Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang

Widhi Wasa) Makalah yang dibawakan pada seminar bagian hokum Acara : kebijakan

pemerintah dan negara hukum dengan judul “Tinjauan Teoritis Terhadap Negara dan

Pemerintah”, dapat saya selesaikan tepat pada waktunya. Sudah tentu isi makalah yang saya

buat ini masih jauh dari sempurna hal ini disebabkan masih minimnya pengetahuan saya

bidang kebijakan pemerintah dan negara hukum.

Terima kasih.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I. TINJAUAN UMUM TENTANG ILMU NEGARA, NEGARA DAN
PEMERINTAH................................................................................................ 1
a. Pengertian Ilmu Negara ............................................................................. 1
b. Pengertian Negara...................................................................................... 8
c. Pengertian Pemerintah ............................................................................. 13
II. NEGARA ....................................................................................................... 15
a. Unsur-unsur Negara ................................................................................. 15
b. Hubungan Ilmu Negara dengan Hukum Tata Negara dan Hukum
Administrasi Negara ................................................................................ 23
III. PENUTUP ...................................................................................................... 26
DAFTAR BACAAN
I. Tinjauan Umum tentang Ilmu Negara, Negara dan Pemerintah

a. Pengertian ilmu negara

Istilah ilmu negara ialah diambil dari istilah : Bahasa Belanda yaitu : staatsleer, dalam
bahasa Jerman : staatslehre. Istilah dalam bahasa Inggris ialah theory of state, the general
theory of state atau political theory, dalam bahasa Perancis theorie de’etat. Timbulnya
istilah-istilah diatas ialah muncul dari tokoh ilmu negara George Jillinek dalam
penyelidikannya dan bahkan dikenal dengan bapaknya ilmu negara. Menurut George
Jellinek, ilmu negara ialah : ilmu pengetahuan yang menyelidiki asas-asas pokok dan
pengertian-pengertian pokok tentang negara dan HTN.1
Timbulnya ilmu negara sebagai ilmu pengetahuan menurut George Jellinek sebagai ilmu
yang berdiri sendiri. George Jellinek membagi ilmu kenegaraan atas 2 bagian.2
1. Ilmu negara dalam arti yang sempit (staats wissenschaften), dan
2. Ilmu pengetahuan hukum (rechts wissenschaften)3
Apa yang dimaksud oleh G. Jellinek diatas ialah : hukum publik yang menyangkut soal-soal
kenegaraan yaitu : hukum tata negara, hukum administrasi negara, hukum pidana dan
lain-lainnya.
Menurut George Jellinek membuat sistimatika ilmu negara sebagai berikut:

1
Ni’matul Huda, Ilmu Negara, Cet. ke-4, Raja Grafmdo Persada, Jakarta, hal. 2.
2
Moh Kusnardi dan B intan R. Saragih (dalam Ni’matul Huda), Ilmu Negara, Edisi Revisi, Jakarta.
3
Ibid, hal. 2-3.

3
Staats Wissenscahften

Penjelasan sistematika George Jellinek


(staatswissenschaflen) ialah: ilmu kenegaraan dalam arti yang luas.
A. Staatswissenschaflen : ilmu kenegaraan dalam arti yang sempit,'
meliputi:
¾ Beshrebende staats wissen schaft: ilmu negara secara deskriptif
¾ Theorietische staats wissenschaft: ialah ilmu negara
¾ Praktische staats wissenschaft: ilmu politik
B. Rechtswissenschaft: ilmu pengetahuan hukum:
¾ Hukum tata negara
¾ Hukum administrasi negara
¾ Hukum antar negara

2
C. Theoritische staatswissenschaft terbagi kedalam :
¾ Algemeene staatslehre (ilmu negara umum)
¾ Besondhere staatslehre (ilmu negara khusus)
D. Algemeene staatslehre (ilmu negara umum)
¾ Algemeent soziale staats lehre (ilmu negara sudut pandang sosiologi)
¾ Algemeene staatsrechts lehre (ilmu negara sudut pandang hukum)
E. Besondhere (ilmu negara khusus)
¾ Individuele staatslehre (ilmu negara individual)
¾ Spezicle staatslehre (ilmu negara spesial)

Menurut Herman Heller, dalam bukunya staatslehre, yang menitik beratkan


pengertian dari ilmu negara ialah sesuatu negara yang menyesuaikan
dirinya dengan perkembangan dan mempunyai ciri-ciri khusus yang
mungkin tidak dimiliki oleh negara lain.
Difinisi lain yang dikemukakan oleh Soehino, ilmu negara ialah ilmu yang
membicarakan negara, ini telah ditunjukkan oleh acaranya. Menurut
Soehino ilmu yang membicarakan negara bukan ilmu negara saja, ada
ilmu-ilmu lain yang membicarakan negara.4
Mengenai obyek negara tidak hanya dibicarakan oleh ilmu negara saja,
tapi ada ilmu-ilmu lain yang membicarakan tentang negara. Apabila saya
bandingkan dengan ilmu-ilmu lain seperti hukum tata negara yaitu:
¾ Ilmu negara mempelajari negara dalam arti abstrak, umum dan universal,
sedangkan hukum tata negara dalam arti kongkrit yaitu mempelajari hukum
positif dalam arti hukum tata negara suatu negara tertentu (contoh HTN,
Indonesia).
¾ Sedangkan obyeknya sama: yaitu sama-sama mempelajari negara.

4
Soehino, Ilmu Negara, Cet. ke-8, Oktober 2008, Liberty, Yogyakarta, hal. 1.

3
Dari pengertian ilmu negara yang abstrak, umum dan universal tersebut
sehingga dapat diselidiki sebagai berikut:
1. Asal mula negara
2. Hakekat negara
3. Bentuk-bentuk negara dan pemerintah.5

1. Mengenai asal mula negara, bukan asal mula atau terbentuk negara yang
kongkrit seperti: Indonesia. Tetapi asal mula terbentuknya atau
teijadinya atau sesuatu yang dinamakan negara dalam pengertiannya
yang umum, abstrak, universil.
2. Hakekat ialah bukan hakekat dari negara tertentu, tapi apakah hakekat
negara itu. Apakah itu merupakan keluarga yang besar, organisasi,
perkumpulan, dan tumbuh banyak pendapat. Jadi hakekatnya ialah : apa
atau sesuatu yang dinamakan negara itu hakekatnya apa.
3. Mengenai bentuk negara tidak kongkrit dalam arti bentuk negara
tertentu.
Dari uraian di atas menurut Soehino obyek ilmu negara bersamaan dengan
obyek hukum tata negara dan bersamaan dengan obyek hukum tata
pemerintahan (hukum administrasi negara), hanya sudut pandangnya yang
berlainan.
Kalau ilmu negara, memandang, menyelidiki, mempelajari obyeknya negara
dalam pengertiannya yang abstrak, umum dan universal, negara dalam
pengertiannya yang kongkrit. Disinilah letak hubungan yang erat antara ilmu
negara dengan hukum tata negara dan hukum tata pemerintahan.6 Pengertian
ilmu negara di Negeri Belanda di kalangan perguruan tinggi ialah staats
wettenschap, dalam bahasa Indonesia ilmu kenegaraan, yang dalam bahasa
Inggris : General state science. Pengertian staats wettenscap ini bukanlah
ilmu kenegaraan dari sudut ilmu hukum saja tapi juga dari sudut ilmu
ekonomi yang dulunya disebut

