Anda di halaman 1dari 43

TUGAS

ILMU NEGARA

DOSEN PENGAMPU :

Dr.Ferdinandus N. Lobo,SH.,M.H

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

1. Excel Adhyantara Saba


2. Mariana Bunga Rabe
3. Eugenia Soares De Yesus
4. Maria Imakulata Go’o Laki

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

2023/2024
BAB 1
PERISTILAH ILMU NEGARA DAN RUANG LINGKUP ILMU KENEGARAAN
1. Istilah Ilmu Negara

Ilmu Negara berasal dari bahasa Belanda yaitu "Statsleer", Staat diterjemahkan
sebagai negara, dan "leer" berarti ilmu. Istilah serupa dalam bahasa Jerman yaitu
"Statslehre". Dalam bahasa Inggris terdapat istilah "Theoryof state/ General theory of
state", "political Science" atau "Politics". Sedangkan dalam bahasa Perancis dikenal
istilah "Theori d'etat", atau di Amerika dikenal istilah "Political Science".
Ini merupakan hasil dari penyelidikan seorang Sarjana Jerman bernama Georg
Jellinek dalam buku-nya Allgemeine Staatslehre. Jellineck membahas teori ilmu negara
secara menyeluruh dan kemudian menyusunnva secara sistematis dalam bukunya yang
berjudul Aligemeine Staatslehre. George Jellineck kemudian disebut sebagai bapak ilmu
negara karena merupakan orang pertama yang menyelidiki serta membahas ilmu
pengetahuan tentang negara secara menyeluruh, kemudian menyusunnya secara
sistematis. Teori Jellinek dianggap sebagai penutup masa lampau, dan menjadi pangkal
tolak bagi peninjauan lebih lanjut terhadap teori ilmu negara. George Jellinek
mengumpulkan seluruh ilmu pengetahuan tentang negara, meneliti, mengumpulkan
teori-teori yang sama kemudian menyusunnya secara sistematis.
Teorinya tersusun dalam sistematika diagram sebagai berikut:

2. Ruang Lingkup Ilmu Negara

Georg Jellinek dalam Allgemeine Staatslehre membagi konsepsi ilmu


negara menjadi sistematis, lengkap, dan teratur untuk menjelaskan ilmu tentang negara
dengan menggunakan metode van systematesering (metode sistematika) dengan cara
mengumpulkan semua bahan tentang ilmu negara yang ada mulai zaman kebudayaan
Yunani sampai pada masanya sendiri . Dalam bukunya tersebut, Jellinek membagi ilmu
kenegaraan menjadi dua bagian, yaitu:
1. Ilmu Negara dalam arti sempit (staatswissenschaften)
Staatswissenschaften dalam arti sempit adalah staatswissenschaf dalam arti luas
setelah dikurangi dengan rechtwissenshaften. Dalam arti ilmu pengetahuan mengenai
negara ketika di dalam penyelidikannya menekankan pada negara sebagai obyeknya.
2. Ilmu Pengetahuan Hukum (rechtwissenschaften).
Yang dimaksud dengan rechtwissenschaften adalah ilmu pengetahuan mengenai
negara, tetapi di dalam hal ini penyelidikannya ditekankan pada segi hukum atau yuridis
dari negara itu. Termasuk dalam rechtwissenschaft adalah hukum tata negara, hukum
administrasi negara, hukum pidana, dan sebagainya. Hal yang penting dalam pembagian
Jellinek bagi ilmu negara adalah bagian yang pertama, yaitu ilmu kenegaraan dalam arti
sempit. Kemudian staatswissenschaft (dalam pengertian yang sempit) ini dibagi lagi ke
dalam tiga bagian, yaitu:
1. Beschreibende Staatswissenschaft
Ilmu pengetahuan yang melukiskan atau menceritakan tentang Negara yaitu
melukiskan hal unsur-unsur negara, aspek-aspek negara dan belum disistematisasi.
Segala bahan-bahan yang menggambarkan tentang suatu negara tertentu atau negara
pada umumnya, atau diberi nama lain Staatenkunde. Sifat ilmu kenegaraan ini adalah
deskriptif yang hanya menggambarkan dan menceritakan peristiwa-peristiwa yang
terjadi dalam hubungan dengan negara.
2. Theoritische Staatswissenschaft
Theorische staatswissenschaft melakukan penyusunan atas hasil-hasil
penyelidikan dalam satu kesatuan yang teratur dan sistematis. Inilah ilmu kenegaraan
yang sesungguhnya merupakan ilmu pengetahuan teoritis tentang Negara. Jadi,
Theorische staatswissenschaft mengambil bahan-bahan dari beschrebende
staatswissenschaft. Contohnya Sosiologi mengambil bahan-bahan dari Sosiografi suatu
gejala masyarakat tertentu. Jadi, tidak mengenai seluruh lapangan ilmu. Bahan-bahan
yang telah dikumpulkan tadi diolah, dianalisis, mana yang sama digolongkan, yang
berbeda dipisahkan lalu diletakkan dalam suatu sistematika untuk dicari pengertian-
pengertian pokok dan sendi-sendi pokok
3. Angewandee Staatswissenschaft
Angewandee Staatswissenschaft atau disebut juga Praktische Staatswissenschaft,
dari teori-teori tersebut dengan sendirinya orang mempraktikkan ajaran-ajaran
kenegaraan itu yang tercakup dalam Praktische Staatswissenschaft atau disebut juga
dengan Ilmu Politik.

BAB 2
TEORI SIFAT HAKEKAT NEGARA
1. Sifat Negara
Negara memiliki sifa-sifat khusus yang merupakan menifestasi kedaulatan yang
dimilikinya dan yang membedakannya dari organisasi lain juga memiliki kedaualatan.
Adapun sifat-sifat negara adalah sebagai berikut;
1. Sifat Memaksa
Sifat memaksa, ini bearti bahwa negara memiliki kekuasaan untuk menggunakan
kekerasan fisik secara legal agar peraturan undang-undang ditaati sehingga penertiban
dalam masyarakat tercapai dan tindakan anarkhi dapat dicegah. Sifat memaksa juga
bertujuan agar peraturan perundang-undangan ditaati dengan demikian terjadi sebuah
penetiban.
2. Sifat Monopoli
Sifat monopoli ini berarti bahwa negara memegang monopoli dalam menetapkan
tujuan bersamamasyarakat.dalam hal ini negara dapat melarang suatu aliran
kepercayaan atau politik tertentu yang membahayakan kehidupan masyarakat
berbangsa dan bernegara. Sifat monopoli ini agar negara mempunyai tujuan dalam
menempatkan tujuan bersama masyarakat.
3. Sifat Mencakup Semua (All-Encompassing, All-Embracing)
Yang berarti bahwa seluruh peraturan undang-undang dalam suatu negara berlaku
untuk semua orang yang terlibat didalamnya tanpa terkecuali. Apanila ada orang
yangberada diluar ruang lingkup aktivitas negara, maka usaha kolektif negara agar
tercapainya masyarakat yang dicita-citakan akan gagal karena menjadi warga negara
tidak berdasarakan kemauan sendiri sebagaimana berlaku dalam asosiasi/organisasi
yang lain keanggotanya bersifat sukarela. Kerena mencangkup semua(allencom-
passing, allembracing), semua peraturan perundang-undangan brlaku untuk semua
tanpa terkecuali.

1. Hakekat Negara

Berikut ini adalah pendapat beberapa tokoh menurut para ahli tentang hakekat
negara.
a. Menurut Ahli
Bahwa hakikat negara pada prinsipnya dapat disimak dari pendapat pakar berikut
ini:
1) Plato
Menurut Plato hakikat negara adalah suatu tubuh yang senantiasa maju,
berevolusi, dan terdiri dari orang-orang (individu-individu)

2) Hugo de Groot (Grotius)


Menurut Hugo de Groot, hakikat negara adalah ibarat suatu perkakas yang dibuat
manusia untuk melahirkan keberuntungan dan kesejahteraan umum.
3) Thomas Hobbes
Menurut Thomas Hobbes, hakikat negara adalah suatu tubuh yang dibuat oleh
orang banyak, yang masing-masing berjanji akan memakainya menjadi alat untuk
keamanan dan perlindungan mereka
4) J.J. Rousseau
Menurut J.J. Rousseau, hakikat negara adalah perseri- katan rakyat dalam
melindungi dan mempertahankan hak masing-masing diri dan harta benda anggota-
anggota yang tetap hidup dengan bebas merdeka.
5) Karl Marx
Menurut Karl Marx, hakikat negara adalah suatu alat kekuasaan bagi manusia
(penguasa) untuk menindas kelas manusia yang lain
6) J.H.A. Logemann
Menurut J.H.A. Logemann, hakikat negara adalah suatu organisasi
kemasyarakatan yang mempunyai tujuan melalui kekuasaannya dalam mengatur serta
menyelenggarakan sesuatu yang berkaitan dengan jabatan, fungsi lembaga
kenegaraan, atau lapanga kerja yang terdapat dalam masyarakat.
7) Roger F. Soltau
Menurut Roger F. Soltau, hakikat negara adalah suatu alat (agency) atau
kewenangan (authority) yang mengatur atau mengendalikan dalam berbagai persoalan-
persoalan bersama atas nama masyarakat.
8) Hans Kelsen
Menurut Hans Kelsen, hakikat negara adalah suatu pergaulan hidup bersama
dengan tata paksa
9) R. Kranenburg
Menurut R.Kranenburg, hakikat negara adalah suatu organisasi yang kekuasaan
diciptakan oleh sekelompok manusia yang disebut dengan bangsa
10) Ibnu Khaldun
Menurut Ibnu Khaldun, hakikat negara adalah sesuatu yang tubuh persis sama
seperti tubuh manusia. Tubuh manusia mengalami masa lahir dan tumbuh (groei), ada
masa muda dan dewasa (bloei), dan ada masa tua dan mati (vergaan).

BAB 3
TEORI PEMBENARAN HUKUM NEGARA
Teori pembenaran negara atau rechtsvaardigings theorieen adalah teoriyang
digunakan dasar pembenran perilaku negara, yang mana berasal dari Tuhan, menurut
padmo wahjono. Namun ternyata teori ini tidak hanya berdasarkanalasan ketuhanan
melainkan juga alasan kekuatan penguasa.
Jika diklasifikasikan maka teori pembenaran negara dapat dibagi sebagaimana berikut;
1. Pembenaran Negara dari sudut keagamaan( ketuhanan )/theokratische theorieen
Teori ini bersifat mutlak, apalagi terhadap orang-orang yang percaya akan agama.
Menurut teori ini tindakan dari penguasa itu dibenarkan karena negara itu tadi diciptakan
oleh Tuhan. Maka Tuhan yang berkuasa dan segala apapun tindakannya dibenarkan.
Mengenai pembenaran dari sudut keagamaan dibagi menjadi 2 yaitu:

a.) Teori Kedaulatan Langsung (Directe Theokratie Theorieen)


Menurut teori ini maka tindakan penguasa itu dibenarkan karena Tuhan langsung
menciptakan negara tadi dan menjalankan hukum-hukumnya dan oleh karena itu tindakan
tadi dibenarkan.
b.) Teori Kedaulatan Tak Langsung (Indirecte Theokratie Theorieen)
Menurut teori ini maka tindakan penguasa itu dibenarkan karena Tuhan tidak
langsung menciptakan negara tadi dan mewakilkannya untuk memerintah. Disini
penguasa sebagai wakil Tuhan hingga akibat dari segala tindakannya akan dibenarkan.
Hukum yang diterapkan tidak selalu hukum Tuhan, melainkan hukum yang dilegitimasi
penguasa (dianggap wakil Tuhan).
2. Pembenaran Negara Dari Sudut Kekuatan
Menurut teori ini maka tindakan penguasa itu dibenarkan karena penguasa
mempunyai kekuatan sehingga akibat dari orang kuat tadi dibenarkan oleh yang
lemah.188 Mengenai pembenaran negara dari sudut kekuatan dapat dijabarkan
sebagaimana berikut:
a. Teori Kekuatan Fisik (Kekuatan Jasmani )
Menurut teori kekuatan fisik atau kekuatan jasmani ini maka tindakan dari
penguasa ini tadi dibenarkan karena penguasa mempunyai kekuatan fisik yang luar biasa,
sehingga orang-orang membenarkan tindakannya.
b. Teori Kekuatan Rohani (Kekuatan Psikis)
Menurut teori kekuatan rohani atau kekuatan psikis ini maka tindakan penguasa
ini dibenarkan karena penguasa mempunyai kekuatan psikis yang luar biasa, misalnya :
karena penguasa sebagai seorang ahli Telu (kebatinan) sehingga orang-orang
membenarkan tindakannya.

c. Teori Kekuatan Materi ( Kebendaan)


