1
BAB II PEMBAHASAN
Ilmu negara adalah ilmu yang menyelidiki pengertian pokok dan sendi-
sendi pokok dari negara dan hukum negara pada umumnya. Maksud perkataan
pengertian yaitu menitikberatkan kepada suatu pengetahuan, sedangkan maksud
dari sendi adalah menitikberatkan kepada suatu asas atau kebenaran.1 Istilah “Ilmu
Negara” diambil dari istilah bahasa Belanda yaitu Staatsleer yang yang
diambilnya dari istilah bahasa Jerman yaitu Staatslehre. di dalam bahasa Inggris
di sebut Theory of State atau The General Theory of State atau Political Theory.
Sedangkan dalam bahasa Perancis dinamakan Theorie d’etat.2. Ilmu Negara
sebagai ilmu pengetahuan seperti pada umumnya ilmu pengetahuan lain,
didasarkan pada kerangka ontologis (hakikat apa yang dikaji), epistimologis
(bagaimana cara mendapatkan pengetahuan) dan aksiologis (nilai kegunaan). Ilmu
Negara Juga dikaji berdasarkan ketiga unsur tersebut. Dalam kajiannya dapat
ditelusuri melalui cara sistematis, yaitu dengan mendeskripsikan lokus dan focus
kajiannya.3
1
Huda, Ni„matul, Ilmu Negara. (Jakarta; Raja Grafindo Persada 2010) hlm 8.
2
Sjachran Basah, Ilmu Negara Pengantar, Metode dan Sejarah Perkembangan, Cetakan
Ketujuh, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994), hlm 3.
3
Deddy Ismatullah, Asep A. Sahid Gatara, Ilmu Negara Dalam Multi Perspektif,
Kekuasaan, Masyarakat, Hukum Dan Agama, Bandung, CV Pustaka Setia, 2007, hlm.40.
4
Roelof Kranenburg, Allgeimene Staatsleer atau Ilmu Negara Umum (terj. Tk.B.
Sabaroedin), (Jakarta, 1955), hlm. 7.
2
menurut Abu Daud Busroh mengemukakan bahwa Ilmu Negara adalah ilmu yang
menyelidiki pengertian-pengertian pokok dan sendi-sendi pokok negara dan
hukum negara pada umumnya. Perkataan pengertian maksudnya yaitu menitik
beratkan pada suatu pengetahuan, sedangkan perkataan sendi menitik beratkan
pada suatu asas atau hal yang benar.5 Senada dengan rumusan tersebut, Victor
Situmorang mengatakan bahwa Ilmu Negara adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari sendi-sendi pokok atau asas-asas pokok hal ihwal negara pada
umumnya (staats als genus) yakni tentang sejarah terjadinya atau asal mulanya,
riwayat pertumbuhan dan perkembangannya, hakikat dasar-dasar atau sifatnya,
bentukbentuknya, macam-macamnya, lenyapnya, dan sebagainya, serta mengenai
bagaimana hubungan antarnegara dengan negara, negara dengan hukum, negara
dengan masyarakat dan negara dengan agama dan sebagainya.6 Sedangkan
menurut M Solly Lubis, Ilmu Negara adalah ilmu yang mempelajari Negara
secara umum, mengenai asal mulanya, wujudnya, lenyapnya, perkembangannya,
dan jenis-jenisnya.7 Dan menurut CST Kansil Ilmu Negara adalah ilmu
pengetahuan yang menyelidiki sendi-sendi pokok (asas-asas pokok) dan
pengertian-pengertian pokok terhadap Negara.8
3
supaya tidak terjadi salah paham dengan ilmu pengetahuan lain yang juga
mengkaji negara karena sebagaimana diketahui ada berbagai cabang ilmu
pengetahuan yang mengkaji negara. Ramdlon Naning mengemukakan pendapat
tentang objek kajian Ilmu Negara sebagai berikut “Ilmu Negara berarti ilmu yang
mempelajari, mengkaji dan menyelidiki segala sesuatu yang menyangkut negara.
