Anda di halaman 1dari 60

Ilmu Negara

Fakultas Hukum

Universitas Maarif Hasyim Latif


2017
Bab 1
Pendahuluan

Istilah Negara dterjemahkan dari kata-kata asing Staat (bahasa Belanda dan
Jerman); State (bahasa Inggris); Etat (bahasa perancis). Istilah Staat
mempunyai sejarah sendiri, dipergunakan dalam abad ke-15 di Eropa Barat.
Anggapan umum staat itu dialihkan dari kata Latin status atau statum
(tegak/tetap).
Niccolo Machiavelli, bapak Ilmu Politik Modern, dalam bukunya The Prince,
memulai dengan kalimat: “Semua negara (stati) dan bentuk-bentuk
pemerintahan yang pernah ada dan yang sekarang menguasai manusia
adalah republik dan kerajaan.” Machiavelli yg pertama memperkenalkan
istilah lo stato dalam kepustakaan Ilmu Politik.
Kata “Negara” mempunyai dua arti. Pertama, negara adalah masyarakat
atau wilayah yg merupakan satu kesatuan politis. Kedua, negara adalah
lembaga pusan yang menjamin kesatuan politis itu, yang menata dan
dengan demikian menguasai wilayah itu.
Sementara dalam Ilmu Politik, istilah “negara” adalah agency (alat) dari
masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-
hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala-gejala
kekuasaan dalam masyarakat.
Istilah “Ilmu Negara” diambil dari istilah bahasa Belanda Staatsleer yg
diambilnya dr istilah bahasa Jerman, Staatslehre. Dalam bahasa Inggris
disebut Theory of State atau The General Theory of State atau Political
Theory, sedang dalam bahasa Prancis dinamakan Theorie d’etat.
Ilmu Negara, sebagai istilah teknik, akibat hasil penyelidikan sarjana Jerman,
George Jellinek, yang juga disebut sbg bapak Ilmu Negara.
Ilmu Negara adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki asas-asas pokok dan
pengertian-pengertian pokok tentang Negara dan Hukum Tata Negara.
George Jellinek membagi Ilmu Negara: (1) Ilmu Negara dalam arti sempit
(staatswissenschften); (2) Ilmu Pengetahuan Hukum (rechtswissenschaften),
yakni HTN, HAN, H. Pidana, dsb.

Ilmu Negara dalam arti sempit


1. Berschreibende Staatswissenchaft: Sifat ilmu kenegaraan ini adalah
deskriptif yg hanya menggambarkan dan menceritakan peristiwa-
peristiwa yg terjadi yg berhubungan dg negara.
2. Theoretische Staatswissenschaft: Melanjutkan penelitian dr bahan-
bahan Beschrebende Staatswissenschaft dg mengadakan analisis-
analisis dan memisahkan mana yg mempunyai ciri-ciri yg khusus. Lalu
menyusun hasil-hasil penyelidikannya dlm satu kesatuan yg teratur
dan sistematis. Inilah Ilmu kenegaraan sbg ilmu pengetahuan yg
sebenarnya.
3. Praktische Staatswissenschaft: Ilmu pengetahuan yg mencari upaya
bagaimana hasil Theoritische Staatswissenschaft dpt dilaksanakan dlm
praktik dan berguna utk tujuan praktik.
4. Negara juga menjadi objek kajian HTN dan HAN, yg menitikberatkan pd
pengertian yg konkret. Artinya objek negara itu terikat pada tempat,
keadaan, dan waktu tertentu.
5. Sistematika Ilmu Negara, dalam bukunya George Jellinek: Allgemeine
Staatslehre:
6. Staatswissenschaften (Ilmu Negara dalam arti luas)
7. Staatswissenschaftten (dalam arti sempit)
Rechtswissenschaften (I. Peng. Hk)
8. Theoretische Sw (Staatslehre) - Theoretiche Sw (Staatslehre) –
Practische Sw
9. Algemeine Staatslehre (Ilmu Negara Umum) Besondre Staatslehre
(Ilmu Negara Khusus
10. Allgemieine Soziale SL Allgemeine Staatsrecht Lehre
Spezialle SL Individualle SL

Algemeine Soziale Staatslehre terdiri dari:


1) Teori mengenai sifat hakikat negara;
2) Teori mengenai pembenaran hukum/penghalalan negara;
3) Teori mengenai terjadinya hukum negara;
4) Teori mengenai tujuan negara;
5) Teori mengenai penggolongan tipe-tipe negara.
Algemeine Staatsrecht Lehre terdiri dari:
1) Teori mengenai bentuk negara dan bentuk pemerintahan;
2) Teori mengenai kedaulatan;
3) Teori mengenai unsur negara;
4) Teori mengenai fungsi negara;
5) Teori mengenai konstitusi;
6) Teori mengenai lembaga perwakilan;
7) Teori mengenai alat-alat perlengkapan negara;
8) Teori mengenai sendi-sendi pemerintahan;
9) Teori mengenai kerja sama antar negara

Hubungan ilmu negara dg ilmu politik


Hoetink mengatakan bahwa ilmu politik adalah semacam sosiologi drpd
negara. Ilmu Negara dan HTN menyelidiki kerangka yuridis drpd negara,
sedang Ilmu Politik menyelidiki bagiannya yang ada di sekita kerangka itu.
Perbedaan Ilmu Negara dg Ilmu Politik adl Ilmu Negara menitikberatkan pd
sifat-sifat teoretis ttg asas-asas pokok dan pengertian-pengertian pokok ttg
negara, karena itu kurang dinamis. Sedang Ilmu Politi lebih menitikberatkan
kepada faktor-faktor yg konkret terutama berpusat kpd gejala-gejala
kekuasaan, baik mengenai organisasi negara maupun yg mempengaruhi
pelaksanaan tugas-tugas negara, oleh sebab itu lebi dinamis dan hidup.

Hubungan Ilmu negara dg ilmu htn


Ilmu Negara merupakan Ilmu Pengetahuan yg menyelidiki pengertian-
pengertian pokok dan sendi-sendi pokok negara dapat memberikan dasar-
dasar teoritis yg bersifat umum utk HTN.
Ilmu Negara memberikan dasar-dasar teoritis utk HTN yg positif. HTN
merupakan penerapan di dalam kenyataan-kenyataan konkret dr bahan-
bahan teoritis yg dihasilkan oleh Ilmu Negara. Ilmu HTN sbg applied scince
yg disediakan oleh pure science Ilmu Negara.

Definisi negara
Aristoteles: Negara adl persekutuan drpd keluarga dan desa guna
memperoleh hidup yg sebaik-baiknya (dalam Politica);
Augustinus: Membagi negara atas Civitas Dei (negara Tuhan) dan Civitas
Terrena/Civitas Diaboli (Negara duniawi/negara iblis);
Machiavelli: Negara adalah negara kekuasaan, berpusat pada raja.
Thomas Hobbes, John Locke, dan JJ. Rosseau: Negara terbentuk melalui
perjanjian masyarakat;
Harold J.Laski: Negara adalah suatu masyarakat yg diintegrasikan karena
mempunyai wewenang yg bersifat memaksa dan sah lebih agung daripada
individu atau kelompok yg merupakan bagian dr masyarakat itu.
Max Weber: Negara adalah satu-satunya lembaga yg memiliki keabsahan utk
melakukan tindakan kekerasan thd warganya.
Robert m. Mac Yver: negara adalah asosiasi yg menyelenggarakan
penertiban di dalam suatu masyarakat dalam suatu wilayah berdasarkan
sistem hukum yg diselenggarakan oleh suatu pemerintah yg utk maksud tsb
diberi kekuasaan memaksa.
Logeman: Negara sbg organisasi kewibawaan. Kewibawaan yg menyebabkan
negara sbg organisasi dpt hidup abadi, tidak tergantung kepada siapa yang
memerintahkannya.
Kranenburg: Negara sebagai suatu organisasi yg timbul karena kehendak dr
suatu golongan/bangsanya sendiri.

Konsep Islam:
a. Daulah (dinasti): sistem kekuasaan yg berpuncak pd pribadi yg didukung
keluarga (clan).
b.Khilafah: kekuasaan berasan dari konsensus (ijma’) dan bemberian
legitimasi (bay’ah);
c. Hukumah: kekuasaan lebih berhubungan dg sistem pemerintahan,
mencakup wewenang politik dan hukum.
d. Imamah/Khilafah: kepemimpinan umum bagi kaum muslimin di dunia utk
menegakkan hukum-hukum syari’at Islam dan mengemban dakwah Islam
kesegenap penjuru dunia.
e. Kesultanan: Wewenang.

Bab 2
unsur-unsur negara

Pasal 1
Montevideo (Pan American) Convention on Rights and Duties of States of
1933, menyebut unsur-unsur negara sebagai berikut:
1. A permanent population;
2. A defined territory;
3. A government; and
4. A capacity to enter into relations with other states.

A. Penduduk/Rakyat Tertentu.
Maksud dari Rakyat adalah sekumpulan manusia dari kedua jenis kelamin yg
hidup bersama sehingga merupakan masyarakat, meskipun mereka ini
mungkin berasal darii keturunan, kepercayaan, dan kulit yg berlainan. Syarat
penting utk unsur ini yaitu rakyat atau masyarakat ini harus terorganisasi
dengan baik (organized population).

Istilah yg erat pengertiannya dengan “Rakyat”:


1. Rumpun: Sekumpulan manusia yg merupakan suatu kesatuan krn
mempunyai ciri-ciri jasmaniah yg sama, seperti: kulit, rambut, bentuk
badan atau muka;
2. Bangsa: Sekumpulan manusia yg merupakan satu kesatuan karena
mempunyai persamaan kebudayaan, seperti: bahasa, adat kebiasaan,
agama;
3. Natie: Sekumpulan manusia yg merupakan suatu kesatuan karena
mempunyai satu kesatuan politik yang sama.
Nasionalisme adl suatu gerakan sosial, suatu aliran rohaniah yg
mempersatukan rakyat ke dalam natie, yg membangkitkan masa ke dalam
keadaan politik dan sosial yang aktif (Ernest Renan).
Nasionalisme memiliki 2 makna, sebagai sentimen dan sebagai bentuk
gerakan (Ernest Gellner).

Penduduk/Rakyat tertentu
Hak Warga Negara dari Negara:
1. Status Positif, yakni memberi hak kepada warga negera untuk
menuntut tindakan positif drpd negara mengenai perlindungan atas
jiwa, raga, milik, kemerdekaan, dsb.
2. Status Negatif, yakni memberi jaminan kepada warga negara bahwa
negara tidak boleh campur tangan terhadap hak-hak asasi warga
negaranya;
3. Status Aktif, yakni memberi hak kepada setiap warga negara untuk
ikut serta dalam pemerintahan;
4. Status Pasif, yakni kewajiban bagi setia warga negara untuk menaati
dan tunduk kepada segala perintah negaranya.(Moh. Kusnardi dan
Bintan R. Saragih).

Kewarganegaraan
Ada 2 Asas Kewarganegaraan:
1. Asas Ius Sanguinas (law of the blood), yaitu suatu asas yang
menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan,
bukan berdasarkan negara tempat kelahiran;
2. Asas Ius Soli (law of the soil), yaitu suatu asas yg menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan tempat kelahiran.
Sedang Campuran dari 2 asas itu bilamana dua asas itu sekaligus
diperlakukan. Hal ini terjadi bila ditemukan kesulitan-kesulitan yg dpt
membawa akibat seseorang memperoleh kewarganegaraan lebih dari satu
atau tidak berkewarganegaraan sama sekali (a patride).
Dwi kewarganegaraan dan tanpa kewarganegaraan
1. Dwi Kewarganegaraan: Menurut syarat kewarganegaraan Inggris
seorang yg dilahirkan di dalam wilayah Inggris sebagai British Citizen
walaupun orang tuanya itu berwarga negara Belanda dan menurut
kewarganegaraan Belanda, seorang yg diturunkan oleh orang Belanda
menjadi orang Belanda walaupun dilahirkan di luar wilayah negeri
Belanda.Dengan demikian timbul keadaan bahwa orang mempunya
dua macam kewarganegaraan;
2. Tanpa Kewarganegaraan: Menurut syarat kewarganegaraan Inggris
seorang yang dilahirkan di luar wilayah United Kingdom dari keluarga
British Citizen dan setelah 20 tahun tdk melaporkan diri ttg
kewarganegaraan pada perwakilan Inggris setempat dan batas waktu
untuk melaporkan itu sudah lewat 12 bulan, maka orang itu akan
kehilangan kewarganegaraannya sebagai British Citizen dan juga tidak
memiliki kewarganegaraan lain sehingga ia menjadi tanpa
kewarganegaraan atau a patride (stateless).

B. Wilayah
Wilayah Tertentu (a defined territory) ialah batas wilayah dimana kekuasaan
negara itu berlaku. Batas-batas negara yang benar secara faktual belum
tentu benar secara yuridis, seperti apabila suatu wilayah diduduki musuh
dan pemerintahannya dalam pengasingan (in exile), atau karena suatu suatu
sebab tidak dapat menjalankan kekuasaan dalam wilayah negaranya,
misalnya pemerintahan Palestina yang pernah berkedudukan di Kairo
(Mesir)--- (Bagir Manan).
Unsur rakyat maupun wilayah tidak ada batasnya, baik jumlah penduduk
maupun luas daerahnya, seperti Nauru, yg mempunyai penduduk 10.000
orang, luas negerinya hanya mill persegi. Vatikan lebih kecil lagi.
Dalam praktik negara dan putusan pengadilan serta arbitrase ditetapkan
bahwa utk menjadi negara tidaklah perlu memiliki wilayah yg tetap atau
memiliki batas-batas yg tidak dalam sengketa, seperti Israel yg
memproklamasikan diri pada 14 Mei 1948. Dalam putusan pengadilan, lahir
prinsip bahwa suatu negara dpt diakui asal memiliki wilayah berapapun
besarnya.
Karena keadaan tertentu, suatu negara tetap diakui sebagai subjek hukum
Internasional, meskipun negara tdk memiliki wilayah yg tetap atau tdk
mempunyai wilayah tertentu, seperti Palestina setelah wilayahnya diserobot
Israel. Palestina diakui oleh banyak negara, membuka kantor perwakilan,
serta turut serta dalam konferensi-konferensi Internasional dan perjanjian-
perjanjian internasional.
Pada masa lampau laut sejauh 3 mil dari pantai (sesuai dg jarak tembak
meriam) dianggap sebagai perairan teritorial yg dikuasan sepenuhnya oleh
negara tersebut, namun kini jarak peluru missile lebih dari itu , sehigga
beberapa negara (termasuk Indonesia) mengusulkan agar perairan teritorial
diperlebar menjadi 12 mil.
Penambangan minyak serta mineral lain di lepas pantai/landas benua
(continental self) , beberapa negara menuntut mengusulkan 200 mil sebagai
economic zone, termasuk menangkap ikan dan kegiatan ekonomi lainnya.
Perbatasan wilayah masih menjadi permasalahan, apakah perbatasan
alamiah (laut, sungai, gunung), atau apakah negara tdk mempunyai hub dg
laut sama sekali (land locked), atau apakan negara itu merupakan benua
atau nusantara. Seperti Indonesia dengan gagasan “Wawasan Nusantara”,
bahwa semua perairan antara pulau-pulau beserta selat dan muara sungai
dianggap perairan pedalaman (internal waters), dimana kedaulatan
Indonesia berlaku sepenuhnya.

c. Pemerintah yang berdaulat


Setiap negara mempunyai organisasi yg berwenang utk merumuskan dan
melaksanakan keputusan-keputusan yg mengikat bg seluruh penduduk di
dalam wilayahnya.
Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi utk membuat UU dan
melaksanakannya dg semua cara (termasuk paksaan) yg tersedia.
1. Kedaulatan ke dalam (internal sovereignty): Kekuasaan tertinggi utk
memaksa semua penduduknya agara menaati UU serta peraturan-
peraturannya.
2. Kedaulatan ke luar (external sovereignty): Kekuasaan tertinggi utk
mempertahankan kemerdekaannya thd serangan-serangan dr negara
lain dan mempertahankan kedaulatan ke luar.
3. Kedaulatan merupakan suatu konsep yuridis, dan konsep kedaulatan
tdk selalu sama dg komposisi dann letak kekuasaan politik.
4. Pemerintah harus diartikan luas yg mencakup semua badan-badan
negara. Pemerintah yg berkuasa hrs diakui oleh rakyatnya, karena pd
hakikatnya pemerintah merupakan pembawa suara rakyat.
5. Menurut Lauterpacht, pemerintah merupakan syarat yg utama utk
adanya suatu negara. Jika faktanya pemerintah tsb ternyata secara
hukum atau secara faktanya menjadi negara boneka atau negara
satelit daru suatu negara lainnya, maka negara tsb tdk dpt
digolongkan sbg negara.
6. Kasus Aaland-islands, lahirnya negara Finlandia (1917), ICJ
menyatakan bahwa Pemerintah Finlandia menjadi suatu negara pada
waktu organisasi politik menjadi stabil, namun waktu perang/konflik
berakhir atau tentara asing meninggalkan wilayah tersebut.
7. Pengakuan negara lain sering berdasarkan atas kestabilan dan
efektifitas pemerintah.
8. Menurut Bagir Mana, keberadaan negara sebagai kenyataan, tidak
digantungkan pada kemampuan berhubungan dg negara lain. Yang
lebih utama adl kemampuan menjalankan pemerintahan secara efektif
dalam wilayah negara yg bersangkutan. Kemampuan mengadakan
hubungan dengan negara lain, bukan merupakan syarat konstitutif
keberadaan negara.

D. Kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain


Unsur ini bukan merupakan syarat mutlak bagi adanya suatu negara, karena
unsur ini bukan merupakan unsur pembentuk bagi badan negara melainkan
hanya bersifat menerangkan saja tentang adanya negara. Jadi hanya
deklaratif, bukan konstitutif. Contoh: USA proklamasi kemerdekaan th 1776,
baru diakui Inggris th 1873; Indonesia pd 17-8-1945, baru diakui Belanda
1949.
Ada 2 Teori tentang Pengakuan Negara:
1. Declaratory Theory/Evidentiary Theory/ Teori Deklaratif: apabila semua
unsur-unsur negara telah dimiliki oleh suatu masyarakat politik, maka
dengan sendirinya ia telah merupakan sebuah negara dan harus
diperlakukan secara demikian oleh negara-negara lain. Pengakuan
hanya bersifat “pencatatan” saja.
2. Constitutive Theory: walaupun unsur-unsur kenegaraan telah dimiliki
oleh suatu masyarakat politik, namun tidaklah ia secara otomatis dpt
diterima sbg negara di tengah-tengah masyarakat internasional.

Menurut J.G. Starke


Unsur/persyaratan Kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan
negara lain, adalah yang paling penting dari segi hukum internasional. Ciri
ini yang membedakan negara dengan unit-unit yang lebih kecil seperti
anggota-anggota federasi atau protektorat-protektorat yang tidak
menangani sendiri urusan luar negerinya da tidak diakui oleh negara-negara
lain sebagai anggota masyarakat internasional yang mendiri.
R.C. Hingorani, berpendapat bahwa unsur ini bukan saja penting tetapi juga
menjadi suatu keharusan (a must) bagi suatu negara untuk memperoleh
keanggotaan masyarakat internasional. Dengan status itu, negara tsb
independen dlm mengatur masalah-masalah dalam dan luar negerinya.
Montevideo Convenstion mensyaratkan hal tsb, konsep negara adl negara
sbg subjek hukum internasional. Maka negara tsb hrs mampu melakukan
hub internasional dg negara lain. Apakah negara dimaksud adalah negara
merdeka?
Tampaknya tidak harus negara merdeka, negara yang belum merdeka
seperti dominion, negara mandat, atau negara di bawah perwalian (trust)
termasuk pengertian negara sbg subjek hukum internasional. Walaupun
masih terbatas, negara-negara tersebut memiliki kemampuan dan dapat
melakukan hubungan dengan negara lain.
Negara Dominion merupakan bentuk negara yang khusus dalam lingkungan
kerajaan Inggris, negara yg tadinya merupakan jajahan Inggris yg telah
merdeka dan berdaulat, serta mengakui Raja Inggris sebagai rajanya
(lambang persatuan). Negara-negara dominion tergabung dalam The
Commonwealth of Nations (Negara-negara persemakmuran), yakni:
Malaysia, Singapura, India, dan Australia.
Negara Mandat adalah suatu negara yg semula merupakan jajahan negara
yg kalah dalam Perang Dunia I dan diletakkan di bawah perlindungan suatu
negara yang menang perang dengan pengawasan dari Dewan Mandat LBB,
seperti Syria, Lebanon, Palestina, Togo, Kamerun, dan Afrika Barat Daya.
Adalah suatu negara yg sesudah perang dunia kedua diurus oleh beberapa
negara di bawah Dewan Perwalian dari PBB. Konsep perwalian ditekankan
kepada negara-negara pelaksana administrasi,
Ada juga negara Protektorat, yakni suatu negara yg ada di bawah
perlindungan negara lain yg lebih kuat. Negara Protektorat tdk dianggap sbg
negara merdeka karena tidak memiliki hak penuh untuk menggunakan
hukum nasionalnya, seperti Monaco sebagai protektorat Prancis.
Bab 3
teori asal mula negara

A. Pandangan Pemikir Barat


Ada 2 golongan besar:
1/ Teori-teori yang spekulatif;
2/ teori-teori yang historis atau evolusionistis.

1. Teori-teori spekulatif terdiri dari:


a/ Teori Perjanjian Masyarakat;
b/ Teori Teokratis;
c/ Teori Kekuatan;
d/ Teori Patriarkal;
e/ Teori Organis;
f/ Teori Daluwarsa;
g/ Teori Alamiah; dll.

a/ Teori Perjanjian Masyarakat:


Teori Perjanjian Masyarakat (Kontrak Sosial) menganggap perjanjian sbg
dasar negara dan masyarakat. Teori ini dianggap tertua dan terpenting.
Persetujuan angota masyarakat bs dinyatakan scr tegas (expressed) atau
diam-diam (tacitly assumed). Teori perjanjian masyarakat dipisahkan dlm 2
zaman: zaman sebelum manusia bernegara (Staatlosen Zustand) dan
sesudah manusia bernegara (Staatzustand).
Tokoh-tokoh teori penjanjian masyarakat:
1. Hugo de Groot (Grotius): Sebelum ada negara, kehidupan rakyat pada
suku-suku primitiv misalnya, sangat kacau. Masyarakat menjadi tdk
tertib, kemudian didirikan negara, dengan kekuasaan mutlak
(Kedaulatan Negara).
2. Thomas Hobbes: Manusia tdk sejak semula berhakikat sosial. Sebelum
negara didirikan, manusia hidup dlm keadaan pra masyarakat/keadaan
alamiah (state of nature), hidup dalam ketakutan, homo homini lupus
(Manusia adl srigala bagi srigala yg lain), bellum omnium contra
omnes (perang antara semua melawan semua). Lalu ada perjanjian
masyarakat membentuk kesaturan individu-individu melalui pactum
uniones. Kolektivitas menyerahkan hak-hak dan kekuasaannya kepada
raja dalam pactum subjektiones tanpa syarat apapun. Raja sama sekali
diluar perjanjian, raja memiliki kekuasaan mutlah setelah hak-hak
rakyat diserahkan kepadanya (monarchie absolut).
3. . John Locke: Fase pertama adl pactum unionis, lalu permufakatan
berdasarkan suara terbanyak, kemudian ada pactum subjektionis.
Perjanjian Asali (original compact) punya implikasi penting. Pertama,
Kekuasaan negara sejauh yg didelegasikan oleh warga negara.
Kekuasaan negara terbatas dan tdk mutlak. Wewenang negara bkn
langsung dari Tuhan, melainkan dari masyarakat. Kedua, motivasi
manusia utk mendirikan negara, yaitu menjamin hak-hak asasinya,
terutama miliknya, menjadi tujuan negara.
4. 4. Jean Jackues Rouseau: hanya mengenal satu perjanjian saja, yakni
pactum unionis, perjanjian masyarakat yg sebenarnya. Tidak mengenal
pactum subjektionis yg membentuk pemerintah yg ditaati. Pemerintah
tdk mempunyai dasar kontraktual, hanya organisasi politik yg dibentuk
dg kontrak. Pemerintah sbg pimpinan organisasi dibentuk dan
ditentukan oleh yg berdaulat dan merupakan wakil-wakilnya, yg
berdaulat adl rakyat seluruhnya melalui kemauan umum. J.J Rouseau
adl Peletak dasar Kedaulatan Rakyat.

Teori Ketuhanan
Doktrin ketuhanan lahir sbg kontroversi kekuasaan politik abad pertengahan.
Kaum Monarchomach (berpendapat raja yg tiran dpt diturunkan dan
dibunuh, sumber kekuasaan adl rakyat). Sedang raja-raja menganggap
sumber kekuasaan mereka diperoleh dari Tuhan. Negara dibentuk oleh
Tuhan dan para pemimpinnya ditunjuk oleh Tuhan. Raja-raja hanya
bertanggung-jawab kepada Tuhan, tidak kepada siapapun.
Teori Ketuhanan ada 2: 1/ Teori Ketuhanan Langsung, yakni bahwa utk
menunjukkan bahwa yg berkuasa dlm negara itu adl langsung oleh Tuhan; 2/
Teori Ketuhanan tidak langsung, yakni bukan Tuhan sendiri yg memerintah
melainkan raja atas nama Tuhan. Raja memerintah atas kehendak Tuhan
sbg karunia. Doktrin ini membuat kekuasaan raja mendapatkan sifatNya yg
suci (“Ketuhanan”), sehingga pelanggaran thd kekuasaan raja merupakan
pelanggaran thd Tuhan.

Teori kekuatan
Dalam Teori Kekuatan Negara yg pertama adl hasil dominasi dr kelompok yg
kuat thd kelompok yg lemah. Negara terbentuk dari penaklukan dan
pendudukan. Etnis kelompok yg lebih kuat atas kelompok etnis yg lebih
lemah, sbg proses pembentukan negara.
Menurut Machiavelli, seorang raja hrs kuat utk mengatasi kekacauan yg
dihadapi negara, ia dpt mempergunakan segala alat yg menguntungkan
baginya. Kalau perlu alat yg dipergunakan boleh melanggar
perikemanusiaan.
Marx menganggap negara adl alat kekuasaan bagi segolongan manusia utk
menindas golongan manusia lainnya utk mencapai tujuannya. Ada
pertentangan kelas di dalam masyarakat krn ada perbedaan kekuatan
ekonomi, yakni ekonomi kuat dan lemah, pertentangan kelas ditujukan utk
merebut kekuasaan negara, sebab negara adl alat kekuasaan.

Teori Patriarkal
Bahwa ayah yg berkuasa dlm keluarga dan garis keturunan ditarik dari pihak
ayah. Keluarga berkembang biah dan terjadi beberapa keluarga yg
semuanya dipimpin oleh (ayah) kepala keluarga induk. Lambat laun
keluarga-keluarga merupakan kesatuan etnis yg besar dan terjadilah suku
patriarkal (gens) yg pertama. Kepala suku merupakan primus inter pares
(sistem pemilihan seorang pemimpin atau kepala adat atau kepala suku yg
cara pelaksanaannya berdasarkan kelebihan fisik dan spiritual), sampai saat
dibentuk semacam pemerintahan yg disentralisasi. Suku-suku inilah yg
menjadi persekutuan-persekutuan etnis yg bercorak ragam, dan inilah benih
pertama dari negara. Negara adl perkelompokan beberapa suku.

Teori organis
Negara dipersamakan dg makhluk hidup, manusia atau binatang. Individu
merupakan komponen-komponen negara dianggap sbg sel-seo dari makhluk
hidup itu.
Nicholas da Cusa (1401-1464): kehidupan korporal dari negara dpt
disamakan dg anatomi makhluk hidup, yakni bahwa pemerintah dpt
disamakan sbg tulang belulang manusia, UU sbg urat syaraf, raja sbg kepala,
dan para individu sbg daging makhluk hidup. Fisiologi negara sama dg
fisiologi makhluk hidup dg kelahirannya, pertumbuhan, perkembangan, dan
kematiannya.

Teori patrimonial
Raja mempunyai hak milik thd daerahnya, maka semua penduduk di
daerahnya hrs tunduk kepadanya. Hak memerintah dan menguasai timbul dr
pemberian tanah. Dalam keadaa perang, raja-raja menerima bantuan dr
kaum bangsanwan utk mempertahankan negaranya dr serangan musuh. Jika
perang selesai dg kemenangan, para bangsawan yg membantu mendapat
sebidang tanah sbg hadiah. Sehingga mereka mendapat hak utk memerintah
thd semua yg ada di atas tanah itu.

Teori alamiah
Pertama kali dikemukakan oleh Aristoteles, Negara adl ciptaan alam. Kodrat
manusia membenarkan adanya negara, karena manusia pertama-tama adl
makhluk politik dan baru kemudian makhluk sosial. Katena kodrat itu, maka
manusia ditakdirkan utk hidup bernegara.
Negara adl organisasi yg rasional dan etis yg memungkinkan manusia
mencapai tujuannya dlm hidupnya, utk mencapai yg baik dan adil.
Aristoteles meliha tujuan negara adl dalm memberikan dan
mempertahankan hidup yg baik bagi indvidu yg merupakan komponen-
komponen dr negara.

Teori historis
Teori Historis/Evolusionistis/Gradualistic Theory ialah bahwa lembaga-
lembaga sosia tdk dibuat, tp tumbuh scr evolusioner sesuai dg kebutuhan-
kebutuhan manusia. Sebagai lembaga sosial yg diperuntukkan guna
memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia, maka lembaga-lembaga itu tdk
luput dr pengaruh tempat, waktu, dan tuntutan-tuntutan zaman.