5
Soehino, Ibid, hal. 7.
6
Soehino, Ibid, hal. 8.
dengan economic van de staat pada saat Leondewijk XIV. Jadi pengertian
ilmu negara yang telah saya uraikan di atas menurut: Abu Daud Busroh,
ialah : ilmu yang menyelidiki pengertian-pengertian pokok dan sendi- sendi
pokok dari negara dan hukum negara pada umumnya.7
Pembicaraan yang mempelajari negara dalam arti yang abstrak,
umum dan universal akan menimbulkan pendapat-pendapat, pandangan-
pandangan yang abstrak antara lain : ilmu negara akan memunculkan
1. Teori-teori tentang asal mula negara
2. Teori-teori tentang hakekat negara
3. Teori-teori tentang tujuan negara
4. Klasifikasi negara
5. Susunan negara, dllnya.

Teori-teori tentang asal-usul negara


Apabila pemikiran-pemikiran tentang negara dan hukum ada pemikiran
tentang hukum. Keadaan ini pada zaman purba (Yunani Kuno) raja-raja yang
memerintah dengan sewenang-wenang (absolut), pada zaman ini sama sekali
tidak ada kebebasan untuk berfikir dan berpendapat. Pada zaman purba ini
belum ada pembicaraan tentang ilmu kenegaraan. Keadaan demikian terus
berkembang pada zaman yunani kuno abad V sebelum masehi di Atena.
Bangsa Yunani Kuno yang mengadakan pemikiran tentang negara-negara
hukum. Timbulnya ini banyak faktor- faktor yang mempengaruhi antara
lain:
a. Apakah sifat agama yang tidak mengenal ajaran Tuhan yang ditetapkan
sebagai kaedah (norma)
b. Keadaan geografi negara tersebut.
Yang menjuruskan kepada perdagangan dan perantaraan sehingga
Bangsa Yunani sempat bertemu dan bertukar pikiran dengan bangsa-
bangsa lain.
c. Bentuk negaranya, yaitu republik demokrasi, sehingga rakyat memerintah sedikit

7
Abu Daud Busroh, Ilmu Negara, Bumi Aksara, Cet. Ke-8, Jakarta, hal. 8.

5
dengan tanggung jawab sendiri
d. Kesadaran bangsa Yunani sebagai suatu kesatuan
e. Semuanya itu (No. 1-4) menjadikan orang-orang ahli pikir bernegara.8
Pada zaman Yunani kuno ialah mulai bermunculan filosul-filosul Yunani dengan
bagaimana hubungan yang cocok antara raja dengan rakyatnya. Pada zaman Yunani
kuno
1. Socrates, 399 M
Menurut Socrates, tugas negara ialah menciptakan hukum, yang harus
dilakukan oleh raja, dan timbullah pemikiran-pemikiran demokratis.
Pemikiran-pemikiran ini dilanjutkan oleh plato. Pada zaman yunani masih
bentuk negara yaitu : Polis. Awalnya banteng di sebuah bukit dan mulai
meluas dengan negara kota. Dalam negara kota ini mulai berlangsung
demokrasi kuno.
2. Pelanjut dari Socrates yaitu:
Plato, dalam bukunya ’’Politeia” yang memuat ajaran-ajaran negara dan
hukum, dan bukunya yang lain : Politikos (ahli negara) dan Nomoi atau
undang-undang. Plato mengembangkan filsafat idealisme, hakekat
kebenaran tersebut terdapat dalam alam ide. Hakekat dari ajaran Plato
tentang asal usul negara ialah: karena adanya kebutuhan dan keinginan
manusia yang beraneka ragam sehingga dibutuhkanlah kerjasama. Menurut
Plato, hakekat dari negara ialah : luas negara itu harus diukur atau
disesuaikan dapat / tidaknya, mampu atau tidaknya negara memelihara
kesatuan dalam negara itu, sehingga pada hakekatnya negara tersebut ialah
keluarga yang besar.
3. Aristoteles
Menurut Aristoteles yang beranggapan bahwa negara itu dimaksudkan
untuk kepentingan warga negaranya. Aristoteles

8
Soehino, Op. Cit., hal. 12-13.

6
ialah seorang realistis dalam bukunya Politiea, negara itu suatu persekutuan
yang mempunyai tujuan tertentu. Menurut Aristoteles tidak ada pemerintah
yang abadi. Menurut Aristoteles timbullah republik konstitusional.
-> Zaman Romawi Kuno
Pada zaman ini ilmu pengetahuan tidak berkembang oleh karena
pemikir-pemikir lebih ke soal-soal praktis. Banyak mempergunakan
ajaran-ajaran Kaum Stoa, oleh Zeno Romawi menjadi kerajaan dunia, bukan
dalam city state saja. Menurut Cicero, bukunya yang terkenal De Republica
(negara) dan Legibus (hukum dan UU). Menurut Cicero, negara suatu keharusan
yang harus berdasar ratio manusia (ratio menurut hukum alam kodrat).
-> Zaman Abad Pertengahan
Pada zaman ini terus berkembang kekuasaan dari agama Kristen. Ada organisasi
yang dikepalai oleh raja, dan organisasi yang dikepalai oleh Paus. Oleh
Agustinus, ajaran yang bersifat Theokratis mengatakan kedudukan gereja yang
dipimpin oleh Paus itu lebih tinggi daripada kedudukan negara yang dipimpin
oleh raja. Menurut Agustinus dalam bukunya : De Civitate Dei, menyebut ada 2
macam negara:
1. Civitas Dei, atau negara Tuhan, negara ini sangat dipuji oleh Agustinus,
negara yang diangan-angankan yaitu: oleh Agama.
2. Civitas Terrena : atau Djaboli atau negara iblis atau negara duniawi
-> Zaman Renaissance
Ajaran-ajaran negara dan hukum sangat dipengaruhi oleh paham- paham antara
lain : timbul kembali kebudayaan yunani Kuno, timbulnya paham feodalisme
akibat kalah perang dari Jerman. Tokoh yang terkenal ialah : Niccolo
Machiavelli dengan bukunya yang terkenal yaitu II principe, sang raja atau buku
pelajaran untuk raja.
Demikian gambaran singkat perkembangan asal usul negara dari zaman
Yunani Kuno sampai zaman Renaissance.