Menurut teori kekuatan materi ini maka tindakan dari penguasa tadi dibenarkan
dengan alasan bahwa penguasa memiliki materi (benda) yang dalam jumlah besar dan ia
mempunyai hak atas materi atau benda tadi sehingga apapun tindakannya terhadap benda
miliknya maka akan dibenarkan. Jadi tindakan penguasa dibenarkan karena ia
mempunyai hak atas benda.
3. Pembenaran Negara Dari Sudut Hukum
Menurut teori Pembenaran Negara dari sudut hukum ini maka tindakan ini tadi
dibenarkan karena tindakannya berdasarkan atas hukum, yaitu norma obyektif yang
mengikat, 189 Menurut peninjauan pembenaran negara dari sudut hukum dapat dibagi
dalam 3 segi pembahasan masing-masing :
a. Teori Pembenaran Negara Dari Sudut Hukum Kekeluargaan
Menurut teori ini maka tindakan penguasa dibenarkan karena penguasa
merupakan kepala keluarga. Jadi karena itu dianggap gabungan dari beberapa keluarga
batih hingga menjadi penguasa atau kepala keluarga batih senior, hingga apapun
tindakannya dianggap dibenarkan sebagai wujud penghormatan senioritas.
b. Teori Pembenaran Negara Dari Sudut Hukum Kebendaan
Menurut teori ini maka penguasa dianggap sebagai pemilik atas negara / pemilik /
benda, sehingga apapun tindakannya terhadap benda / negara tadi tentunya dibenarkan
menurut hukum.
c. Pembenaran Negara Dari Sudut Hukum Perjanjian
Menurut teori ini maka tindakan penguasa tadi dibenarkan karena antara penguasa
dan yang dikuasai telah lebih dahulu diadakan perjanjian dan pada hakekatnya penguasa
menjalankan apa yang telah diperjanjikan, oleh karena itu tindakan penguasa tadi
dibenarkan. Mengenai perjanjian ini maka kita kenal teori perjanjian dari pada tiga
orang sarjana yaitu :
(1) Teori Perjanjian Dari Thomas Hobbes
Menurut Thomas Hobbes maka semua manusia itu sama seperti serigala saling
bermusuhan hingga akibat permusuhan ini manusia akan punah. Untuk itu manusia
mengadakan perjanjian sesama manusia (pactum unionis). Kemudian terpikir oleh
mereka siapakah diantara mereka yang akan memimpin agar kehidupan tetap aman
dan untuk inilah diadakan perjanjian lagi antara para masyarakat dengan penguasa
yang akan memimpin mereka dimana diserahkan sebagian dari hak-hak mereka pada
pemimpin tadi. Perjanjian antara anggota masyarakat disebut dengan (pactum
subyektionis). Menurut Thomas Hobbes maka kekuasaan pemimpin tadi haruslah
bersifat mutlak, hingga Teori Hobbes ini menimbulkan monarki absolut.
(2) Teori Perjanjian Dari John Locke
Menurut John Locke memang manusia itu dalam status naturalis bersifat seperti
serigala, tetapi hal ini berarti baru terjadi apabila hak asasi mereka dilanggar. Oleh
karena itu manusia tadi dalam status naturalis tidak dapat mempertahankan hak-hak
asasinya maka manusia yang bebas tadi mengadakan perjanjian kemasyarakatan yang
bertujuan menjamin hak asasi dari pada warga-warga tadi. Menurut John Locke maka
kepada penguasa tadi hak-haknya dibatasi hanya sampai menjamin hak-hak asasi saja,
kekuasaan negara tidak boleh melanggar hak asasi warganya, sehingga dengan
demikian kita lihat bahwa Locke menghendaki negara yang berbentuk negara yang
konstitusional.
(3) Teori Perjanjian Menurut J. J. Rousseau
Menurut Rousseau manusia tadi tidak perlu mengadakan Pactum Unionis maupun
Pactum Subyektionis. Manusia-manusia itu menurut Rousseau harus menyerahkan
kekuasaannya pada sekelompok tertentu, akan tetapi kekuasaan yang sebenarnya tetap
pada sekelompok manusia tadi. Dalam hal ini kita jumpai istilah Volente De Tous yaitu
perjanjian antara orang yang satu dengan orang yang lain untuk membentuk negara yang
merupakan kepentingan setiap orang, dan Volente De Tous ini hanya sekali diadakan
yaitu pada waktu pembentukan negara.

BAB 4
TEORI TUJUAN NEGARA

Setiap Negara mempunyai tujuan-tujuan tertentu. Apa yang menjadi tujuan Negara
merupakan hal yang penting, karena akan menjadi pedoman bagaimana Negara disusun
dan dikendalikan, dan bagaimana rakyatnya diatur sesuai dengan tujuan tersebut. Teori
tujuan Negara pada umumnya digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu: Teori tujuan Negara
yang klasik dan Teori tujuan Negara yang modern.
1.Teori Tujuan Negara Klasik.

Ada beberapa tokoh yang dapat digolongkan penganut Teori tujuan Negara klasik
yaitu: Lord Shang, Niccolo Macchiavelli, Dante Allegheire. Shang Yang adalah Menteri
Tiongkok yang terkenal pula dengan nama Lord Shang, hidup pada tahun 523-428 SM.
Bukunya yang terpenting adalah A classic of the Chinese School of Law. Pada masanya,
pemerintahan Tiongkok sangat kacau dan pemerintahannya sangat lemah, dimana
daerahdaerah yang diperintah oleh gubernur tidak tunduk pada pemerintah pusat. Lord
Shang menjelaskan bahwa di dalam setiap Negara terdapat subyek yang selalu
berhadapan dan bertentangan, yaitu pemerintah dan rakyat. Kalau yang satu lemah maka
yang lainnya kuat. Dalam hal itu sebaiknya pihak pemerintahlah yang lebih kuat daripada
rakyat supaya jangan timbul kekacauan dan anarchism.Jadi Tujuan Negara yang utama
adalah suatu pemerintahan yang berkuasa penuh terhadap rakyat. Sistem Lord Shang ini
dapat ditemukan pada peraturan yang dibuat oleh tokoh seperti Dzengis Khan dan Timur
Lenk.

a. Niccolo Macchiavelli adalah seorang diplomat Italia yang hidup Antara Tahun
1429 – 1527. Bukunya adalah Il Principe (kepala Negara). Gagasannya tentang
tujuan Negara hampir mirip dengan Lord Shang, yakni Negara harus lebih kuat
daripada rakyatnya. Tujuan Negara adalah untuk memupuk kekuasaan guna
mencapai kemakmuran rakyat. Menurutnya pemerintah harus selalu berusaha
agar tetap berada diatas segala aliran yang ada, ia harus lebih berkuasa, dan
kadang-kadang harus bersikap sebagai singa terhadap rakyat, supaya rakyat takut
kepada pemerintah. Jadi disini menurut Macchiavelli, dalam upaya untuk
mencapai tujuan Negara yaitu “kekuasaan”, Raja dapat menghalalkan segala cara
(ends justifies means).
b. Dante Allegheire adalah seorang filosof dan penyair yang hidup antara Tahun
1265-1321. Teorinya ditulis dalam bukunya Die Monarchia. Tujuan Negara
menurutnya adalah menciptakan perdamaian dunia, dengan jalan menciptakan
undang-undang yang seragam bagi seluruh umat manusia. Kekuasaan sebaiknya
berada ditangan raja/kaisar supaya perdamaian dan keamanan terjamin. Dengan
demikian maka secara tersirat tujuan Negara menurut Dante adalah menciptakan
“kerajaan dunia” (world emperium).
2. Teori Tujuan Negara Modern

Teori Tujuan Negara Modern dianut oleh beberapa sarjana antara lain Immanuel
Kant, Jacobsen dan Lipman, danJ.Barents. Immanuel Kant adalah seorang filsuf
Jerman yang hidup Antara Tahun 1724-1804, ia menulis dalam bukunya; Mataphysische
Afangsrunde (ajaran metafisika dalam hukum). Menurut pendapatnya manusia
dilahirkan sederajat dan segala kehendak,kemauan dalam masyarakat Negara harus
berdasarkan pada UU. Peraturan hukum harus dirumuskan secara tertulis dan menjadi
dasar pelaksanaan pemerintahan.Selain itu juga ia memandang perlunya pemisahan
kekuasaan dalam Negara,sebagaimana dikemukakan oleh Montesquieu.

Tujuan Negara menurut Kant adalah menegakkan hak-hak dan dan kebebasan
warga Negara atau kemerdekaan individu. Untuk menjamin kebebasan individu harus
berupa jaminan perlindungan HAM dan harus diadakan pemisahan kekuasaan dalam
Negara.Jacobsen dan Lipman, adalah sarjana Belanda yang membedakan antara tujuan
dengan fungsi Negara. Dalam bukunya Political Science, tujuan dari Negara yaitu:

a. Pemeliharaan ketertiban,
b. Memajukan kesejahtraan individu dan kesejahtraan umum, dan
c. Mempertinggi moralitas.
Sementara fungsi Negara adalah: fungsi esensial (fungsi yang diperlukan demi
kelanjutan Negara), fungsi jasa, dan fungsi perniagaan.

1. J.Barents, dalam bukunya De Wetenschap der Politiek (Ilmu Politik), tujuan Negara
dikelompokkan dalam 2 klasifikasi yakni:

a. Tujuan Negara yang sebenarnya (asli dan utama), meliputi: pemeliharaan


keteriban dan keamanan serta pemeliharaan kesejahtraan umum.
b. Tujuan Negara yang tidak sebenarnya, yaitu untuk mempertahankan
kedudukan kelas yang berkuasa.

2. Padmo Wahyono, dalam bukunya “Negara Republik Indonesia”, menyatakan ada 4


kelompok teori tujuan Negara yaitu:
a. Teori Kekuasaan, bahwa tujuan Negara adalah semata-mata untuk
mempertahankan kekuasaan (machtstaat).
b. Teori Kemakmuran Negara (etatisme). Menurut teori ini pusat segala
kehidupan ada pada Negara, karena itu yang paling penting adalah Negara.
Jadi Negara itu adalah tujuan itu sendiri, dan bukan alat untuk mencapai
kemakmuran (tipe polizeistaat ).
c. Teori Kemakmuran Individu. Menurut teori ini, tujuan Negara hanya dapat
dicapai melalui kebebasan individu (HAM) yang dijamin oleh UU.
d. Teori Kemakmuran Rakyat. Tujuan Negara mengutamakan kemakmuran
rakyat, yang Harus dicapai secara adil.Dengan demikian maka dari segi tujuan
Negara, tipe Negara Yang diidealkan adalah tipe Negara hukum-materiil
(Social Service State).
BAB 5
TEORI TERJADINYA NEGARA

1. Terjadinya Negara Secara Primer (Primaire Staats Wording)

Terjadinya negara secara primer adalah suatu teori yang membahas mengenai negara
yang tidak dihubungkan dengan negara yang telah ada sebelumnya. Sesuai dengan teori
tersebut, perkembangan negara secara primer melalui beberapa fase, yaitu:
1) Phase Genootshap (Genossenschaft)
Fase ini merupakan pengelompokan dari orang- orang yang menggabungkan
dirinya untuk kepentingan bersama, yang disandarkan pada persamaan. Mereka
menyadari bahwa ada kepentingan yang sama. Di sini, kepemimpinan dipilih secara
Primus Interpares atau yang terkemuka di antara yang sama. Dengan demikian, yang
penting pada fase ini adalah unsur bangsa.

2) Phase Reich (Rijk)


Pada fase ini, kelompok orang-orang yang menggabungkan diri telah sadar akan
hak milik atas tanah hingga muncullah tuan yang berkuasa atas tanah dan orang-orang
yang menyewa tanah, sehingga timbul sistem feodalisme. Jadi, yang penting pada fase ini
adalah unsur wilayah.
3) Phase Staat
Pada fase ini, masyarakat telah sadar diri tidak bernegara menjadi bernegara dan
mereka telah sadar bahwa mereka berada pada suatu kelompok. Jadi, yang penting pada
fase ini adalah ketiga unsur dari negara, yaitu bangsa, wilayah, dan pemerintahan yang
berdaulat sudah terpenuhi.
4) Phase Democratie Natie
Fase ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari phase staat, yang mana
democratie natie ini terbentuk atas dasar kesadaran demokrasi nasional, kesadaran akan
adanya kedaulatan di tangan rakyat.
5) Phase Dictatuur (Dictatum)
Berkaitan dengan fase ini, ada dua pendapat, yaitu pertama, bentuk diktator
merupakan perkembangan lebih lanjut dari phase democratie natie; kedua, diktator bukan
merupakan variasi atau penyelewengan dari phase democratie natie. Pendapat pertama
dikemukakan oleh Sarjana Jerman, sedangkan pendapat kedua dikemukakan oleh Sarjana
lainnya.
2. Terjadinya Negara Secara Sekunder (Scundaire Staats Wording)
Terjadinya negara secara sekunder merupakan teori yang membahas tentang terjadinya
negara. Yang dihubungkan dengan negara-negara sebelumnya. Jadi, yang penting dalam
pembahasan ini adalah masalah pengakuan atau erkening. Masalah pengakuan atau erkening
tersebut, terdapat tiga macam, yaitu:
1) Pengakuan De Facto (Sementara)
Pengakuan de facto (sementara) adalah pengakuan atas terbentuknya suatu negara
baru karena kenyataannya negara itu memang ada, namun apakah prosedurnya melalui
hukum?. Hal ini masih dalam penelitian hingga akibatnya pengakuan yang diberikan
adalah bersifat sementara. Pengakuan ini dapat meningkat kepada pengakuan de jure
apabila munculnya negara baru itu melalui prosedur hukum yang sebenarnya.
2) Pengakuan De Jure (Yuridis)
Pengajuan de jure merupakan pengakuan yang seluas-luasnya dan bersifat tetap
terhadap munculnya suatu negara karena terbentuknya negara baru itu berdasarkan
hukum (yuridis).
3) Pengakuan Atas Pemerintahan De Facto
Pengakuan atas pemerintahan de facto diciptakan olch sarjana Belanda yang
bernama Van Haller pada saat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Adapun
yang dimaksud dengan pengakuan ini adalah pengakuan hanya terhadap pemerintahan
dari suatu negara. Jadi, yang diakui hanya pemerintahannya, sedangkan wilayahnya tidak
diakui.

