Anda di halaman 1dari 12

NAMA : SABRIYANTI TANAIYO

KELAS : G

JURUSAN : ILMU HUKUM

TUGAS : ILMU NEGARA

DEFINISI ILMU NEGARA

A. Berdasarkan Istilah
Ilmu negara berasal dari berbagai istilah bahasa, berikut ini
disajikan tabel istilah ilmu negara
Tabel 1: Istilah Ilmu Negara

No Asal Bahasa Istilah


.
1. Belanda Staatsleer
2. Jerman Staatslehre
3. Inggris Theory of State
The General Theory of State
Political Theory
4. Perancis Theorie d’etat
Daftar istilah dalam tabel tersebut hanya terbatas pada 5(lima)
bahasa. Penting bagi pembaca untuk mengetahui istilah ilmu
negara dalam bahasa asing, agar tidak terjadi kesalahan presepsi
dalam menerjemahkan sesuatu.
B. Berdasarkan Konsep Bernegara
Konsep adalah pengetahuan. Hal senada juga disampaikan
Kerlinger bahwa konsep merupakan ekspresi suatu abstraksi yang
terbentuk melalui generalisasi dari pengamatan terhadap
fenomena-fenomena. Dari definisi tersebut, terdapat batasan
konsep bernegara yaitu:

1
1. Merupakan eskpresi suatu abstraksi
2. Berasal dari generalisasi fenomena kenegaraan
3. Berbasis empiris
Berdasarkan basis empiris tersebut dapat diketahui bahwa
untuk melakukan definisi ilmu negara berdasar konsep
bernegara harus memperhatikan pada kapan generalisasi
tersebut dilakukan.
Berikut disajikan paparan pembahasan filsafat hukum dan
kaitannya dengan definisi negara:
1. Jaman kuno (600SM-400 M) dimana aliran hukum alam
berkembang, negara adalah kumpulan manusia, maka
negara haruslah selaras dengan manusia, dan manusia
harus selaras dengan alam (masih terjadi perdebatan
antara arti alam apakah ‘lingkungan secara universal’
atau tuhan atau hukum alam).
2. Abad pertengahan (400 M-1500 M) dimana filsafat timur
merajai perkembangan filsafat, agama (islam, hindu,
budha) menjadi hal utama.
3. Negara adalah amanah dari Tuhan, pemimpin negara
adalah kepanjangan tangan dari Tuhan yang wajib
menjaga amanah tersebut.
4. Jaman modern (1500 M-1800 M), dimana aliran
positivisme dan sejarah mulai berkembang.
5. Rasionalitas menjadi hal utama. Begitupun sekularitas.
Jadi negara dimaknai sebagai manifesto perkembangan
perkumpulan masyarakat atau pencerminan volkgeist
(jiwa bangsa) dan negara dimaknai sebagai manifesto
hukum positif.

2
6. Jaman pasca 1800 M dimana paham positivisme,
marxisme, pragmatism, neokantianisme, hingga aliran
hukum sociological jurisprudence dan realism
berkembang. Ada banyak pemahaman terhadap negara.
Marxisme berpemikiran bahwa negara adalah dari
kebebasan yang kongkrit. Sedangkan pemikiran lainnya
justru memperlihatkan bahwa negara merupakan akibat
dari kenyataan yang ada sehingga negara adalah alat
atau perwujudan tujuan dari perkumpulan manusia.

Jadi, berdasarkan konsep bernegara, maka ilmu negara


dimaknai sebagai ilmu tentang negara meliputi arti negara
atau sifat hakekat negara, pembenaran adanya
negara,terjadinya suatu negara dan tujuan negara. Pendapat
ini mendukung apa yang disampaikan Padmo Wahyono,
pakar ketatanegaraan.