7
2. Pengertian Negara
Dalam uraian sebelumnya sudah sebagian besar diuraikan asal-usul
negara, pada uraian ini akan diuraikan perkembangan negara dan hukum.

b. Pengertian negara
Dari uraian sebelumnya dikenal beberapa istilah ilmu negara,
demikian juga istilah negara.
Istilah negara diteijemahkan dari kata-kata asing (staat: bahasa Belanda,
Jerman) state (bahasa Inggris), etat: Perancis. Istilah awalnya pada abad ke
15 di Eropa Barat. Kata staat, state, etat yaitu dari bahasa Latin satatus atau
statum. Menurut Ni Matul Huda, secara etiomologis kata status itu dalam
bahasa latin kelasik ialah istilah abstrak yang menunjukkan keadaan yang
tegak dan tetap, atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang tegak dan tetap
itu.9 Menurut Nicolo Machiavelli yang disebut sebagai Bapka Ilmu Politik
modem dalam bukunya “The Prince” Machiavelli yang mula-mula
memperkenalkan istilah Lo Stato dalam kepustakaan ilmu politik. Semua
negara (stati) dan bentuk-bentuk pemerintahan yang pernah ada dan yang
sekarang menguasai manusia adalah Republik atau kerajaan.
Menurut Frans Magnis Suseno dikutip dari buku Ni’matul Huda dalam
bukunya ilmu negara, kata negara mempunyai 2 arti yaitu:
1. Negara ialah masyarakat atau wilayah yang merupakan satu kesatuan
politis, contoh: India, Korea Selatan, Brasilia merupakan negara

9
Ni Matul Huda, op. cit, hal. 1.

8
2. Negara adalah merupakan lembaga pusat yang menjamin kesatuan
politis itu yang menata dan dengan demikian menguasai wilayah
itu.10
Menurut Mariam Budiardjo, dalam ilmu politik istilah negara itu : adalah alat
(agency) dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur
hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala-gejala
kekuasaan dalam masyarakat.11
Untuk pemahaman lebih jelas ada beberapa pendapat tokoh tentang pengertian
negara.
1. Menurut Aristoteles, negara dalam konsep Barat dalam bukunya ’’Politiea”,
negara ialah persekutuan dari keluarga dan desa, guna memperoleh hidup yang
sebaik-baiknya. Negara yang dimaksud ialah: negara hukum yang didalamnya
terdapat sejumlah warga-warga yang ikut serta dalam permusyawaratan negara
(acclesia), yang dimaksud negara hukum ialah : negara yang berdiri di atas
hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.12
2. Menurut Agustinus, membagi negara atas 2 bagian yaitu:
a. Negara disebut Civitas Dei (artinya Negara Tuhan)
b. Civitas Terrena (Civitas Diaboli) artinya negara-negara duniawi/negara
iblis.13
Jadi negara Tuhan, bukanlah negara dari dunia ini akan tetapi jiwanya sebagian,
dimiliki oleh beberapa orang di dunia. Yang melaksanakan itu gereja yang
mewakili negara Tuhan. Keadilan baru dicapai apabila pemimpin itu orang
Kristen dalam Civitas Dei, jadi kearah Tuhan, Civitas Diaboli,
pemerintahannya bertindak sewenang-wenang, karena negara dipegang oleh
teijerumus dosa, kehancuran romawi karena nafsu kemegahan dan
keduniawian.

9
3. Menurut Nicolo Machiavelli, dalam bukunya “il principle”, yang mengajarkan bagaimana raja
bertindak sebaik-baiknya. Negara dalam paham machiavelli ini ialah : negara kekuasaan.
Menurut Machiavelli untuk memenuhi tujuannya raja harus memiliki kekuasaan fisik.
4. Menurut Thomas Hobbes, Jonk Locke dan J.J. Rousseau: dari ketiga ajaran saijana ini ialah :
terletak pada konstruksi alam yang membentuk negara melalui peijanjian masyarakat,
perbedaan terletak pada tujuan serta akibatnya. Menurut Hobbes, Homo Homonilupus
(manusia seperti serigala terhadap manusia lainnya, negara adalah digambarkan sebagai
makhluk raksasa). Hak-hak rakyat diserahkan pada raja yaitu monarchi absolut. Kalau Hobbes,
hak asasi manusia diserahkan sepenuhnya pada raja, tapi Jonh Locke hanya sebagian sehingga
terkenal monarchi konstitusional. Beda menurut J.J. Rousseau, hak-hak rakyat tidak
diserahkan pada raja, penguasa hanyalah mandataris dari rakyat.
5. Menurut Harold J. Laski, negara ialah suatu masyarakat karena mempunyai wewenang yang
bersifat memaksa dan secara syah lebih agung dari individu atau kelompok yang merupakan
bagian dari masyarakat itu.
6. Menurut Max Weber, tidak membedakan negara modem dan tradisional, jadi menurut Weber
negara ialah lembaga yang memiliki kekuasaan untuk bertindak kekerasan pada .warganya.
7. Menurut Robert M. Mac Iver, negara ialah asosiasi yang menjalankan penertiban dalam suatu
masyarakat dalam suatu wilayah berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu
pemerintah dan diberi kekuasaan memaksa.
8. Menurut Logemann, dalam bukunya : ’’Over de Theorie Van Een Stelling Staatsrecht”
menurut Logemann negara memiliki kewibawaan, raja memerintah karena memiliki
kewibawaan.

10
9. Kranenburg, dalam bukunya ’’Algemeene Startslehre”, artinya negara sebagai organisasi
yang timbul karena kehendak dari satu golongan / bangsanya sendiri.
Dari pemaparan tokoh-tokoh di atas masing-masing memiliki ajaran atau teori-teori yang
berbeda. Kalau dapat dibedakan jaman tradisional yaitu tradisional yang monarchi (absolut,
konstitusional) dan jaman modem (monarchi konstitusional, dan republik konstitusional,
pemikir-pemikir, ini melihat hukum sebagai alat kekuasaan yang dipergunakan secara absolut dan
dalam negara modem hukum dan kekuasaan bersinergi dalam mengatur warganya. Disamping
pengertian- pengertian negara yang disetarakan tokoh-tokoh tadi, tapi menurut ”Hans Kelsen”:
Negara Entitas nyata (sosiologi) atau hukum.
Menurut Hans Kelsen, negara sebagai personefikasi dari tatanan hukum nasional. Istilah
Entitas negara sangat sulit karena beraneka ragamnya obyek tersebut. Istilah negara
kadang-kadang digunakan dalam pengertian yang sangat luas untuk menyebut masyarakat atau
bentuk khusus dari masyarakat. Istilah itu sangat sering dipergunakan dalam pengertian yang
sempit untuk menyebut organ khusus masyarakat misalnya: pemerintah, atau para subyek
pemerintah, bangsa, atau wilayah yang mereka diami.14 Apabila negara dibahas dari teori hukum
mumi negara hanya dipandang sebagai badan hukum, yakni sebagai korporasi. Jadi persoalan
negara tampak dari persoalan tatanan hukum nasional. Negara sebagai tatanan hukum dan
komunitas yang dibentuk oleh tatanan hukum tersebut. Menurut pandangan ini sistem norma
memiliki kesatuan dan kekhasan. Negara sebagai fakta sosial, oleh karena sistem norma tersebut
diciptakan. Jadi hubungan negara dan hukum dipandang sama seperti hubungan hukum dengan
warga negara. Negara sebagai realitas sosial termasuk dalam katagori masyarakat negara ialah
merupakan

14
Hans Kelsen, Teori Umum tentang Hukum dan Bangsa, diterjemahkan oleh Raisul Muttaqien dari : General Theorie of
Law and state, Cet. Ke 6, Nusa Media, Bandung, 2011, ha!. 261.

