjumlah lebih banyak karena penambahan Propinsi Sulawesi Barat sebagai provinsi baru, selain
dari pada itu anggota DPD yang dipilih berdasarkan kepadatan pemilih setempat dari masing-masing
34 provinsi di Indonesia, sedangkan partai politik berdasarkan kemenangan dalam pemilihan umum
April 2009, Keberadaan TNI Polri yang dulu dipersiapkan untuk menjaga keutuhan NKRI yaitu dengan
mempertahankan UUD 1945 dan Pancasila diberikan jatah pada kedua lembaga (konstitutif dan
legislatif ini semasa orde baru) tetapi kini tidak lagi diberikan jatah baik dalam DPR maupun dalam
MPR hanya sebagai balance dibuatkan UU TNI Polri yang memperbolehkan secara aktif pada jabatan
pemerintahan sedangkan untuk lembaga legislatif dan konstitutif harus terlebih dulu
mempensiunkan diri.

c. Dewan Perwakilan Daerah

Dewan Perwakilan Daerah (DPD) adalah sebagaimana keanggotaan senator pada negara lain, jadi
karena pemilihan umum selama ini cenderung lebih proporsional ketimbang distrik maka untuk
meng¬optimalkan perwakilan dari daerah-daerah diperlukan keberadaan DPD. Pada periode tahun
2009 sampai dengan 2014 keanggotaan Dewan Perwakilan Daerah diambil dari masing-masing 34
propinsi dengan kuota tergantung jumlah kepadatan penduduk dengan ketentuan:

1. Propinsi yang berpenduduk sampai dengan 1.000.000 orang harus mendapat dukungan
paiing sedikit 1.000 pemilih.

2. Propinsi yang berpenduduk lebih dari 1.000.000 sampai dengan 5.000.000 orang harus
mendapat dukungan paiing sedikit 2.000 pemilih.

3. Propinsi yang berpenduduk lebih dari 5.000.000 sampai dengan 10.000.000 orang harus
mendapat dukungan paiing sedikit 3.000 pemilih.

4. Propinsi yang berpenduduk lebih dari 10.000.000 sampai dengan 15.000.000 orang harus
mendapat dukungan paiing sedikit 4.000 pemilih.

5. Propinsi yang berpenduduk lebih dari 15.000.000 orang harus mendapat dukungan paiing
sedikit 5.000 pemilih.
d. Dewan Perwakilan Rakyat

Lembaga ini disebut parlemen karena kata parte berarti bicara, artinya mereka harus
menyuarakan hati nurani rakyat artinya setelah mengartikulasikan dan mengagregasikan
kepentingan rakyat, mereka harus membicarakan dalam sidang parlemen kepada pemerintah yang
berkuasa. Oleh karena itu DPR dibentuk di Pusat untuk mengkritisi pemerintah pusat, dibentuk di
daerah untuk mengkritisi pemerintah daerah baik propinsi maupun kabupaten sesuai tingkatannya.
Jadi pemerintah eksekutif mempunyai peranan mengurus sedangkan legislatif mempunyai fungsi
mengatur. Dengan begitu bagi daerah yang belum memiliki lembaga legislatif pada tingkat di bawah
provinsi disebut pembantu gubernur (dulu residen) dan pada tingkat di bawah kabupaten disebut
pembantu Bupati (dulu kewedanaan) sedangkan untuk tingkat kota disebut kota administratif. Itulah
sebabnya pada setiap pemilihan umum selain DPD kita mendapati tiga tingkat yang harus dipilih.