Baik mengenai asal-usulnya, seluk beluk, bentuk dan wujudnya maupun tentang
segala sesuatu yang menyangkut negara itu secara umum.” 10 Pemahaman tentang
objek kajian Ilmu Negara secara baik merupakan hal yang penting untuk dipahami
supaya tidak terjadi salah paham dengan ilmu pengetahuan lain yang juga
mengkaji negara karena sebagaimana diketahui ada berbagai cabang ilmu
pengetahuan yang mengkaji negara.
Dalam kaitannya George Jellinek mengemukakan bahwa obyek kajian
Ilmu Negara tidak hanya negara pada umumnya, negara yang ada di seluruh
dunia, negara di dalam ide atau pikiran, melainkan juga negara yang tertentu.
Karena itu, Ilmu Negara meliputi dua bidang yaitu Ilmu Negara Umum
(Allgemeine Staatslehre) dan Ilmu Negara Khusus tertentu (Besondere
Staatslehre). Kedua bidang ilmu tersebut melakukan kajian terhadap negara dari
aspek hukum dan aspek sosial. Dengan demikian, obyek kajian kedua ilmu
tersebut sama, yaitu negara dari aspek hukum dan aspek sosial. Tetapi, Ilmu
Negara Umum mengkaji negara pada umumnya esensi negara dalam arti umum,
sedangkan Ilmu Negara Khusus melakukan kajian terhadap negara yang konkret
ada negara tertentu. Jadi, menurut George Jellinek Ilmu Negara mempelajari
negara dari segi hukum dan dari segi sosial. Inilah yang dimaksud dengan kajian
negara berdasarkan teori bersegi dua (Zweiseiten Theorie) yang digunakan oleh
George Jellinek.
Berdasarkan teori tersebut, kajian negara dari aspek sosial yang dilakukan
oleh Allgemeine Soziale Staatslehre (Ilmu Negara Umum dari aspek sosial) dan
Individuelle Staatslehre (Ilmu Negara Khusus dari aspek sosial) yaitu11 :
1. Pengertian Negara atau perkataan negara;
10
Ramdlon Naning, Gatra Ilmu Negara, (Yogjakarta, 1983), hlm. 2.
11
Djokosutono; Ilmu Negara, Cetakan Pertama, Ghalia Indonesia, Jakarta 1982, hlm. 42.
4
2. Sifat hakikat atau kharakteristik negara hak istimewa negara;
3. Legitimasi kekuasaan negara dasar pembenar kekuasaan negara;
4. Tujuan negara;
5. Timbul atau asal mula dan lenyapnya atau hapusnya negara;
6. Tipe-tipe negara.
Kajian negara dari aspek sosial maksudnya yaitu mengkaji negara sebagai
suatu gejala sosial. Negara dilihat dari luar sehingga tampak secara keseluruhan
sebagai suatu kesatuan yang bulat dan utuh. Ruang lingkup kajian Allgemeine
Soziale Staatslehre sama dengan ruang lingkup kajian Individuelle Staatslehre.
Tetapi, Allgemeine Soziale Staatslehre melakukan kajian terhadap negara dalam
pengertian umum–negara pada umumnya, sedangkan Individuelle Staatslehre
mengkaji negara tertentu.
Kajian negara dari segi hukum maksudnya mempelajari negara dari aspek
dalamnya yakni mengenai strukturnya negara. Karena itu, kajian negara dari segi
hukum meliputi mengenai12:
1. Perbedaan hukum publik dan hukum perdata;
2. Konstitusi negara;
3. Sifat kekuasaan negara (Kedaulatan negara);
4. Unsur-unsur negara;
5. Lembaga-lembaga negara;
6. Perwakilan negara;
7. Fungsi negara
8. Sentralisasi dan desentralisasi;
9. Bentuk negara dan pemerintahan;
10. Negara-negara bersusun.
Obyek ilmu negara adalah negara dalam pengertian yang abstrak, umum,
dan universal. Dari obyeknya yang bersifat demikian ini, ilmu negara mengkaji
12
Djokosutono; Ilmu Negara, Cetakan Pertama, Ghalia Indonesia, Jakarta 1982, hlm. 43.