C. Berdasarkan Konsep Politik


Ada kerancuan dalam memahami ilmu negara dalam konsep.
Kerancuan yang ada seolah memperlihatkan bahwa konsep politik
dekat, tapi tidak masuk dalam kajian ilmu negara. Artinya, konsep
politik bukan konsumsi pembelajaran ilmu negara. Hal ini jelas
merupakan hal yang kurang tepat.
Buku ini mempertegas bahwa konsep politik akan termasuk
pula dalam kajian ilmu negara. Namun tentunya kajian tersebut
terbatas pada dasar-dasar tertentu. Pertanyaan selanjutnya adalah
apakah dasar-dasar tertentu tersebut?
Untuk menjawab pertanyaan ini kiranya terdapat beberapa
alasan. Pertama, konstruksi pemikiran dapat dikembalikan pada
tabel 1. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa political theory

3
dapat pula diterjemahkan menjadi ilmu negara. Hal ini juga
dipertegas dengan apa yang disampaikan Solly Lubis bahwa
Political science merupakan gabungan dari gejala sosial dan politik.
Kedua, perbandingan konsep negara dan bernegara menurut
Jazim Hamidi, dinyatakan bahwa terdapat perbedaan makna antara
konsep negara dan bernegara. Konsep negara lebih pada masalah
struktur kekuasaan, sedangkan konsep bernegara lebih pada
negara dan segala sesuatunya.
Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Mac Iver,
yang menyatakan bahwa negara adalah alat masyarakat. Alat
masyarakat dimaknai sebagai media atau sesuatu yang dapat
digunakan masyarakat untuk mendapatkan tujuannya.
Definisi ilmu politik adalah bermacam-macam. Kegiatan
dalam suatu sistem politik (negara) yang menyangkut proses
menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan
tujuan-tujuan itu. Persamaan dari definisi negara menurut Mac Iver
dan definisi ilmu polotik menurut Miriam Budiardjo bahwa negara
adalah alat. Perbedaanya, jika Mac Iver melihat ilmu negara
sebagai bagian dari kekuasaan. Sedangkan Miriam Budiardjo justru
melihat negara sebagai bagian dari sistem poltik, bersanding sama
besarnya dengan kekuasaan.
Jadi, konsep politik (atau konsep negara) adalah
pengetahuan yang menjelaskan negara (staat) sebagai alat.
Adapun definisi dari ilmu negara berdasar konsep politik adalah
ilmu yang membahas tentang negara, baik dilihat dari segi yuridis
(normlogisch), sosiologis ataupun kombinasi dari yuridis sosiologis
(zwei seintenlehre).
Dari segi yuridis (Hans Kelsen) berarti ilmu negara berdasar
konsep politik merupakan alat hukum untuk mencapai tujuannya.

4
Sedangkan dari segi sosiologis (Oppenheimer) berarti ilmu negara
adalah alat masyarakat (senada dengan apa yang disampaikan Mac
Iver). Adapun dari dua segi (George Jellinek), maka ilmu negara
dipandang sebagai alat hukum dan masyarakat.
Segi yang berbeda coba dibahas oleh Nawiasky. Nawiasky
melihat ilmu negara dalam Tiga Segi yaitu sebagai:
a. Idea (der staat als idee)
b. Kenyataan sosial (soziale staat sache)
c. Hukum (rechtsbegriff)

Ketiga segi ini memiliki persamaan dengan Dua Segi ala Jellinek.
Persamaanya adalah pada unsur hukum dan kenyataan sosial.
Perbedaanya, pada Tiga Segi, masyarakat dipahami secara luas,
tidak hanya sebatas subjeknya saja melainkan juga proses dan
peristiwannya. Perbedaan kedua terletak pada tambahan satu
unsur (Idea) dalam Tiga Segi. Bahwa ilmu negara dalam konsep
politik juga melihat ought to atau apa yang seharusnya,
sehingga bahasan ilmu negara dalam konsep politik menjadi
abstrak jika dibandingkan dengan Dua Segi. Pendapat ketiga
inilah yang paling pas untuk menjelaskan tentang ilmu negara
dalam konsep politik.

D. Definisi Ilmu Negara Menurut Beberapa Pakar

Resume ini dapat digunakan sebagai bahan memperkaya


wacana definisi

Table 2 : Definisi Ilmu Negara Menurut Pakar

No Nama Pakar Definisi Ilmu Negara


.
1. George Jellinek Ilmu tentang organisasi kekuasaan dari

5
sekelompok manusia yang telah
berkediaman diwilayah tertentu.
2. Hegel Ilmu tentang organisasi kesusilaan yang
muncul sebagai sintesis dari kemerdekaan
individual dan universal.
3. Kranenbrug Ilmu tentang organisasi yang timbul
karena kehendak dari suatu golongan atau
bangsanya sendiri.
4. Roger F. Soltau Ilmu tentang alat atau wewenang yang
mengatur atau mengendalikan persoalan
bersama atas nama masyarakat.
5. Djokosutono Ilmu tentang organisasi manusia atau
kumpulan manusia yang berada dibawah
suatu pemerintahan yang sama.
6. Soenarko Ilmu tentang organisasi masyarakat yang
mempunyai daerah tertentu dimana
kekuasaan negara berlaku sepenuhnya
sebagai kedaulatan.

