Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah yang
terbentang di sekitarnya. Ini menyebabkan keanekaragaman suku, adat istiadat dan
kebudayaan dari setiap suku di setiap wilayahnya. Hal ini sungguh sangat menakjubakan
karena biarpun Indonesia memiliki banyak wilayah, yang berbeda suku bangsanya, tetapi kita
semua dapat hidup rukun satu sama lainnya.
Namun, sungguh sangat disayangkan apabila para generasi penerus bangsa tidak
mengtehaui tentang kebudayaan dari setiap suku yang ada. Kebanyakan dari mereka hanya
mengetahui dan cukup mengerti tentang kebudayaan dari salah satu suku yang ada di
Indonesia, itu juga karena pembahasan yang sering dibahas selalu mengambil contoh dari
suku yang itu-itu saja.
Sejak ratusan tahun lalu provinsi jambi dihuni oleh etnis melayu, seperti suku Kerinci,
Suku Batin, suku Bangsa Dua Belas, suku Penghulu, dan suku Anak dalam. Namun juga ada
etnis pendatang. Perjalanan sejarah yang dialami etnis melayu telah melatar belakangi budaya
melayu di Jambi.
Setiap kebudayaan itu bersifat dinamis akan perubahan bahkan mungkin hilang sama
sekali. Penyebabnya adalah perkembangan kebudayaan, pengaruh budaya luar, kurangnya
kesadaran masyarakat, dan lemahnya jiwa kebudayaan para remaja sebagai generasi penerus
nilai-nilai kebudayaan bahkan itu mungkin dan telah terjadi di provinsi jambi.
Dalam penulisan makalah ini kami akan membahas tentang kebudayaan melayu
Jambi yang dibatasi pada unsur budaya, mata pencaharian, kerajinandan seni masyarakat
melayu Jambi. Setidaknya dapat memberikan gambaran tentangkebudayaan melayu Jambi.
B. PERUMUSAN MASALAH
Adapun perumusan yang di bahas dalam makalah ini adalah:
- Kebudayaan melayu Jambi
- Mata pencaharian
- Kerajinan
- Kesenian

BAB II
PEMBAHASAN
1. KEBUDAYAAN MELAYU JAMBI

Jauh sebelum abad masehi etnis melayu setelah mengembangkan suatu corak
kebudayaan melayu pra sejarah di wilayah pengunungan dan dataran tinggi. Masyarakat
pendukung kebudayaan melayu pra sejarah adalah suku Kerinci dan suku Batin. Orang
kerinci di perkirakan telah menepati caldera danau kerinci sekitar tahun 10.000 SM sampai
tahun 2000 SM. Suku Kerinci dan termasuk juga suku Batin adalah suku tertua di Sumatera.
Mereka telah mengembangkan kebudayaan batu seperti kebudayaan Neolitikum.
Kehadiran agama buda sekitar abad 4 M telah mendorong lahir dan berkembangnya
suatu corak kebudayaan buddhis. Kebudayaan ini di identifikasikan sebagai corak
kebudayaan melayu kuno. Masyarakat pendukung kebudayaan melayu buddis yang masih
ada di Jambi adalah suku anak dalam (kubu). Namun peningalan momental kebudayaan
melayu Buddishis adalah bangunan candi-candi yang tersebar dikawasan daerah aliran sungai
(DAS) batanghari, salah satu di antaranya ialah situs candi muara Jambi. Pada masa
kebudayaan buddhis sedang mengalami kemunduran sekitar abad 11-14 M, maka bersamaan
waktunya di daerah jambi mulai berkembang suatu corak kebudayaan islam. Kehadiran
Islam diperkirakan pada abad 7 M dan sekitar abad 11M Islam mulai menyebar ke seluruh
lapisan masyarakat pedalaman Jambi. Dalam penyebaran Islam ini maka pulau berhala
dipandang sebagai pulau yang sangat penting dalam sejarah Islam di Jambi. Karena sejarah
mencatat bahwa dari pulau berhala itulah agama Islam disebarkan keseluruh pelosok daerah
Jambi. Kehadiran Islam ini membawa perubahan mendasar bagi kehidupan social/
masyarakat melayu Jambi. Agama Islam pelan-pelan tapi pasti, mulai mengeser kebudayaan
melayu buddhis sampai berkembangnya corak kebudayaan melayu Islam.
Kebudayaan daerah tidak lain adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di
tengah-tengah masyarakat local sebagai pendukungnya. Sedangkan yang dimaksud dengan
kebudayaan melayu jambi adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengahtengah etnis melayu Jambi.*
2. MATA PENCAHARIAN
Mata pencaharian masyarakat Jambi adalah bertani, berjualan, panen getah dan
melaut Di Jambi sendiri kebanyakan daerahnya adalah berupa hutan. Sehingga mata
pencaharian mereka didominasi oleh para petani biasanya pula mereka yang bertani berasal
dari pedesaan. Dalam hal bertani, sama seperti kota-kota lainnya yang terletak di daratan
rendah, adalah bertanam padi pada lahan kosong. Sedangkan dalam hal melaut, mencari ikan
di sungai merupakan mata pencaharian tambahan, begitu juga mencari dalam hal mencari
hasil hutan.
Usaha-usaha tambahan ini biasanya dilakukan sambil menunggu panen atau
menunggu musim tanam berikutnya. Karena di Jambi sendiri juga dihuni oleh masyarakat
keturunan TiongHua, maka di zaman sekarang ini banyak pula warga masyarakat kaeturunan
Cina di Jambi yang mencari pendapatan melalui proses berdagang. Ada yang berdagang mas,
berdagang sembako dan adapula yang berdagang bahan-bahan material.**
Orang jambi tradisional menamai tempat mereka bertani diantaranya adalah:
Sawah
Terdapat tiga model sawah yaitu:
1. Sawah payau
Adalah sawah yang dibuat di atas sebidang tanah yang secara alamiah telah mendapat air dari
suatu sumber air, atau tanahnya sendiri telah mengandung air
2. Sawah tadah hujan
a.