Untuk menjamin pelaksanaan tugas-tugasnya, DPR diberi berbagai hak dan kewajiban oleh UUD
1945 yaitu:

1. Hak Petisi (untuk mengajukan pertanyaan bagi setiap anggota).

2. Hak Budget (untuk menetapkan anggaran pendapatan dan belanja negara/daerah).

3. Hak Interpretasi (untuk meminta keterangan terutama pada eksekutif).

4. Hak Amandemen (untuk mengadakan perubahan peraturan).

5. Hak Angket (untuk mengadakan penyelidikan karena diduga terlibat kasus).

6. Hak Inisiatif (untuk mengajukan rancangan undang-undang).

7. Hak Prakarsa.

8. Hak untuk mengajukan pernyataan pendapat.

Sedangkan kewajiban DPR adalah sebagai berikut:

1. Mempertahankan Pancasila dan UU D 1945.

2. Menyusun anggaran pendapatan dan belanja negara/daerah.

3. Memperhatikan aspirasi masyarakat.

Sebagaimana telah dijelaskan di muka bahwa anggota DPR sudah pasti adalah juga anggota MPR.
Kemudian dalam rangka memperlancar tugasnya DPR mempunyai alat kelengkapan yaitu:

1. Pimpinan DPR.

2. Fraksi-fraksi.

3. Komisi-komisi.

4. Baclan Musyawarah.

5. Badan Urusan Rumah Tangga.

6. Badan Kerjasama antar Parlemen.

7. Panitia Khusus (Pansus).


Pimpinan DPR terdiri dari Ketua dan beberapa Wakil Ketua yang dipilih anggota DPR RI itu
sendiri dengan cara pemilihan yang diatur dalam peraturan tata tertib DPR yang dibuat DPR sendiri.
Setiap anggota DPR harus tergabung ke dalam salah satu fraksi yang dibentuk oleh DPR, Fraksi
dibentuk untuk bertugas meningkatkan kemampuan yang tercermin dalam setiap kegiatan DPR,
fraksi berbeda dengan komisi.

Fraksi adalah pengelompokkan anggota DPR yang terdiri dari kekuatan sosial politik dan
mencerminkan susunan golongan dalam masyarakat, tugas fraksi adalah menentukan dan mengatur
sepenuhnya segala sesuatu yang menyangkut urusan masing-masing fraksi, serta meningkatkan
kemampuan efektivitas, dan efisiensi kerja para anggota dalam melaksanakan tugasnya. Jadi fraksi
orang-orang dalam satu fraksi pasti satu partai atau kalaupun berbeda partai karena berkoalisi tetapi
dalam satu ideologi dan satu paham.

Komisi adalah pengelompokkan anggota DPR yang terdiri dari satu bidang keahlian dan tugas yang
ditetapkan sendiri oleh DPR dengan surat keputusan. Tugas komisi meliputi bidang perundang-
undangan, anggaran, pengawasan. Untuk melaksanakan tugasnya komisi dapat melakukan dengar
pendapat, rapat kerja, mengajukan pertanyaan dan kunjungan kerja atau kalau perlu memanggil
aparat pemerintah atau masyarakat umum, baik atas permintaan komisi ataupun pihak lain.

Badan Musyawarah bertugas menetapkan acara-acara DPR dalam satu tahun atau masa
persidangan, memberikan pertimbangan kepada pimpinan, menetapkan pokok-pokok kebijaksanaan
DPR sendiri dan tugas lain yang diserahkan.

Pimpinan DPR bertugas memimpin rapat untuk menyimpulkan persoalan yang dibicarakan,
menentukan kebijakan anggaran belanja, serta menyusun rencana keeja DPR yaitu dengan
membagikan pekerjaan antara ketua dan wakil ketua dengan mengumumkan secara terbuka dalam
rapat paripurna.