11
sebuah komunitas.15 Negara bukan semata-mata realitas hukum tapi realitas sosiologis, artinya
individu-individu membentuk suatu kesatuan. Komunitas yang dibentuk dari hiterogen tersebut
tidak diciptakan oleh tatanan hukum, tapi yang diciptakan oleh tatanan sosiologis dalam
masyarakat. Negara sebagai kesatuan sosiologis. Menurut Hans Kelsen mengelompokkan yaitu:
1. Kesatuan sosial yang dibentuk oleh interaksi
2. Kesatuan sosial yang dibentuk oleh kehendak atau kepentingan bersama
3. Negara sebagai organisme
4. Negara sebagai dominasi.16
Konsep hukum tentang negara yang sering negara dijumbukan dengan politik dan hukum
sehingga disebut negara hukum. Konsep negara yang diartikan dengan konsep hukum yang tidak
menyangkal fakta-fakta yang secara pra ilmiah disebut dengan negara. Fakta-fakta tersebut tidak
kehilangan realitanya, bila dinyatakan kwalitas negara tiada lain hasil dari suatu penafsiran.
Fakta-fakta ini ialah tindakan manusia, dan hanya merupakan tindakan negara bila ditafsirkan
menurut tatanan norma yang faliditasnya mesti dipostulasikan.17 Negara sebagai organisasi
masyarakat politik (negara sebagai kekuasaan).
Negara dikatakan sebagai organisasi politik dengan alasan bahwa negara ialah kekuasaan. Dalam
hal ini digambarkan bahwa negara adalah sebagai kekuasaan yang ada dibalik hukum.18 Dulu
kekuasaan ini sering disebut dengan Monarchi yang absolut, hukum tersebut alat untuk mencapai
tujuan, dalam perkembangan ilmu pengetahuan apabila dikaitkan eksistensi negara, menurut
Mahfud MD, pengembangan ilmu pengetahuan haruslah diorientasikan pada upaya untuk
membina

15
Hans Kelsen, Ibid, hal. 262-263.
16
Hans Kelsen, Ibid, hal. 264-270.
17
Hans Kelsen, Ibid, hal. 271-272.
18
Hans Kelsen, Ibid, hal. 273.

12
keselamatan umat manusia dan tidak boleh merusak.19 Sehingga apa yang saya
uraikan tadi negara dan hukum harus bersinergi sehingga timbullah
pemikiran-pemikiran tentang negara hukum.
Karakteristik normatif dari negara. Hal ini dijelaskan oleh para sosiolog
hubungan-hubungan dominasi di dalam negara ialah : konsep hukum dari istilah
negara. Ciri-ciri yang mereka lekatkan kepada negara hanya dapat dipahami sebagai
ciri-ciri dari suatu tatanan norma atau komunitas yang dibentuk oleh tatanan norma
tersebut. Para sosiolog menganggap bahwa kualitas terpenting dari negara ialah
kekuasaan yang lebih tinggi daripada individu yang membebankan kewajiban pada
individu.20 Tatanan-tatanan norma tersebut sebagai pengikat dalam pergaulan
sampai hukum dan negara saling terkait sehingga di dunia ini tidak ada yang tidak
menyebut suatu negara yang ideal ialah negara hukum.

c. Pemerintah.
Berbicara dari hakekat pemerintahan memiliki dua arti yakni dalam arti luas
dan dalam arti sempit .Pemerintah dalam arti luas disebut dengan regering atau
government yakni pelaksanaan seluruh tugas badan- badan, lembaga-lembaga dan
petugas-petugas yang diserahi wewenang mencapai tujuan negara. Arti
pemerintahan ini meliputi kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudisiil atau alat-alat
perlengkapan lain yang juga .bertindak untuk dan atas nama negara.Sedangkan
pemerintahan dalam arti yang sempit ( bestuur veering ) mencakup organisasi
fungsi-fungsi yang menjalankan tugas pemerintahan titik beratnya ialah hanya
menjalankan funsi eksekutif saja21. Beberapa pendapat para saijana yang
memberikan arti dari pemerintahan ialah sbb :
1. Menurut Montequieu : pemerintah dalam arti yang luas meliputi :
pembentukan undang-undang ( la-puissance legislative), pelaksanaan

19
Moh Mahfud MD, Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia, Studi tentang Interaksi Politik dan
Kehidupan Ketatanegaraan, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hal. 24.
20
Hans Kelsen, Op. Cit, hal. 272.
21
H Sadjijono, Bab-bab Pokok Hukum Administrasi, Laksbang, Jogyakarta, 2008, hal 49

13
(la puissance eksekutive) dan peradilan (la puissance de juger). Ajaran ini
dikenal dengan ajaran pembagian kekuasaan yang populer disebut dengan trias
politika.
2. Menurut Van Vollenhoven pemerintahan dalam arti luas meliputi : membuat
undang-undang (legel geven), pelaksana (bestuur), peradilan (rechtspraak) dan
polisi (politie ). Menurut van vollenhoven pemerintahan dalam arti sempit ini
hanya badan pelaksana sajayaitu hanya pemerintah.Badan peradilan terpisah
dengan badan eksekutif apabila dilihat dari tugas dan wewenangnya kepolisian
juga menjalankan fungsipemerintahan yaitu menjaga ketertiban.
3. Menurut pendapat Van Voelje : pemerintahan sebagai fungsi yang
meliputi keseluruhan tindakan, perbuatan dan keputusan oleh alat-alat
pemerintahan untuk mencapai tujuan pemerintahan.22 Pemerintahan diartikan
sebagai pangreh artinya fungsi pemerintah yakni menjalankan tugas-tugas
pemerintah. Apabila dilihat dari sisi tugasnya diartikan secara negative yakni
tugas penguasa bukan peradilan dan peraturan perundang-undangan. Penguasa
yang dimaksud ialah kekuasaan seluruh organisasi yang dibentuk dengan
tujuan untuk menyusun dan menegakkan masyarakat dalam satu wadah yang
mendukung kekuasaan itu yang disebut dengan negara (state). Jadi
pemerintahan eksekutif saja. Menurut P.de Haan ialah bestuur als functie dat wil
zeggen het besturen is de uittoefening van bestuurtaak ialah :kumpulan
organ-organ dari organisasi
pemerintahan yang dibebani dengan pelaksanaan tugas pemerintahan.
Menurut pendapat Philipus M Hadjon dkk : pemerintahan haruslah
dipahamindalam arti dua pengertian yaitu : fungsi pemerintahan dan organisasi
pemerintahan. Fungsi pemerintahan ini ialah berbagai tindakan pemerintahan,
keputusan, ketetapan-ketetapan yang bersifat umum, tindakan hukum perdata dan
tindakan yang nyata. Ada unsur

