Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH ILMU NEGARA

“ TEORI TERJADINYA NEGARA, PERKEMBANGAN NEGARA


DAN TERJADINYA SECARA PRIMER DAN SEKUNDER ”

Disusun oleh:

Imam Rofi’i
2200874201173

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BATANGHARI
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kami
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-
Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang “Teori Terjadinya
Negara, Perkembangan Negara, Terjadinya Secara Primer dan Sekunder”.

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak
sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang dada
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang teori terjadinya negara,
perkembangan negara, dan terjadinya negara secara primer dan sekunder ini dapat
memberikan manfaat untuk pembaca.
A. TEORI TERJADINYA NEGARA

Negara adalah suatu organisasi antara beberapa kelompok manusia yang mendiami suatu
wilayah (teritorial) tertentu dan mengakui adanya suatu pemerintahan yang sah. Setelah
melalui pengkajian lebih dalam, ternyata negara tidak muncul begitu saja, ada beberapa teori
yang menjelaskan bagaimana suatu negara bisa terbentuk, diantaranya adalah :

1. Teori Teokrasi
Menurut teori ini, negara bisa terbentuk karena adanya kehendak Tuhan. Paham ini
muncul atas dasar keyakinan keagamaan bahwa Tuhanlah maha pencipta di langit dan
bumi, pemegang kekuasaan tertinggi, tiada kekuasaan di dunia ini yang tidak berasal
dari tuhan, termasuk negara. Tokoh terkenal yang menganut teori ini diantaranya
Thomas Aquinas, Agustinus, Friedrich Julius Stahl, dan Georg W. F. Hegel.

2. Teori Kekuasaan
Teori ini mengatakan bahwa negara bisa ada atau terbentuk karena adanya kekuasaan,
kekuasaan di sini maksudnya adalah dalam suatu wilayah pasti ada pihak yang
berkuasa dan kuat serta ada pihak yang lemah, kemudian pihak yang lemah dipaksakan
untuk mau mengikuti kemauan pihak yang lebih kuat, dari sinilah terbentuk
kekuasaan.

3. Teori Perjanjian
Menurut teori ini, negara bisa terbentuk karena adanya suatu perjanjian. Negara bisa
dibentuk ketika semua warga di wilayah tertentu hadir dan mengadakan perjanjian
untuk menyetujui berdirinya sebuah negara, jika memang warganya tidak memerlukan
hal tersebut, maka tidak ada pemaksaan akan harus berdirinya sebuah negara. Tokoh
terkenal yang menganut dan mendukung teori ini adalah Thomas Hobbes, John Locke,
Montesquieu, dan Jean Jacques Rousseau.

4. Teori Hukum Alam


Teori Hukum Alam menjelaskan bahwa negara terbentuk secara alamiah, sama halnya
seperti orang yang lahir ataupun meninggal. Negara bisa terbentuk secara alami karena
berdasar kepada manusia itu sendiri yang merupakan makhluk sosial dan memiliki
kecenderungan berkumpul dan saling berhubungan untuk mencapai kebutuhan
hidupnya. Tokoh yang mendukung teori ini diantaranya Plato, Aristoteles, Agustinus,
dan Thomas Aquino.

B. TEORI PERKEMBANGAN NEGARA

Teori Perkembangan Negara dapat dibagi ke dalam beberapa masa tahap pemikiran
sebagai berikut:

A. Masa Yunani Kuno


Pada masa Yunani kuno pemikiran mengenai asal mula negara tumbuh bukan karena
Yunani sudah terformasi sebagai suatu negara yang mandiri. Pada abad 4- 8 SM
masyarakat Yunani atau yang menggunakan bahasa atau terpengaruh kebudayaan
Yunani, tepatnya pada abad V SM yaitu di Athena bangsa Yunani kuno yang pertama
tama memulai mengadakan pemikiran tentang negara dan hukum. Kebebasan
berpikir dan mengeluarkan pendapat secara kritis dan jujur, adapun faktor faktor
yang yang mempengaruhinya, yaitu:
1. Adanya sifat agama yang tidak mengenal ajaran Tuhan yang ditetapkan
sebagai kaidah atau kanon
2. Keadaan geografi negara tersebut yang menjuruskan kepada perdagangan dan
perantauan sehingga bangsa Yunani sempat bertemu dan bertukar pikiran
dengan bangsa bangsa lain.
3. Bentuk negaranya yaitu Republik Demokrasi
4. Kesadaran bangsa yunani sebagai kesatuan