Adapun keberadaan komisi yang ada di DPR adalah sebagai berikut:

1. Bidang Pertahanan dan Keamanan.

2. Bidang Depdagri dan Luar Negeri.

3. Bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia.

4. Bidang Pertanian.

5. Bidang Transportasi.

6. Bidang Perdagangan.

7. Bidang Agama dan Sumber Daya Manusia.

8. Bidang Kependudukan.

9. Bidang Imu Pengetahuan dan Teknologi.

10. Bidang Keuangan.

11. Bidang Pendidikan.

e. Mahkamah Agung
Mahkamah Agung adalah lembaga tinggi negara di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
merupakan pengadilan tertinggi dari semua lingkungan peradilan yang dalam melaksanakan
tugasnya terlepas dari pengaruh pemerintah (eksekutif) dan pengaruh lainnya, sayang dewasa ini
lembaga kekuasaan di bidang yudikatif dan benteng peradilan terakhir hukum ini dipenuhi oleh
kolusi serta para calo. Sebagal lembaga yudikatif, Mahkamah Agung memiliki kekuasaan dalam
memutuskan permohonan kasasi (tingkat banding terakhir), memeriksa dan memutuskan sengketa
tentang kewenangan pengadilan serta peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.

Ada empat fungsi pokok yang dijalankan Mahkamah Agung yaitu sebagai berikut bawah ini:

1. Fungsi Peradilan.

2. Fungsi Pengawasan.

3. Fungsi Pengaturan.

4. Fungsi pemberian nasehat.

Jadi karena kekuasaan kehakiman yang ada pada Mahkamah Agung dan badan peradilan lainnya
adalah kekuasaan yang bebas dalam arti bebas dari pengaruh kekuasaan eksekutif maka kedudukan
Mahkamah Agung dijamin oleh undang-undang. Mahkamah Agung senantiasa memberikan
pertimbangan hukum baik diminta atau tidak kepada semua lembaga tinggi lainnya terutama kepada
presiden.

Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Agung diangkat dan diberhentikan oleh presiden sebagai kepala
negara yaitu di antara hakim agung yang diusulkan oleh DPR, susunan MA adaiah sebagai berikut:

1. Seorang Ketua Mahkamah Agung.

2. Seorang Wakil Ketua Mahkamah Agung.

3. Beberapa orang Ketua Muda.

4. Anggota yaitu Hakim Agung.

5. Panitera dan Panitera Pengganti.

Yang dimaksud dengan menguji (Judicial review) Mahkamah Agung adalah hak untuk meneliti dan
kemudian menyatakan bahwa apakah suatu peraturan perundang-undangan itu perlu dijalankan
terus atau tidak sama sekali dan selanjutnya dihapuskan, andaikata hak ini tidak dimiliki oleh
Mahkamah Agung bila ada undang-undang yang oleh Mahkamah Agung dianggap tidak pantas
karena terlalu otoriter, yaitu pemerintah dan legislatif karena menghendaki undang- undang
tersebut, maka suka atau tidak suka Mahkamah. Agung harus mengadili perkara dengan undang-
undang tersebut, kendati Mahkamah Agung dinyatakan sebagai lembaga tinggi yang sering disebut
sebagai benteng terakhir peradilan, sudah barang tentu tetap terkebiri oleh legislatif sebagai
pembuat peraturan dan eksekutif sebagai penyelenggara peraturan. Jadi sebaiknya dan selayaknya
undang-undang yang dibuat oleh DPR sebagai legislatif dan presiden sebagai eksekutif memang
harus ada yang mengontrol dan menguji karena ada kemungkinan kedua lembaga yaitu eksekutif
dan legislatif tersebut akan alpa dalam mengesahkan rencana undang-undang, yang tidak
konstitusional serta tidak sejalan dengan Pancasila dan UUD 1945. Secara umum fungsi Mahkamah
Agung sebagai lembaga tinggi negara dengan segala kewenangannya selayaknya sangat independen
keputusannya, tidak boleh dipengaruhi oleh lembaga tinggi lainnya.
f. Mahkamah Konstitusi