22
Kuncoro Purbopranoto, Perkembangan Hukum Administrasi Indonesia, Bina Cipta
Bandung,1981, hal 1.

14
pemerintah yang berdaulat yaitu berdaulat keluar dan kedalam. Berdaulat
keluar artinya mempunyai kedudukan yang sederajat dengan negara- negara
yang lainnya, kedalam artinya mempunyai penguasa yang
berwibawa.Pemerintah memerintah berarti ialah pemerintah menjalankan
tugas eksekutif dan pemerintahan.
Menurut M Solly Lubis dalam bukunya Utrecht yang beijudul
Pengantar Dalam Hukum Indonesia ialah : Pemerintah memiliki tiga
pengertian yaitu:
1. Pemerintah dalam arti luas yang meliputi legislatif, eksekutif dan
yudikatif
2. Pemerintah dalam arti gabungan badan-badab kenegaraan dan 3
Pemerintah dalam arti Kepala negara.23 Dari uraian pendapat- pendapat
saijana diatas dapat dipahami ialah : Pemerintah dalam arti yang sempit
pemerintahan dimaknai sebagai organ, badan atau lembaga yang juga
sebagai alat atau aparat yang menjalankan fungsi eksekutif,
sedakangkan dalam arti yang luas ialah : meliputi eksekutif, legislatif
dan yudikatif.

II. Negara
a. Unsur-unsur Negara
Setelah kita memahami pengertian-pengertian ilmu negara, negara dan
pemerintah dari sudut pandang abstrak, umum dan universal. Bagaimana
implementasinya dalam unsur-unsur dari sesuaut negara. Menurut Pasal 1
Mountevideo (Pan American) convention on rights and duties of states of 1933
unsur-unsur sebagai berikut:
1. A permanent population
2. A defined territory

23
Max Boll Sabon, Ilmu Negara,Pustaka Utama,Jakarta hal 19 -20

15
3. A government
4. A capacity to enter into relations with other states.24
Menurut pandangan tradisional dari Oppenheimer Lauterpacht ialah:
1. Harus ada rakyat
2. Harus ada daerah
3. Harus ada pemerintah berdaulat.25
Dalam perkembangannya ditambah lagi satu yaitu :26 harus ada pengakuan
negara lain tentang kedaulatan dari negara tersebut.
Dari segi teori unsur-unsur negara dapat ditinjau dari:
1. Meninjau unsur-unsur negara secara klasik / tradisional
2. Unsur-unsur secara yuridis
3. Unsur-unsur negara secara sosiologis.27
ad. 1) Unsur-unsur klasik / tradisional
a. Wilayah tertentu
b. Rakyat
c. Pemerintahan yang berdaulat
ad.2) Unsur-unsur secara yuridis -> dikemukakan oleh Logemann28
a. Gebeidsleer (wilayah hukum yang meliputi: darat, laut, udara serta
orang dan batas wewenangnya
b. Persoonleer (subyek hukum) unsur disini ialah pemerintah yang
berdaulat
c. De leer von de rechts be trehking (hubungan hukum)
Maksudnya ialah : hubungan hukum antara penguasa dengan yang
dikuasai termasuk hubungan hukum keluar dengan negara lain secara
international.

24
Huala Adolf, Aspek-aspek Negara dalam Hukum Internasional (Dalam Ni’Matul Huda), Ilmu
Negara, Rajawali Press, Grafindo Persada, Jakarta, 2012, hal. 17.
25
Oppeheimer dikutip dari Max Bon Sabon, Ilmu Negara, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
1992, hal. 15.
26
H. Abu Daud Busroh, Op. Cit, hal. 75.
27
Logemann (dalam h. Abu Daud Busroh), Ilmu negara, Bumi Aksara, 2011, Jakarta,
hal. 81.
28
Rudolf Kjellin (dalam H. Abu Daud Busroh), Ilmu Negara, Bumi Aksara, 2011,
Jakarta, hal. 82.

16
ad.3) Unsur-unsur negara secara sosiologis
Paham ini dikemukakan oleh: Rudolf Kjellin, yang melanjutkan ajaran
Ratzel dalam bukunya: Der Staat als Lebens form yaitu:
a. Faktor sosial yang meliputi:
1. Unsur masyarakat
2. Unsur ekonomi
3. Unsur kultural
b. Faktor alam yang meliputi:
1. Unsur wilayah
2. Unsur bangsa
Teori-teori unsur negara yang berdimensi yuridis, perkembangannya
dideskripsi dibawah ini dalam buku ilmu negara, karangan Atmadja,29
1. Teori sastra weda, ada 7 unsur negara disebut saptaangga
a. Swamin = raja
b. Amaya = para mentri
c. Janapada = wilayah dan penduduk
d. Kosa = kekayaan alam
e. Durgha = benteng yang harus ada di empat penjuru
f. Bela = tentara, polisi
g. Mitra = negara sahabat dalam pengakuan negara lain
2. Moh Yamin (dalam Atmadja) ada 4 unsur negara:
a. Prabu = raja
b. Praja = penduduk
c. Mandala = wilayah
d. Kemakmuran raja dan rakyat

29
Dewa Atmadja, Ilmu Negara, Setara Malang, 2012, hal. 79-80.

17
Dari teori politik:
1. Ada rakyat / penduduk
2. Ada wilayah
3. Ada pemerintahan yang berdaulat
Teori hukum international seperti telah saya sebutkan di atas : Pasal 1 Konvensi
Montevideo 1933.
’’The state as a person of international law should prosseses the following
qualifications.
a. a permanen population
b. a difined territory
c. a government
d. a capacity to enter relation with other states.30

Unsur-unsur Negara Kesatuan Republik Indonesia


Dalam tata hukum Indonesia sebagai ius constitution (hukum positif), kita
hidup dalam suatu masyarakat yang berbentuk negara (pembukaan UUD 1945), dan
kita memandang negara dari ciri-ciri lahirnya saja. Menurut Kusumadi Pudjosewojo,
negara menampakkan diri sebagai suatu masyarakat (rakyat) yang berdaerah dan
memiliki penguasa tertinggi. Dari pandangan Kusumadi Pudjosewojo tersebut, egara
akan menampakkan diri sebagai suatu masyarakat (rakyat) yang berdaerah dengan
memiliki penguasa yang tertinggi. Jadi ciri-ciri / unsur-unsur Negara Kesatuan
Republik Indonesia ialah:
a. Rakyat Negara Republik Indonesia
b. Daerah Negara Republik Indonesia
c. Penguasa Tertinggi Negara Republik Indonesia