BAB 6

TEORI TIPE-TIPE NEGARA

1. Tipe-Tipe Negara Menurut Sejarah


1.1 Tipe Negara Timur Purba (Alt Orientalische Staaten)

Menurut penulis-penulis Barat tipe Negara Timur Purba adalah Tryannie atau Despotie.
Sebagai alasan dikemukakan bahwa Negara Timur Purba itu diperintah raja-raja yang berkuasa
mutlak dan sewenang-wenang. Pendapat mereka itu tidak bisa dibenarkan seluruhnya oleh
karena tinjauan mereka dilihat dari segi kacamata Barat yang kurang mengenal latar belakang
dari struktur masyarakat Timur. Raja dianggap sebagai pusat sumber kekuatan atau central
wrachtbon sedangkan Negara itu merupakan pencerminan dari pada makrokosmos dan
mikrokosmos. Raja berdiri di tengahtengahnya, dan oleh karena itu ia harus bertanggung jawab
terhadap segala suka duka rakyat dan negaranya. Dalam tugasnya raja dibantu oleh menteri-
menterinya yang merupakan jari-jari daripada raja. Karena itu pula para menteri tidak
bertanggung jawab kepada rakyat dan yang bertanggung jawab itu tetap raja. Dari kerajaan-
kerajaaan di Barat dikenal kalimat yang berbunyi: The King can do no wrong artinya bahwa raja
itu tidak bisa berbuat salah. Kalau raja itu tidak bisa berbuat salah. Kalau raja itu dipersalahkan
atas perbuatannya, jadi siapa yang akan bertanggung jawab terhadap masyarakat.

Ciri-ciri negara Timur Purba adalah :

1) Bersifat terokratis/theocraties (keagamaan)


Negara teokrasi adalah negara yang hanya mendasarkan satu agama saja dalam
negaranya. Negara teokrasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a) Teokrasi langsung raja dianggap juga sebagai Tuhan atau dewa oleh
warganegaranya.
b) Teokrasi tidak langsung

2) Pemerintahan bersifat absolut.

1.2 Tipe Negara Yunani Kuno

Negara Yunani Kuno mempunyai tipe sebagai kota atau polis. Negara kota ini
mempunyai wilayah sebesar kota yang dilingkari oleh tembok-tembok yang merupakan benteng
pertahanan kalau ada serangan musuh dari luar. Penduduknya sedikit jumlahnya dan
pemerintahannya demokratis. Negara-negara kota ini misalnya Athena, Sparta dan sebagainya.
Jumlah penduduknya sedikit, hanya sekitar 300 ribu penduduk. Rakyat langsung ikut serta dalam
pemerintahan, dan pemerintahan ini merupakan pemerintahan demokrasi langsung. Untuk
melaksanakan demokrasi langsung itu rakyat harus memiliki pengetahuan yang cukup, dan dari
sinilah istilah asal encyclopaedia yang artinya lingkaran pengetahuan.

Dalam negara Yunani Kuno demokrasi dapat dilaksanakan secara langsung, hal ini
disebabkan karena:

a) Wilayahnya tidak terlalu luas

b) Jumlah penduduk yang masih sedikit, dan dari jumlah yang sedikit tersebut hanya
warga polis saja yang berhak ikut demokrasi, para pedagang dari luar polis dan budak
belian tidak mempunyai hak untuk ikut melaksanakan demokrasi. Pemerintahan itu
diselenggarakan dengan mengumpulkan rakyat di satu tempat yang disebut ecclesia.
Dalam rapat 3 itu dikemukakan kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah, kesulitan-
kesulitan yang dihadapi pemerintah untuk dipecahkan bersama, mengadakan
perbaikanperbaikan yang perlu diselenggarakan bersama.
Fakta-fakta menunjukkan bahwa sebenarnya apa yang dikatakan sebagai demokrasi
lansung itu tidak benar, Faktor-faktor ini di ataranya adalah sebagai berikut:

1) Tidak semua rakyat Yunani adalah bebas karena itu tidak semua rakyat Yunani
mempunyai hak suara dalam ecclesia;
2) Demokrasi di Yunani dilaksanakan dengan musyawarah untuk mendapatkan kata sepakat,
tapi dalam kenyataannya tidak semua warga polis dapat ikut serta, bahkan sebagian besar
akan menyerahkan hak suaranya itu kepada orang-orang yang pandai berbicara,
berdiskusi atau menyerahkan kepada pemimpin-pemimpin yang lebih pandai memainkan
lidahnya yang disebut“rethorica”.

1.3 Tipe Negara Romawi


Tipe dari Negara Romawi Purba digambarkan sebagai suatu imperium yang mempunyai
wilayah yang luas sekali karena jajahan-jajahannya. Pada saat itu di Romawi terdapat suatu
ajaran yang diperolehnya dari Yunani sebagai hasil daripada proses akulturasi. Akibat daripada
jajahan tersebut timbul pertemuan antara dua kebudayaan dari orang-orang Romawi yang pulang
kenegeri asalnya sambil membawa kebudayaan Yunani yang mereka lihat sendiri untuk
dijalankan di Romawi. Karena struktur masyarakat Romawi itu berbeda-beda, ajaran yang
mereka bawa pulang untuk dipraktekkan menemui kegagalan. Jadi ajaran-ajaran itu tetap
merupakan ajaran-ajaran saja. Ajaran-ajaran yang di bawa dariYunani di antaranya adalah
mengenai demokrasi atau kedaulatan rakyat. Tipe negara Romawi adalah Imperium. Yunani
sendiri kemudian menjadi negara jajahan Romawi.
Ciri tipe negara Romawi Kuno adalah:
a) Primus inter pares (yang terkemuka diantara yang sama)
b) Adanya raja-raja yang absolut (Caesar) Pemerintahan di Romawi dipegang oleh Caesar
yang menerima seluruh kekuasaan dari rakyat (Caesarismus). Pemerintahan Caesar
adalah mutlak atau absolut.
c) Adanya kodifikasi hukum. Undang-undang di Romawi dinamakan Lex Regia.

1.4 Tipe Negara Abad Pertengahan

Negara-negara pada abad pertengahan sudah merupakan country state yang bersifat
mendua. Dua lisme itu disebabkan oleh karena adanya dua macam hak yang menjadi dasar bagi
terbentuknya, yaitu:

1. Hak raja untuk memerintah yang disebut Rex;


2. Hak rakyat yang disebutkan Regnum;
Hak raja untuk memerintah (heersersrechten) bisa berpindah tangan misalnya karena para
bangsawan telah banyak berjasa terhadap rajanya, dan sebagai balas jasanya mereka diberi tanah,
sebagai akibat maka segala hak atas tanah itu berpindah kepada kaum bangsawan. Karena itu
tipe dari Negara abad pertengahan ialah Feodalistis berdasarkan hak perseorangan yang mutlak.
Dan karena itu pula tidak mengherankan jika hak milik atas tanah menurut hukum Perdata Barat
sifatnya mutlak, sebab semuanya itu bersumber kepada hak perseorangan yang tidak bisa
digangu gugat.

Ciri khas tipe negara pada abad pertengahan adalah :


a) Teokratis
b) Feodalisme
c) Dualisme dalam bernegara, yaitu dualisme (pertentangan) antara:
1) Penguasa dengan rakyat.
2) Pemilik dan penyewa tanah (yang menyebabkan timbulnya feodalisme).
3) Negarawan dan gerejawan (yang menimbulkan sekularisme).
Akibat adanya dualisme ini timbul keinginan dari rakyat untuk membatasi hak dan
kewajiban raja dan rakyat. Hal ini dikemukakan oleh aliranmonarchomachen (golongan anti raja
yang mutlak). Perjanjian yang mereka sepakati diletakkan dalam leges fundamentalis yang
berlaku sebagai undang-undang.

1.5. Tipe Negara Modern

Negara hukum itu diartikan sebagai Negara di mana tindakan pemerintah maupun
rakyatnya didasarkan atas hukum untuk mencegah adanya tindakan sewenangwenang dari pihak
penguasa dan tindakan rakyat menurut kehendaknya sendiri. Sebagai unsur-unsur klasik, yang
dipakai dalam Negara hukum yaitu diakuinya adanya hak-hak asasi yang harus dilindungi oleh
pihak penguasa dan sebagai jaminannya ialah diadakan pembagian kekuasaan. Negara hukum
timbul sebagai reaksi terhadap kekuasaan raja-raja yang absolut, oleh karena itu tujuan dari
hukum mula-mula hendak membebaskan diri dari campur tangan Negara.

Dalam perkembangan selanjutnya unsur-unsur itu ditambah dengan dua unsur baru
sehingga kini Negara hukum mempunyai empat unsur yaitu:

1. Hak-hak asasi;
2. Pembagian kekuasaan;
3. Adanya UU bagi tindakan pemerintah;
4. Peradilan administrasi yang berdiri sendiri;
Unsur yang ketiga dimaksud bahwa pemerintah boleh bertindak setelah ada peraturan
undang-undangannya. Jadi pemerintah tidak boleh bertindak sebelum ada peraturan undang-
undangnya. pemerintah semacam ini adalah pelaksanaan dari pada paham Trias Politica
Montesqieu dimana pemerintah sebagai badan eksekutif tugasnya sebagai pelaksana UU yang
disebut oleh badan legislative untuk mencegah adanya kekuasaan Negara didalam suatu tangan.
Sebutan lainnya untuk Negara hukum yang berdasarkan kedaulatan hukum adalah “rule of law”
menurut paham Dicey.

Unsur dari rule of law adalah:


1) Equality before the law, artinya setiap manusia mempunyai kedudukan hukum yang
sama dan mendapatkan perlakuan yang sama.
2) Supremacy of law, artinya kekuasaan tertinggi terletak pada hukum.
3) Hak-hak asasi manusia tidak bersumber pada UUD.
Ciri-ciri negara modern adalah :
1) Berlakunya asas demokrasi Kedaulatan ada di tangan rakyat dan demokrasi
menggunakan sistem dan lembaga perwakilan.
2) Dianutnya paham negara hukum
3) Susunan negaranya adalah kesatuan. Di dalam satu negara hanya ada satu
pemerintahan,yaitu pemerintahan pusat yang mempunyai wewenang tertinggi.

2. Tipe Negara Ditinjau Dari Sisi Hukum.

Jika ditinjau dari sisi hukum maka penggolongan tipe negara didasarkan pada hubungan
antara penguasa dan rakyat. Tipe negara dapat dibedakan dalam:

a. Tipe Negara Policie (Polizei Staat)


Pada tipe ini negara bertugas menjaga tata tertib, dengan kata lain negara penjaga
malam. Pemerintahan bersifat monarchi absolut. Pengertian policie mencakup dua arti,
yaitu :
1) Penyelenggara negara positif (bestuur)
2) Penyelenggara negara negatif (menolak bahaya yang mengancam negara)
b. Tipe Negara Hukum (Rechstaats)
Istilah negara hukum merupakan terjemahan dari rechstaat. Istilah rechtstaat
mulai populer di Eropa sejak abad XIX. Konsep rechtstaat lahir dari suatu perjuangan
menentang absolutisme. Ciri-ciri rechtstaat adalah :
1) Adanya UUD atau Konstitusi yang memuat ketentuan tertulis tentang hubungan
antara penguasa dengan rakyat.
2) Adanya pembagian kekuasaan negara.
3) Diakui dan dilindunginya hak-hak kebebasan rakyat.
Ciri-ciri tersebut menunjukkan bahwa ide pokok dari rechstaat adalah adanya
pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia yang bertumpu pada prinsip
kebebasan dan persamaan. Adanya pembagian kekuasaan bertujuan untuk menghindari
penumpukan kekuasaan dalam satu tangan yang cenderung akan disalahgunakan.

BAB 7
TEORI UNSUR-UNSUR NEGARA
Untuk mengetahui unsur-unsur negara ada tiga sudut pandang.
1. Meninjau unsur-unsur negara secara klasik atau tradisional
2. Meninjau unsur-unsur negara secara yuridis
3. Meninjau unsur-unsur negara secara sosiologis

1.1. Meninjau unsur-unsur negara secara klasik


a. wilayah tertentu
b. rakyat
c. pemerintah yang berdaulat
1.1.1 Wilayah Tertentu

Yang dimaksud dengan wilayah tertentu ialah batas wilayah dimana kekuasaan
negara itu berlaku. Dengan kata lain kekuasaan negara tidak berlaku diluar batas wilayahnya
karena bisa menimbulkan sengketa internasional walaupun sebagai pengecualian dikenal apa
yang disebut daerah-daerah eksteritorial yang artinya kekuasaan negara bisa berlaku diluar
daerah kekuasaannya. Sebagai pengecualian misalnya di tempat ke- diaman kedutaan asing
berlaku kekuasaan negara asing. Oleh Jellinek berpendapat urisur wilayah dapat pula
dipandang dari segi negatif dan positif Wilayah dari segi negatif pengertian- nya tidak ada
organisasi kekuasaan lain yang berpengaruh diatas wilayah tertentu itu. Kecuali dalam hal
ini :

1. Adanya perjanjian tertentu (Kondominium)


2. Susunan negara Serikat
3. Negara protektorat dimana negara yang lemah menyerahkan kekuasaan tertentu
(urusan luar negeri dan pertahanan) kepada negara yang kuat.
4. Negara yang kalah berperang (ocupation).

Negara dari segi positip adalah setiap orang yang berada diatas wilayah tertentu itu
tunduk kepada penguasanya.

1.1.2 Rakyat
Rakyat adalah sekumpulan orang yang hidup disuatu tempat. Ada istilah Rumpun
(Ras), bangsa (natie), suku yang erat pengertiannya dengan rakyat. Rumpun (ras) adalah
kumpulan orang yang mempunyai ciri-ciri jasmaniah yang sama (warna kulit, rambut,
bentuk muka, bentuk badan). Misalnya: Rumpun Melayu. Bangsa (natie) adalah rakyat
yang sudah berkesadaran mem- bentuk negara. Suku yaitu orang yang berkesamaan
dalam kebudayaan.