OBJEK KAJIAN ILMU NEGARA

Apabila memperhatikan pengertian Ilmu Negara yang diuraikan di


sub-bahasan sebelumnya, maka yang menjadi objek kajian negara adalah
negara. hal demikian juga dikemukakan oleh M. Solly Lubis bahwa ilmu
negara mempelajari negara secara umum mengenai asal-usulnya,
wujudnya, lenyapnya, perkembangannya, dan jenis-jenisnya. Objek
penyelidikan ilmu negara sering disebut ilmu negara secara umum.

Ilmu negara menganggap negara sebagai objek penyelidikannya,


antara lain meliputi tentang pertumbuhan, sifat hakikat, dan bentuk-
bentuk negara. Pembahasan dalam ilmu negara menitikberatkan pada hal-
hal yang bersifat umum dengan menganggap negara sebagai genus

6
(bentuk umum) dan mengesamoing-kan)/mengabaikan sifat-sifat khsusus
dari negara-negara. Ilmu negara menyelidiki negara dalam teori-teori
umum dengan mengesampingkan sifat-sifat khusus dari setiap negara-
negara. Ilmu negara mencurahkan perhatiannya pad hal-hal yang bersifat
menyeluruh, yaitu berupa pengeritan-pengertian pokok dan sendi-sendi
pokok (pengertian-pengertian umum dan sifat-sifat umum dalam bahasa
Kranenbrug) dari negara secara umum.

Manurut Soehino, ilmu negara memandang objeknya itu (negara)


dari sifat atau dari pengertiannya yang abstrak. Artinya objeknya tersebut
dalam keadaan terlepas dari tempat, keadaan dan waktu. Jadi, tegasnya
belum mempunyai adjektif tertentu, bersifat abstark-umum-universal. Dari
objeknya yang bersifat seperti itu, maka yang dibicarakan lebih lanjut
adalah: kapankah sesuatu dinamakan negara, kenapa tidak, lalu apakah
yang disebut negara, hakikatnya negara apa, dan seterusnya. Dari
objeknya tersebut, yang diselidiki lebih lanjut dalam ilmu negara meliputi:
asal mula negara, hakikat negara, bentuk-bentuk negara, dan
pemerintahan.

Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa objek ilmu negara atau


yang menjadi kajian ilmu negara adalah negara secara umum. Hal ini
berarti objek kajian ilmu negara, buka negara-negara tertentu, namun
berlaku untuk seluruh negara di dunia.

SIFAT-SIFAT NEGARA

1. Sifat Memaksa
Sifat memaksa ini berarti bahwa negara memiliki kekuasaan untuk
menggunakan kekerasan fisik secara legal agar peraturan undang-
undang ditaati sehingga penertiban dalam masyarakat tercapai dan
tindakan anarkhi dapat dicegah.

7
2. Sifat Monopoli
Sifat monopoli ini berarti bahwa negara memegang monopoli dalam
menetepkan tujuan bersama masyarakat. Dalam hal ini, negara
dapat melarang suatu aliran kepercayaan atau politik tertentu yang
membahayakan kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. Sifat Mencakup Semua (All-Ecompassing, All-Embracing)
Yang berarti bahwa seluruh peraturan undang-undang dalam suatu
negara berlaku untuk semua orang yang terlibat didalamnya tanpa
terkecuali. Apabila ada orang yang dibiarkan berada di luar ruang
lingkup aktivitas negara, maka usaha kolektif negara kearah
tercapainnya masyarakat yang dicita-citakan akan gagal karena
menjadi warga negara tidak berdasarkan kemauan sendiri
(involuntary membership) sebagaimana berlaku dalam
asosiasi/organisasi lain yang keanggotaanya bersifat sukarela.
Karena mencakup semua (allencom-passing, allembracing), maka
semua aturan perun-dang-undangan berlaku untuk semua tanpa
terkecuali.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa negara
merupakan lembaga tertinggi dalam masyarakat atau bangsa
sebagai wadah untuk mendapatkan kesejahteraan dan keadilan
secara utuh yang dilaksanakan oleh pemerintahannya. Di dalam
sebuah negara juga terdapat sebuah pemerintahan ( government)
dan tata pemerintahan (governance) yang saling mempengaruhi
satu sama lainnya. Dengan menciptakan tata pemerintahan yang
baik, maka pemerintah (government) yang baik juga akan tercipta.
Didalam suatu negara juga terdapat bentuk-bentuk pemerintahan
yang sangat mempengaruhi perkembangan negara itu sendiri.
Adapun bentuk-bentuk pemerintahan di dalam suatu negara sangat
indentik dengan kekuasaan