Pandangan pemikir islam


1. Ibnu Abi Rabi’: bahwa manusia tdk mgkn dpt mencukupi kebutuhan
alaminya sendiri tanpa bantua yg lain, shg mereka saling memerlukan.
Hal ini menduorong mereka saling membantu dan berkumpul serta
menetap di satu tempat. Dari proses demikianlah maka tumbuh kota-
kota;
2. Al-Farabi: bahwa manusia adl makhluk sosial, makhluk yg mempunyai
kecenderungan alami utk bermasyarakat, krn tdk mampu memenuhi
sgl kebutuhannya sendiri tanpa bantuan atau kerja sama dg pihak lain.
Adapun tujuan bermasyarakat tdk semata-mata utk memenuhi
kebutuhan pokok hidup, tetapi jg utk menghasilkan kelengkapan hidup
yg akan memberikan kpd manusia kebahagiaan, tdk sj materiil, ttp jg
spiritual, tdk sja di dunia, ttp jg di akhirat nanti.
3. Al-Mawardi: Perbedaan bakat, pembawaan, dan kemampuan antara
manusialah yg mendorong bg mereka utk saling membantu. Hal itu
mendorong manusia utk bersatu, lalu akhirnya sepakat utk mendirikan
negara. Hub kepala negara dan rakyat adl hub dua pihak peserta
kontrak sosial antara 2 pihak yg menimbulkan hak dan kewajiban.
4. Imam Ghazali: Manusia itu makhluk sosial. Ia tidak dpt hidup sendirian,
yg disebabkan oleh 2 faktor: pertama, kebutuhan akan keturunan demi
kelangsungan hidup umat manusia, hak itu hanya mungkin melalui
pergaulan antara laki-laki dan perempuan serta keluarga; dan kedua,
saling membantu dalam penyediaan bahan makanan, pakaian, dan
pendidikan anak. Manusia demi kesehatan dan keamanannya dia
memerlukan tempat tinggal atau rumah yg kokoh utk melindungi dr
udara panas, udara dingin, hujan, dan gangguan org-org yg jahat atau
pencuri dan serangan dr luar. Utk itu perlu kerjasama dan saling
membantu antar sesama manusia. Akhirnya kebutuhan itu lahirlah
negara.
5. Ibnu Khaldun: Adanya organisasi kemasyarakatan merupakan suatu
keharusan bg hidup manusia. Manusia diciptakan oleh Tuhan dlm
bentuk dan keadaan yg hanya mungkin hidup dan bertahan dg
bantuan makanan, demikian pula dg keamanan, yg keduanya tdk
mgkn dipenuhi sendirian, hrs ada kerja sama.

Bab 4
Tujuan dan Fungsi Negara

A.Tujuan Negara
Pembahasan tujuan dan fungsi negara secara inplisit mengadakan
pemisahan warga negara ke dalam 2 golongan:
1/ golongan yg menetapkan tujuan dan yang melaksanakan fungsi negara;
2/ golongan untuk siapa tujuan dan fungsi itu diadakan.
Pemerintah terjemahan dr kata Government (bahasa Inggris), Gouvernment
(bahasa Prancis), semua berasal dari kata Kubernan (bahasa Yunani).
Negara adl lembaga sosial yg diadakan manusia utk memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya yg vital.

Plato dalam bukunya Republic, menulis bahwa negara timbul karena adanya
kebutuhan-kebutuhan umat manusia. Tujuannya adl menyelenggarakan
hidup yg baik bg semua warga negaranya.
• Roger H. Soltau: Tujuan negara ialah memungkinkan rakyatnya
berkembang serta menyelenggarakan daya cipta sebebas mungkin.
• Shang Yang: Tujuan negara adl membentuk kekuasaan. Kekuasaan
untuk kekuasaan itu sendiri.
• Machiavelli dalam Il Principe: Pemerintah itu sbg cara utk memperoleh
kekuasaan dan menjalankan kekuasaan. Dia tdk setuju dg moral
kekuasaan, agama, dan sebagainya krn semuanya akan melemahkan
raja dlm memerintah negaranya. Penguasa sbg pemimpin negara hrs
mempunyai sifat sebagai serigala dan singa. Sebagai serigala ia dpt
mengetahui dan membongkar rahasia yg bs merobohkan negara krn
kelicikannya. Sebagai singa ia bisa menaklukkan binatang-binatang
buas lainnya. Seorang raja tdk cukup hanya sebagai singa saja, tp hrs
licik dan kalau perlu boleh memungkiri janji utk menyelamatkan
negaranya.

Machiavelli memiliki tujuan negara yg lebih jauh, yakni kepentingan


kehormatan dan kebahagiaan bangsa.
• Emmanuel Kant: Tujuan negara adl utk membentuk dan
mempertahankan hukum.
• Marxisme-Leninisme: Tujuan negara adl utk membangun masyarakat
komunis, sehingga bonum pablicum (kebahagiaan bagi rakyatnya)
selalu ditafsirkan dlm rangka tercapainya masyarakat komunis, artinya
segala alat kekuasaannya hrs dikerahkan utk mencapai tujuan itu.
Kesejahteraan dan keadilan terutama ditekankan pd aspek
kolektivisme, dan sering mengorbankan aspek perseorangannya.
• Franz Magnis Suseno: Tujuan negara adl penyelenggaraan
kesejahteraan umum.
Pembagian tugas-tugas negara dlm 3 kelompok:
1. Negara hrs memberikan perlindungan kpd para penduduk dlm wilayah
ttt; perlindungan thd ancaman penyakit atau thd bahaya-bahaya
lainnya.
2. Negara mendukung atau langsung menyediakan berbagai pelayanan
kehdupan masyarakat dlm bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan.
3. Negara menjadi wasit yg tdk memihak antara pihak-pihak yg berkonflik
dan menyediakan suatu sistem yudisial yg menjamin keadilan dasar
dlm hub sosial masy.

Tujuan negara indonesia


1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia;
2. Memajukan kesejahteraan umum;
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa;
4. Mewujudkan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
Tujuan negara menurut ajaran Islam: terlaksananya ajaran-ajaran Al-Qur’an
dan Sunnah Rasul dlm kehidupan masyarakat, menuju kepada tercapainya
kesejahteraan hidup di dunia, materiil dan spiritual, perseorangan dan
kelompoh serta mengantarkan kepada tercapainya kebahagiaan hidup di
akhirat.
Ahmad Azhar Basyir: Untuk mencapai tujuan ada beberapa asas ajaran Islam
mengenai kehidupan bernegara, yakni a/ Musyawarah; b/ Keadilan; c/
Persamaan; d/ Tanggung Jawab Pemerintah; e/ Kebebasan.

B. Fungsi negara
Fungsi negara diartikan sbg tugas drpd organisasi negara utk mana negara
itu diadakan.
Fungsi negara pada abad XVI di Prancis ada 5, yaitu: a/ Diplomacie; b/
Defencie; c/ Financie; d/ Justicie. Fungsi-fungsi negara tsb diadakan hanyalay
sekedar utk memenuhi kebutuhan pemerintah yg masih diktator.
John Locke: Fungsi negara dpt dibagi menjadi tiga, yakni a/ fungsi legislatif;
b/ fungsi eksekutif; dan c/ fungsi federatif (kekuasaan yg meliputi semua,
kecuali legislatif dan eksekutif, meliputi kekuasaan keamanan negara,
urusan perang dan damai dlm keterkaitannya dg hub luar negeri). Tugas
mengadili termasuk tugas eksekutif.
Montesquieu: Fungsi negara menjadi tiga, yakni a/ fungsi legislatif; b/ fungsi
eksekutif; c/ fungsi yudikatif. Fungsi federatif termasuk fungsi eksekutif.
Ivor Jennings, dlm bukunya “The Law and the Constitutions”, membedakan
kekuasaan dlm arti materiildan dlm arti formal. Pembagian dlm arti materiil
adl pembagian itu dipertahankan dg prisipiil dlm fungsi-fungsi kenegaraan
yg scr karakteristik memperlihatkan adanya pemisahan kekuasaan itu pd
tiga bagian. Sedang pemisahan kekuasaan dlm arti formal, pemisahan
kekuasaan itu tdk dipertahankan scr prinsipil.
Bagir Manan: ajaran pemisahan kekuasaan Montesquieu, pada dasarnya
berintikan independensi masing-masing alat kelengkapan negara (legislatif,
eksekutif, dan yudikatif). Montesquieu berpendapat, setiap percampuran
kekuasaan, seluruh atau dua diantara tiga, dipastikan akan menimbulkan
kekuasaan atau pemerintahan yg sewenang-wenang.
Dalam perkembangannya, wewenang membentuk hukum tdk hanya
legislatif, ttp jg kekuasaan administrasi negara (eksekutif) dlm bentuk
peraturan administrasi negara atau peraturan yg dibuat berdasarkan
pelimpahan badan legislatif (delegated legislation).
Hakim bkn sekedar bouche de la loi atau speekbuis van de wet (mulut atau
corong peraturan) ttp menjadi penerjemah atau pemberi makna melalui
penemuan hukum (rechtsvinding) atau konstruksi hukum (rechtsconstruktie)
dlm bentuk-bentuk penafsiran, analogi, penghalusan hukum, dll, bahkan
menciptakan hukum-hukum baru (rechtschepping) melalui putusan-
putusannya (judge made law).
Van Vallenhoven: fungsi negara yakni a/ Regeling; b/ Bestuur; c/
Rechtspraak; d/ Politie. Dikenal dg ajaran Catur Praja.
Goodnow: Reaksi ajaran yg menghendaki cara penggantian org-org dlm
pemerintahan, fungsi negara yakni a/ Policy making; dan b/ Policy executing.
Terkenal dg ajaran Dwipraja (dichotomy).
Ajaran Spoil System dari Andrew Jackson (AS), yg berpendapat bahwa
apabila st pemerintahan berganti, maka semua pegawai diganti oleh
pemerintah yg baru.
Menurut Goodnow, thd policy makers boleh dilaksanakan sistem Andrew
Jackson, tp policy executors tdk perlu dipakai, ajaran ini disebut merit
system, krn mengutamakan kegunaan.
Sebelum Montesquieu mengajarkan trias politika, agama Islam mengajarkan
“taqsimu al-adawati al-hukumiyah” (pembagian alat-alat kekuasaan).
Menurut Maududi, fungsi negara ada 3:
1. Legislatif: Ahli Ijma’(badan perwakilan yg keputusannya menjadi
hukum), Ahli al-hall wa al-aqd (lembaga penengah dan pemberi fatwa),
semua tdk bertentangan dg Al-Qur’an dan Al-sunah.
2. Eksekutif: Ulil-amri.
3. Yudikatif: Qodhi di tiap daerah, dg seorang kepala seluruh qadhi di
Pem pusat.

Bab 5
Tipe-Tipe Negara
Tipe-tipe pokok negara dpt dibagi atas lima bagian:

A. Tipe Negara Timur Purba/Kuno


Menurut para ahli barat tipe negara Timur Purba adalah Tiranie atau
Despotie. Negara Timur Purba itu diperintah oleh raja-raja yg berkuasa
mutlak dan sewenang-wenang. Namun, faktanya tidak semua negara timur
purba itu tiranie, dan di negara barat tidak sedikit rajanya bertindak
sewenang-wenang. Dari kerajaan di barat dikenal kalimat: The King can do
no wrong.

B. Tipe Negara Yunani Purba/Kuno.


Negara Yunani Kuno mempunyai tipe sbg negara kota atau polis. Warga
negaranya terbagi menjadi 3 golongan: golongan budak (tdk dianggap
subjek hukum), golongan pendatang (tdk pny hak terlibat dlm
pemerintahan), dan golongan asli.

Bentuk penyelenggaraan negara, yaitu demokrai langsung (ex: referendum).


Kebiasaan orang Yunani kuno adl membicarakan berbagai persoalan hidup,
termasuk politik dan negara. Hal ini karena ada beberapa faktor: pertama,
negara sering mengalami pertukaran pemerintahan, dari monarki ke
aristokrasi, dari aristokrasi ke tirani, dari tirani ke demokrasi; kedua, adanya
kebebasan bicara; ketiga, negara disamakan dg masyarakat, dan jg
sebaliknya; keempat, cara hidup yg selalu memperhatikan dan
mendiskusikan masalah scr bersama.

c. Tipe negara romawi purba/kuno


Kerajaan Romawi awalnya berbentu monarki/kerajaan. Pemerintahan
monarki didampingi badan perwakilan yg anggotanya kaum ningrat. Sudah
ada benih-benih demokrasi, sampai akhirnya raja terakhir diusir dari
tahtanya. Suatu waktu pernah terjadi pertentangan antara kaum ningrat dan
rakyat jelata, kemudian dpt diselesaikan melalui “Undang-Undang Dua Belas
Meja”. Kemudian pemerintah dipegang oleh dua konsul bersama dg
pemerintah menjalankan pemerintahan dan undang-undang. Disini peralihan
dari bentuk kerajaan menjadi bentuk demokrasi.
Akulturasi terjadi kala Yunani menjadi daerah jajahan Romawi, khususnya
mengenai ajaran demokrasi dan kedaulatan rakyat. Namun tdk serta-merta
merubah susunan pemerintahan Romawi yg dipimpin seorang Caesar, yg
memiliki kekuasaan besar sekali dan bertindak sekehendak hatinya (tiran).
Ajaran “Kedaulatan Rakyat” dikonstruksi menjadi paham Caearismus (Caesar
menerima seluruh kekuasaan rakyat berdasarkan kepercayaan rakyat
kepadanya).
Kekuasaan rakyat yg diserahkan kpd penguasa/raja, sifatnya tidak turun
temurun. Setiap pengangkatan raja baru, rakyat menyerahkan kekuasaan
kpd raja yg baru diangkat. Sehingga memberi alasan penguasa bertindak
diktator. Perjanjian penyerahan kekuasaan itu diletakkan dlm Lex Regia,
yaitu suatu undang-undang yg memberi hak kpd Caesar utk memerintah.

d. Tipe negara abad pertengahan


Setelah imperium Romawi jatuh, pemikiran ttg negara dan hukum menuju
zaman abad pertengahan. Sistem ketatanegaraan menjadi menurut
ketentuan gereja (Kristen), dimana tdk ada kekuasaan di dunia ini yg hrs
ditaati scr patuh, perintah penguasa hny boleh ditaati apabila tdk
bertentangan dg perintah Tuhan, maka agama Kristen mendirikan organisasi
yg dikepalai oleh seorang paus, sbg wakil Tuhan utk memerintah dunia.
Ada dua hak yg menjadi daar terbentuknya negara, yakni:
1. Hak raja untuk memerintah (Rex);
2. Hak rakyat (Regnum).
Tipe negara feodalistis berdasarkan hak perseorangan yg mutlak. Kemudian
berkembang bhw hak milik tidak lagi mutlak, namun jg ada kewajiban utk
mengabdi kpd kepentingan umum. Lalu timbul hak-hak rakyat yg dpt
membatasi kekuasaan raja (aliran monarchomachen), yg mencegah
tindakan sewenang-wenang raja.
Perjanjian antara raja dan rakyat yg saling membatasi diletakkan dlm Leges
Fundamentalis, yg menentukan hak-hak dan kewajiban-kewajiban dr kedua
pihak. Jika raja melampau hak-haknya, maka rakyat dpt memberontak.
Namun bila rakyat tdk mematuhi pemerintahannya, ia bs menghukumnya.

e. Tipe negara menuju negara hukum


Tipe negara ditinjau dr sisi hukum adl penggolongan negara-negara dg
melihat hub antara penguasa dan rakyat.
1. Tipe Negara Polisi.
Negara polisi ialah negara yg menyelenggarakan keamanan dan
kemakmuran atau perekonomia. Pada tipe ini negara bertugas menjaga tata
tertib saja atau negara penjaga malam. Pemerintahan bersifat monarchie
absolut.
Ciri tipe negara Polisi: (1) Penyelenggaraan negara positif (bestuur); (2)
Penyelenggaraan negatif (menolak bahasa yg mengancam
negara/keamanan).
Slogan Negara Polisi: “Sallus publica supreme lex” (kepentingan umum sbg
yg hrs diutamakan), “L’etat c’est moi” (negara adalah aku-raja-)

