Jerman. George Jellinet melihat ilmu negara itu melalui zwelseilen theorie.
Negara sebagai objek tidak hanya pada ilmu negara hukum tata negara
dan hukum administrasi negara memandang negara sebagai objeknya.
Walaupun HTN dan HAN menggunakan negara sebagai objeknya tetapi
beratnya pada yang pengertian konkrit, artinya objek itu terikat pada tempat,
keadaan, waktu tertentu.
Di dalam bukunya G. jellinek yang ditulis sekitar tahun 1882 dengan
berjudul Allgemeine Staaslehre atau ilmu negara umum dinyatakan dalam skema
ilmu kenegaraan oleh beliau dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Staatsullsenschaft dalam arti sempit
2. Rechtswlssenschaft
Selanjutnya George Jellinek untuk membahas Allgeine Staatslehre. Ilmu
1
Istilah ini merupakan terjemahaan dari istilah “Allgemeine Staatslehre” dari Georg
Jellinek yang harus dibedakan dari istilah “Staatsslehre” menurut Herman Heller.
Berbeda dengan ilmu hukum tatanegara yang mengambil suatu negara
tertentu atau suatu “species” negara sebagai sasaran penyelidikannya. Ilmu
negara itu sebenarnya sudah lama dikenal, yakni sejak jaman Yunani kuno,
tetapi sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri, ilmu negara itu belum lama.
Berkatalah Prof. Rudolf Kranenburg tentang hal ini dalam bukunya yang
berjudul “Algemeene Staatsleer” : De algemeene staatsleer is, wat haar naam
betreft, een jonge tak van wetenschappelijk onderzoek, maar naar haar wezen
een oude” (Periksa R. Kranenburg, “Allgemene Staatsleer”, H. D. Tjennk Willink
& Zoon NV. Haarlem, 1952 Hal 3). Artinya bahwa mengenai namanya ilmu
negara itu merupakan cabang penyelidikan ilmiah yang muda, akan tetapi
menurut hakekatnya merupakan cabang ilmu pengetahuan yang tua.
Yang mula-mula membahas ilmu negara sebagai ilmu kenegaraan
tersendiri adalah Georg Jellinek dalam bukunya “Die Allgemeine Staatslehre” dia
membuktikan, bahwa ilmu negara merupakan ilmu tersendiri yang mempunyai
sifat teoritis atau yang mempunyai sifat ilmiah murni. Ilmu negara ini oleh G.
Jellinek disebut “theoretische staatswissenschaft” atau staatslehre”.
Di negara Belanda, ilmu negara itu baru dijadikan mata kuliah yang berdiri
sendiri sebagai suatu "Leerstoel” pada kira-kira permualaan abad ke 20 di
Universitas Leiden dan Prof. R. Kranenburg sebagai guru besarnya yang
pertama.
Di atas telah dijelaskan, bahwa sebenarnya ilmu negara itu hanyalah
bagian dari ilmu kenegaraan (staatswissenscharft) atau politeia (menurut istilah
Plato) atau Politica (menurut istilah Aristoteles). Georg Jellinek membagi
staatswissenschaft menjadi :
Theoretische staatswissenschaft atau staatslehre (ilmu negara)
Practische staatswissenschaft atau politikolgi (ilmu politik)
Sedangkan staatslehre dibagi menjadi :
Aligemeine staatslehre, mengenai negara sebagai pengertian umum (ilmu
negera)
Bezondere staatslehre, mengenai negara sebagai pengertian khusus
(ilmu negara khusus)
Perumusan tentang ilmu negara, itu telah banyak dikemukakan oleh para
sarjana, namun sebagai pegangan dapat dikatakan “ilmu negara ialah ilmu
pengetahuan yang mempelajari sendi-sendi pokok dan pengertian-pengertian
pokok negara secara umum, yakni mempelajari persoalan-persoalan yang sama
pada negara-negara yang ada atau yang pernah ada di dunia.
Adapun persoalan-persoalan tersebut adalah sebagai berikut :
Asal-usul suatu negara;
Perkembangan suatu negara;
Unsur-unsur negara;
Timbul dan lenyapnya suatu negara;
Tujuan negara dan fungsi negara;
Jenis-jenis ataupun bentuk-bentuk negara secara umum.
Dari definisi tersebut di atas, kita katakan, bahwa ilmu negara itu bersifat
teoretis dan merupakan ilmu pengetahuan dasar bagi hukum tata negara positif.
Hukum tata negara positif ialah hukum ketatanegaraan dari suatu negara tertentu
pada suatu waktu tertentu. Contoh hukum tata negara Republik Indonesia
berdasarkan UUD 1945 sejak 5 Juli 1959 hingga sekarang.