B. Masa Romawi Kuno


Berbeda dengan masa Yunani kuno, pada zaman Romawi ini ilmu pengetahuan
terutama ilmu kenegaraan tidak dapat berkembang sedekemian rupa, sehingga
sesungguhnya sedikit sekali pengetahuan yang kita dapat dari zaman ini.
Pemerintahan yang pertama kali pada zaman Romawi adalah Monarki atau Kerajaan,
Monarki ini didampingi badan perwakilan yang berisi kaum praticia(kaum ningrat).
Di dalam sistem pemerintahan ini sudah mulai tumbuh bibit bibit demokrasi yang
kemudian dapat dilaksanakan raja terakhir yang diusir dari takhtanya, jadi dengan
demikian Romawi telah mengalami perubahan dari Kerajaan menjai demokrasi,
hanya saja dalam keadaan darurat, misalnya dalam keadaan bahaya,peperangan.
Dalam keadaan darurat tadi peraturan perundang undangan dan kehakiman
dijalankan dan dilaksakan oleh praetor.

C. Masa Renaissance
Pandangan hidup ajaran tentang negara dan hukum sangat berbeda pada abad
pertengahan dengan zaman renaissance. Sebab pandangan hidup pada zaman
pertengahan sangat bersifat universalistis, dalam arti orang menganggap dirinya
sebagai bagian daripada dunia Kristen sedang pada masa renaissance terjadi
perubahan karena filsafat nominalistis telah memutar balikan hubungan antara hal
umum dan hal khusus,sejak saat itu perhatian terhadap kehidupan di dunia
bertambah.

D. Masa Aukflarung
Pada masa ini sering disebut sebagai Masa pencerahan atau Masa rasionalisme.
Perjanjian Westphalia (1648) telah mengakhiri peperangan antara katolik dan
protestan hal ini berimplikasi pada konsep negara yang sekuler terhadap
Agama,semenjak menghalangi atau mengharuskan pengalihan agama dari masing-
masing rakyatnya.

E. Masa Positivisme
Positivisme adalah aliran pemikiran yang bekerja berdasarkan empirisme, dalam
artian pada masa ini orang hanya mengakui hal hal yang bersifat empiris. pandangan
positivistik, bahwa negara adalah satu-satunya sumber hukum. Konsekuensi logis
dari pernyataan ini adalah diluar negara tidak ada hukum dan penerimaan pandangan
ini bisa menjurus ke arah absolutisme.

C. TEORI TERJADINYA NEGARA SECARA PRIMER

Secara primer, suatu negara terbentuk diawali dengan adanya kebutuhan dan kesadaran
bersama bahwa manusia sebagai mahluk sosial yang tidak dapat memenuhi segala kebutuhan
hidup tanpa bantuan orang lain. Untuk itu manusia harus bekerjasama dengan manusia lain.
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup, manusia membentuk kelompok yang dinamakan
keluarga. Dari keluarga, kemudian terus berkembang menjadi kelompok masyarakat hukum
yang dinamakan suku. Sebuah suku dipimpin oleh seorang kepala suku yang berperan
sebagai ‘primus inter pares’ yang artinya, orang yang pertama di antara yang sederajat.
Dari satu suku kemudian berkembang menjadi dua suku, tiga suku, dan seterusnya menjadi
semakin kompleks dan besar.

Terbentuknya kelompok besar ini didasari adanya persamaan nasib, persamaan budaya
dan lain sebagainya. Kelompok ini kemudian dipimpin oleh seorang diantara mereka yang
dianggap terkemuka yang disebut raja. Dalam perkembangannya kemudian muncul suatu
gagasan dari tiap tiap kelompok, mempunyai keinginan untuk memiliki kekayaan, seperti
tanah, harta benda, dan lainnya. Dengan adanya keinginan-keinginan tersebut kemudian
mendorong tumbuhnya kesadaran untuk membentuk negara untuk mengorganisir berbagai
kepentingan tersebut. Warga negara kemudian memilih seorang pemimpin. Dengan terpilihnya
seorang pemimpin, maka rakyat menyerahkan kekuasaan tertingginya kepada pemimpin
tersebut.

D. TEORI TERJADINYA NEGARA SECARA SEKUNDER

Selain teori terjadinya negara secara primer, ada pula teori terjadinya negara secara
sekunder. Teori ini berfokus pada terjadinya negara pada klaim atau pengakuan terhadap suatu
negara. Dengan adanya pengakuan tersebut menunjukkan bahwa suatu negara dianggap ada
karena dua hal. Pertama, sudah ada negara-negara lain yang kemudian mengakui terjadinya
negara yang lainnya. Kedua, adanya pengakuan dari manusia atau bangsa yang belum memiliki
atau menciptakan negara, dalam hal ini belum ada negara tercipta di dunia.