30
Ibid.
31
Kusumadi Padjosewojo, Pedoman pelajaran Tata Hukum Indonesia, Aksara Baru, 1986,
Jakarta, hal 115.

18
Ad.a) Rakyat Negara Republik Indonesia
Menurut Van Vollenhoven dikutip dari bukunya Kusumadi
Pudjosewojo, Pedoman Pelajaran Tata Hukum Indonesia32, rakyat suatu
negara ialah : masyarakat manusia keanggotaan dari masyarakat itu biasanya
disebut dengan kebangsaan (nationality) atau kewarganegaraan atau
kekaulanegaraan. Orang yang menjadi anggota masyarakat yang demikian
disebut dengan warga-negara, jika bentuk pemerintahan negara itu republik
dan kaula negara jika bentuk negara itu kerajaan (monarchi). Tiap-tiap negara
menurut hukum international mempunyai kewenangan untuk menentukan
sendiri siapa yang menjadi warga negaranya, sehingga timbul warga dari dua
/ lebih warga negara. Atau apa yang kita kenal apatride dan bipatride. Siapa
yang bukan warga negara dalam suatu negara ialah orang asing. Orang asing
tersebut bukan merupakan warga negara dari suatu negara tetapi menurut
hukum mempunyai kedudukan dan status hukum tertentu. Dikenal juga
pembagian penduduk dan bukan penduduk. Negara menetapkan siapa
warga negaranya, sehingga penduduk negara itu terdiri dari : warga negara
dan orang asing. Siapa-siapa saja termasuk warga negara Republik
Indonesia. Menurut UU No. 62 tahun 1958 (LN 1958 No. 113), pertama-tama
WNI ialah : orang-orang yang berdasarkan peraturan Perundang-undangan /
peij anj ian-peij anj ian ialah sudah warga negara Republik Indonesia.
Menurut Pasal 144 UUD’s tahun 1950:
(1) Mereka yang menurut atau berdasar atas persetujuan perihal pembagian
warga negara yang dilampirkan kepada persetujuan perpindahan
memperoleh kebangsaan Indonesia dan,
(2) Mereka yang kebangsaannya tidak ditetapkan oleh persetujuan tersebut
yaitu tanggal 27 Desember 1945 sudah menjadi warga

32
Ibid, hal. 116.

19
negara Indonesia menurut Perundang-undangan Republik Indonesia
yang berlaku pada tanggal tersebut.
Sehingga yang dijadikan pangkalan menurut Kusumadi Pudjosewojo33,
pembedaan kaula negara Belanda, juga tempat tinggal dari
golongan-golongan tersebut.
1. Orang Belanda; 2. kaula negara Belanda bukan orang Belanda termasuk
golongan penduduk orang Indonesia asli; 3. orang asing yang kaula negara
Belanda bukan orang Belanda. Dasar dari tempat kelahiran dan tempat
tinggal dari golongan-golongan tersebut.
Menurut Pasal 144 tersebut, WNI ialah tidak homogen tapi heterogen,
hal ini berarti penting berhubung dengan kenyataan bahwa aneka ragamnya
golongan rakyat, yang dibedakan dalam Tata Hukum Hindia-Belanda,
bersangkut paut pula dengan aneka ragamnya hukum yang berlaku bagi
mereka terutama hukum perdata. Kewarganegaraan Republik Indonesia
dapat diperoleh:
1. Karena kelahiran (ius soli) dan keturunan (ius sanguinis)
2. Karena pengangkatan (adopsi)
3. Karena permohonan (untuk anak di luar perkawinan, mereka yang lahir
dari seorang penduduk, dan kemudian menjadi penduduk, lahir di
Indonesia.
4. Karena Naturalisasi.
5. Akibat perkawinan
6. Turut ayah / ibu
7. Karena pernyataan

33
Kusumadi Pudjosewojo, Ibid, hal. 118.

20
Ad.b) Daerah Negara Republik Indonesia
Menurut hukum International, hak suatu negara untuk menjalankan
kekuasaan atas daerahnya. Sifatnya ialah mutlak, dan tidak dapat diganggu
oleh negara lain. Hak negara untuk menjalankan kekuasaan atas daerahnya:
1. Hak negara atas penghormatan daerahnya oleh negara lain.
2. Hak negara untuk menjalankan penguasa dalam daerahnya
3. Hak negara untuk menentukan kedudukan daerahnya, termasuk
melepaskan sebagian dari daerahnya
Di samping itu menurut Bellefroid inleiding tat rechtswetten schaft
dikutip dari Kusumadi Podjosewojo, maka daerah negara merupakan syarat
mutlak bagi penyelenggaraan kesejahteraan yang kekal dari
masyarakatnya.34 Menurut penjelasan UUD 1945, daerah Indonesia ialah
daerah Hindia Belanda, Irian Barat de jure Daerah Indonesia, demikian juga
daerah dari suatu negara bukan daratan saja, tapi laut dan udara berdasarkan
atas peijanjian Paris.

Ad.c) Penguasa Tertinggi Negara Kesatuan Republik Indonesia


Kekuasaan yang dipegang oleh Pemerintah pusat asli dan tertinggi.
Kekuasaan ini sering disebut pemerintahan dalam arti yang luas. Menurut
Kusumadi Pudjosewojo, umumnya dibagi atas 4.35
I. Kekuasaan penguasa ialah : mengatur kehidupan masyarakat
(kekuasaan Perundang-undangan)
II. Aturan-aturan hukum yang dibentuk itu harus dilaksanakan oleh warga
negara atau kekuasaan peradilan.
III. Kekuasaan memaksa dan mengawasi warga masyarakat yang
menjalankan aturan-aturan hukum ialah: kepolisian
34
Bellefroid, (inleiding tot de rechtswettenschaft), dikutip dari Kusumadi Pojosewojo, Pedoman Pelajaran Tata
Hukum Indonesia, haL 132.
35
Kusumadi Pudjosewojo, Ibid, haL 134-135.

21
IV. Kekuasaan menyelenggarakan kesejahteraan masyarakat, dan
kompleknya tugas pemerintah dan diatur secara rinci disebut dengan
kekuasaan pemerintahan (dalam arti sempit).
Menurut Wirjono Prodjodikoro dikutip dari Kusumadi
Pudjosewojo36, menurut UUD’S 50 : 1) pemerintahan; 2)
Perundang-undangan; 3) pengadilan; 4) keuangan; 5) hubungan luar negeri;
6) pertahanan negara dan keamanan umum. Menurut Prof. L.G. Lemaire
dalam bukunya : het recht in Indonesie, dikutip dari bukunya Kusumadi
Pudjosewojo37, Perundang-undangan, pemerintahan, pelaksana, kepolisian
dan pengadilan. Dalam penjelasan UUD 1945 sebelum Amandemen:
1. Kekuasaan menetapkan UUD, GBHN
2. Kekuasaan Perundang-undangan
3. Kekuasaan eksekutif (pelaksana)
4. Kekuasaan kehakiman
Menurut Montesquieu, dibagi atas : kekuasaan eksekutif, legislatif
dan kekuasaan yudisiil. Asas-asas pokok hukum tata negara Indonesia:
1. Indonesia Negara Kesatuan
2. Indonesia berbentuk republik yang berkedaulatan rakyat
3. Indonesia negara kesatuan, republik yang berkedaulatan rakyat dan
konstitusional
4. Indonesia Negara hukum
5. Kekuasaan pemerintahan dipegang oleh presiden