Setelah reformasi Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki satu lagi lembaga tinggi negara
yaitu Mahkamah Konstitusi, tetapi sebaliknya di sisi lain menghapuskan Dewan Pertimbangan Agung
yang dianggap tidak efektif. Mahkamah Konstitusi merupakan salah-sata lembaga pemegang
kekuasaan kehakiman disamping Mahkamah Agung, beserta badan peradilan yang berada di
bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan
militer, lingkungan peradilan tata usaha negara. Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada
tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji Udang- Undang terhadap
konstitusi, memutuskan sengketa kewenangan lembaga negara, yang kewenangannya diberikan
diberikan UUD, memutuskan pembubaran partai politik dan memutuskan perselisihan tentang hasil
pemilihan umum. Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai
dugaan pelanggaran oleh presiden dan wakil presiden menurut UUD. MK mempunyai 9 orang
anggota hakim konstitusi yang ditetapkan oleh presiden yang diajukan masing-masing 3 (tiga) orang
diusul oleh Mahkamah Agung, 3 (tiga) orang diusul oleh Dewan Perwakilan Rakyat, 3 (tiga) orang
diusul oleh Presiden. Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh Hakim
Konstitusi. Hakim Konstitusi harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil,
negarawan, serta menguasai konstitusi dan ketatanegaraan. Hakim konstitusi tidak boleh merangkap
sebagai pejabat negara lainnya. Pengangkatan dan pemberhentian Hakim Konstitusi, Hukum Acara
dalam Mahkamah Konstitusi, serta ketentuan lainnya tentang Mahkamah Konstitusi diatur dengan
undang-undang.

g. Komisi Yudisial

Komisi Yudisial adalah merupakan lembaga tinggi negara yang bersifat mandiri dan dalam
pelaksanaan wewenangnya bebas dari campur tangan dan kekuasaan lain. Jadi sebagai kelanjutan
reformasi di bidang supremasi hukum, maka kekuasaan kehakiman (yudikatif) yang di masa orde
lama hanya dipegang oleh Mahkamah Agung (MA), sekarang ditambah dengan keberadaan
Mahkamah Konstitusi (MK) dan keberadaan Komisi Yudisial (KY) yang dibentuk dengan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2004. Wewenang yang dimiliki komisi yudisial adalah
mengusulkan pengangkatan hakim agung kepada DPR dan menetapkan kehormatan serta keluhuran
martabat dan menjaga perilaku hakim. Untuk itu komisi yudisial menyelenggarakan seleksi terhadap
kualitas dan kepribadian calon Hakim Agung yang telah memenuhi persyaratan administratif
berdasarkan standar yang telah ditetapkan. Urutannya dimulai dari pendaftaran calon hakim agung,
seleksi, penetapan dan pengajuan calon hakim agung kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia. Dalam hal berakhirnya masa jabatan hakim agung maka MA menyampaikan kepada KY
daftar nama Hakim Agung yang bersangkutan. Adapun susunan keanggotaan KY terdiri dari unsur
pimpinan yaitu ketua dan wakil ketua sedangkan anggota yang berjumlah 7 (tujuh) orang merupakan
pejabat negara yang diambil dari para mantan hakim, praktisi hukum, akademisi hukum, dan juga
anggota masyarakat, yang memiliki persyaratan warga negara Indonesia, Beitaqwa kepada Tuhan
YME, Usia minimal 40 tahun dan maksimal 68 tahun pada saat pemilihan, Pengalaman di bidang
hukum minimal 15 tahun, Integritas dan kepribadian tidak tercela, Sehat jasmani dan rohani, Tidak
pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana kejahatan, serta Melaporkan daftar
kekayaan. Baik ketua, wakil ketua maupun para anggota hakim agung hanya dapat ditangkap atau
ditahan atas perintah jaksa agung, kecuali tertangkap tangan melakukan tindak pidana atau
berdasarkan bukti permulaan melakukan tindak pidana kejahatan.
h. Badan Pemeriksaan Keuanggan

Badan Pemeriksa Keuangan adalah lembaga tinggi negara di Negara Kesatuan Republik Indonesia
ini yang bertugas memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara, kekayaan negara,
pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah, anggaran Badan Usaha Milik Negara, anggaran Badan Usaha Milik Daerah atas ketentuan
undang-undang. Sebagai lembaga inspektif maka Badan Pemeriksa Keuangan berwenang untuk
meminta keterangan yang wajib diberikan oleh setiap orang, badan, instansi, baik pemerintah
maupun swasta sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang yang berlaku.