Pernyataan yang kedua dapat menegaskan bahwa teori ini berasumsi bahwa bangsa lebih
dulu ada sebelum berdirinya negara. Pengakuan terdiri atas tiga macam, yaitu:

1. Pengakuan de facto yang bersifat sementara


2. Pengakuan de jure atau pengakuan yuridis dan
3. Pengakuan atas pemerintahan de facto yang bersifat sementara.

Pengakuan de jure adalah pengakuan terhadap lahirnya suatu negara yang sifatnya
tetap dan mutlak. Keadaan tersebut dikarenakan negara yang tercipta merupakan negara yang
lahir karena hukum. Sedangkan, pengakuan de facto yang bersifat sementara ini hanyalah
pengakuan lahiriah atas kedudukan pemerintah, namun tidak mengakui eksistensi negara
secara penuh. Tetapi pengakuan ini juga bisa masuk dalam pengakuan terhadap negara secara
sebagian, karena negara tanpa pemerintahan juga tidak akan bisa disebut sebagai negara.

Teori terjadinya negara secara sekunder menyatakan bahwa negara berdiri jika ada
pengakuan dari negara-negara lain. Agar negara tersebut dapat memperoleh pengakuan, maka
yang harus dilakukan oleh negara yang akan berdiri adalah melakukan deklarasi atau
pernyataan pembentukan negara baru. Tujuan deklarasi tersebut adalah untuk mendapatkan
persetujuan atau pengakuan dari negara-negara lain. Deklarasi juga dapat dijadikan sebagai
arena untuk memberitahukan bahwa negara yang berdiri merupakan negara yang berdaulat dan
merdeka. Berdasarkan teori ini, negara akan dianggap ada apabila ada pengakuan yang tidak
terbatas pada negara tersebut saja, melainkan juga dari bangsa-bangsa lain di dunia. Negara
yang lahir dan memerlukan pengakuan harus mendeklarasikan diri bahwa negara tersebut telah
berdiri secara merdeka (dalam dan luar). Setelah melakukan deklarasi, maka ada tahap
pengakuan atau persetujuan dari negara atau bangsa lain terhadap berdirinya negara tersebut.
KESIMPULAN

Negara adalah hasil dari suatu proses perjalanan yang sangat panjang dalam
menemukan arti dan makna dari persatuan wilayah tertentu, melalui beberapa proses dari
skala kecil seperti suku, hingga ke skala yang paling besar yaitu negara itu sendiri. Walaupun
sudah mencapai bentuk sempurnanya, bukan berarti pengkajian terhadap negara berhenti.
Pengkajian tetap dilanjutkan baik dengan melihat ke masa lampau (sejarah) maupun masa
depan, untuk melengkapi ilmu negara. Pada makalah di atas kami memaparkan mengenai
teori-teori bagaimana suatu negara bisa terbentuk, baik teori yang dicetuskan oleh para ahli,
teori primer, dan teori sekunder. Selain itu, kami juga memaparkan perkembangan negara dari
masa ke masa. Dengan begitu, kami berharap makalah yang kami tulis ini dapat dibaca dengan
seksama serta bermanfaat bagi para pembaca. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Soehino. 2008. Ilmu Negara. Yogyakarta: Liberty. Isharyanto.


2016. Ilmu Negara. Surakarta: Oase Pustaka.

Ratna, Dewi. 2016. “Kata para ahli, inilah 5 teori pembentukan negara”
https://www.merdeka.com/pendidikan/kata-para-ahli-inilah-5-teori-pembentukan-
negara.html, diakses 28 Agustus 2021.
Raihan, Wisesa A. 2021. “Pengertian Negara.” OSF Preprints. February 1.
doi:10.35228/osf.io/h125.
Jamka, Jefry. 2021. “PERTUMBUHAN NEGARA PRIMER.” OSF Preprints. February 4.
doi:10.31219/osf.io/jcd6k.
Muhtada, D., dan Ayon Diniyanto. 2018. DASAR-DASAR ILMU NEGARA. Semarang:
BPFH UNNES. Tersedia dalam http://lib.unnes.ac.id/39673/1/Dasar %E2%80%93 Dasar
Ilmu Negara.pdf

Anda mungkin juga menyukai