2
Sisi Tinjauan Ilmu Negara
Ilmu negara sebagai ilmu pengetahuan telah dikenal sejak zaman Yunani
organisasi dalam pengertian umum. Ilmu negara sebagai ilmu pengetahuan asli
dari Eropa Kontinental (Jerman) ilmu negara ini adalah ilmu pengetahuan
dan Perancis dan daerah pengaruhnya. Disamping itu ada juga tradisi ilmu
pengetahuan An Glo Saxis, ini juga ilmu pengetahuan mengenai negara yang
dipengaruhinya.
satu (dulu tingkat persiapan) dengan menggunakan daftar bacaan dari kedua
Belanda (ingat Universitas Gajah Mada pada tanggal 13 Maret 1946 yang
Belanda, dan sampai tahun 1940-an banyak produk-produk sarjana hukum dan
3
kantor-kantor ataupun di sekolah dan dalam pergaulan digunakan bahasa
ada juga ilmu pengetahuan mengenai negara dan mempunyai hubungan erat
dengan ilmu negara yaitu ilmu politik, hukum tata negara, hukum administrasi
dan sebagainya. Dapat kita buktikan, bahwa disamping ilmu negara dan
zaman sekarang dikenal dengan nama ilmu politik ( di lingkungan Anglo Saxis
Jerman. Georg Jellinek melihat ilmu negara itu dari dua sisi tinjauan (Zweiseiten
theorie):
d. Tujuan negara
4
f. Sejarah type-type pokok daripada negara.
c. Kedaulatan
d. Konstitusi negara
f. Perwakilan
g. Fungsi negara
Negara sebagai obyek tidak hanya pada ilmu negara. Hukum tata
5
negara sebagai obyeknya, tetapi titik beratnya pada yang pengertian konkrit,
artinya obyek negara itu terikat pada tempat, keadaan, waktu tertentu.
yang diambil dari bukunya yang terkenal, yaitu Allgemeine Staatlehre di situ
beliau menciptakan suatu sistematis yang lengkap dan struktur dari ilmu
ILMU KENEGARAAN
6
STAATSWISSENSCHAFT RECHTSWISSENSCHAFT
(Dalam arti sempit) 1. Hukum Tata Negara
2. Hukum Antar Negara
3. Hukum Administrasi Negara
7
menjadi Allg Sozialle Staatslehre ; sedangkan spezialle staatslehre
2. STAATSWISSENSCHAFT :
Untuk melihat dimana ilmu negara itu sebenarnya? Dapat kita
Ad. II Rechtswissenschaft
Maksudnya, adalah ilmu pengetahuan mengenai negara, namun
dalam penyelidikannya ditekankan pada segi reacht atau segi
yuridisnya dari negara itu sendiri. Dimana yang termasuk
reachtswissenchaft tersebut adalah :
1. Hukum tata negara
2. Hukum administrasi negara
3. Hukum antara negara
STAATSWISSENCHAFT DALAM ARTI SEMPIT
INI DIBAGI MENJADI 3 BAGIAN, YAITU :
I. Bescheibende – sw (staten kunde)
II. Theoritische – sw (staatsleer)
III. Praktischer – sw (angenwandte – sw)
Ad I. Beschreibende Staatswissenschaft
Dikemukakan disini, adalah ilmu pengetahuan yang melukiskan
atau yang menceritakan tentang negara. Jadi segala sesuatu bahan
8
-bahan yang menggambarkan tentang negara, misalnya keadaan
alamnya faunanya dan floranya dan sebagainya.
Ad II Theoritische Staatswissenschaft
Inilah yang dimaksudkan staatslehre atau staatsleer (ilmu negara).
Theoritische Staatswissenschaft, maksudnya adalah ilmu
pengetahuan mengenai negara yang mengambil bahan-bahan dari
Beashreibende Staatswissenchaft. Dimana bahan-bahan yang
dikumpulkannya itu diolah, dianalisa dan yang sama digolongkan
sesamanya, yang berbeda dipisahkan lalu diletakan dalam suatu
sistematik dan pada akhirnya dicarinya pengertian-pengertian
pokok dan sendi-sendi pokok daripada negara.
THEORITISCHE – sw
Theoritische Staatswissenchaft ini dibagi menjadi dua bagin, yaitu :
1. Allgemeine Staatsleher
2. Besondere Staatslehre
Ad I Allgemeine Staatsleher
Maksud G. Jellinek adalah ilmu negara umum yang membahas
tentang teori-teori negara dan teori tersebut berlaku umum di
seluruh dunia atau berlaku di semua negara.