1.1.3Pemerintahan yang berdaulat


Organisasi negara mempunyai badan pimpinan dan badan pengurus yang
memimpin dan yang mengurus negara. Demikian disebut pemerintah, dan fungsinya
disebut pemerin- tahan. Memerintah berarti menjalankan tugas pemerintahan. Kita harus
tegas-tegas membedakan arti kata pemerintah dan pemerintahan. Kata pemerintah dan
pemerintahan dapat diartikan luas atau sempit. Dalam arti yang luas pemerintah adalah
keseluruhan dari badan pengurus negara dengan segala organisasi, segala bagian-
bagiannya dan segala pejabat-pejabatnya yang menjalankan tugas negara dari pusat
sampai pelosok-pelosok daerah. Dalam arti yang sempit pemerintah berarti suatu badan
pimpinan terdiri dari seorang atau beberapa orang yang mempunyai peranan pimpinan
dan menentukan dalam pelaksanaan tugas negara. Jelasnya pemerintah dalam arti ini
ialah kepala negara dengan para menteri yang kini lazim disebut kabinet.
Pemerintahan adalah fungsi (tugas) dari pada pemerintah baik dalam arti sempit maupun
dalam arti luas. Fungsi pemerintahan dalam arti luas meliputi tiga bidang, yaitu :
1. legislatif, atau pembuatan undang-undang
2. eksekutif, atau pelaksanaan pemerintahan menurut
undang-undang
3.yudikatif, atau peradilan menurut undang-undang. Dalam arti terbatas fungsi
pemerintahan itu hanya berarti tugas eksekutif saja.
Pemerintahan yang berdaulat diartikan berdaulat kedalam dan keluar, namun secara
kedalam dibatasi oleh hukum positif (artinya tidak boleh sewenang-wenang) dan berdaulat
keluar dibatasi oleh hukum internasional.

1.2 Unsur-unsur Negara Secara Yuridis dikemukakan oleh Logemann yang terdiri dari :

1) Gebiedsleer (wilayah hukum) yang meliputi darat, laut,


udara serta orang dan batas wewenangnya.
2) Persoonsleer (subjek hukum).
Unsur subjek hukum daripada negara adalah Pemerintah yang berdaulat.
3) De leer van de rechtsbetrekking (hubungan hukum).
Maksudnya adalah hubungan hukum antara penguasa dan dikuasai termasuk hubungan
hukum ke luar dengan negara lainnya secara internasional.

1.3. Unsur-unsur Negara Secara Sosiologis.

Paham ini dikemukakan oleh Rudolf Kjellin yang melanjutkan ajaran Ratzel dalam
bukunya Der Staat als Lebensform. Menurut beliau unsur-unsur negara itu adalah :
1) Faktor Sosial yang meliputi :

a. Unsur Masyarakat

b. Unsur Ekonomis

c. Unsur Kulturil
2) Faktor Alam yang meliputi :

a. Unsur Wilayah

b. Unsur Bangsa
BAB 8
TEORI BENTUK NEGARA DAN BENTUK PEMERINTAHAN
1. BENTUK NEGARA

Bahwa Istilah "bentuk negara" berasal dari bahasa Belanda, yaitu 'staat vormen. Istilah
staatvormen tersebut kemudian diterjemahkan menjadi "bentuk negara", yang dapat digolongkan
setidaknya menjadi 4 (empat) bentuk, meliputi negara kesatuan, federasi, konfederasi, dan
Khilafah.

 Negara Kesatuan (Unitaris).


Negara Kesatuan adalah negara bersusunan tunggal, yakni kekuasaan untuk mengatur
seluruh wilayah/daerahnya ada di tangan pemerintah pusat. Pemerintah pusat memegang
kedaulatan sepenuhnya, baik ke dalam maupun ke luar. Hubungan antara pemerintah pusat
dengan rakyat dan daerahnya dapat dijalankan secara langsung. Dalam negara kesatuan hanya
ada satu konstitusi, satu kepala negara, satu dewan menteri (kabinet), dan satu parlemen.
Demikian pula dengan pemerintahan, yaitu pemerintah pusatlah yang memegang wewenang
tertinggi dalam segala aspek pemerintahan. Ciri utama negara kesatuan adalah supremasi
parlemen pusat dan tiadanya badan-badan lain yang berdaulat. Negara Kesatuan ini disebut juga
negara unitaris, dan apabila ditinjau dari segi susunannya, maka negara kesatuan adalah negara
yang tidak tersusun dari beberapa negara, sifatnya tunggal. Artinya, hanya ada satu negara, tidak
seperti negara federal dimana ada negara di dalam negara. Negara kesatuan ini dalam
penyelenggaraannya dapat diterapkan dengan dua macam sistem yaitu: sistem sentralisasi, dan
sistem desentralisasi.
a. Sentralisasi
Yaitu urusan Negara langsung diatur oleh pemerintah pusat; Dalam negara kesatuan
yang bersistem sentralisasi, maka semua hal diatur dan diurus oleh pemerintah pusat,
sedangkan daerah hanya menjalankan perintah-perintah dan peraturan-peraturan dari
pemerintah pusat. Daerah tidak berwewenang membuat peraturan-peraturan sendiri dan
atau mengurus rumah tangganya sendiri
b. Desentralisasi
Yakni kepala daerah sebagai pemerintah daerah yang diberikan hak otonomi untuk
kekuasaan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri: Dalam negara kesatuan
yang bersistem desentra-lisasi, maka daerah diberi kekuasaan untuk mengatur rumah
tangganya sendiri (otonomi, swatantra). Untuk menampung aspirasi rakyat di daerah, dan
terdapat parlemen daerah. Meskipun demikian, pemerintah pusat tetap memegang
kekuasa-an tertinggi. Keuntungan sistem desentralisasi:
a. pembangunan daerah akan berkembang sesuai dengan ciri khas daerah itu sendiri
b. peraturan dan kebijakan di daerah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi daerah itu
sendiri
c. tidak bertumpuknya pekerjaan pemerintah pusat, sehingga pemerintahan dapat
berjalan lancar
d. partisipasi dan tanggung jawab masyarakat terhadap daerahnya akan meningkat;
e. penghematan biaya, karena sebagian ditanggung sendiri oleh daerah.
Sedangkan kerugian sistem desentralisasi adalah ketidakseragaman peraturan dan
kebijakan serta kemajuan pembangunan.
 Negara Federasi
Yakni adanya satu negara besar yang berfungsi sebagai negara pusat dengan satu
konstitusi federal yang di dalamnya terdapat sejumlah negara bagian yang masing-masing
memiliki konstitusi-nya sendiri-sendiri. Konstitusi federal adalah mengatur batas-batas
kewenangan pusat (federal), sedangkan sisanya dianggap sebagai milik daerah (negara bagian).
Negara Federasi/ Serikat (Federal) adalah negara yang tersusun dari beberapa negara yang
semula berdiri sendiri-sendiri dan kemudian negara- negara tersebut mengadakan ikatan
kerjasama yang efektif. Akan tetapi disamping itu, negara-negara tersebut masih ingin
mempunyai wewenang-wewenang yang dapat diurus sendiri.Jadi disini tidak semua urusan
diserahkan kepada pemerintah gabungannya (pemerintah federal), tetapi masih ada beberapa
urusan yang diserahkan oleh pemerintah negara-negara bagian kepada pemerintah federal, yaitu
urusan-urusan yang menyangkut kepentingan bersama misalnya urusan keuangan, pertahanan,
angkatan bersenjata, hubungan luar negeri, dan sebagainya. Adapun ciri-ciri Negara Serikat
yakni:
a. Tiap negara bagian mempunyai satu UUD dan satu lembaga legislatif.
b. Masing-masing negara bagian masih memegang kedaulatan ke dalam, namun
kedaulatan keluar dipegang pusat.
c. Aturan yang dibuat pusat tidak langsung bisa dilaksanakan daerah, namun harus
dengan persetujuan parlemen negara bagian.

 Negara Konfederasi
Negara konfederasi adalah negara yang terdiri dari persatuan beberapa negara yang
berdaulat. Persatuan tersebut diantaranya dilakukan guna mempertahankan kedaulatan dari
negara-negara yang masuk ke dalam Konfederasi tersebut. Bentuk Negara Perserikatan
(Konfederas) pada hakikatnya, bukanlah negara itu sendiri, melainkan gabungan dari negara-
negara merdeka. Masing-masing negara memiliki kedaulatan penuh. Pada umumnya, konfederasi
dibentuk untuk maksud-maksud tertentu, misalnya pertahanan bersama dan politik luar negeri.
Konfederasi adalah bentuk perserikatan antara negara merdeka ber-dasarkan perjanjian atau
undang-undang misalnya yang menyangkut berbagai kebijakan bersama. Bentuk konfederasi
tidak diakui sebagai negara berdaulat tersendiri dalam hukum internasional, karena masing-
masing negara yang membentuk konfederasi tetap memiliki kedudukan internasional sebagai
negara berdaulat. Contoh dari konfederasi antara lain Perserikatan Bangsa Bangsa dan ASEAN.
Konfederasi dapat diartikan juga sebagai bentuk perkembangan selanjutnya dari bentuk Negara
Federal. Negara ini dibentuk sebagai perserikatan antara Negara-negara atau gabungan beberapa
Negara untuk membuat sebuah system kehidupan bersama yang lebih besar lagi. Unsur
pembentuknya bukan lagi koloni atau kelompok- kelompok masyarakat akan tetapi Negara
dalam pengertiannya yang harafiah. Dapat dikatakan bahwa Negara Konfederasi adalah Negara
yang berbentuk Negara.
 Negara Khilafah
Bentuk negara ini dikenal dalam sistem politik Islam, dimana negara ini berbentuk negara
global yang meliputi seluruh wilayah di dunia dengan kekuasaan yang terpusat, namun bukan
tanpa batas pada diri seorang kepala negara yaitu khalifah. Khilafah, secara etimologis, adalah
kedudukan pengganti yang menggantikan orang sebelum-nya. Menurut terminologi syari,
khilafah diartikan sebagai kepemimpinan umum, yang menjadi hak seluruh kaum muslimin di
dunia untuk menegakkan hukum syariat Islam (hukum Allah) dan mengemban dakwah Islam ke
seluruh dunia. Batasan "kepemimpinan umum" mempunyai konotasi, bahwa khilafah Islam
bertugas mengurusi seluruh urusan, yang meliputi pelaksanaan semua hukum syara' terhadap
rakyat, tanpa terkecuali meliputi muslim dan non-muslim. Mulai dari masalah akidah, ibadah,
ekonomi, sosial, pendidikan, politik dalam dan luar negeri, semuanya diurus oleh khilafah Islam.
Jika Anda membuka kitab Lisanul Arab karya Imam Ibnu Mandzur, maka Anda semua akan
mendapatkan definisi seperti ini. Bentuk dan system pemerintahan Islam adalah sebagai berikut:
a. Negara Islam tidak berbentuk federasi ataupun persemakmuran (common-wealth), tetapi
berbentuk kesatuan (union).
b. Sistem pemerintahan Islam tidak berbentuk kerajaan (monarki), baik absolut, seperti
kerajaan Saudi Arabia, maupun perlementer, seperti kerajaan Malaysia. Juga tidak
berbentuk republik, baik presidensial, seperti Indonesia, maupun parlementer, seperti
Rusia. Tetapi sistem pemerintahan Islam adalah sistem khilafah, dimana khalifah tidak
seperti presiden, juga tidak seperti perdana menteri, atau raja.
c. Sistem pemerintahan Islam juga tidak berbentuk demokrasi, teokrasi, ataupun autokrasi.
Tetapi, sistem pemerintahan Islam adalah sistem khilafah yang tidak sama dengan model
pemerintahan yang ada di dunia saat ini.
2. Bentuk Pemerintahan

Bentuk pemerintahan yang dianut dalam suatu negara, dalam kepustakaan Belanda
dikenal dengan istilah “Staatvormen” yakni Monarchieu (monarkhi ) dan Republicken
(republik). Ada bermacam-macam tolok ukur yang dipergunakan untuk membedakan kedua
macam staatvormen tersebut. Seperti dikemukakan oleh Leon Duguit yang menggunakan
tolok ukur yakni “de wyze van dan wazing van het staatshoofa” (cara pengisian jabatan
kepala negara). Apabila jabatan kepala negara diisi melalui aturan aturan tertentu tentang
pewarisan (Ari Opvalging) maka kita berhadapan dengan monarkhi, sedangkan seandainya
jabatan kepala negara itu diisi dengan cara lain umpama melalui pemilihan, kita berhadapan
dengan republik. Berdasarkan jalan pemikiran Duguit sebenarnya membicarakan mengenai
forme de gouvernment atau Regerings vormn. Dalam bahasa Indonesia perkataan staat
diterjemahkan dengan negara, government atau regering diterjemahkan pemerintahan,
sedangkan forme atau vorum berarti bentuk. Dengan demikian staatvorem diartikan sebagai
bentuk negara atau susunan negara, yakni kesatuan atau serikat sedangkan regeringvoremn
berarti bentuk pemerintahan yakni republik atau monarkhi. Oleh sebab itu, Sri Sumantri
mengatakan baiknya kita menggunakan perkataan negara kesatuan sebagai bentuk negara dan
republik serta monarkhi sebagai bentuk pemerintahan.