Adalah sebidang tanah kering yang diolah dengan mengunakan cangkul atau bajak yang
diberi galangan atau pematang sedangkan pengairannya sangat tergantung pada hujan
3. Sawah irigasi
Adalah sejenis tanah yang digarap dengan sistem irigasi, tanah ini diolah dengan cara
memakai sumber air dari mata air atau sungai.
b. Ladang
Ada dua macam ladang yaitu:
1. Umo renah
Adalah ladang yang cukup luas yang terbentang pada sebidang tanah yang subur dan rata.
Tanah tersebut terdapat di pingir-pingir sungai dan dilereng-lereng bukit yang mendatar.
2. Umo talang
Adalah ladang yang dibuat orang di dalam hutan belukar yang letaknya jauh dari pedesaan,
dan biasanya pada umo talang orang akan membuat pondok yang biasa digunakan untuk
menungu panen tiba.
Ternyata dalam mereka melakukan hal dalam mata pencaharian ada memiliki adat
istiadat yang digunakan, contoh dalam anak undang nan dua belas terdapat ayat yang
menyatakan seperti ini, umo berkandang siang, ternak berkandang malam. Yang memiliki
arti adalah para petani harus menjaga sawah atau tanamannya pada siang hari, bagi yang
punya kerbau mengurung pada malam hari. Dan apabila tanaman padi petani dimakan atau
dirusak pada sinag hari maka pemilik ternak tidak dapat diminta ganti rugi, namun bila
tanamannya dirusak pada malam hari maka pemilik ternak dapat dimintai ganti rugi.***
dalam mengolah tanah orang jambi juga mengunakan cara yang tradisional seperti pengunaan
kincir air sebagai sistem perairan, cangkul, sabit, parang serta bajak kerbau.

**http://wennyastaria.blogspot.com/2009/04/kebudayaan-jambi.html
***www.wahanabudayaindonesia.com

Sedangkan penduduk daerah jambi terutama yang bermukim di sepanjang bantalan


sungai batanghari dan anak sungainya agaknya memahami benar bahwa air itu adalah sumber
kehidupan. Sehinga umumnya penduduk ini bermata pencaharian sebagai nelayan oleh
karena itu dikenal perkampungan nelayan adalah perkampungan yang berada di pingir pantai
dan di pingir sungai batanghari. Oleh karena itu, hampir setiap rumah penduduk di daerah ini
memiliki alat penangkapan ikan tradisional yang dikenal dengan: tanguk, sauk, jalo,
mentaben, guntang, geruguh, lukah, serkap, jelujur, onak, saruo, tamban, rawai, tiruk, lulung,
pukat hanyut, lenggian, sangkar ikan. Yang pada umumnya di buat sendiri dengan
mengunakan bahan-bahan yang tersedia dengan cara dan bentuk yang tradisional.
3. KERAJINAN
Provinsi Jambi sangat kaya akan kerajinan daerah, salah satu bentuk kerajinan
daerahnya adalah:
a. Anyaman
anyaman yang berkembang dalam bentuk aneka ragam. Kerajinan anyaman di buat dari
daun pandan, daun rasau, rumput laut, batang rumput resam, rotan, daun kelapa, daun nipah,
dan daun rumbia. Hasil anyaman ini bermacammacam, mulai dari bakul, sumpit, ambung,