36
Wirjono Prodjodikoro (dalam Kusumadi Pudjosewojo), Pedoman Pelajaran Tata Hukum Indonesia,
hal. 136.
37
L.G. Lemaire, Het Recht in Indonesie, dikutip dari Kusumadi Pudjosewojo dalam bukunya: Pedoman
Pelajaran Tata Hukum Indonesia, hal. 13.7

22
b. Hubungan Ilmu Negara, Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi
Negara Uraian:
Hubungan ilmu negara dengan hukum tata negara dan hukum administrasi
negara ialah erat sekali. Ilmu negara yang mempelajari negara dalam arti yang
abstrak, umum dan universal, hukum tata negara mempelajari negara yang
kongkrit (organisasi negara) termasuk juga hukum administrasi yaitu
pemerintahan. Jadi ilmu negara abstrak, hukum tata negara mempelajari negara
dalam arti diam (de staats in rust), hukum administrasi negara dalam arti bergerak
(de staats in beweging), dan ilmu negara, hukum tata negara, hukum administrasi
negara sama-sama objeknya mempelajari negara hukum tata negara, hukum
administrasi negara basix leervaaknya ialah atas dasarnya ilmu negara dalam arti
abstrak, umum dan universal.
Di kalangan para saijana antara hukum tata negara dengan hukum
administrasinya mempunyai keterkaitan erat, menurut Van Vollen Hoven,
dikutip dari Nomenson Sinamo, hukum administrasi negara, badan pemerintah
tanpa aturan hukum negara akan lumpuh, karena badan ini tidak mempunyai
wewenang apapun atau wewenangnya tidak berketentuan dan badan pemerintah
tanpa hukum administrasi negara akan bebas sepenuhnya oleh karena badan ini
dapat menjalankan wewenangnya menurut kehendaknya sendiri.38 Sedangkan
menurut J.B.J.M. ten Berge dikutip dari Nomensen Sinamo, hukum administrasi
merupakan perpanjangan dari hukum tata negara atau hukum sekunder dari
hukum tata negara.39 Menurut pendapat Krananburg dikutip dari Nomensen
Sinamo, kita tidak mungkin mempelajari hukum administrasi tanpa didahului
dengan hukum tata negara,40 hubungan semacam ini kelihatannya sama seperti
hubungan hukum perdata dengan hukum dagang. Untuk memahami korelasi
HTN dengan H AN menurut F.A.M Stroink

38
Van Vollenhoven (dalam Nomensen Sinamo), Hukum Administrasi Negara, Jala Permata
Aksara, Jakarta, 2010, hal. 26.
39
Ten Berge, (dalam Nomensen Sinamo), Hukum Administrasi Negara, Jala Permata Aksara,
Jakarta, 2010, hal. 26.
40
Ten Berge dalam Numensen Sinamo, Jala Permata Aksara, Jakarta, 2010, hal. 26.

23
dan J.G. Steenbeek, susunan dan kegiatan pemerintahan diatur dalam konstitusi yang
merupakan hukum tertulis.41 Pendapat semula yang dikutip oleh para saijana oleh :
Oppenheim42, hukum tata negara ialah : mempelajari negara dalam keadaan diam (de
staats in rust) hukum administrasi negara mempelajari negara dalam arti yang bergerak (de
staats in beweging) pendapat ini semula diikuti oleh para sarjana. Pendapat Openheim ini
banyak ditentang, karena sukarnya menentukan kwalifikasi kapan negara dalam keadaan
bergerak.43 Menurut Logemann dikutip dari Nomensen Sinamo, hukum tata negara
mempelajari44, hukum tata negara mempelajari:
(1) Jabatan-jabatan apa saja yang ada dalam susunan suatu negara
(2) Siapakah yang mengadakan jabatan-jabatan itu,
(3) Cara bagaimanakah jabatan-jabatan itu ditempati oleh pejabat
(4) Fungsi jabatan-jabatan itu
(5) Kekuasaan hukum jabatan-jabatan itu
(6) Hubungan antara masing-masing jabatan itu
(7) Batas-batas manakah organisasi kenegaraan dapat melakukan tugasnya
Menurut Numensen Sinamo, pendapat Logemann tersebut, mempersempit hukum
administrasi negara. Menurut Kranen Burg dan Vegting dikutip dari Numenson Sinamo,
hukum tata negara berkenaan dengan struktur umum dari negara, UUD dan UU organik,
Hukum administrasi negara mempelajari Undang-undang khusus yang mengatur susunan
dan wewenang yang khusus dari organ-organ jabatan umum.
Menurut Philipus M. Hadjon, kajian hukum administrasi tanpa memasuki hukum
tata negara dan sebaliknya kajian terhadap hukum tata negara tanpa memasuki lapangan
hukum administrasi ialah kajian tidak

41
J.G. Streenbeek & Stroink, dalam Numensen Sinamo, Jakarta, 2010, hal. 27.
42
Openheim (dalam Numensen Sinamo), hal. 29.
4?
Numensen Sinamo, Hukum Administrasi Negara, Jala Permata Aksara, Jakarta, 2010,
hal. 29.
44
Logemann (dalam Numensen Suseno), Hukum Administrasi Negara, Jala Permata Aksara, Jakarta, 2Q10,
hal. 29-30.

24
lengkap.45 Jadi dari pengertian tersebut hukum tata negara lebih melekat
organisasi suatu negara, sedangkan hukum administrasi negara melekat
bagaimana organisasi tersebut dalam tugasnya.
Menurut Sadjijono, Hukum Tata Negara fokus kajiannya ialah:
- Jabatan-jabatan apa yang ada dalam susunan suatu negara
- Siapakah yang mengadakan j abatan itu
- Cara bagaimana jabatan itu ditempati oleh pejabat
- Fungsi jabatan-jabatan
- Kekuasaan hukum jabatan-jabatan itu
- Hubungan jabatan-jabatan itu
- Batas-batas organisasi negara dapat melakukan tugasnya
Hukum administrasi negara objek kajiannya:
- Jabatan pemerintahan
- Sifat jabatan pemerintahan
- Akibat tindakan jabatan
- Kedudukan hukum jabatan
- Pengisian j abatan
- Pembatasan jabatan
- Instrumen pengatur jabatan
- Landasan yuridis kewenangan jabatan.46
Keterkaitan antara hukum tata negara dengan hukum administrasi negara
ialah tampak dari penamaan mata kuliah di Negeri Belanda, sebagaimana
tercantum dalam pasal 9 Reglement Rechtshogeschool 1924 yaitu terhimpun
dalam satu nama : staats en administratief recht. Sebelum akhirnya dipisahkan
karena perkembangan sejarah dan persoalan spesifik yang dihadapi oleh hukum
administrasi negara.47 Menurut Bahsan Mustafa dikutip dari : Ridwan HR,
mengatakan bahwa Hukum Tata Negara ialah merupakan

45
Philipus, M. Hadjon, Fungsi Normatif Hukum Administrasi dalam Mewujudkan Pemerintahan
yang Bersih (Pidato Penerimaan Guru Besar), UNAIR, 10-10-1994, hal. 4.
46
Sadjijono, Op.Cit, hal. 46.
47
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hal. 47.