5
lebih lanjut mengenai asal mula negara, hakikat, dan bentuk negara pada
umumnya, yang lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut13 :
1. Mengenai Asal Mula Negara
Asal mula yang dimaksud bukanlah asal mula terbentuknya suatu negara
yang kongkrit seperti Negara Indonesia, Jepang ataupun yang lainnya akan tetapi
asal mula atau terbentuknya sesuatu yang dinamakan negara, negara yang dalam
pengertian umum-abstrakuniversal. Jadi, tegasnya hal yang dinamakan negara itu
adanya hanya dalam alam pikiran, dalam angan-angan, artinya kita memikirkan
adanya sesuatu, sesuatu itu, kemudian diangkat dalam alam pikir, dan disinilah
kita membayangkan adanya hal yang dinamakan negara itu.
2. Mengenai Hakikat Negara
Hal yang dimaksud hakikat negara bukanlah hakikat negara tertentu,
melainkan yang dimaksud adalah hakikat daripada hal yang dinamakan negara itu
tadi. Apakah itu merupakan keluarga yang besar, atau merupakan suatu alat, atau
wadah, atau organisasi, atau perkumpulan. Jadi, pokoknya hal atau sesuatu yang
dinamakan negara itu hakikatnya apa. Dengan demikian, ini berarti memberikan
sifat-sifat tertentu yang menentukan dan yang merupakan sifat-sifat pokok
daripada hal yang dinamakan negara itu. Hal ini kira-kira dapat dijelaskan sebagai
berikut, dalam ilmu pengetahuan Hukum Tata Negara kita masih ingat bahwa
negara itu ada bila memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Ada daerahnya yang tertentu;
b. Ada rakyatnya;
c. Ada pemerintahannya yang berdaulat.
Kiranya semua syarat di atas bukanlah merupakan hakikat negara, tetapi ini
merupakan syarat-syarat formal saja bagi sesuatu yang disebut negara, bukan
merupakan syarat-syarat materialnya. Sebagai suatu perumpamaan, sebuah
gedung misalnya, jadi di sini negara itu kita umpamakan sebagai sebuah gedung.
Gedung itu kalau kita pikirkan, kita pelajari, akan kita temukan ada lantai, tiang,
dinding, pintu, atap, dan sebagainya. Ini semua sebetulnya merupakan
bagianbagian saja daripada hal yang kita namakan gedung tadi, dan sudah barang
13
Soehino, Ilmu Negara, Cetakan Pertama Liberty, (Yogyakarta 1998), hlm 6-7
6
tentu ini harus merupakan suatu kesatuan, suatu keutuhan. Sebab kalau bagian-
bagian tadi hanya tertumpuk saja, jadi tidak ada sifat-sifat keteraturan dan
kesatuannya, tentunya kita tidak dapat menyebutnya sebagai gedung. Demikian
halnya dengan suatu negara.
3. Mengenai Bentuk Negara
Hal yang dimaksud bukanlah bentuk negara tertentu saja atau yang
sifatnya konkret. Ketika membicarakan bentuk-bentuk negara berarti
membicarakan tentang kemungkinan-kemungkinan bentuk yang diadakan oleh
negara. Di dalam keanekaragaman tentang bentuk-bentuk negara itu, masih kita
dapatkan persamaan-persamaannya sehingga tidak mengubah hakikat negara.14
7
d. Metode Filosofis (Pholosophical Method)
yaitu metode yang dalam proses penyelidikannya meninjau serta
membahas objek penyelidikan secara abstrak-idiil.