Ada tiga fungsi pokok yang dijalankan oleh Badan Pemeriksa Keuangan yaitu antara lain sebagai
berikut:

1. Fungsi Operatif yaitu melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan.

2. Fungsi Rekomendasi yaitu memberikan pertimbangan kepada pihak legislatif atau pihak
eksekutif.

3. Fungsi Yudikatif yaitu menyelenggarakan proses tuntutan perbendaharaan.

Jadi dalam pelaksanaan tugasnya Badan Pemeriksa Keuangan berkewajiban untuk


memberitahukan hasil pemeriksaannya kepada DPR sebagai pihak legislatif dan Presiden sebagai
pihak eksekutif, perbuatan yang merugikan keuangan negara khususnya persoalan pidana
disampaikan kepada kepolisian dan kejaksaan. Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Badan Pemeriksa
Keuangan diangkat oleh presiden sebagai kepala negara atas usul DPR dengan 3 (tiga) orang calon
untuk setiap lowongan namun dapat juga dilantik oleh Mahkamah Agung.

Susunan Badan Pemeriksa Keuangan antara lain adalah sebagai berikut di bawah ini:

1. Seorang Ketua merangkap anggota.

2. Seorang Wakil Ketua merangkap anggota.

3. Lima orang anggota.

i. Dewan Pertimbangan Agung (Likuidasi)

Lembaga ini sudah dibubarkan dalam sidang MPR sebagai lembaga tertinggi di bidang konstitusi
di NKRI ini pada tahun 2002 dalam Sidang Amandemen keempat. Dewan Pertimbangan Agung (DPA)
adalah lembaga tinggi negara di bidang pertimbangan yang memberikan usulan dan tanggapan
kepada presiden sebagai kepala negara serta menjawab pertanyaan yang disampaikan presiden
kepada mereka. Jadi sebagai konsekuensi dari berat dan luasnya tugas presiden RI maka semula
dirasa perlu suatu badan yang mampu memberikan petunjuk serta pertimbangan kepada presiden.
Dulu dewan ini ketua dan anggotanya terdiri dari para mantan rektor, para mantan menteri, para
mantan rohaniawan dari berbagai agama, para mantan Gubernur, para mantan panglima, dan para
mantan lain-lain yang berpengalaman di bidangnya selama pekerjaannya dulu. Jumlah anggotanya
45 (empat puluh lima) orang sudah termasuk ketuanya. Dengan begitu DPA bertugas memberikan
pertimbangan kepada pemerintah (council of state) dan dalam pemerintahan kerajaan Islam setelah
nabi Muhammad SAW wafat dan berakhirnya para Khulafah ur Rasyidin, badan ini berdiri dan
disebut dengan ahlul ahli wal aqdi tetapi di Indonesia badan ini tidak bekerja banyak karena hanya
sebagai penasehat belaka yang tidak banyak memiliki kewenangan yang memaksa ditambah dengan
begitu segannya pribadi yang menjabat Ketua dan anggota DPA kepada pejabat presiden sebagai
kepala negara. Jadi presiden dan wakil presiden dapat memberikan usul atau menerima usul dari
DPA hanya pada akhirnya keputusan tetap di tangan presiden, oleh karena itu apa bedanya dengan
penasehat pribadi presiden yang tidak perlu setingkat lembaga tinggi negara. Mr. Assat dalam
bukunya Hukum Tata Negara RI mengatakan bahwa DPA tidak banyak dapat menunjukkan
faedahnya dan sukar memberikan tempat yang sesuai dengan kedaulatan rakyat.