25
dua jenis hukum yang dapat dibedakan akan tetapi tidak dapat dipisahkan satu
dari yang lainnya.
Lebih jauh menurut Ridwan HR, kalaupun dilakukan pembedaan antara
hukum tata negara dengan hukum administrasi negara, sebagaimana yang telah
disebutkan oleh Van Vollenhoven dan Kranenburg, perbedaan antara hukum tata
negara dengan hukum administrasi negara sesungguhnya tidaklah perbedaan
yang prinsipil melainkan berdasarkan atas doelmatige arbeidsvendeling akibat
perkembangan sejarah.49 Apabila dilihat dari penyelenggara kekuasaan negara,
hubungan antara hukum tata negara dan hukum administrasi negara diatur dalam
konstitusi yaitu konstitusi tertulis dalam UUD Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Menurut hemat saya oleh karena hukum tata negara dan hukum
administrasi negara mempelajari / objek negara sehingga tidak dibedakan secara
tajam dalam penyelenggaraan kekuasaan negara menurut UUD NKRI tahun 1945
setelah perubahan. Perbedaan tersebut adalah kajian para saijana, dalam tatanan
implementasi pada prinsipnya hukum tata negara dan hukum administrasi negara
saling membutuhkan.

48
Bahsan Mustafa (dalam Ridwan HR), Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2011, hal. 49.
49
Ridwan HR, Op. Cit, hal. 49.

26
I. Struktur Ketatanegaraan sebelum Perubahan UUD 1945

II. Setelah Amandemen


III. Penutup
Demikianlah secara singkat dapat saya gambarkan secara teoritis tentang
pengertian negara dan pemerintah. Ilmu negara, negara dan pemerintah dalam
kaitannya dengan hukum tata negara dan hukum administrasi ialah ilmu negara
mempelajari negara dalam arti yang abstrak, umum dan universal. Sedangkan
hukum tata negara dan hukum administrasi negara mempelajari hukum dengan
obyek negara dalam arti yang kongkrit yaitu dalam sistem hukum tertentu suatu
negara. Hukum tata negara mempelajari organisasi negara atau mempelajari
negara dalam arti diam (de staats in rust), sedangkan hukum administrasi negara
mempelajari negara dalam arti bergerak (de staats in beweging) yaitu:
pemerintahan.
Dan akhirnya sekali lagi mohon bimbingan dan sarannya, sehingga paper
singkat ini lebih sempurna.
Sekian dan terima kasih.

28
Abu Daud Busroh, Ilmu Negara, Bumi Aksara, Cet. Ke-8, Jakarta.

Bahsan Mustafa (dalam Ridwan HR), Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2011.

Bellefroid, (inleiding tot de rechtswettenschaft), dikutip dari Kusumadi Pojosewojo,


Pedoman Pelajaran Tata Hukum Indonesia.

Dewa Atmadja, Ilmu Negara, Setara Malang, 2012.

Hans Kelsen, Teori Umum tentang Hukum dan Bangsa, diteijemahkan oleh Raisul
Muttaqien dari: General Theorie of Law and state, Cet. Ke 6, Nusa Media,
Bandung, 2011.

H Sadjijono, Bab-bab Pokok Hukum Administrasi, Laksbang, Jogyakarta, 2008.

Huala Adolf, Aspek-aspek Negara dalam Hukum Intemqsional (Dalam Ni’Matul


Huda), Ilmu Negara, Rajawali Press, Grafindo Persada, Jakarta, 2012.

J.G. Streenbeek & Stroink, dalam Numensen Sinamo, Jakarta, 2010.

Kuncoro Purbopranoto, Perkembangan Hukum Administrasi Indonesia, Bina Cipta


Bandung, 1981.

Kusumadi Padjosewojo, Pedoman pelajaran Tata Hukum Indonesia, Aksara Baru,


1986, Jakarta.

L.G. Lemaire, Het Recht in Indonesie, dikutip dari Kusumadi Pudjosewojo dalam
bukunya: Pedoman Pelajaran Tata Hukum Indonesia.

Logemann (dalam H. Abu Daud Busroh), Ilmu negara, Bumi Aksara, 2011, Jakarta.

(dalam Numensen Suseno), Hukum Administrasi Negara, Jala Permata


Aksara, Jakarta, 2010.
Max Boll Sabon, Ilmu Negara,Pustaka Utama, Jakarta.

Moh Kusnardi dan B intan R. Saragih (dalam Ni’matul Huda), Ilmu Negara, Edisi
Revisi, Jakarta.
Moh Mahfud MD, Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia, Studi tentang Interaksi
Politik dan Kehidupan Ketatanegaraan, Rineka Cipta, Jakarta, 2000.

Ni’matul Huda, Ilmu Negara, Cet. ke-4, Raja Grafmdo Persada, Jakarta.
Numensen Sinamo, Hukum Administrasi Negara, Jala Permata Aksara, Jakarta,
2010.

Oppeheimer dikutip dari Max Bon Sabon, Ilmu Negara, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 1992.

Philipus, M. Hadjon, Fungsi Normatif Hukum Administrasi dalam Mewujudkan


Pemerintahan yang Bersih (Pidato Penerimaan Guru Besar), UNAIR, 10-
10-1994.

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafmdo Persada, Jakarta, 2011.

Rudolf Kjellin (dalam H. Abu Daud Busroh), Ilmu Negara, Bumi Aksara, 2011,
Jakarta.

Soehino, Ilmu Negara, Cet. ke-8, Oktober 2008, Liberty, Yogyakarta.

Ten Berge, (dalam Nomensen Sinamo), Hukum Administrasi Negara, Jala Permata
Aksara, Jakarta, 2010.

dalam Numensen Sinamo, Jala Permata Aksara, Jakarta, 2010.

Van Vollenhoven (dalam Nomensen Sinamo), Hukum Administrasi Negara, Jala


Permata Aksara, Jakarta, 2010.

Wiijono Prodjodikoro (dalam Kusumadi Pudjosewojo), Pedoman Pelajaran Tata


Hukum Indonesia.
KEBIJAKA
K AN PEMEERINTAHH DAN NEGARA HHUKUM
TINJAUA
AN TEOR RHADAP NEGARA
RITIS TER A DAN PEEMERINT
TAHAN

OLEEH
I KEETUT TJUK
KUP, SH. MH
M

BAG
GIAN HUKKUM ACARRA
FAKULTAS HU
UKUM UNNIVERSITAS UDAYAN
NA
201
13

Anda mungkin juga menyukai