Bentuk pemerintahan Indonesia dapat kita lihat dalam Pasal 1 Ayat ( 1 ) UUD NKRI yang
berbunyi negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Apabila dikaitkan
dengan pendapat Sri Sumantri berarti bentuk negara Indonesia adalah kesatuan dan bentuk
pemerintahannya republik. Pemilihan bentuk pemerintahan Indonesia yang berbentuk
republik ini adalah melalui proses yang panjang dalam menampung berbagai pemikiran para
pendiri negara ini, dalam sidang-sidang yang diadakan oleh BPUPKI. Untuk menentukan
bentuk republik atau kerajaan maka diadakan pilihan dari 64 suara yang memillih republik 55,
monarkhi 6, 1 bleng, dan 2 lain-lain. Dari itulah maka Pasal 1 Ayat ( 1 ) UUD 1945 mengatur
bentuk pemerintahan republik yakni kepala negara dipilih melalui pemilihan umum
sebagaimana diatur dalam Pasal 22 E Ayat (2) pemilihan umum diselenggarakan untuk
memilih anggota DPR, DPD, presiden dan wakil presiden dan DPRD.

BAB 9

FUNGSI NEGARA

Dalam teori fungsi negara ada lima paham.


1. Fungsi Negara Abad ke XVI di Prancis
Fungsi Negara pertama kali dikenal pada abad ke XVI di Prancis yaitu:
a. Diplomacie
Di Indonesia sama dengan Departemen luar negeri. Tugas- nya adalah
penghubung antar negara, dulu penghubung antar Raja.
b.Difencie
Di Indonesia sama dengan Departemen Pertahanan dan Ke- amanan. Tugas yang
dijalankannya adalah masalah keamanan dan pertahanan negara.
c. Financie
Di Indonesia sama dengan Departemen Keuangan, yang ber- tugas menyediakan
keuangan negara.
d. Justicie
Di Indonesia sama dengan Departemen Kehakiman dan Departemen Dalam
Negeri, tugasnya menjaga ketertiban per- selisihan antar warganegara dan urusan dalam
negara.

e. Policie
Bertugas mengurus kepentingan negara yang belum menjadi wewenang dari
Departemen lainnya ( keempat departemen diatas)
2. Fungsi Negara Menurut John Locke
John Locke, seorang sarjana Inggris membagi fungsi negara atas tiga fungsi, yaitu

1) Fungsi Legislatif, untuk membuat peraturan


2) Fungsi Eksekutif, untuk melaksanakan peraturan
3) Fungsi Federatif, untuk mengurusi urusan luar negeri dan
urusan perang dan damai.

Menurut John Locke fungsi mengadili adalah termasuk tugas dari eksekutif. Teori John
Locke diatas kemudian disempurnakan oleh Montesquieu. Dia membagi negara menjadi 3
fungsi tetapi masing-masing fungsi itu terpisah dan dilaksanakan oleh lembaga yang terpisah
pula.

3. Fungsi Negara Menurut Montesquieu


Tiga fungsi negara menurut Montesquieu ialah:
1. Fungsi Legislatif, membuat undang-undang.
2. Fungsi Eksekutif, melaksanakan undang-undang dan
3. Fungsi Yudikatif, untuk megawasi agar semua peraturan ditaati (fungsi mengadili),
yang populer dengan teori Trias Politika.
Oleh Montesquieu fungsi federatif disatukan dengan fungsi ekse- kutif, dan fungsi
mengadili dijadikan fungsi yang berdiri sendiri. Hal tersebut dapat dimengerti bahwa tujuan
dari Montesquieu untuk memperkenalkan trias politica adalah untuk kebebasan ber- politik
(melindungi hak-hak asasi manusia) yang hanya dapat dicapai dengan kekuasaan mengadili
(lembaga yudikatif) yang berdiri sendiri.

4. Fungsi Negara Menurut Van Vollen Hoven


Selain sarjana-sarjana diatas masih dikenal seorang sarjana lain yaitu Van Vollen Hoven dari
negara Belanda, yang membahas fungsi negara seperti sarjana-sarjana diatas. Menurut Van
Vollen Hoven fungsi negara itu ialah:
a. Regeling (membuat peraturan)
b. Bestuur (menyelenggarakan pemerintahan)
c. Rechtspraak (fungsi mengadili)
d. Politie (fungsi ketertiban dan keamanan).
Ajaran dari Van Vollen Hoven ini terkenal sebagai Catur Praja. Sejarah berkembang terus
dan fungsi negara juga mengalami peru- bahan khususnya penambahan tugas untuk lembaga
eksekutif, teru- tama sekali sangat terasa pada negara-negara sedang berkembang.

5. Fungsi Negara Menurut Goodnow


Goodnow melihat fungsi negara itu secara prinsipil sehingga ia mengutarakan 2
fungsi negara. Menurut Goodnow terhadap policy makers boleh dilaksanakan system
Andrew Jakson. Sedang untuk policy eksekutors tidak perlu dipakai, tapi yang dijalankan
adalah berdasarkan keahlian. Ajaran Goodnow ini disebut juga merit sys- tem, karena
mengutamakan kegunaannya. Menurut Goodnow fungsi negara ada 2 yaitu:
1. Policy making
2. Policy eksekuting.
Karena mengemukakan fungsi negara itu atas dua bagian, ajarannya itu terkenal pula
sebagai Dwipraja (dichotomy). Policy making, adalah kebijaksanaan negara untuk waktu
tertentu, untuk seluruh masyarakat. Policy eksekuting, adalah kebijaksanaan yang harus
dilaksanakan untuk tercapainya policy making.

BAB 10
TEORI KONSTITUSI
1.1 Istilah dan Pengertian Konstitusi
Konstitusi dengan istilah lain Constitusion atau Verfassung dibedakan dari
Undang-undang Dasar atau Grundgeset. Karena kekhilafan dalam pandangan
orang mengenai konstitusi pada negara-negara modern, maka pengertian konstitusi
itu kemudian disamakan dengan Undang-undang dasar. Subhi Rajab Mahmassani
mengatakan, Bangsa Barat menyebut Undangundang Dasar itu Konstitusi
(Constitutio) berasal dari bahasa Latin. Dulu istilah ini dipergunakan untuk perintah-
perintah Kaisar Romawi (Constitution Principum). Kemudian ia digunakan di Itali
untuk menunjukan Undang-undang Dasar (dirritio constututionalle). Menurut
Heman Heller konstitusi mempunyai arti yang lebih luas dari
undang-undang dasar. Ia membagi konstitusi dalam tiga pengertian sebagai
berikut:
a. Konstitusi mencerminkan kehidupan politik di dalam suatu masyarakat
sebagai suatu kenyataan. Ia belum merupakan konstitusi dalam arti hukum.
Dengan perkataan lain kontitusi itu masih dalam pengertian sosiologi atau
politis dan belum merupakan pengertian hukum;
b. Baru setelah orang mencari unsur-unsur hukumnya dari kontitusi yang hidup
dalam masyarakat itu untuk dijadikan sebagai suatu kesatuan kaidah
hukum,maka konstitusi itu disebut Rechtsverfassung. Tugas mencari
unsurunsur hukum itu dalam ilmu pengetahuan hukum disebut abstraksi;
c. Kemudian orang mulai menulis dalam suatu naskah sebagai undang-undang
yang tertinggi di suatu negara.
Menurut makna kata-katanya, konstitusi memiliki arti sebagai landasan struktur
politik yang disebut negara. Konstitusi mencakup seluruh sistem tata negara yang ada
dalam suatu negara, yang bertujuan untuk mengatur dan mengelola negara melalui
kumpulan peraturan yang membentuk sistem tertentu. Istilah konstitusi memiliki dua
pengertian yang berkembang:

a. Konstitusi dalam arti luas mengacu pada seperangkat aturan atau hukum dasar (droit
constitutionelle), baik yang tertulis maupun tidak tertulis, atau kombinasi keduanya;

b. Pemisahan dan pengaturan kekuasaan antara pemerintah pusat dan pemerintah


daerah; prosedur penyelesaian pelanggaran yang dilakukan melalui pemberian
wewenang kepada lembaga negara. Setiap UUD (konstitusi) menurut Miriam
Budiardjo, harus memuat ketentuan-ketentuan mengenai :

a. Organisasi negara, sebagai contohnya ialah pemisahan


kekuasaan pada badan eksekutif, legislatif, dan yudikatif serta relasi
diantara ketiganya; pembagian dan pemisahan kekuasaan antara pemerintah
pusat dengan pemerintah daerah; prosedur penyelesaian pelanggaran-
pelanggaran yang dilakukan dengan memberikan wewenang bagi organ negara;
b. Hak Asasi Manusia (HAM):
c. Mekanisme amandemen konstitusi;
d. Perlu juga larangan untuk pengubahan sifat tertentu dari konstitusi;
e. Mengikat seluruh penduduk dan institusi negara tanpa
pengecualian sebagai prinsip hukum tertinggi.

Fungsi konstisusi dapat dibagi dua jika dilihat dari fungsinya, yaitu: membagi
kekuasaan dan membatasi penguasa dalam negara atau kekuasaan pemerintah. Bagi
meraka yang menganggap sebagai organisasi kekuasaan serta memandang negara dari
sudut kekuasaan, konstitusi bisa dipandang menjadi kumpulan asas atau organ negara
yang membagi kekuasaan dalam beberapa lembaga kenegaraan, sebagai contohnya antara
badan yudikatif, legislatif, dan badan eksekutif. Konstitusi mengatur cara kerja sama
antara pusat- pusat kekuasaan serta mengatur mekanisme untuk menyesuaikan dan
merekam hubungan kekuasaan di dalam negara antara berbagai entitas. Konsep konstitusi
menurut Venter sifatnya itu dinamis. Artinya, konstitusi dapat mengalami perubahan, baik
secara sebagian maupun keseluruhan, jika dianggap perlu. Bahkan, konstitusi yang tidak
dapat diubah dianggap lemah, seperti yang diungkapkan secara jelas oleh Romano Prodi.
Perubahan ini dapat dilakukan dengan empat cara perubahan konstitusi menurut C.F.
Strong:
a. Perubahan konstitusi yang dilakukan menurut batasan-batasan tertentu oleh
pemegang kekuasaan legislatif
b. Perubahan konstitusi melalui suatu referendum yang dilakukan oleh rakyat
c. Negara-negara bagian dalam sebuah federasi memiliki kekuasaan untuk
melakukan perubahan terhadap konstitusi yang berlaku di tingkat nasional.
d. Dengan konvensi ketatanegaraan perubahan konstitusi

Perubahan konstitusi itu sangat dimungkinkan karena

(a) Perjalanan waktu yang berjalan;


(b) Ketatanegaraan mengalami kemajuan yang lebih sempurna dibandingkan saat
konstitusi pertama kali dibuat sebagai landasan negara;
(c) Adanya pergantian generasi tokoh-tokoh bangsa seiring berjalannya waktu; dan
(d) Cita-cita bangsa juga dapat mengalami perubahan dan perkembangan sejalan
dengan perubahan zaman.
Hal ini memunculkan keinginan untuk mencantumkannya dalam konstitusi
ketika perubahan cita-cita tersebut terjadi. Konstitusi Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) telah mengalami amandemen sebanyak
empat kali untuk perubahannya. Perubahan tersebut terjadi karena adanya kelemahan
dari substansi hukumnya, guna meningkatkan jaminan terhadap HAM, untuk lebih
memperjelas posisi dan wewenang lembaga- lembaga negara, serta sebagai respons
terhadap perubahan zaman. Sehingga, hal ini membuat UUD 1945 tidak sesuai lagi
dengan cita-cita bangsa. Bukan hanya itu terjadinya regenerasi dari tokoh-tokoh
bangsa yang berbeda dengan tokoh-tokoh bangsa sebelumnya yang memiliki konsep
dan pikiran juga menjadi sebuah hal yang melandasi hal tersebut.

BAB 11

TEORI KEDAULATAN

A. Pengertian Kedaulatan

Kedaulatan berasal dari bahasa Arab yaitu “daulah” yang artinya kekuasaan tertinggi, yang
artinya adalah kekuasaan yang tertinggi untuk membuat UU dan melaksanakannya. Sedangkan
kedaulatan rakyat berarti pemerintah mendapatkan mandatnya dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat. Negara yang berdaulat adalah negara yang mempunyai kekuasaan tertinggi atas suatu
pemerintahan negara.

Arti dari kedaulatan dapat dibagi menjadi dua aspek, yaitu eksternal dan internal. Secara internal,
konsep kedaulatan merujuk pada supremasi individu atau sekelompok orang di dalam suatu
negara terhadap individu-individu di wilayah yurisdiksinya.

Sementara itu, dari segi eksternal, kedaulatan mencerminkan independensi mutlak suatu negara
secara keseluruhan dalam hubungannya dengan negara lain. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa kedaulatan mengandung arti kekuasaan yang penuh, baik dalam maupun luar negara
tertentu, dan sering diidentifikasi dengan pengertian kekuasaan dalam penyelenggaraan kegiatan
negara.

 Pengertian Kedaulatan Menurut Para Ahli

1. C.F. Strong
Menurut C.F Strong, kedaulatan berarti superioritas yang dalam konteks
kenegaraan mengisyaratkan adanya kekuasaan untuk membuat hukum. Jadi, kedaulatan
(sovereignty) merupakan konsep kekuasaan yang tertinggi (supreme authority) dalam
suatu negara.

2. Jean Bodin
Menurut Jean Bodin yaitu dengan mengasosiasikan kedaulatan dengan negara,
sehingga kedaulatan merupakan atribut negara. Dalam pengertian ini, kedaulatan
dipandang mengekspresikan kapasitas untuk menjalankan kewajiban dan mempunyai hak
serta kemampuan untuk melakukan tindakan.”