4. HUBUNGAN PUSAT DAN DAERAH

a. Sejarah Pemerintahan Daerah

Adanya tingkatan antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat berdasarkan keberadaan
desentralisasi yang berlaku pada masing-masing negara dan pemerintahan. Desentralisasi adalah
penyerahan sebagian urusan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengurus dan
mengatur rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Yang dimaksud dengan sebagian urusan karena tidak semua urusan dapat diserahkan oleh
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, sebagai contoh adalah sebagai berikut:

1. Urusan Pertahanan Keamanan tidak diserahkan, karena kalau diserahkan akan menimbulkan
munculnya kekuatan pemerintah daerah untuk separatisme kepada pemerintah pusat apabila
militer dipegang oleh daerah.

2. Urusan Moneter tidak diserahkan, karena kalau diserahkan akan menimbulkan kesenjangan
antara daerah yang tinggi peng-hasilannya seperti Bali, Riau dan Kalimantan Timur dibandingkan NTT
dan NTB.

3. Urusan Peradilan tidak diserahkan, karena kalau diserahkan peradilan pemerintah pusat
yang menjatuhkan pengkhianat bagi separatisme akan menjadi pahlawan bagi peradilan daerah.

4. Urusan Luar Negeri tidak diserahkan, karena kalau antara pemerintah daerah melakukan
perdagangan senjata dengan pihak negara asing akan memungkinkan pemerintah daerah melakukan
separatisme yang berisiko pada gerakan subversif.

Yang dimaksud dengan Kewenangan daerah untuk mengurus dan mengatur adalah sebagaimana
uraian berikut di bawah ini:

1. Mengatur adalah kewenangan untuk membuat peraturan sendiri dalam bentuk peraturan
daerah. Oleh karena itu daerah menjadi otonom apabila sudah dibentuk dewan perwakilan rakyat
daerah (DPRD) untuk membuat perda.

2. Mengurus adalah kewenangan untuk mengurus sendiri sesuatu urusan sehingga dibentuklah
berbagai dinas sesuai dengan urusan yang akan diselenggarakan. Oleh karena itu dinas pada masing-
masing daerah akan berbeda dengan daerah lain.

Yang dimaksud dengan dalam rangka ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah
untuk menjaga keutuhan bangsa dan negara yang sejak kemerdekaan memiliki beraneka ragam
pulau- pulau, bahasa-bahasa daerah, adat istiadat, suku-suku dan agama-agama, maka ikatan NKRI
perlu dipertahankan dengan motto Bhinneka Tunggal Ika (berbeda namun tetap satu jua). Berbeda
antara otonomi desa dengan otonomi daerah karena pada otonomi desa kewenangan datangnya
dari bawah yang diberikan oleh masyarakat desa itu sendiri maka pada otonomi daerah kewenangan
datangnya dari pemerintah pusat, yang hanya diberikan setelah oleh pemerintah pusat diberikan.
Hal ini menimbulkan kesenjangan selama undang-undang pemerintahan daerah selama orde baru
karena dengan dalih khawatir akan mengakibatkan separatisme maka pemberian otonomi
diistilahkan dengan melepas kepala ular namun ekornya dipegang. Pada kedewasaan perjalanan
bangsa dan negara setelah era reformasi daerah dianggap cukup mampu untuk menjalankan rumah
tangganya sendiri tanpa harus memisahkan diri, maka otonomi diberikan secara seluas-luasnya. Bila
ketika zaman era orde lama terjadi separatisme maka memang kekhawatiran tersebut tampak
dengan munculnya otonomi yang diistilahkan dengan kebablasan. Terlepas dari persoalan Timor
Timur yang diberikan opsi karena desakan luar negeri, Papua (Irian Jaya) dan Nangroe Aceh
Darussalam yang bergolak sepanjang tahun. Untuk itu perlu dikaji apa yang dimaksud dengan negara
yang melakukan integrasi dengan negara yang melakukan penjajahan sepanjang sejarah hidup
sesuatu bangsa tersebut. Berikut ini akan penulis sampaikan kajian Brianth Smith (1985) terhadap
desentralisasi meliputi, antara lain sebagai berikut:

1. Konsep Desentralisasi.

2. Teori Desentralisasi.

3. Kebutuhan Administrasi dan Tuntutan Politik.

4. Daerah, Masyarakat dan Efisiensi Daerah.

5. Hubungan dalam Pemerintahan.

6. Keuangan Desentralisasi.

7. Lembaga Desentralisasi di Daerah.

8. Administrasi Pemerintahan Daerah.

9. Partisipasi Desentralisasi dan Lingkungan Daerah.

10. Desentralisasi dan Pembangunan.

b. Perubahan Pemerintahan Daerah

Reformasi Mahasiswa yang menjatuhkan pemerintah Soeharto dan perlahan-lahan pemerintah


Orde Baru, merubah negeri ini hampir secara keseluruhan, buktinya UUD 1945 yang semula oleh
MPR RI orde baru ciptaan Pak Harto, dinyatakan sebagai tidak berkehendak merubahnya, kini
setelah reformasi dirombak total.

MPR RI dibawah pimpinan Amin Rais sampai dengan buku ini ditulis telah empat kali mensyahkan
amandemen UUD 1945 yaitu sebagai berikut di bawah ini:

1. Perubahan Pertama disyahkan pada tanggai 19 Oktober 1999. Meliputi perubahan pasal 5,
7, 9, 13, 14, 15, 17, 20 dan 21.

2. Perubahan Kedua disyahkan pada tanggai 18 Agustus 2000. Meliputi perubahan pasal 18, 19,
20, 22, 25, 26, 27 dan 28.

3. Perubahan Ketiga disyahkan pada tanggai 10 November 2001. Meliputi perubahan pasal 3,
6, 7, 8, 11, 17, 22, 23 dan 24.

4. Perubahan Keempat disyahkan pada tanggai 10 Agustus 2002. Meliputi perubahan pasal 2,
8, 16, 23, 24, 31, 32, 33 dan 34.

Jadi yang tidak diubah adalah pasal 1, 4, 10, 12, 29, 35 terutama pasal 29 yang dianggap akan
menimbulkan kerawanan. Akan halnya Pasal 18 UUD 1945 tentang Pemerintahan Daerah diubah
dalam perubahan kedua yang semula berbunyi sebagai berikut:
Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya
ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan
dalam sistem pemerintahan negara, dan hak-hak asal-usul dalam daerah- daerah yang bersifat
istimewa. Mengingat besarnya penguasaan pusat kepada daerah dengan dalih pencegahan
separatisme, namun kenyataannya sekaligus menjadi penguasaan ekonomi, maka dibentuklah
pengganti UU No. 5 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah yaitu menjadi UU No.
22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Selain dari pada itu untuk
pemerintahan daerah, UUD 1945 juga diamandemen sebagai berikut:

Pasal 18

1. NKRI dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah-daerah propinsi dibagi atas kabupaten
dan kota , yang tiap-tiap propinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang
diatur dengan undang-undang.

2. Pemda Propinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

3. Pemda Propinsi, daerah kabupaten dan kota memiliki DPRD yang anggota-anggotanya dipilih
melalui pemilu.

4. Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemda propinsi, kabupaten
dan kota dipilih secara demokratis.

5. Pemda menjalankan otonomi seluas-luasnya kecuali urusan peme-rintahan yang oleh UU


ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.

6. Pemda berhak menetapkan Perda dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan


otonomi dan tugas pembantuan.

7. Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemda diatur dalam UU.

Pasal 18 A

1. Hubungan wewenang antara Pempus dan Pemda provinsi, kabupaten dan kota atau antara
provinsi, kabupaten dan kota diatur dengan UU dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman
daerah.

2. Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan SDA dan sumber daya lainnya, antara
Pempus dan Pemda diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan UU.

Pasal 18 B

1. Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan Pemda yang bersifat khusus atau bersifat
istimewa yang diatur dengan UU.

2. Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta


hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
prinsip NKRI yang diatur dalam UU.