e. Metode Perbandingan (Comparative Method)
yaitu suatu metode dengan mengadakan perbandingan di antara kedua
objek penyelidikan atau lebih, untuk menambah dan memperdalam
pengetahuan yang mendalam tentang objek yang diselidiki.
f. Metode Sejarah (Historical Method)
yaitu suatu metode yang didasarkan pada analisis dari kenyataan-
kenyataan sejarah, yaitu ditinjau pertumbuhan dan perkembangannya,
sebab-akibatnya sebagaiman terwujud dalam sejarahdan dari penyelidikan
disusun asasasas umum yang dapat digunakan.
g. Metode Sistimatik
yaitu metode dengan menghimpun bahan-bahan yang sudah tersedia,
terhadap bahan-bahan itu dilakukan pelukisan,penguraian dan penilaian,
kemudian dilakukan klasifikasi atau rubricering ke dalam golongan-
golongan di dalam suatu sistematik.
h. Metode Hukum (Yuridische/Legalistische Methode)
yaitu metode yang dalam penyelidikannya menitik beratkan pada segi-segi
yuridis, sehingga faktor-faktor yang besifat non-yuridis dikesampingkan.
i. Metode Sinkretis (Syncretisme)
yaitu metode yang dalam penyelidikannya menggabungkan faktor-faktor
yang bersifat yuridis maupun non-yuridis.
j. Metode Fungsional (Funktionele Methode)
yaitu metode yang dalam penyelidikannya mengkaji objek
penyelidikannya dengan menggandengkan gejala-gejala dalam dunia ini,
masig-masing tidak lepas satu sama lainnya, melainkan terdapat hubungan
yang timbal balik atau interdependent.
Selain metode tersebut untuk mengkaji ilmu negara dengan metode antara lain:
a. Metode Teoritis, yakni mengkaji ilmu negara dengan berdasarkan pada
teoriteori atau konsep pemikiran para ahli di bidang negara.
8
b. Metode Deskriptif, yakni mengkaji ilmu negara dengan cara
menggambarkan obyek ilmu negara yakni negara.
a. Beschreibende Staatswissenschaft
16
Deddy Ismatullah, Asep A. Sahid Gatara, Ilmu Negara Dalam Multi Perspektif,
Kekuasaan, Masyarakat, Hukum Dan Agama, Bandung, CV Pustaka Setia, 2007. hlm 13.
17
Kansil, C.S.T. dan Christine S.T Kansil Ilmu Negara. Sinar Grafika, (Jakarta 2007), hlm
4-5
18
Busroh, Abu Daud, Ilmu Negara, Bumi Aksara..(Jakarta 2001), hlm 16.
9
Ilmu pengetahuan yang melukiskan atau menceritakan tentang Negara
yaitu melukiskan hal unsur-unsur negara, aspek-aspek negara dan belum
disistematisasi. Segala bahan-bahan yang menggambarkan tentang suatu
negara tertentu atau negara pada umumnya, atau diberi nama lain
Staatenkunde. Sifat ilmu kenegaraan ini adalah deskriptif yang hanya
menggambarkan dan menceritakan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam
hubungan dengan negara.
b. Theoritische Staatswissenschaft
Ilmu kenegaraan ini dapat dikatakan melanjutkan kajian terhadap bahan-
bahan yang dikumpulkan dan diidentifikasi oleh beschrebende
staatswissenschaft dengan mengadakan analisis dan memilah mana yang
mempunyai ciri-ciri khusus. Theorische staatswissenschaft melakukan
penyusunan atas hasil-hasil penyelidikan dalam satu kesatuan yang teratur
dan sistematis. Inilah ilmu kenegaraan yang sesungguhnya merupakan
ilmu pengetahuan teoritis tentang Negara. Jadi, Theorische
staatswissenschaft mengambil bahan-bahan dari beschrebende
staatswissenschaft. Contohnya Sosiologi mengambil bahan-bahan dari
Sosiografi suatu gejala masyarakat tertentu. Jadi, tidak mengenai seluruh
lapangan ilmu. Bahan-bahan yang telah dikumpulkan tadi diolah,
dianalisis, mana yang sama digolongkan, yang berbeda dipisahkan lalu
diletakkan dalam suatu sistematika untuk dicari pengertianpengertian
pokok dan sendi-sendi pokok.