3. Jimly Asshiddiqie
Mendefinisikan kedaulatan sebagai konsep mengenai kekuasaan tertinggi dalam
suatu negara.

4. Rousseau
Kedaulatan bersifat kerakyatan dan didasarkan pada kemauan umum rakyat yang
menjelma melalui perundang-undangan. Oleh sebab itu, menurut Rousseau konsep
kedaulatan mempunyai sifat-sifat, yaitu (i) kesatuan, bersifat monistis; (ii) bulat dan tak
terbagi; (3) tak dapat dialihkan; dan (iv) tidak dapat berubah

B. Jenis Teori Kedaulatan


Berkaitan dengan siapa yang memiliki kekuasaan tertinggi atau kedaulatan di dalam suatu
negara, muncul berbagai teori kedaulatan, yaitu :

1. Teori Kedaulatan Tuhan


Menurut teori ini, segala sesuatu yang terdapat di alam semesta berasal dari Tuhan.
Secara langsung, artinya Tuhanlah yang memegang kekuasaan tertinggi yang biasanya
dipersonifikasikan dalam pribadi seorang penguasa yang dianggap sebagai Tuhan.
Sementara, kedaulatan Tuhan secara tidak langsung diwujudkan dengan kekuasaan yang
dipegang oleh wakil Tuhan di muka bumi atau diwujudkan melalui hukum Tuhan sebagai
sumber hukum tertinggi. Perwujudan kedaulatan Tuhan melalui hukum dapat ditemui
dalam ajaran agama yang tidak melembagakan agama dalam bentuk personifikasi.
Kedaulatan Tuhan melalui aturan hukum ini lazim disebut sebagai Nomokrasi. Teori
Kedaulatan Tuhan umumnya dianut oleh raja-raja yang mengakui sebagai keturunan
dewa, contoh raja-raja mesir kuno, kaisar jepang dan cina, raja-raja jawa pada zaman
hindu.

2. Teori Kedaulatan Raja


Kekuasaan negara menurut teori ini, terletak ditangan raja ialah sebagai penjelmaan
kehendak Tuhan. Raja adalah bayangan dari Tuhan. Agar negara kuat, raja harus berkuasa
dengan mutlak dan tidak terbatas. dalam teori kedaulatan raja ini posisi raja selalu berada
diatas undang-undang. Rakyat harus rela menyerahkan hak asasinya dan kekuasaannya
secara mutlak kepada raja.
Pandangan seperti ini muncul terutama setelah periode sekularisasi negara dan hukum di
Eropa. Kedaulatan raja (kings of souveregnity) dalam negara, maka raja dianggap sebagai
orang bijaksana, suci dan yang berdaulat, meskipun sama-sama manusia bisa dianggap
berbeda dengan rakyat (warga negara). Posisi raja dalam hal ini tidak ada yang
menandingi dan sangat kuat.
Kekuasaan tertinggi dalam negara berada di tangan raja, karena raja adalah penerima
amanah atau wakil tuhan untuk berkuasa dan berhak melakukan apa saja dan berkuasa
atas rakyat karena menurutnya semua tindakannya sesuai dengan kehendak Tuhan.

3. Teori Kedaulatan Rakyat


Teori kedaulatan rakyat, yakni teori yang menyatakan bahwa kekuasaan suatu
negara berada ditangan rakyat sebab yang benar- benar berdaulat dalam suatu negara
adalah rakyat. Konsepsi kedaulatan rakyat ini berakar pada doktrin Romawi, yaitu lex
regia, yang berarti bahwa kekuasaan diperoleh dari rakyat (populus). Dalam hal ini
kedaulatan rakyat dapat dipahami dalam beberapa pengertian: a) Rakyat diartikan sebagai
“seluruh rakyat”, dalam suatu wilayah negara; b) Rakyat dapat ditafsirkan sebagai suatu
“bangsa” (the nation, das Volk); c) Korporatis, maksudnya “rakyat” juga meliputi
penguasa; d) Kedaulatan terletak pada suatu dewan pemilihan (the electorate); dan e)
Kekuasaan rakyat diwakilkan dalam suatu majelis.

4. Teori Kedaulatan Negara


Dalam Teori ini, kekuasaan tertinggi terletak pada suatu negara. sumber maupun
asal kekuasaan yang dinamakan dengan kedaulatan itu ialah negara. Negara sebagai
lembaga tertinggi kehidupan suatu bangsa, dengan sendirinya mempunyai kekuasaan,
jadi kekuasaan negara tersebut ialah kedaulatan negara yang timbul bersamaan dengan
berdirinya suatu negara.

5. Teori kedaulatan Hukum


Teori kedaulatan hukum adalah suatu paham yang tidak disetujui oleh paham dari
kedaulatan negara. Menurut Teori kedaulatan hukum, kekuasaan tertinggi dalam suatu
negara terletak pada hukum. hal tersebut berarti bahwa yang berdaulat ialah suatu
lembaga atau orang yang berwenang mengeluarkan perintah maupun larangan yang
mengikat semua warga negaranya.

Kesimpulan
Setiap negara pasti akan memilih teori kedaulatan yang sesuai dengan karakteristik
dan ideologi dari negara itu sendiri. Setiap teori kedaulatan selalu berfungsi untuk
mensejahterakan masyarakat, walaupun ada teori yang sangat rentan memunculkan
pemerintahan yang otoriter. Akan tetapi, teori-teori yang berpotensi memunculkan
terjadinya pemerintahan sudah mulai ditinggalkan oleh banyak negara.
BAB 12

TEORI LEMBAGA PERWAKILAN

A. Pengertian Lembaga Perwakilan

Teori lembaga perwakilan adalah konsep dalam ilmu politik yang mengkaji
bagaimana sistem perwakilan dalam pemerintahan berfungsi. Ini berkaitan dengan cara
wakil-wakil yang terpilih mewakili kepentingan rakyat dalam proses pengambilan
keputusan politik.

Lembaga perwakilan merujuk pada badan atau institusi dalam pemerintahan yang
bertanggung jawab untuk mewakili kepentingan rakyat atau kelompok-kelompok tertentu
dalam proses pengambilan keputusan politik. Lembaga-lembaga ini ada dalam berbagai
bentuk dan tingkat pemerintahan, terutama dalam sistem demokratis. Mereka memiliki
peran penting dalam menjembatani antara rakyat dan pemerintah.

Dalam konteks demokrasi, lembaga perwakilan biasanya mencakup parlemen atau


badan legislatif, yang terdiri dari anggota yang terpilih oleh rakyat. Tugas utama mereka
adalah membuat undang-undang, mengawasi pemerintah, dan menjalankan fungsi-fungsi
pengawasan. Selain itu, ada juga lembaga-lembaga eksekutif dan yudikatif yang dapat
berperan dalam proses perwakilan.

Lembaga perwakilan penting karena mereka memungkinkan rakyat untuk


berpartisipasi dalam pengambilan keputusan politik, baik secara langsung melalui
pemilihan umum atau melalui perwakilan yang mereka pilih. Mereka juga membantu
menjaga keseimbangan kekuasaan dalam sistem pemerintahan, sehingga keputusan
politik tidak hanya bergantung pada pemerintah atau individu tertentu.

Dari sudut hukum,menurut Rousseau teori lembaga perwakilan muncul karena asas
demokrasi langsung tidak mungkin lagi dapat dijalankan, disebabkan bertambahnya
penduduk, luasnya wilayah negara dan bertambah rumitnya urusan kenegaraan. Lembaga
perwakilan adalah cara yang sangat praktis untuk memungkinkan anggota masyarakat
menerapkan pengaruhnya terhadap orang-orang yang menjalankan tugas kenegaraan.
George Jellinek menyatakan timbulnya konstruksi lembaga perwakilan dikarenakan adanya
3 hal yaitu:

 Sebagai pengaruh hukum perdata Romawi diabad menengah.


 Adanya sistem feodal diabad menengah.
 Situasi abad menengah itu sendiri.

B. Jenis Teori Lembaga Perwakilan

1. Teori Mandat

Si wakil dianggap duduk di Lembaga Perwakilan karena mendapat mandate dari rakyat
sehingga disebut mandataris. Ajaran ini muncul di Perancis sebelum revolusi dan dipelopori oleh
Rousseau dan diperkuat oleh Petion. Sesuai dengan perkembangan zaman, maka teori mandat ini
pun menyesuaikan diri dengan kebutuhan zaman. Pertama kali lahir teori mandat ini disebut
sebagai:

 Mandat Imperatif

Menurut ajaran si wakil bertugas dan bertindak di Lembaga Perwakilan sesuai


dengan instruksi yang diberikan oleh lembaga yang diwakilinya. Kalau setiap kali ada
masalah baru harus minta mandat baru, ini berarti menghambat tugas lembaga
perwakilan tersebut maka lahirlah teori mandat baru yang disebut:

 Mandat Bebas

Ajaran ini dipelopori antara lain oleh Abbe Sieyes di Perancis dan Black Stone di
Inggris. Ajaran ini berpendapat bahwa si wakil dapat bertindak tanpa tergantung dari
instruksi yang diwakilinya. Menurut ajaran ini si wakil adalah orang-orang yang
terpercaya dan terpilih serta memiliki kesadaran hukum masyarakat yang diwakilinya,
sehingga si wakil dapat bertindak atas nama mereka yang diwakilinya atau atas nama
rakyat.

 Mandat Representative

Disini si wakil dianggap bergabung dalam suatu Lembaga Perwakilan (Parlemen).


Rakyat memilih dan memberikan mandat pada parlemen, sehingga si wakil sebagai
individu tidak ada hubungan dengan pemiliknya apalagi pertanggungjawabannya.
Lembaga perwakilan (parlemen) inilah yang bertanggung jawab kepada rakyat.

2. Teori Organ

Teori ini dibangun oleh Von Gierke yang berkebangsaan Jerman. Menurut teori ini
negara merupakan suatu organisme yang mempunyai alat-alat perlengkapannya seperti
Eksekutif, Parlemen dan mempunyai rakyat yang kesemuanya mempunyai fungsi sendiri-
sendiri dan saling tergantung satu sama lain. Maka sesudah rakyat memilih Lembaga
Perwakilan mereka tidak perlu lagi mencampuri Lembaga tersebut dan lembaga ini bebas
berfungsi sesuai dengan wewenang yang diberikan oleh Undang-Undang Dasar. Teori ini
juga didukung oleh George Jellinek yang menyatakan bahwa rakyat adalah organ yang
primer, tetapi tidak dapat menyatakan kehendaknya maka harus ada organ sekunder yaitu
Parlemen, jadi tidak perlu mempersoalkan hubungan antara si wakil dengan yang diwakili
dari segi hukum.

C. Lembaga-Lembaga Negara

Setiap negara memiliki suatu lembaga negara dalam menjalankan pemerintahannya,


termasuk Indonesia. Keberadaan lembaga negara tersebut dapat membantu melaksanakan
fungsinya dengan tujuan memajukan bangsa dan negara. Maka dari itu, keberadaan lembaga
negara merupakan salah satu unsur penting dalam berdirinya sebuah negara. Menurut
pendapat Dewi Oktaviani dalam buku Penataan Mekanisme Hubungan Antar Lembaga
Negara, Pusat Kajian Kinerja Kelembagaan LAN (2010), lembaga negara adalah lembaga
pemerintahan yang berkedudukan di pusat yang tugas, fungsi, dan kewenangannya secara
tegas diatur dalam Undang-Undang. Dapat disimpulkan bahwa lembaga negara merupakan
lembaga pemerintahan (Civilizated Organization) yang dibuat oleh negara, dari negara, dan
untuk negara, demi mencapai tujuan negara itu. Baca juga: Daftar Lembaga Negara di
Indonesia Keberadaan lembaga negara di Indonesia diatur sepenuhnya oleh Undang-Undang
Dasar 1945 dan peraturan perundangan lainnya. Sehingga, kedudukan setiap lembaga negara
di Indonesia bergantung pada wewenang, tugas, dan fungsi yang telah diberikan oleh Undang-
Undang Dasar 1945.

Secara umum, terdapat tiga lembaga utama yang menjalankan pemerintahan, yakni
lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Berikut penjelasannya:

1.) Lembaga Eksekutif


Lembaga eksekutif merupakan suatu lembaga yang diberi kekuasaan untuk
melaksanakan undang-undang. Lembaga eksekutif terdiri dari:
 Presiden Wakil Presiden
 Kementerian negara
 Pejabat setingkat menteri
 Lembaga pemerintah nonkementerian
Presiden dan wakil presiden adalah pemimpin dalam lembaga ini.
Diterangkan Dr. J. UU Nurul Huda, Ketua Prodi Magister Ilmu Hukum UIN Bandung,
dalam Hukum Lembaga Negara, di negara demokratis, secara sempit lembaga eksekutif
diartikan sebagai kekuasaan yang dipegang oleh raja atau presiden beserta menteri-
menterinya. Dalam arti luas, lembaga eksekutif mencakup para pegawai negeri sipil dan
militer. Oleh sebab itu, secara sederhana, lembaga eksekutif dapat disebut sebagai
pemerintah.

2.)Lembaga Legislatif
Lembaga legislatif adalah lembaga yang bertugas untuk membuat atau merumuskan
undang-undang yang diperlukan negara. Lembaga legislatif ini contohnya, antara lain
MPR, DPR, dan DPD.

3.)Lembaga Yudikatif
Lembaga Yudikatif merupakan suatu badan dengan sifat yuridis yang berfungsi untuk
mengadili penyelewengan konstitusi dan peraturan perundang-undangan oleh institusi
pemerintahan. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, lembaga yudikatif bersifat
independen dan terbebas dari intervensi pemerintah. Lembaga yudikatif di Indonesia terdiri
dari Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan Komisi Yudisial.