katangkatang, tikar, kajang, atap, ketupat, tudung saji, tudung kepala dan alat penangkap
ikan yang disebut Sempirai, Pangilo, lukah dan sebagainya.
b. Tenun dan batik motif flora
Tenun dntenun yang sangat terkenal, yaitu tenunan dan batik motif flora. Batik biasa
kita tau kebanyakan berasal dari pulau Jawa. Namun sesungguhnya seni batik itu tak hanya
berada di pulau Jawa saja, beberapa daerah di Sumatera pun juga memiliki seni batik
tersendiri. Ini terbukti banyaknya hasil batik yang di hasilkan dari Jambi, baik buatan pabrik
maupun produksi rumah tangga. Produk batik dapat berkembang hingga sampai pada suatu
tingkatan yang membanggakan baik desain maupun prosesnya. Begitu pula dengan batik
yang ada tumbuh dan berkembang di daerah Jambi.
Pada zaman dahulu batik Jambi hanya dipakai sebagai pakaian adat bagi kaum
bangsawan/raja Melayu Jambi. Hal ini berawal pada tahun 1875, Haji Muhibat beserta
keluarga datang dari Jawa Tengah untuk menetap di Jambi dan memperkenalkan pengolahan
batik. Motif batik yang diterapkan pada waktu itu berupa motif motif ragam hias seperti
terlihat pada ukiran rumah adat Jambi dan pada pakaian pengantin, motif ini masih dalam
jumlah yang terbatas. Penggunaan motif batik Jambi, pada dasarnya sejak dahulu tidak
dikaitkan dengan pembagian kasta menurut adat, namun sebagai produk yang masih eksklusif
pemakaiannya dan masih terbatas di lingkungan istana.
Dengan berkembangnya waktu, motif yang dipakai oleh para raja dan keluarganya
saat ini tidak dilarang digunakan oleh rakyat biasa. Keadaan ini menambah pesatnya
permintaan akan kain batik sehingga berkembanglah industri kecil rumah tangga yang
mengelola batik secara sederhana.
Perkembangan batik sempat terputus beberapa tahun, dan pertengahan tahun 70-an
ditemukan beberapa lembar batik kuno yang dimiliki oleh salah seorang pengusaha wanita
Ibu Ratu Mas Hadijah dan dari sanalah batik Jambi mulai digalakkan kembali
pengembangannya. Salah seorang ibu yang turut juga membantu perkembangan pembatikan
di Jambi adalah Ibu Zainab dan Ibu Asmah yang mempunyai keterampilan membatik di
Seberang Kota.
Pada mulanya pewarnaan batik Jambi masih menggunakan bahan-bahan alami dari
tumbuh-tumbuhan yang terdapat di dalam hutan daerah Jambi, seperti :
Kayu Sepang menghasilkan warna kuning kemerahan.
2.
Kayu Ramelang menghasilkan warna merah kecokelatan.
3.
Kayu Lambato menghasilkan warna kuning.
4.
Kayu Nilo menghasilkan warna biru.
Warna-warna tersebut merupakan warna tradisional batik Jambi, yang mempunyai
daya pesona khas yang berbeda dari pewarna kimia.****
1.

c.

Ukir kayu betung


Merupakan kerajinan ukir kayu yang terdapat di Desa Betung. Kabupaten Batanghari.
Para pengrajin memanfaatkan produk kayu hutan yang banyak terdapat di Jambi. Jenis kayu
yang banyak dipakai sebagai bahan baku adalah rengas, meranti dan jelutung. Sebagian besar
produknya untuk perabot rumah tangga seperti meja, kursi dan tempat tidur.