2. Tipe negara hukum


Pemikiran ttg negara hukum muncul kembali pada abad XVII dan populer
pada abad XIX.
Cita negara hukum baru pertama kali dikemukakan oleh Plato, lalu
dipertegas oleh Aristoteles. Plato berpendapat bahwa penyelenggaraan
pemerintahan yg baik ialah yg diatur oleh hukum. Sedang Aristoteles
berpendapat, suatu negara yg baik ialah negara yg diperintah dg konstitusi
dan berkedaulatan hukum, yang memerintah dlm negara bukanlah manusia
melainkan pikiran yg adil, dan kesusilaanlah yg menentukan baik buruknya
suatu hukum. Manusia perlu dididik menjadi warga yg baik, yg bersusila, yg
akhirnya akan menjelmakan manusia yg bersikap adil. Apabila keadaan
semacam itu telah terwujud, maka terciptalah suatu “negara hukum”,
karena tujuan negara adalah kesempurnaan warganya yg berdasarkann atas
keadilian. Jadi, keadilanlah yg memerintah dlm kehidupan bernegara. Agar
manusia yg bersikap adil itu dpt terjelma dlm kehidupan bernegara, mk
manusia hrs dididik menjadi warga yg baik dan bersusila.
Negara hukum merupakan terjemahan dari rechtsstaat (abad XIX). Konsep
rechtsstaat lahir dr suatu perjuangan menentang absolutisme sehingga
sifatnya revolusioner, sebaliknya konsep the rule of law (1885-Albert Venn
Dicey-dlm buku Introduction to the Study of Law of the Contitution).
Konsep rechtsstaat bertumpu atas sistem hukum kontinental yg disebut civil
law, sedangkan konsep the rule of law bertumpu atas sistem hukum yg
disebut common law. Karakteristik civil law adl administratif, sedangkan
karakteristik common law adalah judicial.
Ciri-ciri rechtsstaat adl:
1. Adanya UUD/konstitusi yg memuat ketentuan tertulis ttg hub antara
penguasa dan rakyat;
2. Adanya pembagian kekuasaan negara;
3. Diakui dan dilindunginya hak-hak kebebasan rakyat

3 Arti the rule of law menurut a.v. Dicey


1. Supremasi absolut atau predominasi dari reguler law utk menentang
pengaruh dari arbitrary power dan meniadakan kesewenang-
wenangan, prerogatif atau discretionare authority yg luas dr
pemerintah;
2. Persamaan di hadapan hukum atau penundukan yg sama dr semua
golongan kpd ordinary law of the land yg dilaksanakan oleh ordinary
court; ini berarti bahwa tdk ada org yg berada diatas hukum; tdk ada
peradilan administrasi negara;
3. Konstitusi adl hasil dr the ordinary law of the land, bahwa hukum
konstitusi bukanlah sumber tetapi merupakan konsekuensi dari hak-
hak individu yg dirumuskan dan ditegaskan oleh peradilan.
Frans Magnis memberi empat alasan dr segi moral politik, agar negara
diselenggarakan berdasar hukum: (1) kepastian hukum; (2) tuntutan
perlakuan yg sama; (3) legitimasi demokratis; dan (4) tuntutan akal budi.

Beberapa tipe/konsep negara hukum:


1. Konsep Negara Hukum Liberal: Ditulis Immanuel Kant dlm bukunya
Methaphysiche Ansfangsgrunde de Rechtslehre. Orang-orang yg bereaksi
thd negara polizei adl org-org kaya dan pandai, yg disebut sbg kaum
borjuis liberal (disebut juga konsep Negara Hukum Liberal). Negara
dikehendaki berstatus pasif, negara hrs tunduk pd peraturan-peraturan
negara, antara penguasa dan yg dikuasai ada suatu persetujuan dlm
bentuk hukum. Penyelenggara perekonomian/kemakmuran diserahkan
rakyat, sedang negara sebagai penjaga tata-tertib dan keamanan
(Secherheit Polizei). Sehingga negara hukumnya disebut sbg Negara
Hukum Penjaga Malam (Nachtwachter Staat). Penyelenggaraan
perekonomian berasaskan persaingan bebas, laise faire laise passer (siapa
yang kuat dia yang menang).
2. Konsep Negara Hukum Formal: Negara hukum yg mendapat pengesahan
dr rakyat, segala tindakan penguasa memerlukan bentuk hukum ttt, hrs
berdasarkan UU, disebut juga negara demokratis berlandaskan negara
hukum.
Pengaruh paham liberal dr Rousseau, F.J.Stahl menyusun negara hukum
formal dg unsur-unsur utamanya sbg berikut: 1/ Adanya jaminan thd HAM;
2/ Penyelenggaraan negara berdasarkan trias politika; 3/ Pemerintahan
didasarkan pd UU; 4/ Adanya peradilan administrasi.
Berbeda dg konsep Kant adl konep dr Robert von Mohl, dlm karya
ilmiahnya Polizei Wissenschaftslehre, bahwa negara hukum adl negara yg
diperintah oleh hukum. Kant hny memperhatikan siapa pembuat hukum
itu. Padahal negara totaliter jg negara yg diatur oleh hukum yg dibuata
sang diktator atau tiran.

3. Konsep negara hukum materiil


Negara hukum materiil merupakan perkembangan dr negara hukum
formal. Dalam negara hukum formal tindakan dari penguasa hrs
berdasarkan UU (asas legalitas), dalam negara hukum materiil tindakan dr
penguasa dlm hal mendesak demi kepentingan warga negaranya
dibenarkan bertindak menyimpang dr UU atau berlaku asas oportunitas.
Hal ini dimungkinkan dg adanya delegasi dr kekuasaan pembentuk UU kpd
pemerintah dlm membuat peraturan pelaksan, dan adanya freies
ermessen, yg memungkinkan pemerintah menjamin ketertiban yg lebih
adil dlm usaha memenuhi kebutuhan masyarakat. Kebebasan bertindak
pemerintah untuk menyelenggarakan negara kesejahteraan.
Perkembangan dlm praktik negara hukum di negara barat telah mengubah
pengertian asas legalitas yg semula diartikan sbg pemerintahan berdasar
atas UU (wetmatigheid van het bestuur) menjadi pemerintahan
berdasarkan atas hukum (rechtmatigheid van het bestuur), kemudian
menjadi lebih longgar lagi menjadi doelmatigheid van het bestuur.
Pada konsep negara
kesejahteraan/kemakmuran/wohlfaartstaats/welfaarstaats, negara
mengabdi sepenuhnya kpd masyarakat. Negara adl alat satu-satunya utk
menyelenggarakan kemakmuran rakya. Negara aktif dlm
menyelenggarakan kemakmuran wargana utk kepentingan seluruh rakyat
dan negara. Jd tugas negara adl semata-mata menyelenggarakan
kemakmuran rakyat yg semaksimal mungkin.

4. Konsep socialist legality


Socialist Legality: konsep yg dianut di negara-negara komunis/sosialis yg
tampaknya hendak mengimbangi konsep rule of law yg dipelopori oleh
negara-negara Anglo Saxon. Hukum ditempatkan di bawah sosialisme,
hukum sbg alat utk mencapai sosialisme.
Romashkin mengemukakan: Socialist legality melekat di dalam sistem
sosial dan politik Uni Soviet. Dia bergantung pd jaminan hak-hak dan
kebebasan politik pra warga negara, dia melindungi para pekerja,
perumahan, dan hak-hak serta kepentingan jasmani perseorangan, dan
kehidupan, kesehatan, kemuliaan, dan rupatasi mereka. Di bawah
sosialisme, materi dan jaminan yuridis hak-hak sipil dan kebebasan
dicampurkan, sementara UU nya menetapkan kondisi-kondisi ini scr
yuridis. Hal inilah yg menyebabkan selalu terjadinya berada di luar
pelaksanaan hukum.
Apakah socialist legality sama dg rule of law (negara hukum)?, Kazimerz
dan Romashkin mengatakan: “Rezim di Rusia yg mengikuti pengaruh
kekuasaan Stalin bukanlah negara hukum, ttp merupakan negara polisi,
yakni negara diktator proletar”.

5. Konsep negara hukum menurut al-qur’an dan sunnah


Ibnu Khaldun berpendapat, bahwa dalam mulk siyasi ada dua macam
bentuk negara hukum, yaitu (1) siyasah diniyah dan (2) siyasah ‘aqliyah.
Nomokrasi Islam adl suatu negara hukum yg memiliki prinsip-prinsip
umum bahwa kekuasaan sbg: (1) Amanah; (2) Musyawarah; (3) Keadilan;
(4) Persamaan; (5) Pengakuan dan perlindungan thd HAM; (6) Peradilan
bebas; (7) Perdamaian; (8) Kesejahteraan; (9) Ketaatan Rakyat.
Ada salah pemahaman dr para sarjana barat, bahwa konsep negara dalam
Islam sbg Teokrasi.

Negara menurut ajaran Islam dpt diberi pelbagai predikat:


1. Negara Ideologi (Daulatul Fikrah): negara berasas cita-cita terlaksananya
ajaran-ajaran Al-ur’an dan Sunah Rasul dlm kehidupan masyarakat, demi
kebahagiaan dunia dan akhirat;
2. Negara Hukum (Daulat Qanuniyah): Negara (penguasa dan rakyat) yg
tunduk kepada aturan-aturan hukum Al-Qur’an dan Sunah Rasul.
3. Negara Teo-demokrasi: negara yg berasaskan ajaran-ajaran Tuhan dan
Rasulnya, yg dlm realisasinya berlandaskan prinsip musyawarah.
4. Negara Islam (Darul Islam): predikat negara Islam dlm kitab-kitab fiqih
dipergunakan utk membedakan dg negara-negara bukan Islam, yaitu
negara sahabat atau negara perjanjian (Darul ‘Ahdi) dan negara perang
atau negara musuh (Darul Harbi), dalam rangka pembahasan hubungan
antarnegara.

6. Negara hukum indonesia


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan
bahwa Indonesia adalah negara hukum. Prinsip ini semula dimuat dlm
penjelasn, yg berbunyi: “Negara Indonesia berdasar atas hukum
(rechtsstaat) tidak berdasar atas kekuasaan belaka (machtsstaat)”. Materi
penjelasan tsb kemudian diangkat dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945
(perubahan ketiga) berbunyi: “Negara Indonesia adalah negara hukum”.
Istilah rechtsstaat tdk lagi dimuat dlm UUD 1945. Demikian pula ttg
kekuasaan kehakiman yg mandirik diangkat dr penjelasan menjadi muatan
UUD 1945 Pasal 24 ayat (1). Hal ini akan menguatkan konsep negara hukum
Indonesia.
Menurut Mahfud MD, penghilangan istilah rechtsstaat dr UUD 1945 tsb
bukanlah masalah semantik atau gramatik semata, melainkan jg
menyangkut masalah yg substantif dan paradigmatik. Istilah rechtsstaat
lebih menekankan pada pentingnya hukum tertulis (civil law) dan kepastian
hukum. Kebenaran dan keadilan hukum di dalam rechtsstaat lebih berpijak
atau menggunakan ukuran formal, artinya yg benar dan adil itu adl apa yg
tertulis dlm hukum tertulis, hakim adl corong UU.
Sedangkan the rule of law lebih menekankan pd pentingnya hukum tak
tertulis (common law) demi tegaknya keadila substansial. Kebenaran dan
keadilan hukum lebih berpijak pada substansi keadilan drpd kebenaran
formal-prosedur semata; artinya benar dan adil itu belum tentu tercermin
dlm hukum tertulis melainkan bs yg tumbuh di dalam sanubari dan hidup di
dlm masyarakat; dan karenanya hukum tertulis (UU) dpt disimpangi oleh
hakim jk UU itu dirasa tdk adil. Krn titik berat the rule of law adl keadilan, mk
dlm membuat putusan hakim tdk hrs tunduk pd bunyi hukum tertuli
melainkan dpt membuat putusan sendiri dg menggali rasa dan nilai-nilai
keadilan dlm masyarakat.
Menurut Mahfud, sejak perubahan ketiga UUD 1945, konstitusi kita sdh
mengarahkan agara penegakan hk di Indonesia secara prinsip menganut scr
seimbang segi-segi baik dr konsep rechtsstaat dan the rule of law sekaligus,
yakni menjamin kepastian hukum dan menegakkan keadilan substansial.
BAB 6
TEORI KEKUASAAN DAN LEGITIMASI KEKUASAAN NEGARA

A. Kekuasaan Negara.
• Max Weber: “Kekuasaan adalah kemampuan untuk, dalam suatu
hubungan sosial, melaksanakan kemauan sendiri sekalipun mengalami
perlawanan, dan apa pun dasar kemampuan ini”;
• Harold D. Laswell & Abraham Kaplan: “Kekuasaan adalah suatu
hubungan dimana seseorang atau sekelompok orang dapat
menentukan tindakan seseornag atau kelompok lain ke arah tujuan
dari pihak pertama”;
• Talcott Parsons: “Kekuasaan adalah kemampuan untuk menjamin
terlaksananya kewajiban-kewajiban yang mengikat, oleh kesatuan-
kesatuan dalam suatu sistem organisasi kolektif. Kewajiban adalah sah
jika menyangkut tujuan-tujuan kolektif. Jika ada perlawanan, maka
pemaksaan melalui sanksi-sanksi negatif dianggap wajar, terlepas dari
siapa yang melaksanakan pemaksaan itu”.

Teori Kekuasaan
• Ibnu Khaldun: “Kekuasaan negara adalah dominasi dan memerintah
atas dasar kekerasan. Kekuasaan tdk dpt ditegakkan tanpa kekuatan
yang menunjangnya. Kekuatan penunjang ini hanya dpt diberikan oleh
solidaritas dan kelompok yang mendukungnya. Tanpa suatu kekuatan
yang selalu dalam keadaan siap siaga, dan bersedia mengorbankan
segala-galanya untuk kepentingan bersama, maka kekuasaan
penguasa tdk akan dpt ditegakkan. Kekuatan seperti itu hanya dapat
ditegakkan dengan solidaritas (‘ashabiyah)”.
Kekuasaan negara juga disebut ‘otoritas’ (authority)/wewenang:
• Robert Bierstedt: “wewenang adl institutionalized power (kekuasaan
yang dilembagakan), yaitu kekuasaan yg tdk hanya de facto
menguasai, melainkan jg berhak utk menguasai”;
• Harold D. Laswell & Abraham Kaplan: “wewenang adl kekuasaan
formal (formal power). Dianggap bahwa yg mempunyai wewenang
(authority) berhak utk mengeluarkan perintah dan membuat
peraturan-peraturan serta berhak utk mengharapkan kepatuhan thd
peraturan-peraturannya. Wewenang semacam itu bersifat deontis
(yang harus, Yunani).