Jadi sebagai pelaksanaan Pasal 18 UUD 1945 di bidang ketata-negaraan pemerintah RI melaksanakan
pembagian daerah-daerah dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan UU Pemda.
Oleh karena itu sejak proklamasi kemerdekaan RI kita lihat beberapa kali pemerintah membentuk
UU Pemda, Perubahan-perubahan terlihat karena masing-masing UU menyesuaikan diri dengan
situasi dan kondisi waktu tetjadinya. Beberapa UU Pemda yang dimaksud adalah sebagai berikut di
bawah ini:

1. UU No. 1 Tahun 1945 tentang kedudukan Komite Nasional Daerah (KND) yang merupakan
langkah pertama menerapkan demokrasi di daerah. Sayang UU ini terlalu singkat bunyinya karena
hanya mengatur kedudukan KND sebagai penjabaran KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) yang
merupakan badan legislatif darurat. Kemudian selanjutnya di daerah KND berubah menjadi BPRD
(Badan Perwakilan Rakyat Daerah).

2. UU No. 22 Tahun 1948 tentang Pemda, UU ini merupakan penghapusan perbedaan antara
cara pemerintahan di Jawa dan Madura (uniformitas). Karena UU ini diapit oleh kedua keadaan
darurat akibat Agresi Militer Belanda akhirnya UU ini tidak sempat dijalankan secara sempurna.

3. UU No. 44 Tahun 1950 tentang NIT (Negara Indonesia Timur) ini hanya bersifat separatis hal
ini akibat berlakunya konstitusi RIS (Republik Indonesia Serikat). Untunglah UU ini tidak sempat
dilaksanakan karena disusul dengan pembentukan NKRI kembal kembali berakibat terhadap
pembubaran NIT.

4. UU No. 1 Tahun 1957 tentang Pokok-pokok Pemda, UU ini sebagai usaha untuk uniformitas
menyatukan UU tentang pokok-pokok otonomi daerah bagi seluruh Indonesia yang akibat keadaan
sebelumnya menjadi beraneka warna, pada UU ini ditemukan istilah daerah swatantra.

5. UU No. 18 Tahun 1965 tentang Pokok-pokok Pemda. UU ini dibuat sebelum meletusnya
pemberontakan PKI. Jadi dalam UU ini kental bermuatan PKI karena pada setiap keberadaan
kepemimpinan DPRD untuk terwujudnya demokrasi terpimpin harus mencerminkan unsur nasakom,
sehingga walaupun hanya satu orang PKI yang ada di suatu daerah akan tetap terjamin menduduki
pimpinan DPRD.

6. UU No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, UU ini mencerminkan


adanya pemberian otonomi yang nyata, dinamis dan bertanggung jawab. Penekanan kata
bertanggung jawab adalah agar pembangunan sejalan dan tidak bertentangan dengan pengarahan-
pengarahan yang telah diberikan yaitu serasi dengan pembinaan politik dan kesatuan bangsa.
Dengan begitu terlihat ketiranian pemerintah pusat dalam mengkebiri daerah yang dicurigai sebagai
usaha pengisahan diri.

7. UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, UU ini melihat bahwa begitu
kentalnya penguasaan Pempus terhadap Pemda maka UU ini mencoba memberikan keleluasaan
kepada Pemda untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, risikonya negara
federalistik yang semula ditolak tampak hanya dalam pernyataan karena daerah begitu mudahnya
mengangkat pegawai daerah, sehingga pada gilirannya nanti akan menjadi pengangguran terhormat.

8. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengantisipasi berbagai kekurangan


UU Pemda sebelumnya dengan penambahan tata cara pemilihan kepala daerah langsung.

Perencanaan pada tingkat pemerintah pusat disusun oleh Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bappenas) sedangkan perencanaan di tingkat pemerintah daerah baik provinsi maupun
kabupaten dan walikota dibuat oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda).

Anda mungkin juga menyukai