c. Angewandee Staatswissenschaft
Angewandee Staatswissenschaft atau disebut juga Praktische
Staatswissenschaft, dari teori-teori tersebut dengan sendirinya orang
mempraktikkan ajaran-ajaran kenegaraan itu yang tercakup dalam
Praktische Staatswissenschaft atau disebut juga dengan Ilmu Politik, akan
tetapi dalam arti lain. Ilmu kenegaraan ini dapat dikatakan sebagai ilmu
pengetahuan yang menerapkan teori-teori kenegaraan (theoretische
staatswissenschaft) dalam pelajaran-pelajaran yang berguna untuk tujuan
praktik.
10
2. Ilmu Pengetahuan Hukum (rechtwissenschaften)
adalah ilmu pengetahuan mengenai negara, tetapi di dalam hal ini
penyelidikannya ditekankan pada segi hukum atau yuridis dari negara itu.
Termasuk dalam rechtwissenschaft adalah hukum tata negara, hukum administrasi
negara, hukum pidana, dan sebagainya. Ilmu Pengetahuan Hukum
(Rechtswissenchaft) sebagai salah satu cabang ilmu kenegaraan terdiri atas
berbagai cabang. Cabang-cabang Ilmu Pengetahuan Hukum terdiri atas
a. Hukum Tata Negara,
b. Hukum Antar Negara
c. Hukum Tata Usaha Negara (Hukum Administrasi Negara).
19
https://forumkomunikasifhunpas.blogspot.co.id/2014/10/hubunganilmunegara-dengan-
ilmu-lain.html
11
Hoetink mengatakan bahwa ilmu politik adalah semacam sosiologisnya
dari Negara.20 Ilmu Negara dan Ilmu Politik mempunyai hubungan yang erat dan
saling terkait. Ilmu Negara lebih menitik beratkan kepada sifat-sifat teoritis karena
itu kurang dinamis. Ini berarti bahwa lebih banyak memperhatikan unsur-unsur
statisnya negara yang mempunyai tugas utama untuk melengkapi dengan
memberikan pengertian-pengertian pokok yang jelas. Ilmu Politik lebih menitik
beratkan kepada faktor-faktor konkrit, terutama berpusat kepada gejala kekuasaan
yang mengenai organisasi negara, maupun yang mempengaruhi pelaksanaan
tugas-tugas negara. Karena itu, Ilmu Politik lebih dinamis dan hidup.21 Ilmu
Negara selaku ilmu yang berifat teoritis, segala hasil penyelidikannya
dipraktekkan oleh Ilmu Politik sebagai ilmu yang bersifat praktis. Misalnya,
dalam Ilmu Negara dipelajari mengenai demokrasi sebagai bentuk negara, tetapi
tidak dijelaskan mengenai pelaksanaan demokrasi. Hal itu diajarkan di dalam Ilmu
Politik, yakni demokrasi dilaksakan, salah satunya melalui pemilihan umum.
Maka jelas hubungan antara ilmu negara dengan ilmu politik bersifat
komplementer, karena ilmu negara merupakan salah satu teras inti dari Ilmu
Politik.22 Menurut Herman Heller ada beberapa perbedaan antara Ilmu Politik dan
Ilmu Negara yaitu:
a. Ada sarjana yang menganggap ilmu politik sebagai suatu ilmu
pengetahuan praktis yang ingin membahas keadaan dalam kenyataan,
sedangkan ilmu Negara dinamakan pengetahuan teoritis sangat
mementingkan segi normatif.
b. Ada segolongan yang menganggap bahwa ilmu politik mementingkan
sifat- sifat dinamis dari Negara, yaitu proses-proses kegiatan dan
aktivitas Negara, perubahan Negara yang terus menerus yang
disebabkan oleh golongan-golongan yang memperjuangkan kekuasaan.