4. KESENIAN
mengenai seni dapat di bagi kedalam:
a. seni tari

Seni tari daerah Jambi cukup banyak ragam serta coraknya, dimana pada tiap-tiap
daerah mempunyai ciri sesuai dengan keadaan daerah serta suku dalam kelompok masyarakat
adat yang bersangkutan. Dari sekian banyak corak dan ragamnya seni tari daerah Jambi,
namun sudah banyak pula yang hampir tidak dikenal bahkan dilupakan oleh lingkungan
masyarakat yang bersangkutan. Beberapa seni tari yang dikenal di Provinsi Jambi, yaitu:
a) Kota Jambi
Tari Sekapur Sirih
Tari ini diciptakan oleh Firdaus Chatab pada tahun 1962, kemudian ditata ulang oleh
OK Hendri BBA pada tahun 1967. tari ini digunakan untuk menyambut tamu yang dihormati
sebagai ungkapan rasa putih hati dalam menyambut tamu, dan ditarikan oleh penari remaja
putri
Tari Dana Sarah
Tari ini berasal dari pelayangan, yang sudah dimodifikasi yang berasal dari Seberang
Kota Jambi. Penciptanya tidak dikenal dan ditata ulang oleh Abdul Aziz pada tahun 1984.
Tari ini digunkan sebagai sarana dalam penyebaran agama islam, yang ditarikan oleh penari
putra dan putri.
Tari Serengkuh Dayung
Tari ni penciptanya tidak diketahui, namun telah ditata ulang oleh Aini Rozak pada
tahun 1990. tarian ini menggambarkan tentang perasaan searah setujuan, kebersamaan di
dalam segala sesuatunya, dan ditarikan hanya oleh penari putri.
-

b) Kabupaten Batang Hari dan Kabupaten Muaro Jambi


Tari Piring Jambi
Tari ini berasal dari Muara Tembesi yang diciptakan oleh Abdul Manan, kemudian
ditata ulang oleh OK Hendri pada tahun 1970. Tarian ini menggambarkan kelincahan muda
mudi dalam memainkan piring dan ditarikan oleh penari putra dan putri.
Tari Baselang
Pencipta tarian ini tidak dikenal, kemudian ditata ulang oleh Darwan Asri Tahun
1977. Tarian ini menceritakan tentang semangat kegotongroyongan masyarakat desa dan
ditarikan oleh penari putra dan putri.
c) Kabupaten Tanjung Jabung Barat & Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Tari Inai
Penciptanya tidak dikenal, kemudian ditata ulang oleh M.Arsyad dan Zainuddin pada
tahun 1992. tarian ini untuk menghibur mempelai wanita yang sedang memasang inai
dimalam hari, sebelum duduk dipelaminan, dan tarian ini ditarikan oleh remaja putra dan
putri.
Tari Sumbun
Pencipta tarian ini tidak dkenal, kemudian ditata ulang pada tahun 1989 oleh Rukiah
Effendi. Tarian ini menggambarkan para nelayan yang sedang mencari sumbun ditepian
pantai dengan lincahnya, ia memasukkan obat dalam sumbun. Tarian ini ditarikan hanya oleh
penari putri.
Tari Japin Rantau
Tari ini diciptakan oleh Darwan Asri dan ditata ulang tahun 1986 oleh Darwan Asri.
Tarian ini menggambarkan prikehidupan masyarakat dipesisir pantai, dan ditarikan oleh
remaja putri.
d) Kabupaten Bungo & Kabupaten Tebo