8
TUJUAN NEGARA

Negara sebagai alat lazim dipersamakan dengan bahtera. Negara


adalah bahtera yang mengangkut para penumpangnnya ke
pelabuhan kesejahteraan. Arti negara sebagai bahtera sudah
terkandung dalam kata “pemerintah”. Pemerintah adalah
terjemahan dari kata government (bahasa inggris), government
(bahasa prancis). Kata-kata itu semuanya berasal dari kata
kubernan (bahasa yunani) yang berarti mengemudikan kapal. Jadi,
negara dan pemerintah dapat dipersamakan dengan kapal yang
dikemudikan oleh nahkoda beserta awak kapalnya (pemerintah)
yang mengantarkan semua penumpangnya (rakyat) menunju ke
pelabuhan kesejahteraan.
Terkait dengan tujuan negara, ada beberapa pendapat yang
dikemukakan para ahli sebagai berikut:
1. Menurut Plato dalam bukunya Republic, negara timbul karena
adanya kebutuhan-kebutuhan manusia. Untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang banyak dan tidak dapat dipenuhi
manusia secara individual, maka dibentuk negara.
2. Pendapat Aristoteles, sama dengan Plato, bahwa tujuan negara
adalah menyelenggarakan hidup yang baik bagi semua warga
negaranya.
3. Tujuan negara menurut Roger H. Soultau, ialah memungkinkan
rakyatnya berkembang serta menyelenggarakan daya ciptanya
sebebas mungkin .
4. Menurut Harold J. Laski, tujuan negara adalah menciptakaan
keadaan dimana rakyatnya dapat mencapai terkabulnya
keinginan-keinginan secara maksimal.
5. Tujuan negara menurut Shang Yang ialah membentuk
kekuasaan. Lebih lanjut Shang mengatakan jika orang ingin

9
membuat negara kuat dan berkuasa mutlak, maka ia harus
memebuat rakyatnya lemah, dan sebaliknya, jika orang hendak
membuat rakyat kuat dan makmur maka ia harus menjadikan
negaranya lemah.
6. Menurut Emmanuuel Kant, tujuan negara adalah membentuk
dan mempertahankan hukum. Yang hendak menjamin
kedudukan hukum dari individu-individu di dalam masyarakat.
Jaminan itu meliputi kebebasan daripada negaranya yang
berarti tidak boleh ada paksaan daripada penguasa agar warga
negaranya tunduk pada undang-undang yang belum disetujui.

Dalam konteks negara Indonesia, tujuan dibentuknya negara


Indonesia dinyatakan dengan tegas pada alinea keempat
pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, yaitu: “melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia”.

HUBUNGAN ILMU NEGARA DENGAN ILMU-ILMU LAINNYA

Didalam uraian pada bagian pendahuluan ini hanya diutarakan


hubungan antara Ilmu Negara dengan Hukum Tata Negara, Hukum
Administrasi Negara, dan Ilmu Politik. Tidak dibicarakan hubungan antara
Ilmu Negara dengan Hukum antar Negara, betapapun semua lapangan
hukum tersebut mempunyai objek negara. Hukum Tata Negara, Hukum
Administrasi Negara dan Ilmu Politik mempunyai hubungan yang erat
dengan Ilmu Negara Karen ilmu-ilmu tersebut mempunyai objek yang
sama dengan Ilmu Negara yaitu Negara.