Wewenang
Max Weber membagi wewenang menjadi 3 macam:
1. Tradisional: berdasarkan kepercayaan diantara anggota masyarakat
bahwa tradisi lama serta kedudukan kekuasaan yg dilandasi oleh
tradisi itu adl wajar dan patut dihormati;
2. Kharismatik: berdasarkan kepercayaan masyarakat pd kesaktian dan
kekuatan mistik atau religius seorang pemimpin;
3. Rasional-legal: berdasarkan kepercayaan pada tatanan hukum rasional
yg melandasi kedudukan seorang pemimpin. Yang ditekankan bukan
orangnya akan tetapi aturan-aturan yang mendasar tingkah lakunya.
Logeman membagi wewenang menjadi 5 macam:
1. Berdasarkan ‘magic’/kekuasaan ghaib;
2. Berdasarkan ‘dinasti’ atau hak keturunan;
3. Berdasarkan ‘kharisma’;
4. Berdasarkan atas ‘kehendak rakyat melalui perwakilan’;
5. Daripada ‘elite’.
B. Legitimasi kekuasaan
• Miriam Budiardjo: Legitimasi atau keabsahan adalah keyakinan
anggota-anggota masyarakat bahwa wewenang yang ada pada
seseorang, kelompok, atau penguasa adalah wajar dan patut
dihormati. Kewajaran itu berdasarkan persepsi bahwa pelaksanaan
wewenang itu sesuai dengan asas-asas dan prosedur yang sudah
diterima secara luas dalam masyarakat dan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dan prosedur yang sah;
• David Easton: Keabsahan adalah keyakinan dari pihak anggota
masyarakat bahwa sudah wajar baginya untuk menerima baik dan
menaati penguasa dan memenuhi tuntutan-tuntutan dari rezim itu;
• A.M. Lipset: Legitimasi mencakup kemampuan untuk membentuk dan
mempertahankan kepercayaan bahwa lembaga-lembaga atau bentuk-
bentuk politik yg ada adalah yg paling wajar untuk masyarakat itu.
Legitimasi dari segi objek:
1. Legitimasi Materi Wewenang, mempertanyakan wewenang dari segi
fungsinya: untuk tujuan apa wewenang dpt dipergunakan dg sah?
Wewenang tertinggi dlm dimensi politis kehidupan manusia menjelma
dlm 2 lembaga yg sekaligus merupakan 2 dimensi hakiki kekuasaan
politik; dalam hukum sbg lembaga penataan masyarakat yg normatif,
dan dlm kekuasaan (eksekutif) negara sbg lembaga penataan efektif dlm
arti mampu mengambil tindakan. Terhadap hukum dikemukakan
pertanyaan tentang hukum yang macam apa yang boleh dianggap sah.
Apakah sembarang hukum asal pernah ditetapkan? Apakah hukum harus
mempunyai ciri-ciri dan sifat-sifat tertentu sehingga kita dapat
membedakan antara hukum yang sah dan hukum yg tidak sah?.
Terhadap negara, pertanyaan paling fundamental adl apakah negara
memang berhak ada: apakah dpt dibenarkan bhw dlm setiap masyarakat
tdp lembaga pusat yg berwenang utk menetapkan norma-norma
kelakuan bg para anggota masyarakat dan memaksakan ketaatan?
Sejauh mana negara berhak utk menuntut ketaatan dari warga-warganya
dan sejauh mana para warga wajib taat thd negara?
2. Legitimasi Subjek Kekuasaan (wewenang), mempertanyakan apa yg
menjadi dasar wewenang seseorang atau sekelompok org utk membuat
UU dan peraturan bg masyarakat dan utk memegang kekuasaan negara.
Frans Magnis Suseno: Ada 3 macam legitimasi subjek kekuasaan:
1. Legitimasi Religius: mendasarkan hak utk memerintah pada faktor-
faktor yang adi duniawi, jd bkn pd kehendak rakyat atau pd suatu
kecakapan empiris khusus penguasa;
2. Legitimasi Eliter: mendasarkan hak utk memerintah pd kecakapan
khusus suatu golongan utk memerintah. Paham legitimasi itu
berdasarkan anggapan bahwa utk memerintah masyarakat diperlukan
kualifikasi khusus yg tdk dimiliki oleh seluruh rakyat. Mereka yg
memilikinya merupakan elite masyarakat dan dg sendirinya berhak utk
memegang kekuasaan. Dibedakan menjadi 4: legitmasi Aristokratis,
Legitimasi Pragmatis, Legitimasi Ideologis, & Legitimasi Teknokratis.
3. Legitimasi demokratis: mendasarkan prinsip kedaulatan rakyat.

3 kriteria legitimasi untuk menilai keabsahan suatu wewenang/kekuasaan


1. Legitimasi Sosiologis: mempertanyakan mekanisme motivatif mana yg
nyata-nyata membuat masyarakat mau menerima wewenang
penguasa. Atau motivasi-motivasi manakah yg mendasari keyakinan
anggota-anggota masyarakat bahwa wewenang yg ada pd seseorang,
kelompok, atau penguasa adl wajar dan patut dihormat;
2. Legalitas: kesesuaian dg hukum yg berlaku;
3. Legitimasi Etis: mempersoalkan keabsahan wewenang kekuasaan
politik dr segi norma-norma moral.

Legitimasi kekuasaan menurut para ahli


1. Plato: Negara memerlukan kekuasaan yang mutlak, diperlukan utk
mendidik warganya dg nilai-nilai moral yg rasional. Negara ideal
mengandung ketidakadilan thd manusia; tdk ada kebebasan bg
manusia individu, sebab Plato mengucilkan semua keindividuan yg
pribadi dr konsep negaranya, demi mempertahankan moral yg baku;
2. Thomas Aquinas: Negara harus tunduk pada gereja (Katolik), negara
adl wakil gereja di dunia, karena itu sdh sepatutnyalah kalau negera
memperoleh kekuasaan yang mutlak;
3. Niccolo Machiavelli: “Tidak ada manfaatnya kalau kita mempersoalkan
legitimasi moral kekuasaanya. Yang menentukan ialah teknik untuk
merebut dan untuk mempertahankannya”.
4. Hugo de Groot: Kemutlakan kekuasaan negara diperoleh bukan karena
negara dianggap sbg wakil Tuhan di dunia, tetapi karena hal ini
sebenarnya menguntungkan rakyat sendiri;
5. Thomas Hobbes: Negara harus (1) kuat tanpa tanding sehingga dpt
memastikan, seperlunya memaksakan, ketaatan para anggota
masyarakat thd peraturan-peraturannya; (2) negara hrs menetapkan
suatu tatanan hukum, tentangnya berlaku, bahw setiap org yg tdk
menaatinya akan dihukum mati;
6. George Hegel: Negara modern memiliki hak utk memaksakan
keinginannya kpd warganya. Krn negara mewakili keinginan umum,
negara merupakan manifestasi dr sesuatu yg ideal dan universal.
Negara adalah penjelmaan dr kemerdekaan rasional, yg menyatakan
dirinya dlm bentuk yg objektif. Karena itu, negara berada di atas
masyarakat, lebih utama dan lebih tinggi drpd masyarakat yg
dibabawahinya.
7. Karl Marx, murid spiritual Hegel, namun pandangannya
bertolakbelakang: Negara pd hakikatnya adl aparat atau mesin opresi
(penindasan), tirani dan eksplotasi kaum pekerja oleh pemilik alat-alat
produksi (kaum kapitalis) dan pemegang distribusi kekayaan yg
mencelakakan kelas pekerja.
Jadi tidak aneh kita temukan dlm khazanah Marxisme konsep
mengenai layunya negara setelah terjadi revolusi sosialis. Artinya
setelah berlangsungnya revolusi sosialis, akan terbentuk suatu
kediktatoran proletariat dan kemudian melalui kekuasaan kaum
proletar itu perbedaan kelas dpt dimusnahkan sampai terwujud
masyarakat tanpa kelas. Dalam masyarakat tanpa kelas inilah negara
sebagai aparat penindas kelas kapitalis akan layu dg sendirinya, akan
lenyap utk selama-lamanya (the whitering away of the state).
Jika Hegel berpendapat bahwa kuat dan mekarnya negara berarti
tercapainya cita-cita manusia (the flowering of the state is the
fulfillment of the destiny of man), maka Marx justru menganggap
lenyapnya negara sebagai summum bonum, sebagai kebijakan
puncak.
Masyarakat mengurus dirinya sendiri, tanpa ada lembaga kekuasaan
yg permanen, kalau ada persolalan diselesaikan secara ad hoc,
masyarakat komunis adl masyarakat tanpa negara.
8. Antonio Gramsci, yg mengembangkan teori ttg ‘kekuasaan
hegemonik’, yakni kekuasaan dr satu kelompok masyarakat yg
diterima atau dianggap sah oleh kelompok-kelompok masyarakat
lainnya. Jadi walaupun partai politik sebenarnya melayani kepentingan
kaum borjuasi, ternyata kaum buruh tetap mendukung pemerintah yg
dijalankan oleh partai ini. Kekuasaan hegemonik melalui ideologi,
seperti di negara-negara dunia ketiga yg menganut sistem kapitalis
mempersembahkan kebijakan-kebijakan pembangunan;
9. Francis Fukuyama: Dengan berakhirnya Perang Dingin yg berlansung
+ 50 tahun antara komunisme ala Uni Soviet dan demokrasi liberal
Barat, maka kita mencapai “akhir sejarah”. Sejarah perkembangan
ideologi politik umat manusia akan berakhir dg kemenangan
kapitalisme dan demokrasi liberal. Suatu negara yg kuat ditandai oleh
kemampuannya menjamin bhw hukum dan kebijakan yg dilahirkannya
ditaati oleh masyarakat, tanpa hrs menebarkan ancaman, paksaan,
dan kecemasan yg berlebihan. Elemen dasar negara yg kuat adl otorita
yg efektif dan terlembaga. Negara membatasi pd hal-hal yg elementer,
seperti: sistem pertahanan dan peradilan, sarana infrastruktur, dan
pencetakan mata uang. Sifat Intervensionis bs dilakukan utk menjaga
otoritas.

Bab 7
Teori Konstitusi

A. Sejarah Petumbuhan Konstitusi


• Piagam Madinah (622 M), berisi kesepatakatan-kesepakatan antara
kaum Muhajirin, Anshor, Yahudi, dan golongan lainnya dalam naskah
yang disebut Shahifah. W. Montgomery Watt memberi nama: “The
Constitution of Medina”; R.A. Nicholson: “Charter”; Philip K. Hitti:
“Agreement”; Zainal Abidin Ahmad: “Piagam”.
• W. Montgomery Watt menyatakan, bahwa dokumen ini secara umum
diakui autentik. Montgomery mengutip pendapat Welhausen, bahwa
golongan Yahudi dimasukkan ke dalam Ummah.
• Kepustakaan Belanda membedakan antara konstitusi (constitution)
dan undang-undang dasar (grondwet). Konstitusi adalah peraturan
dasar baik tertulis maupun tidak tertulis, sedangkan UUD merupakan
bagian tertulis dari konstitusi. Konstitusi, merupakan dokumen yg
bersifat fundamental. Artinya, ia hanya mengandung hal-hal yang
bersifat pokok, mendasar atau asas-asasnya. Jadi tidak semua masalah
penting bg Negara dimasukkan konstitusi atau UUD.
• C.F. Strong: “Tidak ada konstitusi yang seluruhnya tidak tertulis;
demikian pula tidak konstitusi yang seluruhnya tertulis”.
• Miriam Budiardjo: “Konstitusi adalah suatu piagam yang menyatakan
cita-cita bangsa dan merupakan dasar organisasi kenegaraan suatu
bangsa”. Di dalamnya terdapat berbagai aturan pokok yg berkaitan dg
kedaulatan, pembagian kekuasaan, lembaga-lembaga Negara, cita-cita
dan ideology Negara, masalah ekonomi,dsb. Namun unsur-unsur tdk
ada kesepakatan di kalangan ahli.
• Pengertian Konstitusi yg dirangkum dr para ahli adalah: himpunan
peraturan-peraturan pokok mengenai penyelenggaraan pemerintahan
dalam suatu masyarakat yg berkaitan dg organisasi Negara,
kedaulatan Negara, dan pembagian kekuasaan antara badan legislatif,
eksekutif, dan yudikatif, hak-hak dan kewajiban rakyat dan pemerintah
di bidang-bidang social, politik, ekonomi, agama, dan budaya, cita-cita
dan ideologi Negara dsb.
• Piagam Madinah tdk dpt memenuhi scr paripurna, namun ada ciri-ciri
yg dpt dipenuhi, yakni tertulis, menjadi dasar organisasi pemerintah,
kedaulatan Negara, serta prinsip-prinsip fundamental: mengakui
kebiasaan-kebiasaan masyarakat Madinah, mengakui hak-hak dan
kewajiban-kewajiban, bercita-cita mewujudkan persatuan dan
kesatuan semua golongan menjadi satu umat dan hidup berdampingan
secara damai sbg satu umat yg bermoral, menjunjung tinggi hokum
dan keadilan atas dasar iman dan takwa. (J. Suyuthi Pulungan, Prinsip-
prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah Ditinjau dari Pandangan
Al0Qur’an, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1994, h. 115).
• Menurut kacamata ilmuwan barat, konstitusi sbg suatu kerangka
kehidupan politik telah disusun melalui dan oleh hokum, yaitu sejak
zaman sejarah Yunani, dimana mereka telah mengenal beberapa
kumpulan hukum (semacam kitab hokum). Pada masa kejayaannya
(antara tahu 624-404 SM). Athena pernah mempunyai tidak kurang
dari 11 konstitusi. Koleksi Aristoteles berhasil terkumpul sebanyak 158
buah konstitusi dari berbagai Negara.
• Pemahaman awal tentang “Konstitusi” pada masa Yunani, hanyalah
merupakan suatu kumpulan dari peraturan serta adat kebiasaan
semata-mata.
• Pada masa kekaisaran Romawi, pengertian “Constitutionnes”
memperoleh tambahan arti sebagai suatu kumpulan ketetuan serta
peraturan yg dibuat oleh para kaisar atau para preator. Termasuk di
dalamnya pernyataan-pernyataan pendapat dari para ahli
hokum/negarawan, serta adat kebiasaan setempat, di samping UU.
Konstitusi Roma mempunyai pengaruh cukup besar sampai abad
pertengahan.
• Pada zaman abad pertengahan, corak konstitusionalismenya bergeser
ke arah feodalisme. Sistem feodal ini mengandung suatu pengertian
bahwa tanah dikuasai oleh para tuan tanah. Suasana seperti ini
dibarengi oleh adanya keyakinan bahwa setiap orang hrs mengabdi pd
salah satu tuan tanahnya. Sehingga raja yg semestinya mempunyai
status lebih tinggi drpd tuan tanah, menjadi tdk mendapat tempat.
• Di Eropa Kontinental, pihak raja yg memperoleh kemenangan yg
ditandai dg semakin kokohnya absolutism, khususnya di Prancis, Rusia,
Prusia, dan Austria pada abad ke-15. Gejala ini dimahkotai oleh ucapan
“L’Etat C’est Moi” (Negara adalah Saya) dari Louis XIV (1638-1715) di
Prancis.
• Sedang di Inggris, kaum bangsawan yg mendapat kemenangan dg
puncak kemenangan pada “The Glorious Revolutions” (1688).
Kemenangan kaum bangsawan dalam revolusi istana ini telah
menyebabkan berakhirnya absolutism di Inggris, serta munculnya
parlemen sebagai pemegang kedaulatan. Pada akhirnya, 12 Negara
koloni Inggris mengeluarkan “Declaration of Independent” dan
menetapkan konstitusi-konstitusinya sbg dasar negarayg berdaulat,
yaitu tepatnya pad 1776. Deklarasi ini merupakan bentuk konkretisasi
dari berbagai teori perjanjian.
• Pada 1789 meletus revolusi dalam Monarchi Absolutisme di Prancis,
yakni 20 Juni 1789, Etats Generaux (DPR) memproklamirkan dirinya
“Constituante”, walaupun 14 September 1791 konstitusi di Eropa
diterima Louis XVI. Sejak itu, sebagian besar dr Negara-Negara di
dunia, baik monarchi atau republik, kesaturan atau federal, semua
berdasar konstitusi.
J.J. Rousseau, dalam bukunya “Du Contract Social”: “Manusia itu lahir
bebas dan sederajat dalam hak-haknya”, sedangkan hukum merupakan
ekspresi dr kehendak umum (rakyat). Tesis Rousseau ini sangat menjiwai
“De Declaration des Droit de I’Homme et du Citoyen”. Deklarasi ini
mengilhami pembentukan Konstitusi Prancis (1791), khususnya yg
menyangkut HAM. Pada masa ini awal konkretisasi konstitusi dlm arti
tertulis (modern) seperti yg ada di Amerika.
Konstitusi tertulis model Amerika init kemudian diikuti oleh berbagai
konsitusi tertulis di berbagai Negara Eropa, seperti Kontitusi Spanyol
(1812), Konstitusi Norwegia (1814), Konstitusi Nederland (1815),
konstitusi di Belgia (1831), konstitusi di Italia (1848), konstitusi di Austria
(1861), dan konstitusi di Swedia (1866). Samapi pada abad XIX, tinggal
Inggris, Hongaria, dan Rusia yang mempunyai konstitusi secara tertulis.
Tapi perlu diingat bahwa konstitusi-konstitusi waktu itu belum menjadi
hukum dasar yang penting.
• Perang Dunia I tahun 1914 banyak memberi dorongan bg
konstitusionalisme yaitu dg menghancurkan pemerintahan yg tdk
liberal, dan menciptakan Negara-Negara baru dg konstitusi yg
berasaskan demokrasi dan nasionalisme. Upaya konkret kemudian
berdiri Liga Bangsa-bangsa utk perdamaian dunia, 3 th kemudian
muncul reaksi keras melawan konstitusionalisme politik yg ditandai dg
Revolusi Rusia (1917), diikuti meletusnya fasisme di Italia,
pemberontakan NAZI di Jerman, sampai pd akhirnya meletus Perang
Dunia II.
• Perang Dunia II memberi kesempatan kedua dr Bangsa-bangsa yg
berserikat thd kekuatan tirani saat itu, menerapkan metode-metode
konstitusionalisme thd bangunan internasional melalui Piagam
Perserikatan Bangsa-Bangsa utk mencapai perdamaian dunia yg
permanen.