Tari Putri Teluk Kembang


Pencipta tarian ini tidak dikenal, dan tarian ini menggambatkan tentang keakraban
kehidupan masyarakat , dan ditarikan oleh penari putri.
Tari Cucu Ungko
Pencipta tarian ini tidak dikenal, dan tarian ini menggambarkan tentang usaha
masyarakat dalam menangkap binatang yang digemarinya. Tarian ini ditarikan oleh penari
putra dan putri.
Tari Tauh
Pencipta tari ini tidak dikenal, tarian ini menggambarkan tentang kegembiraan muda
mudi, dan ditarikan oleh penari putra dan putri.
e) Kabupaten Sarolangun & Kabupaten Bangko
Tari Kisan
Penciptanya tidak dikenal dan ditata ulang oleh Daswar Edi pada tahun 1980 dan
Darwan Asri tahun 1983. tarian ini menggambarkan kegiatan masyarakat dalam mengolah
padi menjadi beras, dan tarian ini dibawakan oleh penari remaja putri.
Tari Kromong
Pencipta tarian ini tidak dikenal, dan tarian ini menceritakan bagaimana wanita berhias,
dan dibawakan oleh penari putri
Tari Mengatur Berentak
Pencipta tarian ini tidak dikenal, dan kemudian ditata ulang oleh Zakaria pada tahun
1970. Tarian ini menggambarkan kegotongroyongan dalam menggarap sawah dan dibawakan
oleh penari putri.
f) Kabupaten Kerinci
Tari Mandi Taman
Penciptanya tidak dikenal dan ditata ulang oelh Baharudin BY pada tahun 1979.
Tarian ini menggambarkan rasa syukur ketika membawa anak turun mandi, yang dibawakan
oleh penari putri.
Tari Rangguk
Penciptanya tidak dikenal, ditata ulang oleh Iskandar Zakaria tahun 1977. Tarian ini
biasa ditarikan untuk menyambut tamu yang datang berkunjung, dan dibawakan oleh penari
putri.
Tari Rangguk Ayak
Pencipta tari ini tidak dikenal dan kemudian ditata ulang oleh Don Alwizar. Tari ini
menggambarkan kegembiraan sehabis panen dan ditarikan oleh penari putri)
tari rentak kudo
tari ini sangat populer di masyarakat Kerinci. Tari Rentak Kudo adalah tarian kesenian
khas budaya asli masyarakat Kerinci yang berasal dari daerah Hamparan Rawang Kabupaten
Kerinci, Jambi yang banyak diminati kalangan masyarakat di Kabupaten Kerinci.
Tarian ini dikenal sebagai "Rentak Kudo" karena gerakannya yang menghentakhentak seperti kuda. Tarian ini ditarikan di dalam perayaan yang dianggap sangat Latar
belakang
Tarian ini ditarikan di dalam perayaan yang dianggap sangat sakral oleh masyarakat
Kerinci. Tingginya penghormatan terhadap perayaan seni dan budaya Kerinci ini pada zaman
dahulu sangat kuat sehingga dipercaya bahwa dalam setiap pementasan seni budaya ini
getaran dan hentakan tari Rantak Kudo bisa terasa hingga jarak yang sangat jauh dari lokasi

pementasan. Tarian ini dipersembahkan untuk merayakan hasil panen pertanian di daerah
Kerinci yang secara umum adalah beras (padi) dan dilangsungkan berhari-hari tanpa henti.
Kadang bila dilanda musim kemarau yang panjang, masyarakat Kerinci juga akan
mementaskan kesenian ini untuk berdoa kepada Yang Maha Kuasa (menurut kepercayaan
mereka masing-masing). Tujuan dari pementasan tari ini umumnya adalah untuk melestarikan
pertanian dan kemakmuran masyarakat, untuk menunjukkan rasa syukur masyarakat Kerinci
baik dalam musim subur maupun dalam musim kemarau untuk memohon berkah hujan sakral
oleh masyarakat Kerinci. Tingginya penghormatan terhadap perayaan seni dan budaya
Kerinci ini pada zaman dahulu sangat kuat sehingga dipercaya bahwa dalam setiap
pementasan seni budaya ini getaran dan hentakan tari Rantak Kudo bisa terasa hingga jarak
yang sangat jauh dari lokasi pementasan.
Namun pada saat sekarang tari rantak kudo sudah umum dipakai, bahkan acara/
resepsi pernikahan pun tari rantak kudo ini sering digunakan di kalangan masyarakat untuk
suatu hiburan di suatu pernikahan.******
b. seni musik dan teater
1)