D. Tugas Lembaga Negara


Secara umum, tugas lembaga negara adalah sebagai berikut:
 Menjaga kestabilan keamanan, politik, hukum, Hak Asasi Manusia (HAM), dan budaya
dalam suatu negara yang bersangkutan.
 Menciptakan suatu lingkungan negara yang kondusif, aman, dan harmonis.
 Menjaga penghubung antara negara dengan rakyat.
 Menjadi sumber inspirator dan aspirator rakyat.
 Membantu menjalankan roda pemerintahan negara.
 Memberantas adanya tindak korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN)

BAB 13

TEORI ALAT PERLENGKAPAN NEGARA

A. Pengertian Alat Perlengkapan Negara


Secara umum, alat perlengkapan negara dapat diartikan sebagai orang ataupun
majelis yang berdasarkan UU atau anggaran dasar memiliki wewenang untuk
mengemukakan dan merealisasikan kehendak badan hukum.Dalam sebuah badan
pemerintahan (negara) rendah, alat perlengkapan tersebut dapat berupa pemimpin
(raja/presiden) sampai pegawai tingkatan paling rendah. Namun, istilah alat perlengkapan ini
pada umumnya digunakan untuk mengacu pada badan pemerintahan tinggi.

1. Pengertiannya dalam Arti Luas


Apa yang dimaksud pengertian lembaga negara secara luas yaitu bahwa organ
negara adalah semua pejabat atau pegawai dalam suatu negara, dari yang tertinggi,
misalnya presiden, hingga yang terendah, misalnya kepala desa, yang sifatnya kolegial
ataupun tunggal.Kolegial di sini berarti majelis atau badan, contohnya MPR, DPR, dan
DPD. Sedangkan tunggal berarti perorangan, contohnya presiden, camat, dan kepala desa
2. Pengertiannya dalam Arti Sempit
Dalam arti sempit, istilah alat perlengkapan atau lembaga negara hanya digunakan
untuk organ negara yang berada di tingkat pusat serta badan perwakilan rakyat dan
daerah. Contoh lembaga negara dalam arti sempit adalah MPR, DPR, DPRD, dan
DPD.Lembaga-lembaga negara ini dibentuk berdasarkan UU atau anggaran dasar yang
berlaku serta mempunyai kewenangan untuk merealisasikan fungsi-fungsinya. Terdapat
dua tujuan utama yang melandasi pembentukan alat perlengkapan tersebut, yakni:
 Menjalankan fungsi negara serta fungsi pemerintahan secara aktual.
 Bekerja bersama membentuk suatu kesatuan yang saling terhubung untuk
merealisasikan fungsi negara secara praktis ataupun secara ideologis mewujudkan
negara dalam jangka panjang.
Alat perlengkapan negara dibedakan dari segi hierarki dan dari segi fungsi, yakni

1. Alat Perlengkapan Negara Berdasarkan Hierarkinya


Lembaga negara ada yang memiliki kedudukan lebih tinggi dan ada yang
memiliki kedudukan lebih rendah, contohnya organ lapis pertama (lembaga tinggi
negara), organ lapis ke-2 (lembaga negara), dan organ lapis ke-3 (lembaga daerah).
Hierarki ini menimbulkan perlakuan hukum yang berbeda antara lembaga negara
yang satu dengan lainnya. Perbedaan perlakuan hukum tersebut dapat berupa
perbedaan gaji. Selain itu, perbedaan ini dapat berupa perbedaan protokoler dan lain
sebagainya. Penyebab perbedaan tingkatan lembaga negara adalah landasan hukum
pembentukannya, contohnya UUD 1945, UU, dan PP. Alat perlengkapan yang diatur
langsung oleh UUD 1945 pada umumnya memiliki kedudukan tinggi di negara
Indonesia.Beberapa alat perlengkapan atau lembaga negara, misalnya presiden dan
DPR, memiliki wewenang yang diatur oleh UUD 1945 secara langsung. Namun,
beberapa lembaga negara lainnya memiliki wewenang yang diberikan oleh UUD
1945, contohnya KPU.
2. Alat Perlengkapan Negara Berdasarkan Fungsinya
Badan-badan negara tidak hanya memiliki kedudukan yang berbeda, namun
mereka juga memiliki fungsi yang berbeda. Secara umum, fungsi negara dibedakan
menjadi yaitu fungsi legislatif atau pengawasan, fungsi eksekutif atau pelaksana,
fungsi kehakiman atau yudisial
Meski demikian, ada pula ahli yang membedakan fungsi tersebut dengan cara lain,
yaitu:
 Lembaga negara yang menjalankan fungsi negara secara langsung atau
bertindak untuk negara atau atas nama negara, contohnya DPR, Lembaga
Kepresidenan, dan alat kelengkapan negara lainnya.
 Lembaga negara yang menjalankan fungsi administratif.
 Lembaga negara yang berfungsi guna mendukung fungsi alat kelengkapan
negara.
B. Macam-Macam Alat Perlengkapan Negara
1. Lembaga Negara Lapis Pertama
a) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
MPR adalah lembaga yang sudah ada sejak awal kemerdekaan Indonesia. Pada
saat itu, MPR bernama KNIP yang tugasnya membantu presiden dan wakil presiden.
Nama MPR pertama kali digunakan pada tahun 1959.Pada saat itu, MPR yang
terbentuk dinamai MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara). Kini MPR
telah mengalami 3 perubahan besar akibat dari adanya Amandemen UUD
1945.Perubahan ini terletak pada kedudukan, susunan anggotanya, dan
wewenangnya. Dahulu, MPR adalah lembaga tertinggi negara, namun sekarang
kedudukannya adalah lembaga tinggi negara di bawah UUD 1945.
Sebelumnya, anggota lembaga negara ini terdiri dari anggota DPR serta utusan
daerah. Setelah reformasi, MPR terdiri dari anggota DPD serta anggota DPR.Di
samping itu, dahulu MPR memiliki kewenangan sebagai pelaksana rakyat
sepenuhnya. Namun seperti yang diatur oleh UUD 1945 pasal 1 ayat 2, yang berbunyi
“kedaulatan di tangan rakyat dan dijalankan menurut UUD,” kewenangan MPR
berubah.Kini MPR bukanlah pelaksana rakyat sepenuhnya. Kewenangan lembaga ini
adalah mengubah serta menetapkan UUD 1945 dan melantik presiden serta wakil
presiden. Selain itu, MPR juga memiliki wewenang untuk menurunkan presiden
dan/atau wakil presiden dari jabatannya berdasarkan UUD 1945 dan memilih wakil
presiden jika terjadi kekosongan jabatan.

b) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)


DPR mulai terbentuk saat Indonesia berada pada masa Republik. Indonesia
Serikat. Saat ini, anggota DPR merupakan anggota partai politik yang dipilih dalam
pemilu. Mereka memiliki jabatan selama 5 tahun.Lembaga negara ini memiliki
kedudukan sebagai lembaga tinggi dengan kedudukan sebagai lembaga legislatif.
DPR mempunyai tugas dan fungsi yang harus dilaksanakan.
 Fungsi Legislasi
Dalam melaksanakan fungsi tersebut, DPR memiliki tugas menyusun undang-
undang bersama presiden. Ketika menjalani proses pembuatan UU ini, anggota
DPR dapat menggunakan haknya yang berupa hak mengajukan usul RUU.
 Fungsi Anggaran DPR
Bertugas untuk membahas, merubah, dan menyetujui atau menolak RAPBN yang
diajukan oleh presiden. Apabila lembaga ini menolak untuk menyetujuinya, maka
APBN tahun sebelumnya akan ditetapkan kembali.
 Fungsi PengawasanSelain memiliki fungsi legislasi dan anggaran, DPR juga
berfungsi sebagai pengawas pemerintah. Pengawasan ini meliputi pengawasan
pelaksanaan anggaran, pelaksanaan kebijakan, pelaksanaan pembangunan, dan
UU.Dalam melakukan pengawasan ini, DPR dapat menggunakan hak menyatakan
pendapat, hak interpelasi, dan hak angket. Dengan demikian, jalannya
pemerintahan akan berlangsung dengan baik.
c) Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
DPD dapat dikatakan sebagai penjelmaan dari utusan daerah yang merupakan
anggota MPR sebelum adanya reformasi. Alat kelengkapan negara ini baru terbentuk
setelah adanya Amandemen UUD 1945. Anggota DPD adalah perwakilan daerah
yang dipilih melalui pemilu, namun mereka bukan anggota partai. Jika utusan daerah
tidak ikut andil dalam perumusan RUU, maka tidak demikian dengan DPD. Lembaga
negara ini memiliki berbagai kewenangan, yakni:
 Mengajukan RUU yang berkaitan dengan dengan daerah, contohnya pemekaran
wilayah, pengelolaan SDA, serta otonomi daerah, dan ikut serta dalam
pembahasannya.
 Memberi pertimbangan kepada DPR tentang RAPBN, RUU mengenai
pendidikan, agama, dan pajak, serta pertimbangan pemilihan anggota BPK.
 Mengawasi pelaksanaan APBN dan pelaksanaan UU yang berkaitan dengan
daerah.
d) Presiden Beserta Wakil Presiden
Presiden merupakan alat kelengkapan negara yang memiliki kekuasaan
eksekutif. Dengan demikian, presiden memiliki kewenangan untuk menjalankan
pemerintahan dan berkedudukan sebagai kepala negara sekaligus kepala
pemerintahan.Dahulu, presiden beserta wakilnya dipilih oleh MPR. Namun, setelah
adanya Amandemen UUD 1945, presiden beserta wakilnya dipilih secara langsung
oleh rakyat lewat pemilu. Mereka memiliki masa jabatan 5 tahun dan dapat dipilih
sekali lagi untuk satu periode selanjutnya. Keduanya dilantik oleh MPR pada sidang
MPR. Ketika menjalankan pemerintahannya, presiden, dan wapres memiliki program
yang disusun sendiri.Akan tetapi, program tersebut tidak boleh berlawanan dengan
UUD 1945. Dengan demikian, jalannya pemerintahan harus sesuai dengan tujuan
negara yang ada pada pembukaan UUD 1945.
e) Mahkamah Agung (MA)
Kekuasaan kehakiman dalam sistem ketatanegaraan Indonesia dipegang oleh
Mahkamah Agung. MA dibentuk dengan tujuan untuk menyelenggarakan peradilan
yang bebas dan merdeka dari intervensi untuk penegakan keadilan dan hukum.
Dalam melaksanakan perannya, MA dibantu oleh berbagai badan peradilan yang
berkedudukan lebih rendah yang melingkupi peradilan agama, peradilan umum,
peradilan militer, dan PTUN.
MA mempunyai beberapa kewenangan:
 Mengadili di tingkat kasasi.
 Mengajukan 3 anggota hakim konstitusi.
 Menguji peraturan perundang-undangan di bawah UU terhadap UU.
 Memberi pertimbangan berkaitan dengan pemberian grasi dan rehabilitasi oleh
presiden.

f) Mahkamah Konstitusi (MK)