B. Pengertian konstitusi
Istilah Konstitusi berasal dr “constituer” (bhs Prancis) yg berarti membentuk.
Maksud konstitusi ialah pembentukan suatu Negara atau menyusun dan
menyatakan suatu Negara (Wirjono Projodikoro). Sedangkan istilah Undang-
Undang Dasar merupakan terjemahan istilah Belanda: “Grondwet”.
Konstitusi berasal dr istilah Inggris “constitution”, konstitusi memiliki arti
lebih luas baik yg tertulis maupun tidak tertulis.
Dalam bahasa latin, kata konstitusi berasal dri kata “cume” (bersama
dengan) dan “statuere” (berdiri).
UUD 1945 menganut pemikiran sosiologis, dlm penjelasannya dikatakan:
“undang-undang dasar suatu Negara ialah hanya sebagian dr hukumnya
dasar Negara itu. Undang-undang dasar ialah hukum dasar yg tertulis,
sedang di samping undang-undang dasar itu berlaku juga hukum dasar yg
tdk tertulis,ialah aturan-aturan dasar yg timbul dan terpelihara dlm praktik
penyelenggaraan Negara, meskipun tdk tertulis”.
Adapun penganut paham modern yg tegas-tegas menyamakan pengertian
konsitusi dg UUD antara lain C.F Strong dan James Bryce.
UUD dpt dirumuskan:
1. Suatu kumpulan kaidah yg memberikan pembatasan-pembatasan
kekuasaan kepada para penguasa;
2. Suatu dokumen ttg pembagian tugas dan sekaligus petugasnya dr
suatu system politik;
3. Suatu deskripsi dr lembaga-lembaga Negara;
4. Suatu deskripsi yg menyangkut masalah HAM.

C. Materi muatan konstitusi


Henc van Maarseveen dan Ger van der Tang mengatakan bahwa konstitusi
selain sebagai dokumen nasional, juga sebagai alat untuk membentuk
sistem politik dan sistem hukum negaranya sendiri.
Sedang Undang-Undang Dasar (UUD) menurut A.A.H. Struycken, sebagai
konstitusi tertulis merupakan sebuah dokumen formal yg berisi: l
1. Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yg lampau;
2. Tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa;
3. Pandangan tokoh-tokoh bangsa yg hendak diwujudkan, baik waktu
sekarang maupun utk masa yg akan datang;
4. suatu keinginan, dengan mana perkembangan kehidupan
ketatanegaraan bangsa hendak dipimpin.

Menurut Miriam Budiardjo, setiap UUD memuat ketentuan-ketentuan


mengenai:
1. Organisasi Negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan
legislative, eksekutif dan yudikatif; pembagian kekuasaan antara
pemerintah federal dan pemerintah Negara bagian; prosedur
menyelesaikan masalah pelanggaran yurisdiksi oleh salah satu badan
pemerintah dsb;
2. HAM;
3. Prosedur mengubah UUD;
4. Adakalanya memuat larangan utk mengubah sifat ttt dr UUD.

D. Kedudukan, fungsi, dan tujuan konstitusi


• Masa peralihan dari Negara feodal monarki atau oligarki dg kekuasaan
mutlak penguasa ke Negara nasional demokrasi: Konstitusi
berkedudukan sbg benteng pemisah antara rakyat dan penguasa yg
kemudian scr berangsur-angsur mempunyai fungsi sbg alat rakyat dlm
perjuangan kekuasaan melawan golongan penguasa.
• Di dunia barat konstitusi dimaksudkan utk menentukan batas
wewenang penguasa, menjamin hak rakyat dan mengatur jalannya
pemerintahan. Dengan kebangkitan paham kebangsaan sbg kekuatan
pemersatu, serta dg kelahiran demokrasi sbg paham politik yg
progresif dan militan, konstitusi menjamin alat rakyat utk konsolidasi
kedudukan hukum dan politik, utk mengatur kehidupan bersama dan
utk mencapai cita-citanya dlm bentuk negara. Konstitusi modern tdk
hanya memuat aturan-aturan hukum, tetapi jg merumuskan atau
menyimpulkan prinsip-prinsip hukum, haluan negara dan patokan
kebijaksanaan, yg kesemuanya mengikat penguasa.
• Inggris tdk pny UUD, ttp pny konstitusi yg scr lengkap memuat aturan-
aturan keorganisasian negara berdasarkan perkembangan selama
kurang lebih 8 abad. Aturan-aturan konstitusional tersebar dlm
berbagai UU dan dokumen negara lainnya, hukum adat (coomon law),
dan konvensi (conventions). Walaupun Inggris tdk pny UUD, negara ini
merupakan model negara konstitusional tertua yg tumbuh scr evolusi
sejak diterbitkan Magna Charta tahun 1215 yg mewajibkan raja
menegakkan hukum sbg hasil perlawanan bersenjata dan tuntutan dr
para bangsawan. Karena itu, Inggris menjadi contoh Montesquieu
ketika menagajarkan teori trias politica, yg kemudian dirumuskan dlm
UUD Amerika Serikat tahun 1787
• Di negara-negara yg berdasarkan demokrasi konstitusional, UUD pny
fungsi khas yaitu membatasi kekuasaan pemerintah shg
penyelenggaraan kekuasaan tdk sewenang-wenang, sehingga hak-hak
warga negara lebih terlindungi, inilah Konstitusionalisme.
• Istilah konstitusionalisme tercipta pd peralihan abad 18-19 utk
menegaskan doktrin Amerika ttg supremasi UUD (konstitusi tertulis)
diatas UU produk legislatif. Namun ide dan praksis modern
konstitusionalisme sdh dijumpai pada kehidupan polis-polis di Eropa
Barat pada abad ke-11-12, dlm dokumen-dokumen yg disebut
chartula, charta, chartre (charter);
• Esensi ide konstitusionalisme: 1/ konsep negara hukum
(Rechtsstaat/rule of law), yakni kewibawaan hukum scr universal
mengatasi kekuasaan negara; 2/ konsep hak asasi warga negara
dijamin konstitusi dan kekuasaann negara dibatasi konstitusi serta
hny memperoleh legitimasi dr konstitusi saja.
• Contoh gagasan konstitusionalisme: 1/ Magna Charta 1215 (Charter of
English Liberties): Raja John (dipaksa) utk menjamin pemungutan pajak
sesuai persetujuan warga, dan tdk ada penangkapan tanpa peradilan.
2/ Bill of Rights 1778 oleh Virginia: bahwa setiap manusia diciptakan
bebas dg hak-hak yg tdk dpt dirampas, hidup dlm kesejahteraan dan
perdamaian dr penguasa, dan kekuasaan berasal dr rakyat.
3/ Declaration of Independent 1776 USA: tulang punggung kebebasan
individu; 4/ Revolusi Prancis 1789: proklamasi ttg hak-hak dan
kemerdekaan rakyat (Declaration des droits de I’homme et du citoyen),
sbg pembatasan atas kekuasaan raja. 5/ Di negara komunis, UUD punya 2
fungsi: mencerminkan kemenangan masyarakat komunis, pencatatan
formal dan legal dr kemajuan yg telah dicapai, dan memberikan rangka
dan dasar hukum utk perubahan masy yg dicita-citakan dlm tahap
perkembangan berikutnya.
Pada prinsipnya tujuan konstitusi adl utk membatasi kesewenangan
tindakan pemerinth, utk menjamin hak-hak yg diperintah, dan
merumuskan pelaksanaan kekuasaan yg berdaulat.
Konstituionalisme di zaman sekarang dianggap sbg st konsep yg niscaya
bg setiap negara modern.
Konsensus tegaknya konstitusionalisme di zaman modern bersandar
pada:
1. Kesepakatan ttg tujuan atau cita-cita bersama;
2. Kesepakatan ttg ‘the rule of law’ sbg landasan pemerintahan atau
penyelenggaraan negara;
3. Kesepakatan ttg bentuk institusi-institusi dan prosedur-prosedur
ketatanegaraan
E. Supremasi konstitusi
Tidak semua negara memberi kedudukan yg lebih tinggi kpd UUD drpd UU
dlm arti formal. Konstitusi dlm arti luas bisa dlm bentuk UUD, UU, kebiasaan,
konvensi.
Lord Bryce membagi menjadi 2:
1. Fleixble Constitution: Konstitusi yg dibuat dan diubah dg cara yg sama
seperti UU;
2. Rigid Constitution: Konstitusi yg memerlukan persyaratan lebih berat
dlm prosedur perubahan.
K.C. Wheare: “Dengan menempatkan konstitusi pd kedudukan yg tinggi
(supreme) ada semacam jaminan bahwa konstitusi iu akan diperhatikan dan
ditaati dan menjamin agar konstitusi tdk akan dirusak dan diubah begitu saja
scr sembarangan.
Kelsen: “UUD menduduki tempat tertinggi dlm hukum nasional, sebab itu
UUD merupakan fundamental law. Utk itu harus ada hak menguji sbg
“guarantees of the constitution”.

Motif politik penyusunan UUD (Bryce):


1. Keinginan utk menjamin hak-hak rakyat dan utk mengendalikan
tingkah laku penguasa;
2. Keinginan utk menggambarkan sistem pemerintahan yg ada dlm
rumusan yg jelas guna mencegah kemungkinan perbuatan sewenang-
wenang dr penguasa di masa depan;
3. Hasrat dr pencipta kehidupan politik baru utk menjamin atau
mengamankan berlakunya cara pemerintahan dlm bentuk yg
permanen dan yg dpt dipahami oleh warga negara;
4. Hasrat dr masyarakat-masyarakat yg terpisah utk menjamin aksi
bersama yg efektif dan bersamaan dg itu berkeinginan tetap
mempertahankan hak serta kepentingan sendiri-sendiri.

3 kategori pengujian peraturan perundang-undangan:


1. Pengujian oleh badan peradilan (judicial review);
2. Pengujian oleh badan yg sifatnya politik (political review);
3. Pengujian oleh pejabat atau badan administrasi negara (administrative
review).
Wewenang menilai disebut “hak menguji” (toetsingsrecht)
Bab 8
Teori Kedaulatan

A. Istilah dan Pengertian Kedaulatan.


• Berasal dari kata Souvereignty (Inggris), Souveainete (Prancis),
Sovranus (Italia), yang diturunkan dari kata latin Superanus yang
berarti “yang tertinggi” (Supreme).
• Para sarjana abad menengah lazim menggunakan istilah serupa
Superanus, yakni Summa Potestas atau Plenitudo Potestatis, yang
berarti wewenang tertinggi dari sesuatu kesatuan politik. Istilah ini
memiliki arti otoritas pemerintahan dan hukum.
• “Kedaulatan” tampil menjadi istilah politik pada abad ke-15 di Prancis,
dg tokoh-tokohnya: Prof. Garner, Beaumanoir dan Loyseau.
• Jean Bodin: melihat hakikat negara pd kedaulatannya. Kedaulatan dr
aspek internnya, yaitu kekuasaan tertinggi dlm st kesatuan politik.
Sedang Grotius melihat kedaulatan dlm aspek eksternnya, yaitu aspek
hub antar negara, Grotius disebut bapak Hukum Internasional.
• Bagi Jean Bodin kedaulatan dipersonifikasi oleh raja. Raja yg berdaulat
tdk bertanggung jawa thd siapapun, kecuali kpd Tuhan. Raja adl
Legibus Solutus, Raja adl bayangan Tuhan. Kedaulatan sbg “Summa in
civics ac sabditos legibusque solute potestes” , yg berarti kekuasaan
supra dr negara atas warga negara dan rakyatnya, yg tdk dibatas oleh
hukum. Namu kedaulatan jg tdk semutlak-mutlaknya. Raja hrs
menghormati ius naturale et gentium (hukum kodrat dan hukum antar
bangsa) dan hukum konstitusional dr kerajaan, yakni leges imperii,
misalnya hk Salis ttg pergantian raja. Bodin meletakkan dasar filosofi
pengertian kedaulatan yg mutlak. Para individu yg hidup dlm keadaan
alamiah menyerahkan seluruh hak-hak alamiah mereka pd seseorang
atau sekumpulan orang.
• Thomas Hobbes (juga seorang absolutis), ajaran Hobbes kedaulatan
mencapai derajat yg paling mutlak. Adagium “Princeps legibus solutus
est” (raja berada di atas UU). Penyerahan hak-hak individu diutamakan
kpd satu orang, yaitu raja. Penyerahan ini adl mutlak, shg yg berdaulat
mutlak pula.
• John Austin (Inggris): yang berdaulat adl “legibus soluta” , yang
berdaulat adl “pembentuk hk yg tertnggi. Yang berdaulat berada di
atas hukum yg merupakan hasil ciptaannya sendiri.
• Ciri-ciri konsep kedaulatan tradisional: kelanggengan (permanence),
sifat tdk dpt dipisah-pisahkan (indisible), sifat sbg kekuasaan tertinggi
(supreme), tidak terbata dan lengkap (complete).

B. Hakikat kedaulatan
• Dalam terminologi ilmu politik modern, kata Kedaulatan digunakan utk
mengartikan kemaharajaan mutlak atau kekuasaan raja yg paripurna.
Kedaulatan memiliki hak yg tdk dpt diganggu gugat utk memaksakan
perintah-perintahnya kpd semua rakyat negara yg bersangkutan dan
sang rakyat ini memiliki kewajiban mutlak utk menaatinya tanpa
memperhatikan apakah mereka bersedia atau tidak.