Subyek ilmu politik ialah gerakan-gerakan dan kekuatan-kekuatan di
belakang evolusi yang terus-menerus, sebaliknya ilmu Negara
20
Ni’matul Huda, Ilmu Negara, Yogyakarta, Rajawali Pers PT Raja grafindo, 2010, hlm.6
21
Sjachran Basah, 1994, Ilmu Negara (Pengantar, Metode dan Sejarah Perkembangannya),
Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm 35-36
22
Sjachran Basah, 1994, Ilmu Negara (Pengantar, Metode dan Sejarah Perkembangannya),
Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm 44
12
dianggap lebih mementingkan segi-segi statis dari Negara, seolah-olah
negara adalah beku, membatasi diri pada penelitian lembaga
kenegaraan yang resmi..
c. Dianggap Ilmu Negara lebih tajam konsep-konsepnya dan lebih terang
metodologisnya, tetapi ilmu politik dianggap lebih konkret dan
mendekati realita.
d. Perbedaan yang praktis ialah bahwa Ilmu Negara lebih mendapat
perhatian dari pada ahli hukum, sedangkan ahli-ahli sejarah dan
sosiologis lebih tertarik kepada ilmu politik.
2. Hubungan Ilmu Negara dengan Hukum Tata Negara
Hubungan antara Ilmu Negara dengan Hukum Tata Negara, bahwa Ilmu
Negara memberikan dasar-dasar teoritis yang bersifat umum terhadap Hukum
Tata Negara. Ilmu Nergara memberikan pengetahuan secara umum tentang negara
yang sangat diperlukan untuk memahami sistem ketatanegaraan suatu negara,
yang dipelajari di dalam Hukum Tata Negara. Jadi Ilmu Negara merupakan ilmu
pengantar dari Hukum Tata Negara. Dalam kaitan itu, Azhary menyatakan bahwa
Ilmu Negara memberikan dasar-dasar teoritis kepada Hukum Tata Negara
sehingga Hukum Tata Negara merupakan konkretisasi teori-teori dalam Ilmu
Negara.23 Ilmu Negara dan hukum tata Negara memiliki hubungan yang erat,
yakni obyek kajiannya sama yakni Negara, namun ada perbedaan dalam
pengkajiannya. Perbedaan tersebut dapat digambarkan seperti di bawah ini :24
a. Hukum Tata Negara
1) Mengkaji Negara dalam pengertian yang konkret, artinya Negara
yang terikat pada tempat, waktu dan keadaan, misalnya obyeknya
Negara tertentu. Contoh Hukum Tata Negara Indonesia, Negara
Inggris, Negara Malaysia.
2) Mengkaji mengenai susunannya, alat perlengkapannya, tugas dan
wewenangnya serta kewajibannya dari lembaga-lembaga tersebut.
23
Azhary, 1983, Ilmu Negara – Pembahasan buku R. Kranenburg, Cetakan Keempat,
Ghalia Indonesia, Jakarta. hlm 12
24
I Dewa Gede Atmadja, Ilmu Negara, Sejarah , Konsep Negara dan Kajian Kenegaraan,
Malang, Setara, 2012, hlm.3
13
b. Ilmu Negara.
1) Negara dalam pengertian umum, abstrak, tidak terikat pada tempat,
waktu dan keadaan, jadi obyeknya Negara dalam sifatnya yang
umum dan universal.
2) Lingkup kajiannya adalah penyelidikan tentang: asal mula Negara,
hakekat Negara, bentuk-bentuk Negara.