kelintang kayu

merupakan alat musik pukul khas Provinsi Jambi yang terbuat dari kayu. Dalam
memainkannya beriringan dengan alat musik talempong, gendang dan akordion. Pada zaman
jayanya alat musik ini dimainkan untuk kalangan bangsawan. Dalam pertunjukannya
didendangkan syair lagu-lagu betuah dan tarian khas Jambi.
2) Hadrah
Merupakan jenis kesenian jambi yang bernuansa islami, kesenian ini mengunakan
terbang atau rebana sebagai alat musiknya. Alat-alat tersebut ditabuh dan disertai nyanyian
dalam bahasa Arab, hadrah sering digunakan untuk mengiringi pengantin pria, menyambut
tamu dan acara-acara agama islam.
3) Dul muluk
Merupakan seni teater yang berkembang di kota Jambi dan Batanghari. Kesenian ini
sudah jarang ditampilkan. Sumber cerita berasal dari sahibul hikayat, satu kekhasan dari
pertunjukan ini adalah pada bagian tengah pangung ditempatkan satu meja.
Para pelakon beradegan setelah pelakon berdialog atau bernyanyi, mereka memukul
meja dengan mengunakan sebatang tongkat seiring irama musik. Pada bagian tertentu ada
tarian yang mengikutsertakan penonton sehinga membuat suasana semakin meriah.
4) Krinok
Adalah pepatah petitih yang isinya berupa pantun nasehat,agama, kasih sayang
kepahlawanan dan lain-lain. Dibawakan oleh seseorang dengan cara bersenandung,
sedangkan musiknya pada awalnya hanya mengunakan vocal yang dilakukan oleh si
pengkrinok (orang yang bersenandung). Oleh masyarakat petani ladang/petani sawah yang
umumnya berdomisili di daerah dataran rendah,kesenian rakyat (musik krinok) ini biasanya
dilakukan setelah mereka usai menjalankan aktivitas pertaniannya. Dimaksudkan untuk
mengatasi kejenuhan, pelepas lelah atau sebagai pelipur lara. Disamping itu sering juga
dilaksanakan pada saat menunggu hasil panen, sambil menjaga tanaman mereka dari
serangan burung, tikus, babi, dan lain-lain. Bila sudah tiba saatnya panen biasanya pada
malam harinya mereka mengadakan pertemuan di suatu tempat yang telah ditentukan untuk
melangsungkan acara krinok-an. Acara ini akan dihadiri oleh ibu-ibu dengan membawa anak
gadisnya, juga dihadiri oleh sejumlah anak-anak bujang, selama acara berlangsung,
bujang/gadis saling melempar pantun. Pantun-pantun tersebut diungkapkan secara
bersenandung yang disebut krinok. Tradisi semacam ini sampai sekarang masih dilakukan

oleh masyakat setempat, seperti yang penuh diamati di Dusun Rantau Pandan yang jaraknya
lebih kurang 40 km dari pusat kota Muoro Bungo.
c.

Seni Sastra
Salah satu seni sastra yang berkembang di Jambi yaitu sastra Lisan Kerinci. Seni ini
berkembang dalam budaya masyarakat kerinci. Bentuk-bentuknya antara lain puisi, pantun,
prosa, prossa liris dan kunaung-kunaung adalah merupakan perpaduan cerita lagu dan
ekspresi penceritanya. Pada umumnya cerita berisi nasihat, pendidikan moral, petuah, kisahkisah rakyat dan pelipur lara.

BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Jambi adalah salah satu suku di Indonesia yang terletak di kepulauan Sumatra.
Banyak yang tidak mengetahui bahwa Jambi juga mempunyai banyak hal-hal menarik yang
dapat dijadikan berita utama, tetapi amat disayangkan bahwa yang sering sekali di
ekplorasi adalah wilayah-wilayah tetangganya; seperti Sumatra Barat (Padang) dan Sumatra
Utara (Batak).
Provinsi Jambi yang memiliki penghuni berlatar Melayu. Memilki kebudayaan yang
sangat khas. Merupakan pengaruhnya adalah latar belakang sejarah jambi itu sendiri. Ada
berbagai unsur kebudayaan yang dirasa perlu untuk dilestarikan. Sebagai bentuk kesadaran
akan kebudayaan yang ada pada tanah air kita, agar dapat bersaing dengan kebudayaan luar.
Kebudayaan melayu jambi berisikan perpaduan antara unsur budaya melayu jambi
antara lain animisme dan dinamisme, melayu buddhis dan unsur budaya melayu Islam.
Namun tidak menghilangkan ciri-ciri asli.

2. SARAN
Adapun saran yang dapat pemakalah berikan adalah kita sebagai masyarakat Jambi
bagaimana cara untuk melestarikan atau memperkenalkan budaya Jambi itu sendiri, bahwa
banyaknya terdapat unsur-unsur kebudayaan itu sendiri yang sangat menarik dan bisa untuk
dijadikan berita utama.
Baiklah, sebagai penutup tentu masih banyak terdapat kekurangan dalam makalah ini,
untuk itu kami merasa perlunya kritik dan saran yang membangun untuk koreksi makalah ini,
karena sesuatu itu terdapat kekurangan.

Anda mungkin juga menyukai