C. Macam-macam kedaulatan
1. Kedaulatan Tuhan:
• berkembang di abad pertengahan (abad ke-5 s/d abad ke-15), seiring
perkembangan agama baru, yakni Kristen, yang kemudian diorganisasi
dlm sutau organisasi keagamaan, yaitu gereja yg dikepalai oleh
seorang Paus.
• Augustinus: Yang mewakili Tuhan di dunia ini, juga suatu negara
adalah Paus;
• Thomas Aquinas: Kekuasaan raja dan Paus itu sama, hanya saja
tugasnya berlainan, raja di lapangan keduniawian, sedang Paus di
lapangan keagaman;
• Marsilius: Kekuasaan itu ada pada negara atau raja;
• Konsep Islam: Kedaulatan hanya milik Allah semata, dan hanya dialah
pemberi hukum, organisasi-organisasi politik negara Islam disebut
khilafah. Manusia adalah khlifah Tuha di bumi yg bertugas
melaksanakan dan menegakkan perintah dr pemegang kedaulatan. A.
Azhar Basyir berpendapat predikat teokrasi tdk tepat, Islam tdk
mengenal kekuasaan negara yg menerima limpahan dr Tuhan.
Kekuasaan negara berasal dri ummat dan bertanggung jawa kepada
ummat.
2. Kedaulatan Raja.
• Marsilius: raja adl wakil Tuhan utk melaksanakan kedaulatan atau
memegang kedaulatan di dunia, dan bertanggung jawab kepada
Tuhan.
• Penentang ajaran ini Niccolo Machiavelli, yg mengatakan hukum
negaralah yg hrs ditaati, dan negaralah satu-satunya yg berwenang
menentukan hukum;
• Martin Luther King (1517): “Gereja telah menyelenggarakan kekuasaan
utk memperoleh kekayaan dan kekuasaa duniawi, ini adl akibat
kekusaan yg tdk terkontrol.
• Lalu muncul ajara dr Monarchomachen (abad ke-16) yg membatasi
kekuasaan raja.
• Brutus (1579), tokoh Monarchomachen, dlm bukunya Vindiciae contra
Tyrannos, menyatakan bahwa meskipun raja dipilih oleh Tuhan, ttp
diangkat berdasarkan persetujuan rakyat. Bila raja sewenang-
wenang,maka hak setiap org utk melawan
3. Kedaulatan Negara.
• Ajaran Kedaulatan Negara sebenarnya merupakan kelanjutan dari
ajaran kedaulatan raja. Ajaran ini timbul di Jerman utk
mempertahankan kedudukan raja yg waktu itu memperoleh dukungan
dr 3 lapisan masyarakat , yakni:
a. Golongan bangsawan atau Junkertum;
b. Golongan angkatan perang atau Militair
c. Golongan alat-alat pemerintah atau Birokrasi.
Oleh krn itu negara pny arti yg abstrak, yg memegan kekuasaan dlm negara
adl raja, pengertia negara yg abstrak dikonkretkan dlm tubuh raja. Ajaran ini
disebut Verkulpringstheorie: negara menjelma dlm tubuh raja.
Kedaulatan negara sering disebut kedaulatan raja-raja modern
(moderneverstenso uvereiniteit).
• Kedaulatan Negara/Staatssouvereiniteit: Kekuasaan tertinggi itu ada
pada negara, entah kekuasaan itu sifatnya absolut, entah terbatas.
Negara yg menciptakan hukum, jd sgl sst hrs tunduk pd negara. Tokoh:
Jean Bodin dan George Jellinek.
4. Kedaulatan Hukum/rechts-souvereineteit
Kekuasaan tertinggi di dalam suatu negara itu adl hukum itu sendiri. Karena
itu baik raja/penguasa maupun rakyat/warga negara, bahkan negara itu
sendiri semuanya tunduk kepada hukum. Tokoh: Krabbe.
5. Kedaulatan Rakyat/popular souvereignty
Kekuasaan rakyat yg benar-benar berdaulat dlm hub ini ialah rakyat yg
diperintah.
• John Locke: rakyat yg menyerahkan kekuasaan kepada negara,
dengan demikian negara memiliki kekuasaan yg besar, ttp kekuasaan
itu ada batasnya, batas itu adalah hak alamiah dari manusia, yg
melekat padanya ketika manusia itu lahir. Karena itu, negara tdk bs
mengambil atau mengurangi hak alamiah itu. Hak tsb adl hak atas
kehidupan, kemerdekaan, dan milik pribadi. Negara didirikan utk
melindungi hak-hak ini. Kata Locke: “Negara diciptakan krn suatu
perjanjian kemasyarakatan antar rakyat. Tujuannya ialah melindungi
hak milik, hidup, kebebasan, baik thd bahaya-bahaya dr dlm maupun
bahaya-bahaya dr luar. Org memberikan hak-hak alamiah kpd
masyarakat, tetapi tdk semuanya”.
• Rousseau: kedaulatan rakyat ini menjadi kedaulatan yg mutlah
berdasarkan volunte generale dari rakyat itu. Kekuasaan tertinggi dari
rakyat, oleh rakyat dan utk rakyat.

2 macam kehendak dari rakyat (rosseau):


1. Kehendak rakyat seluruhnya/volunte de tous: Hanya dipergunakan
oleh rakyat seluruhnya sekali saja, yaitu waktu negara hendak
dibentuk melalui perjanjian masyarakat;
2. Kehendak sebagian dari rakyat/volonte generale: Kedaulatan rakyat
adalah keputusan suara terbanyak.
Bab 9
Teori demokrasi

Ada 2 Fakta Historis:


1. Dari zaman Yunani kuno hingga sekarang mayoritas teoritikus di
bidang politik banyak melontarkan kriti thd teori dan praktik
Demokrasi. Komitmen umum thd Demokrasi merupakan fenomena
baru;
2. Banyak negara menganut paham Demokrasi, sejarah lembaga
politiknya mengungkap adanya kerapuhan dan kerawanan tatanan
Demokrasi.
Sebuah laporan studi oleh UNESCO pd th 1950-an menyebutkan,
bahwa tdk ada satu pun tanggapan yg menolak “Demokrasi” sbg
landasan dan sistem yg paling tepat dan ideal bg semua organisasi
politik dan organisasi modern.
Fenomena Demokrasi dibedakan atas Demokrasi normatif
(essense/das sollen) dan Demokrasi empirik (performance/das sein):
Demokrasi Normatif menyangkut rangkuman gagasan-gagasan atau
idealita ttg demokrasi yg terletak di dalam filsafat, sedang Demokrasi
empirik adl pelaksanaannya di lapangan yg tdk selalu paralel dg
gagasan normatifnya.
Pada mulanya demokrasi yg terdapat di negara kota (city state) Yunani
kuno abad ke-6 s/d 3 SM merupakan Demokrasi Langsung (direct
democracy), dg wilayah terbatas, penduduk 300.000 penduduk. Hanya
berlaku utk warga negara resmi, yg merupakan bagian kecil dr
penduduk. Utk mayoritas yg terdiri dr budak belian dan pedagang
asing demokrasi tdk berlaku.
Dalam negara modern demokrasi berdasarkan perwakilan
(representative democracy).
Demokrasi Yunani kuno berakhir seiring berakhirnya kekuasaan
Romawi yg masih mengenal budaya Yunani. Berganti Abad
Pertengahan (600-1400) bercirikan struktur sosial yg feodal, serta
kehidupan sosial dan spritual dikuasai Paus dan pejabat-pejabat
agama lainnya, dg kehidupan politik ditandai perebutan kekuasaan
antara para bangsawan. Abad pertengahan menghasilkan dokumen
penting, yaitu Magna Charta Piagam Besar 1215.
Sebelum abad pertengahan berakhir di Eropa Barat pada permulaan
abad ke-16 muncul negara-negara nasional (national state) dlm bentuk
yg modern, Eropa barat mengalami beberapa perubahan sosial dan
kultural memasuki zaman lebih modern dmn akal dpt memerdekakan
diri dr pembatasan-pembatasannya. Dua kejadian, yakni Renaissance
(1350-1650) di Eropa Selatan seperti Itali, dan Reformasi (1500-1650)
di Eropa Utara seperti Jerman, Swiss, dll.
Renaissance adl aliran yg menghidupkan kembali minat kpd
kesusasteraan dan kebudayaan Yunani kuno selama abad pertengahan
telah disisihkan. Aliran ini membelokkan perhatian yg tadinya semata-
mata diarahkan kpd tulisan-tulisan keagamaan ke arah soal-soal
keduniawian dan mengakibatkan timbulnya pandangan-pandangan
baru.
Reformasi serta perang-perang agama yg menyusul akhirnya
menyebabkan manusia berhasil melepaskan dr penguasaan gereja,
baik di bidang spiritual dlm bentuk dogma, maupun sosial dan politik.
Hasilnya adl perlu ada kebebasan beragama dan ada garis pemisah yg
tegas antara soal-soal agama dan keduniawian, khususnya bidang
pemerintahan. Ini yg disebut “pemisahan antara Gereja dan Negara”.
Kedua aliran pikiran di atas mempersiapkan org Eropa Barat dlm masa
1650-1800 menyelami masa “Aufklarung” (Abad Pemikiran) beserta
rasionalisme (kebebasan berpikir). Timbul gagasan manusia memiliki
hak-hak politi yg mendobrak kekuasaan raja yg absolut, berdasar teori
rasionalitas lahir konsep social contract.
b. Beberapa konsep demokrasi
Demokrasi berarti “rakyat berkuasa” atau “government or rule by the
people”.
Democracy (Inggris) dari kata Demokratie (Prancis) pd abad ke-16,
asal kata dr bahasa Yunani demokratia.
Ada beberapa aliran pikiran demokrasi: (ada 2 yg terpenting, yakni
Demokrasi Konstituional dan Demokrasi berdasar pahak Komunisme)
1. Demokrasi Konstitusional: Pemerintah terbatas kekuasaannya, tdk
sewenang-wenang, kekuasaan terbagi, dg prinsip rechtsstaat dan rule
of law;
2. Demokrasi bersandar atas pahak Komunis: selalu bersifat anbivalen
thd negara, negara dianggap sbg alat pemaksa yg akhirnya lenyap
sendiri dg munculnya masyarakat komunis. Negara tak lain tak bukan
hanyalah mesin yg dipakai oleh satu kelas utk menindas kelas lain dan
negara hanya merupakan suatu lembaga transisi yg dipakai dlm
perjuangan utk menindas lawan-lawan dg kekerasan.
3. Demokrasi Rakyat: bentuk khusus demokrasi yg memenuhi fungsi
diktator proletar (dlm istilah komunis). Ciri-cirinya: (1) Suatu wadah
front persatuan (united front) yg merupakan landasan kerja sama dr
partai komunis dg golongan-golongan lainnya dlm masy dmn partai
komunis berperan sbg penguasa; (2) Penggunaan beberapa lembaga
pemerintahan dr negara yg lama.
4. Demokrasi Nasional (National Democratic State): Suatu tahap dlm
perkembangan negara demokrasi rakyat sbg bentuk diktator
proletariat. Konsep ini ditinjau kembali krn negara borjuis nasonal yg
tdk memihak, ttp membatasi ataupun menutup sama sekali gerak
partai-partai komunis.

Tipe-tipe demokrasi:
1. Demokrasi Klasik:
Ciri-cirinya:
a. Partisipasi langsung warga negara dlm fungsi-fungsi legislatif dan
yudikatif;
b. Majelis rakyat memiliki kekuasaan tertingg;
c. Berbagai metode pemilihan kandidat pejabat publik (pemilihan
langsung, perwakilan, rotasi);
d. Tdk ada perbedaan hak istimewa yg membedakan rakyat biasa dg
pejabat publik;
e. Kecuali posisi yg berhubungan dg peperangan, jabatan yg sama tdk
blh dipegang lebih dr dua kali oleh org yg sama;
f. Masa jabatan yg pendek utk semua para pegawai publik digaji.

2. Republikanisme protektif
Ciri-cirinya:
a. Keseimbangan kekuasaan antara rakyat, aristokrasi dan monarki
dihubungkan pd sebuat konstitusi campuran atau pemerintahan
campuran dg persetujuan kekuatan-kekuatan politik yg utama utk
memainkan sebuah peran aktif dlm kehidupan;
b. Partisipasi warga negara dicapai melalui kemungkinan mekanisme yg
berbeda, termasuk pemilihan konsul-konsul, atau para wakil rakyat utk
menjalankan tugas sbg dewan-dewan penguasa;
c. Kelompok-kelompok sosial yg saling bersaing mengajukan dan
mempertahankan kepentingan-kepentingan meraka;
d. Kebebasan-kebebasan berpendapat, berekspresi, dan berserikat;
e. Peraturan hukum.

3. Republikanisme dan perkembangannya


Ciri-cirinya:
a. Pembagian fungsi-fungsi eksekutif dan legislatif;
b. Partisipasi langsung warga negara dlm pertemuan-pertemuan publik
utk menetapkan badan pembuat undang-undang;
c. Kebulatan suara pd pokok-pokok persoalan publik sangat diperlukan,
ttp ketentuan voting dg suara mayoritas mengendalikan pd saat terjadi
perselisihan;
d. Jabatan-jabatan eksekutif berada ditangan ‘para hakim’ atau
administrator (penyelenggara negara);
e. Eksekutif ditetapkan baik melalui pemilihan langsung atau perwakilan
kelompok.

4. Demokrasi protektif
Ciri-cirinya:
a. Kekuasaan sepenuhnya berada di tangan rakyat, namun tetap para
wakil yg scr sah dpt melaksanakan fungsi-fungsi negara;
b. Pemilu, surat suara rahasia, kompetisi antra golongan, pemimpin-
pemimpin atau partai-partai potensial dan aturan mayoritas merup
dasar institusional utk membentuk pertanggungjawaban mereka yg
memimpin;
c. Kekuasaan negara hrs tdk mengenai org-org ttt, yaitu scr hk dibatasi,
dan dipisahkan antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif;
d. Pemusatan konstitusionalisme utk menjamin kebebasan dr tindakan
sewenang-wenang dan keadilan di depan hk dlm bentuk hak-hak atau
kebebasan politik dan sipil, diatas semua yg terkait dg kebebasan
berbicara, berekspresi, bekerja sama, memilih, dan beragama;
e. Pemisahan negara dr masy sipil, yaitu scr umum wilayah tindakan
negara dibatasi scr tegas sampai pembentukan kerangka kerja yg
memperbolehkan penduduk utk menjalankan kehidupan pribadi
mereka bebas dr risiko kekerasan, tingkah laku sosial yg tdk dpt
diterima, dan campur tangan politik yg tdk dikehendaki;
f. Kompetisi pusat-pusat kekuasaan dan kelompok-kelompok
kepentingan.

5. Demokrasi developmental
Ciri-cirinya:
a. Kepemimpinan populer dg hak suara universal (bersama dg sistem
alokasi suaru yg proporsional);
b. Pemerintahan perwakilan (kepemimpinan yg terpilih, Pemilu reguler,
surat suara rahasia, dll);
c. Pengawasan konstitusional utk menjamin batasan-batasan dan
pembagian dlm kekuaaan negara, dan utk memastikan promosi hak-
hak individu, di atas semua yg terkait dg kebebasan berpikir,
merasakan, mencoba, berdiskusi, publikasi, kombinasi, dan pencarian
scr individu ‘rencana kehidupan’ yg dipilih;
d. Batasan yg jelas dewan parlementer dr birokrasi publik, yaitu
pemisahan fungsi-fungsi org-org yg dipilih dr org-org specialis (ahli)
administrasi;
e. Keterlibatan rakyat dlm cabang-cabang pemerintahan berbeda melalui
suara, partisipasi yg luas dlm pemerintahan lokal, perdebatan publik,
dan pelayanan umum.