Dari uraian hubungan antara ilmu Negara dengan hukum tata Negara
dalam pengembangan keilmuan, maka ilmu Negara merupakan “pengantar” untuk
mempelajari hukum tata Negara, ilmu Negara membahas teori dasar bagi hukum
tata Negara, di lain pihak hukum tata Negara merupakan pengejawantahan ilmu
Negara yang diterapkan secara konkret di suatu Negara tertentu.
3. Hubungan Ilmu Negara dengan Hukum Administrasi Negara
Menurut VanVollen Hoven, Hukum Administrasi Negara adalah
rangkaian ketentuan-ketentuan yang mengikat alat-alat negara tinggi dan rendah,
pada waktu alat-alat negara tadi mulai menjalankan pekerjaan dalam hal
menunaikan tugasnya, seperti yang ditetapkan dalam Hukum Tata Negara25.
Hukum Administrasi Negara adalah berkenaan dengan negara tertentu secara riil,
sedangkan Ilmu Negara tidak mengenai negara tertentu, melainkan menyelidiki
terbentuknya sifat dan wujud negara-negara di dunia pada umumnya. Sehingga
dapat dikatakan bahwa Ilmu Negara merupakan pendahuluan bagi Hukum Tata
Negara dan Hukum Administrasi Negara, yang belum dapat diselidiki secara
ilmiah sistimatis sebelum memiliki pengetahuan tentang asas-asas dan sendi-sendi
pokok dari negara dalam arti umum yang dibahas dalam Ilmu Negara.26
25
Wiryono Projodikoro, 1986, Asas-asas Ilmu Negara dan Politik, Eresco, Bandung,
hlm.2-3
26
1 Gede Pantja Astawa dan Suprin Na‟a, 2009, Memahami Ilmu Negara dan Teori
Negara, Refika Aditama, Bandung, hlm.35.
14
teoritis dan umum, akan merupakan dasar dan bahan penyelidikan bagi Hukum
Tata Negara Perbandingan, yang selanjutnya akan menjelaskan, menerangkan dan
membandingkan bagaimanakah bentuk bernegara itu. M. Nasroen menyatakan
bahwa cara Ilmu Perbandingan Pemerintahan itu menggunakan negara itu sebagai
alat, ialah dengan menggunakan hasil yang diperoleh ilmu negara umum dalam
hal asal mula dan wujud negara itu.27
DAFTAR PUSTAKA
Abu Daud Busroh, Ilmu Negara, Cetakan Pertama, PT. Bumi Aksara, Jakarta
1990.
27
M. Nasroen, 1967, Ilmu Perbandingan Pemerintahan, Beringin, Jakarta, hlm. 21-34 dan
37-47.
15
Azhary, 1983, Ilmu Negara Pembahasan buku R. Kranenburg, Cetakan
CST Kansil CST Kansil dan Cristian ST Kansil, Ilmu Negara Umum dan
Deddy Ismatullah, Asep A. Sahid Gatara, Ilmu Negara Dalam Multi Perspektif,
2007.
I Dewa Gede Atmadja, Ilmu Negara, Sejarah , Konsep Negara dan Kajian
1 Gede Pantja Astawa dan Suprin Na‟a, 2009, Memahami Ilmu Negara dan Teori
Ni’matul Huda, Ilmu Negara, Yogyakarta, Rajawali Pers PT Raja grafindo, 2010.
Roelof Kranenburg, Allgeimene Staatsleer atau Ilmu Negara Umum (terj. Tk.B.
16
---------------------Ilmu Negara, Cetakan ke VIII, PT Citra Aditya Bakti,
(Bandung1997).
Victor Situmorang; 1987, Inti Sari Ilmu Negara, Cetakan Pertama, Bina Aksara,
Jakarta.
Bandung..
https://forumkomunikasifhunpas.blogspot.co.id/2014/10/hubunganilmunegara-
dengan-ilmu-lain.html
17