Sama seperti DPD, Mahkamah Konstitusi adalah alat kelengkapan negara yang
tergolong baru karena baru dibentuk setelah adanya Amandemen UUD 1945.
Lembaga ini juga memiliki kekuasaan kehakiman, seperti MA.Akan tetapi,
wewenang dan tugasnya berbeda dari MA, yaitu:
 Memutuskan pembubaran parpol.
 Mengadili pada tingkat pertama serta terakhir yang putusannya memiliki sifat
final guna menguji UU terhadap UUD.
 Memberi keputusan atas sengketa hasil pemilu.
 Memberi putusan atas opini DPR tentang dugaan pelanggaran yang dilakukan
oleh presiden dan wapres berdasarkan UUD.
g) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
BPK adalah lembaga negara yang berkedudukan tinggi seperti DPR, MA, MK,
dan lainnya. BPK adalah lembaga yang bebas dan mandiri yang dibentuk dengan
tujuan untuk memeriksa tanggung jawab dan pengelolaan keuangan negara.Hasil
pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK selanjutnya diserahkan kepada DPR, DPRD,
dan DPD sesuai dengan kewenangannya. Lembaga ini berkedudukan di ibu kota
negara, namun mempunyai perwakilan di tiap daerah.Anggota BPK dipilih oleh DPR.
Pada saat memilihnya, lembaga ini mempertimbangkan pertimbangan DPD. Setelah
dipilih oleh DPR, anggota lembaga ini akan disahkan oleh presiden.
2. Lembaga Negara Lapis Ke-2
Alat kelengkapan negara yang berada pada lapis ke-2 ini memiliki kedudukan yang lebih
rendah daripada lembaga-lembaga yang sebelumnya telah dibahas. Macam-macam
lembaga tersebut adalah:
a) Kementerian Negara.
Kementerian Negara adalah alat perlengkapan negara yang berkedudukan di
bawah presiden. UUD 1945 secara langsung mengatur tentang kementerian
negara melalui pasar 17.Tugas utama lembaga negara ini adalah membantu
presiden dan wakil presiden dalam melaksanakan pemerintahannya. Untuk
mempermudah pelaksanaan tugasnya, setiap menteri hanya membidangi urusan-
urusan tertentu pada pemerintahan.Para menteri dilantik dan diberhentikan oleh
presiden. Mereka memiliki masa jabatan yang tidak tentu karena presiden dapat
memberhentikan mereka kapan saja selama masa jabatannya dan mengganti
mereka dengan menteri lainnya.
b) Komisi Yudisial.
KY atau Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang berwenang untuk
mengusulkan pengangkatan hakim agung serta menjaga kehormatan, keluhuran
martabat, dan perilaku hakim.Komisi Yudisial memiliki 9 anggota yang dilantik
dan diberhentikan oleh presiden melalui persetujuan DPR. Idealnya, masa jabatan
anggota Komisi Yudisial adalah 5 tahun. Mereka haruslah mempunyai
pengetahuan serta pengalaman yang mumpuni di bidang hukum. Selain itu,
mereka juga harus mempunyai kepribadian serta integritas yang tak tercela.
c) Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Seperti namanya, KPU adalah lembaga negara yang bertugas
menyelenggarakan pemilu. Lembaga yang baru dibentuk setelah adanya reformasi
ini adalah lembaga yang independen dan tidak terkait dengan parpol
manapun.Dengan adanya sifat independen ini, diharapkan bahwa KPU dapat
menyelenggarakan pemilu tanpa dipengaruhi oleh pihak lain. Selain itu, lembaga
ini juga bersifat nasional dan tetap.Apa yang dimaksud bersifat nasional di sini
adalah tanggung jawab serta wilayah kerja lembaga ini mencakup seluruh wilayah
NKRI. Sedangkan, bersifat tetap artinya KPU menjalankan tugasnya secara
berkesinambungan meski dibatasi oleh masa jabatan.Tugas dan wewenang KPU
tidak hanya merencanakan dan mempersiapkan pemilu saja. Namun, lembaga ini
juga memiliki kewenangan untuk menetapkan parpol yang berhak ikut
pemilu.Selain itu, KPU juga berwenang untuk menetapkan jumlah kursi anggota
DPR dan DPRD di setiap dapil (daerah pemilihan), mengumpulkan dan
mensistemasi hasil pemilu, dan menetapkan hasil pemilu.
d) Tentara Nasional Indonesia.
Lembaga yang sering disebut TNI ini dibentuk pada tanggal 5 Oktober 1945.
Pada waktu itu, nama lembaga ini adalah Tentara Keamanan Rakyat (TKR). TNI
merupakan gabungan dari 3 angkatan, yaitu angkatan darat, laut, dan
udara.Sebelum reformasi terjadi, TNI digabungkan dengan POLRI sehingga
tercipta istilah ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia). Pada saat itu,
TNI memiliki andil dalam politik Indonesia dan memiliki fraksi tersendiri di
DPR.Hal tersebut terjadi karena adanya Dwifungsi ABRI yang dijalankan secara
berlebihan. Setelah reformasi, TNI dipisahkan dari POLRI dan Dwifungsi ABRI
dihapuskan. Dengan demikian, anggota TNI tidak mempunyai hak politik.Tugas
TNI adalah menegakkan kedaulatan negara serta menjaga keutuhan NKRI.
Sedangkan fungsi dari lembaga ini adalah menangkal ancaman militer dari dalam
dan luar negeri serta memulihkan kondisi keamanan yang terganggu oleh
ancaman itu.
e) Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Kepolisian negara RI, atau yang umum disebut Polri dibentuk pada tahun
1946. Lembaga ini bertanggung jawab langsung di bawah presiden dan memiliki
berbagai tugas. Beberapa tugas Polri adalah memelihara ketertiban dan keamanan
masyarakat, menegakkan hukum, dan melindungi, mengayomi, serta melayani
masyarakat. Seperti diketahui sebelumnya, Polri digabungkan dengan TNI pada
era orde baru.Namun, sebenarnya ada beberapa tokoh kepolisian yang tidak
menyetujui penggabungan ini. Oleh karena itu, saat keduanya dipisahkan pada era
reformasi, banyak orang yang menyambut positif atas kebijakan tersebut.Mereka
berpendapat bahwa pemisahan Polri dan TNI dapat membuat kepolisian negara
ini semakin berkembang maju. Selain itu, pemisahan ini membantu Polri untuk
dapat menegakkan hukum tanpa banyak intervensi dari pihak lain.
f) Bank Sentral Republik Indonesia
Bank yang sering disebut BI ini memiliki tugas utama membantu pemerintah
memelihara kestabilan nilai mata uang rupiah terhadap kurs mata uang asing dan
terhadap inflasi. Untuk mencapai tujuan ini, BI melakukan tugas-tugas lain, yaitu:
 Mengatur kelancaran sistem pembayaran dan menjaganya.
 Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.
 Menjaga sistem stabilitas keuangan di Indonesia dengan cara mengatur dan
mengawasi perbankan Indonesia dalam aspek makroprudensial.

BAB 14

TEORI SENDI-SENDI PEMERINTAHAN

A. Sendi-sendi Pemerintahan
Sendi-sendi negara atau Die Gliederung des Staates dalam ilmu negara terbagi menjadi
dua, yaitu:

1.Sendi keahlian (expertise)

Sendi keahlian berarti menyerahkan penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan Negara


kepada ahli-ahli. Untuk ini dapat dilaksanakan secara horizontal yaitu; tugas-tugas
pemerintahan dibagi dalam beberapa bidang yang kemudian diserahkan pengurusannya
kepada para (menteri) dan hal ini menimbulkan beberapa lembaga keahlian penanganan
tugas-tugas pemerintahan (departemen). Pelaksanaan sendi keahlian selanjutnya ialah
“membaginya secara vertical ke daerah-daerah Negara. Sehingga timbullah perwakilan-
perwakilan di daerah mengenai penanganan tugas-tugas pemerintahan Negara dengan
didasarkan pada prinsip keahlian.

Ada dua macam sendi keahlian yaitu:

a) Goverment by Official, yaitu pemerintahan dalam sistem pegawai negeri.


Horizontal.
b) Goverment by Comitte yaitu pemerintahan dijalankan dengan sistem
kepanitiaan.Vetical.

2.Sendi Wilayah (teritorial)

Faktor wilayah negara dibagi dalam dua bagian:

a) Wilayah tugas atau Desentralisasi


Memahami arti desentralisasi yaitu penyerahan urusan pemerintahan dari pemerintah pada
tingkat atas kepada daerah di bawahnya dan menjadi urusan rumah tangganya. Bahwa
wilayah Negara dibagi dalam beberapa daerah besar dan kecil, yang mempunyai
kewenangan menyelenggarakan sendiri kewenangan-kewenangan semacam yang di
pemerintah pusat juga dalam batas-batas sebagai yang di atur dalam suatu undang-
undangDaerah semacam ini dinamakan “daerah otonom”. Ide desentralisasi politik ini juga
diterapkan di bidang-bidang lain seperti: desentralisasi fungsional, desentralisasi cultural,
desentralisasi teknis, dan desentralisasi kolaboratif.
b) Wilayah jabatan (dekonsentrasi)
Wilayah jabatan (dekonsentrasi) adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah atau
wilayah atau kepala instansi vertikal tingkat atasnya kepada pejabat-pejabatnya di daerah
untuk mengurus tugas-tugas tertentu yang disertai hak untuk mengatur, dan membuat
keputusan dalam masalah tertentu, pertangggung jawaban terakhir tetap pada badan
pemerintah yang bersangkutan

B. Sendi-sendi pemerintahan negara Indonesia


Sendi-sendi pemerintahan negara indonesia berdasarkan sendi wilayah
diselenggarakan atas tiga asas, yaitu asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan.
Namun dalam perubahan UUD 1945 pasal 18 ayat 2 ditegaskan bahwa pemerintahan daerah
provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.Di dalam pemerintahan daerah hanya ada
pemerintahan otonomi. Prinsip baru dalam pasal 18 lebih sesuai dengan gagagsan daerah
membentuk pemerintahan daerah sebagai satuan pelimpahan mandiri di daerah yang
demokratis.Adapun hubungan pemerintahan pusat dan daerah, pasal 18a ayat 1 misalnya,
menegasakan “hubungan kewenangan antara pemerintah pusat dan pemerintah provinsi,
kabupaten dan kota di atur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan
keragaman daerah”Pasal 18B ayat 1 mengatakan : “Negara mengakui dan menghormati
kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih
hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang di atur dalam Undang-Undang.
BAB 15

TEORI KERJASAMA ANTAR NEGARA

Kerja sama antar negara merujuk pada berbagai bentuk interaksi dan koordinasi antara
dua atau lebih negara untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini bisa mencakup bidang politik,
ekonomi, sosial, keamanan, lingkungan, dan banyak lagi. Kerja sama dapat terjadi melalui
perjanjian bilateral, multilateral, atau melalui lembaga internasional.Tujuan kerja sama antar
negara dapat bervariasi, termasuk peningkatan perdamaian dan keamanan, penanggulangan
masalah global seperti perubahan iklim, atau meningkatkan kesejahteraan ekonomi melalui
perdagangan bebas. Prinsip dasar kerja sama antar negara melibatkan saling ketergantungan dan
kesepakatan bersama untuk mencapai hasil yang menguntungkan semua pihak yang terlibat.

Teori hubungan antar negara adalah kerangka konseptual yang digunakan untuk memahami
dinamika interaksi antara negara-negara di tingkat internasional. Beberapa teori utama
melibatkan realisme, liberalisme, konstruktivisme, dan teori ketergantungan.

1. Teori Realisme
Teori realisme adalah salah satu grand theory dalam ilmu politik yang digunakan untuk
menjelaskan hubungan politik internasional.Teori ini menempatkan konsep power
sebagai pusat dari semua perilaku negara-bangsa, dan berasumsi bahwa negara-negara
bertindak untuk memaksimalkan power mereka, sehingga dapat mencapai tujuan mereka
sendiri dengan lebih baik.Realisme dalam hubungan internasional menekankan bahwa
dunia politik internasional selalu dan pasti menjadi medan konflik antara aktor-aktor yang
saling bersaing untuk mencapai kekayaan dan kekuasaan Beberapa asumsi teori realisme
dalam hubungan internasional adalah sebagai berikut
a) Negara adalah aktor utama dalam hubungan internasional.
b) Negara bertindak rasional dan egois untuk memaksimalkan kepentingan
nasionalnya.
c) Negara memiliki kekuasaan yang berbeda-beda, dan kekuasaan adalah sumber
utama konflik antara negara.
d) Negara tidak dapat mengandalkan hukum atau lembaga internasional untuk
menyelesaikan konflik.
Teori realisme memiliki beberapa cabang, di antaranya adalah realisme klasik,
realisme modern, dan neorealisme

 Realisme klasik menekankan bahwa sifat manusia untuk memaksa negara dan
individu mengutamakan kepentingan di atas ideologi sudah ada sejak dulu
 Realisme modern bermula sebagai bidang penelitian mendalam di Amerika
Serikat sepanjang Perang Dunia II
 Neorealisme atau realisme struktural menekankan gagasan ‘struktur’ dalam
penjelasannya, dan menawarkan kontribusi teoretis yang disebut ‘neorealisme’
atau ‘realisme struktural.
2. Teori liberalisme
Teori liberalisme dalam hubungan internasional menekankan pada pentingnya kerjasama
antar negara untuk mencapai kemakmuran dan stabilitas nasional
Teori ini percaya bahwa manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang bisa diajak
bekerjasama satu sama lain
Berikut adalah beberapa ciri-ciri teori liberalisme dalam kerjasama antar negara:
 Menekankan pada pentingnya kerjasama antar negara untuk mencapai kemakmuran
dan stabilitas nasional
 Memiliki asumsi dasar bahwa dalam politik internasional, kerjasama masih mungkin
terjadi
 Menolak saran realisme yang menekankan kemandirian atau self-help (pertolongan
yang datang dari negara sendiri) untuk bertahan di dunia internasional
 Menekankan pada pentingnya institusi internasional dalam memajukan kerjasama di
antara negara-negara
Dalam praktiknya, teori liberalisme terkadang dianggap kurang memperhatikan
perbedaan kepentingan antar negara dan kurang memperhatikan ketimpangan dalam
hubungan internasional namun, teori ini tetap menjadi salah satu pendekatan penting
dalam hubungan internasional dan sering digunakan dalam analisis kerjasama antar
negara

3. Teori Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah teori hubungan internasional yang menekankan bahwa aspek-
aspek penting dalam hubungan internasional dikonstruksi oleh sejarah dan interaksi
sosial. Teori ini menolak pandangan realisme dan liberalisme yang menganggap identitas
dan kepentingan negara sebagai hal yang objektif dan ditentukan oleh faktor material.
Konstruktivisme memandang bahwa identitas dan kepentingan negara ditentukan oleh ide
dan konstruksi sosial. Konstruktivisme juga menekankan pentingnya norma dan nilai
dalam hubungan internasional, dan bahwa lembaga internasional dapat mempengaruhi
perilaku negara melalui konstruksi sosial
Implementasi paradigma konstruktivisme dapat membuat kerja sama antarnegara lebih
dinamis, damai, setara, dan produktif, sehingga menumbuhkan banyak kerja sama baik
bilateral, multilateral, dan regional.
4. Teori Ketergantungan
Teori ketergantungan atau teori dependensi menjelaskan bagaimana negara terpinggir
atau negara dunia ketiga memiliki perekonomian yang sangat bergantung pada negara
maju atau negara inti.Teori ini memiliki fokus pada persoalan keterbelakangan dan
pembangunan negara-negara pinggiran Teori ini menjadi wakil dari suara-suara negara
pinggiran untuk menantang hegemoni ekonomi, politik, budaya, dan intelektual dari
negara maju.Teori ketergantungan ini memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu:
 Adanya pola Ketergantungan antar masyarakat yang satu dengan masyarakat yang
lainnya dalam kehidupan berbangsa di dunia
 Terdapat hipotesis utama yang selalu diangkat oleh teori ketergantungan, diantaranya
pertama, dengan alasan demi meningkatkan kesejahteraan ekonominya banyak negara
yang melakukan kerjasama dengan negara lainnya untuk mengurangi biaya yang
harus ditanggung negara tersebut dalam memproduksi suatu produk kebutuhan bagi
rakyatnya karena adanya keterbatasan yang dimiliki negara tersebut
 Terdapat empat jenis negara dalam teori ketergantungan, yaitu negara pusat, negara
semi-periferi, negara periferi, dan negara terpinggir
Teori ketergantungan ini muncul sebagai kritik terhadap anggapan di masa awal
perang dingin yang mengkonsepsikan pembangunan ekonomi akan menguntungkan
setiap negara yang tergabung dalam sistem internasional.Namun pada kenyataannya,
kesejahteraan ekonomi di suatu negara dapat menyebabkan permasalahan
keterbelakangan di negara lain

Anda mungkin juga menyukai