6. Demokrasi langsung dan akhir dari politik


Ciri-cirinya: Sosialisme (S) dan Komunisme (K)
a. (S) masalah-masalah publik diatur oleh komune dan dewan wilayah yg
terorganisasi dlm struktur piramida; (K) ‘Pemerintah’ dan ‘Politik’ dlm
semua bentuk memberi kesempatan bg pengaturan diri;
b. (S) Personel pemerintahan, penegak hukum, administrator merupakan
subjek yg dipilih scr teratur, diberi mandat dr komunitas mrk dan dpt
diberhentikan; (K) Semua masalah publik diatur scr kolektif;
c. (S) Pegawai-pegawai publik dibayar dg upah yg tdk lebih besar drpd
upah para pekerja; (K) Konsensus merupakan prinsip pengambilan
keputusan utk semua pertanyaan publik;
d. (S) Milisi rakyat yg didukung orde politik yg baru adl subjek utk kontrol
komunitas; (K) Distribusi dr semua tugas administrasi melalui
perputaran atau pemilihan. Serta penggantian semua kekuatan
bersenjata dan koersif dg pengawasan diri.

7. Demokrasi Kompetisi Elite;


Ciri-cirinya:
a. Pemerintahan parlementer dg eksekutif yg kuat;
b. Kompetisi antarelite dan partai politik yg bersaing;
c. Dominasi parlemen oleh partai politik;
d. Terpusatnya kepemimpinan politik;
e. Birokrasi: satu administrasi independen dan terlatih;
f. Batasan-batasan konstitusional dan praktis thd keragaman yg efektif
dr keputusan politik.

8. Demokrasi pluralisme
Ciri-cirinya: Pluralisme Klasik (PK) dan Neo-Pluralisme (NP).
a. (PK) Banyak kelompok kepentingan yg saling melingkupi; (NP) Banyak
kelompok tekanan, tp agenda politik memiliki bias thd kekuatan korporasi;
b. (PK) Pemerintah menengahi dan menjadi hakim antarpermintaan: (NP)
Negara, dan departemen-departemennya membentuk kepentingan sekat
mereka sendiri;
c. (PK) Aturan-aturan konstitusional yg tertanam dlm kultur politik yg
mendukung; (NP) Aturan-aturan kontitusional berfungsi dlm konteks kultur
politik yg beragam dan sistem yg terdiri dr sumber daya ekonomi yg sangat
tdk setara.

9. Demokrasi legal
Ciri-cirinya:
a. Negara konstitusional (diperagakan pd ciri-ciri tradisi politik Anglo-
Amerika, termasuk pemisahan kekuasaan yg jelas);
b. Aturan hukum;
c. Intervensi negara yg minimal dlm masyarakat sipil dan kehidupan
pribadi.
d. Masyarakat pasar bebas diberikan cakupan kemungkinan yg peling
penuh.

10. Demokrasi partisipatif


Ciri-cirinya:
a. Partisipasi langsung warga negara dlm aturan institusi kunci
masyarakat, termasuk tempat kerja an komunitas lokal;
b. Reorganisasi sistem partai dg menjadikan pejabat-pejabat partai yg
langsung bertanggung jawab pd keanggotaan;
c. Operasi ‘partai-partai partisipatif’ dlm sebuah struktur parlementer
atau kongres;
d. Pemeliharaan sebuah sebuah sistem institusional yg terbuka utk
meyakinkan kemungkinan eksperimtasi dg bentuk-bentuk politik.

11. Demokrasi deliberatif


Ciri-cirinya:
a. Jajak pendapat deliberatif, hari deliberatif, juri warga negara;
b. Program e-gevernment dari laporan online hingga akses kepada wakil
rakyat;
c. Program e-demokrasi termasuk forum publik online;
d. Analisis kelompok dan penyusunan proposal kebijakan;
e. Deliberasi kehidupan publik, dan forum mikro hingga lingkup
transnasional;
f. Fungsi baru referendum yg dikaitkan dg jajak pendapat deliberatif, dan
lain-lain

D. Nilai-nilai dalam demokrasi:


1. Menyelesaikan perselisihan dg damai dan secara melembaga
(institutionalized peacefull settlement of conflict).
2. Menjamin terselenggaranya perubahan scr damai dlm suatu masy yg
sdg berubah (peacefull change in a changing society);
3. Menyelenggarakan pergantian pimpinan scr teratur (orderly
succession of rulers);
4. Membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum (minimum of
coercion);
5. Mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman
(diversity) dlm masy yg tercermin dlm keanekaragaman pendapat,
kepentingan, serta tingkah laku;
6. Menjamin tegaknya keadilan.

Beberapa lembaga untuk pelaksanaan nilai-nilai demokrasi:


1. Pemerintahan yg bertanggung jawab;
2. Suatu dewan perwakilan rakyat yg mewakili golongan-golongan dan
kepentingan-kepentingan dlm masy dan yg dipilih dg pemilu yg bebas
dan rahasia dan atas dasar sekurang-kurangnya dua calon utk setiap
kursi;
3. Suatu organisasi politik yg mencakup satu atau lebih partai politik;
4. Pers dan media massa yg bebas utk menyatakan pendapat;
5. Sistem peradilan yg bebas utk manjamin hak-hak asasi dan
mempertahankan keadilan.

Bab 10
Bentuk Negara dan Sistem Pemerintahan

A.Bentuk Negara
adalah merupakan batas antara peninjauan secara sosiologis dan
peninjauan secara yuridis mengenai negara. Peninjauan secara sosiologis
yaitu apabila negara dilihat secara keseluruhan tanpa melihat isinya dan
sebagainya. Disebut peninjauan secara yuridis yaitu apabila negara hanya
dilihat dari isinya atau strukturnya.
Bentuk Negara tidak sama dengan Bentuk Pemerintahan.
Bentuk Negara menurut perkembangan sejarahnya, yakni sejak zaman
Yunani Kuno hingga sekarang:
1/ Bentuk Negara pada zaman Yunani Kuno, yaitu:
a. Aristokrasi, pemerintahan oleh Aristoktrat(cendekiawan) sesuai dg
pikiran keadilan
b. Timokrasi, pemerintahan oleh org-org yg ingin mencapai kemasyhuran
dan kehormatan
c. Oligarchi, pemerintahan oleh para hartawan
d. Demokrasi, pemerintahan oleh rakyat miskin
e. Tirani, pemerintahan oleh seorang penguasa yg bertindak scr
sewenang-wenang
2/ Bentuk Negara pada Zaman Pertengahan.
Jellinek memberikan ukuran utk membedakan berdasarkan cara
pembentukan kemauan negara, yakni:
a. Kerajaan: Pembentukan kemauan terjadi seluruhnya di dalam badan
seseorang dan keuan negara terbentuk terlihat sbg kemauan yg ttt
berbadan dan individual;
b. Republik: Kemauan negara tercapai berdasarkan kejadian yuridis
menurut tnidakan-tindakan kemauan banyak orang yg berbadan, shg
kemauan itu tdk terlihat sbg kemauan satu org melainkan kemauan
badan yg hny mempunyai bentuk realitas scr yuridis saja.

3/ Bentuk Negara pada Masa Sekarang.


a. Negara Kesatuan: Negara yg tdk tersusun drpd beberapa negara,
seperti hanya dlm negara federasi, melainkan negara itu sifatnya
tunggal, artinya hanya ada satu negara, tidak ada negara di dalam
negara. Jd dg demikian, di dalam negara kesatuan itu jg hanya ada
satu pemerintahan, yaitu pemerintahan pusat yg mempunyai
kekuasaan atau wewenang tertingg dlm sgl lapangan pemerintahan.
Pemerintahan pusat inilah yg pd tingkat terakhir dan tertinggi dpt
memutuskan sgl sesuatu dlm negara tsb (Abu Daud Busroh).
b. Negara Federal: berasal dr bahasa latin, feodus, artinya liga, liga
negara-negara otonom pd zaman Yunani kuno. Negara Federal
dibentuk oleh sejumlah negara atau wilayah yg independen, yg sejak
awal memiliki kedaulatan atau semacam kedaulatan pd dirinya
masing-masing negara atau wilayah-wilayah-wilayah itu kemudian
bersepakat membentuk sebuah federal. Negara dan wilayah pendiri
federal itu kemudian berganti status menjadi negara bagian atau
wilayah administrasi dg nama ttt dlm lingkungan federal.
c. c. Negara Konfederasi: George Jellinek membedakan Negara Federasi
dan Negara Konfederasi pada kedaulatannya. Dalam Konfederasi,
kedaulatan itu terletak pada masing-masing negara anggota peserta
konfederasi itu, sedangakanpada federasi letaknya kedaulatan itu
pada federasi itu sendiri dan bukan pada negara-negara.
Negara-negara yg tergabung dlm konfederasi itu tetap merdeka dan
berdaulat, sehingga konfederasi itu sendiri pd hakikatnya bukanlah
merupakan negara, baik dari sudut ilmu politik maupun dr sudut hukum
Internasional. Keanggotaan suatu negara dlm suatu konfederasi tidaklah
menghilangkan ataupun mengurangi kedaulatannya sbg anggota
konfederasi itu. Apabila terlihat bahwa kelangsungan hidup konfederasi
itu tergantung sama sekali pd keinginan ataupun kesukarelaan negara-
negara peserta. Hans Kelsen memberi contoh misalnya Liga Bangsa-
Bangsa.

B. Sistem pemerintahan
1. Negara dg sistem pemerintahan presidensial: Pemerintahan perwakilan
rakyat yg representatif, dengan sistem pemisahan kekuasaan secara tegas,
antara kekuasaan eksekutif dengan kekuasaan legislatif yg diartikan bahwa
kekuasaan eksekutif itu dipegang oleh suatu badan atau organ yg di dalam
menjalankan tugas eksekuti itu tdk bertanggung jawab kepada badan
perwakilan rakyat. Badan perwakilan rakyat, memegang kekuasaan
legislatif, yg bertugas membuat dan menentukan peraturan-peraturan
hukum. Pimpinan badan eksekutif dan legislatif bertanggungjawab langsung
kepada rakyat, tdk melalui badan perwakilan rakyat. Presiden menjalankan
pemerintahan dlm arti yg sebenarnya, dibantu oleh oleh menteri-menteri yg
bertanggung jawab kepada presiden. Badan perwakilan tdk dpt
memberhentikan presiden dan menteri-menteri. Apabila ada perselisihan
antara badan eksekutif dan badan legislatif maka yg badan yudikatif yg akan
memutuskannya.
2.Sistem Pemerintahan Parlemen
Pemerintahan perwakilan rakyat yg representatif, dg sistem pemisahan
kekuasaan, tetapi diantara badan-badan yg diserahi kekuasaan itu, terutama
antara badan legislatif dg badan eksekutif, ada hub yg bersifat timbal balik,
dpt saling mempengaruhi.
Hub yg erat antara badan eksekutif dg badan legislatif. Tugas atau
kekuasaan eksekutif di sini diserahkan kpd suatu badan yg disebut kabinet
atau dewan menteri. Kabinet dipimpin oleh seorang Perdana Menteri, yg
bertanggung jawab kepada badan perwakilan rakyat. Badan eksekutif tdk
hrs mengikut sgl apa yg dikehendaki badan perwakilan rakyat, tetapi kabinet
masih mempunyai kebebasan dlm menentukan kebijakannya terutama
mengenai langkah-langkah pemerintahannya. Jika badan perwakilan tdk
membenarkan kebijakan badan ekseku tif, maka badan perwakilan dpt
menyampaikan “mosi tidak percaya”.
Akibat mosi tidak percaya badan legislatif, maka badan eksekuti harus
mengundurkan diri. Pertanggung jawaban in dpt scr perseorangan atau dpt
jg bersama-sama utk menteri-menteri seluruhnya. Inilah yang disebut
sebagai “krisis kabinet”.
Sebagai imbangan thd tanggung jawab menteri dlm sistem ini pemerintahan
dpt membubarkan badan perwakilan, artinya apabila dlm perselisihan antara
badan perwakilan dan kabinet kemudian kabinet berpendapat bahwa badan
perwakilan rakyat tsb tdk lagi mencerminkan kemauan rakyat, mk
pemerintah dpt membubarkan badan perwakilan dan dg segera
mengadakan pemilihan baru, tetapi lazimnya pembubaran ini hanya
diperkenankan utk satu kali saja. Apabila dlm pemilihan yg baru ternyata
menghasilkan badan perwakilan yg suaranya membenarkan badan
perwakilan yg dulu, mk pemerintah yg hrs bubar. Begitupun sebaliknya,
apabila badan perwakilan rakyat yg baru dpt menerima baik pertanggung
jawaban kebijaksanaan kabinet yg membubarkan badan perwakilan rakyat,
maka kebijaksanaan kabinet berarti betul.

3. Sistem pemerintahan campuran


Sistem pemerintahan dg pengawasan langsung oleh rakyat thd badan
legislatif atau sistem Swiss.
Dalam sistem referendum ini, di Swiss, badan eksekutif disebut Bundesrat yg
bersifat suatu dewan, merupakan bagian drpd badan legslatif, yg disebut
Bundesversammlung. Bundesversammlung terdiri dari Nationalrat dan
Standerat. Nationalrat merupakan badan perwakilan nasional, sedangkan
Standerat merupakan perwakilan daripada negara-negara bagian yg disebut
kanton. Dengan demikian, Bundesrat tdk dpt dibubarkan oleh
bundesversammlung. Lagi pula yg dimaksud dg sistem ini adl bahwa
Bundesrat itu semata-mata hanya menjadi badan pelaksana saja drpd sgl
kehendak atau keputusan Bundesversammlung, dan untuk ini diantara
anggota-anggota Bundesversammlung itu ditunjuk tujuh orang, yg kemudian
ketujuh org ini merup suatu badan yg bertugas melaksanakan scr
administratif keputusan-keputusan drpd Bundrsversammlung. Jd anggota-
anggota Bundesrat itu diambil dr sebagian anggota-anggota
bundesversammlung. Disebut juga “sistem badan pekerja”.
Bila Bundesrat menjalankan kebijaksanaan yg menurut Bundesversammlung
tdk sesuai dg yg dikehendaki oleh Bundesversammlung, maka Bundesrat tdk
mempunyai kebebasan lagi utk meneruskan apa yg menjadi kehendaknya,
melainkan Bundesrat hrs mengubah sikapnya dan hrs menjalankan apa yg
dikehendaki oleh Bundesversammlung.
Untuk mengadakan kontrol thd badan perwakilan diadakan lembaga yg
disebut referendum, yaitu suatu pemungutan suara scr langsung oleh rakyat
yg berhak mengeluarkan suaru utk menentukan ttg pendapat rakyat.
Referendum di Swiss ada dua macam:
1. Referendum wajib (referendum obligatoir): Referendum yg
menentukan berlaku atau tidak berlakunya suatu UU atau suatu
peraturan;
2. Referendum yg tdk wajib (referendum fakultatif): Pemungutan suara
yg dpt dituntut oleh rakyat utk menentukan UU yg tlh berlaku boleh
terus atau tdk, atau perlu perubahan atau tidak.

Ciri-ciri utama sistem campuran:


1. Menteri-menteri dipilih oleh parlemen;
2. Lamanya masa jabatan eksekutif ditentukan dg pasti dlm konstitusi;
3. Menteri-menteri tdk bertanggung jawab baik kepada parlemen
maupun kepada presiden.
Ciri yg pertama adl merupakan ciri pokok dr sistem parlementer. Sedangkan
ciri yg kedua adl merupakan ciri pokok dr sistem presidensial. Ciri yg ketiga
adl ciri yg tdk terdapat baik dlm sistem presidensial maupun dlm sistem
parlementer. Justru ciri yg ketiga inlah merupakan konsekuensi dri dianutnya
cir pertama dan kedua secara bersama-sama.

Anda mungkin juga menyukai