Ad II Besondere Staatslehre
Maksud G. Jellinek dari Besondere Staatslehre ini, adalah ilmi
negara khusus yang membahas tentang teori – teori mengenai
negara, yang berlakunya teori – teori tersebut adalah hanya pada
satu atau suatu negara tertentu saja.
9
Selanjutnya G. Jellinek untuk membahas Allgemeine Staatslehre (ilmu
negara umum, menggunakan teori dua segi atau zweiseiten theorie.
Untuk memahami hal itu pahami skema di atas !
3. Ilmu Politik
Yunani Purba yaitu Polis (F. Isjwara hal. 18-22), polis adalah kota yang
dianggap negara (pada waktu itu). Pada waktu itu kota identik dengan
negara. Dengan demikian polis, staads staads the greek citystates adalah
10
disebabkan pula dalam bahasa inggris sebagai political science, the
science of politics atau politics. Sedangkan R. M. Mac Iver dalam
bukunya The Web Government The Science of Politics (Anglo Saxis)
Di Eropa Continental (Jerman) dikenal dengan berbagai nama,
misalnya angewandt staatswissentchaft yang merupakan cabang dari
staatswissentchaft, les sciences politiques (Perancis) yang selalu
didengungkan dengan ilmu moral atau ilmu-ilmu sosial lainnya sehingga
dipergunakan istilah les science morale (sosiales) et politiques.
Orang Belanda menyebut staatswetenschaappen, dan di Italia
disebut scienzee politica. Disamping itu Prof. J. Barente menerbitkan
buku yang berjudul De Wetenschap Der Politiek dengan ondertitelnya
met een terein verkenning dikenal istilah politica, sedangkan H. Heller
dalam bukunya Staatslehre menyebutnya Politikologie (1934).
Di India, menurut A. S. Altekar dalam bukunya “State and
11
kedua dari Anglo Saxix, sehingga sulit untuk terjadinya kesatuan
pendapat dari para pemikir tentang negara.
Di Eropa, ilmu negara (Belanda) menurut RoelofKranenburg:
Ilmu Negara tidak lain, adalah” ilmu tentang negara ,“ negara diselidiki
sifat hakekatnya, struktur, dan bentuknya, asal mulanya, dan persoalan-
persoalan di sekitar negara dalam pengertian umum. Periksa Buku Prof.
J. Barents yang berjudul Pengantar Ilmu Politik dan Ilmu Negara Umum
(Roelof Kranenburg) yang diterjemahkan oleh Sitorus)!
Kembali kepada persoalan: “Apakah Ilmu Politik itu?
Apakah ilmu politik itu ilmu atau bukan? Oleh A. Th. Mason, di
jawab, bahwa politicss is art rather than science, ………..kemudian oleh
van der Goes van Naters dinyatakan bahwa De Politie is geen
wetenschap. De Romeinen van Netes ars politica politieke kunst……..,
demikian juga Otto Von Bismarch, seorang negarawan ulung, (Prusia),
mengatakan bahwa dia kunst der moglichkeiten.
Jadi walaupun J. Barents memberikan judul bukunya watenschap
der politiek dengan ondertitel een terrein verkening dapat kita tentukan
dalam ilmu politik di negeri Belanda, bahwa negeri Belanda tidak meniru
dan menyalin ilmu politik dari Jerman tetapi negeri Belanda mendapat
12
lembaga politik ditinjau tidak sebagai lembaga terasing, melainkan
sebagai lembaga yang dinamis yang mendapat pengaruh dari faktor
kekuasaan rill dalam masyarakat yang bersifat non yuridis.
Berkatalah H. R. Hoetink dalam kata pengantar buku J. Barents,
bahwa peranan faktor-faktor kekuasaan rill (de reele
machtsfactoren) pressure groupe, lobbyst, public opinion dan yang
lainnya tidak kurang pentingnya dari struktur dan dokumen-dokumen
hukum dari lembaga politik itu.
Sesuai dengan fungsi dan aktivitasnya, maka terjadilah
pergeseran yang titik beratnya penyelidikan bagi ilmu politik adalah
statika kedinamika politik. Akibatnya harus pula diperhatikan faktor-
faktor nonpolitik yang mempengaruhi pelaksanaan fungsi, dan aktivitas
lembaga-lembaga politik, seperti faktor demografis, psykologis, kultural
dan ekonomie. Oleh karena itu sarjana yang termasuk kedalam golongan
ini menilai lembaga politik, tidak atas dasar ketentuan-ketentuan undang-
undang dasar atau dokumen-dokumen lainnya, tetapi atas dasar reiiil
yang telah dicapai lembaga politik bagi kesejahteraan umat manusia,
karena lembaga politik diperuntukan bagi manusia dan harus bermanfaat.
13