Perbedaanya bahwa Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi


Negara memandang negara dan sifatnya atau pengertiannya yang

10
kongkret, sedangkan Ilmu Negara memandang negara dan sifatnya atau
pengertiannya yang abstrak. Objek Hukum Tata Negara dan Hukum
Administrasi Negara adalah negara yang sudah terikat pada tempat,
keadaan dan waktu. Jadi telah mempunyai ajektif tertentu, misalnya:
Negara Republik Indonesia, Negara Jepang, Negara Inggris. Kemudian
negara dalam pengertiannya yang kongkret itu diselidiki lebih lanjut
mengenai susunanya, alat-alat perlengkapannya, wewenang dan
kewajiban alat-alat perlengkapannya. Kedua cabang ilmu pengetahuan
tersebut adalah hukum postif, dan didalam sistemasika George Jellinek
kedua cabang ilmu tersebut termasuk dalam kategori Rechtswissenschaft.

Menurut C. Van Vollenhoven dalam bukunya yang berjudul


Thorbecke en het Administraifer Recht yang diterbitkan tahun 1919:

a. Hukum Tata Negara adalah rangkaian peraturan hukum, yang


mendirikan badan-badan sebagai alat (organ) suatu negara,
dengan memberikan wewenang kepada badan-badan itu, dan yang
membagi-bagi pekerjaan pemerintah kepada banyak alat negara,
baik yang tinggi maupun yang rendah kedudukannya.
b. Hukum Administrasi Negara adalah rangkaian ketentuan-ketentuan
yang mengikat alat-alat negara tinggi dan rendah, pada waktu alat-
alat negara itu mulai menjalankan tugassnya, sebagaimana telah
ditetapkan dalam Hukum Tata Negara tadi.

Menurut Oppenheimer Lauterpacht dalam pandangannya bahwa


peraturan-peraturan hukum Tata Negara adalah Peraturan Mengenai
de staat in first (negara yang sedang beristirahat, atau negara dalam
keadaan tak bergerak). Sebaliknya mengenai peraturan-peraturan
Hukum Administrasi Negara adalah peraturan mengenai de staat in
beweging atau negara yang sedang bergerak. Berdasarkan rumusan-
rumusan tersebut maka Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi

11
Negara sudah jelas lapangan penyelidikannya hanya terhadap negara-
negara tertentu (hukum positif), sedangkan Ilmu Negara tidak
mengenai negara-negara tertentu, melainkan negara-negara di dunia
pada umumnya. Dengan demikian Hukum Tata Negara dan Hukum
Administrasi disatu pihak sebagai hukum positif dan ilmu negara di
pihak yang lain mempunyai hubungan saling mempengaruhi dan saling
menjelaskan.

Dengan demikian, dapatlah diutarakan bahwa teori-teori yang


diajarkan dalam Ilmu Negara kemudian dipraktekkan melalui Ilmu
Politik. Hanya saja Ilmu Politik dalam sistematika Georg Jellinek
berbeda dengan pengertian Political Science/Politics yang terdapat
dinegara Anglo-Saxon, seperti Inggris dan Amerika Serikat. Menurut
pandangan yang terdapat dinegara Anglo-Saxon, Ilmu Politik berdiri
sendiri terlepas dari praktek tentang teori-teori kenegaraan
sebagaimana dikenal di Eropa Barat tersebut.

Menurut Wirjono Prodjodikoro, bahwa jika dilihat dari sudut


sifatnya, maka Ilmu Negara sama dengan Hukum Tata Negara yaitu
bersifat statis. Sebaliknya Ilmu Politik sama dengan Hukum
Administrasi Negara yakni bersifat dinamis. Sedangkan antara Ilmu
Politik dan Hukum Administrasi Negara perbedaanya adalah bahwa
Hukum Administrasi Negara hanya mengenai cara bekerja alat-alat
perlengkapan negara menurut peraturan hukum tertentu, sebaliknya
Politik justru mengenai cara bekerja dalam praktek sehari-hari, yang
jika perlu, melanggar hukum positif yang berlaku. 1

1
REFERENSI
[1] ILMU NEGARA, DR. ISROK S.H M.S, DHIA AL UYUN S.H M.H (HAL. 1-6)
[2] PERKEMBANGAN ILMU NEGARA DALAM PERADABAN GLOBALISASI DUNIA, DR. TEUKU SAIFUL
BAHRI JOHAN (HAL. 6-7)
[3] ILMU NEGARA, MIRZA NASUTION, EKA NAM SIHOMBING (HAL. 7-8)
[4] ILMU NEGARA, DR AGUSSALIM ANDI GADJONG S.H M.H (HAL. 9-10)
[5] ILMU NEGARA, RAMIYANTO, KARYADIN DEEPUBLISH (HAL. 10-12)

12

Anda mungkin juga menyukai