Anda di halaman 1dari 13

HAND OUT ILMU NEGARA

PERTEMUAN KE-1 : OBJEK KAJIAN ILMU NEGARA

OLEH : PRAYOGA BESTARI, M.SI.

Ilmu negara sebagai pengetahuan asli dari Eropa Kontinental terutama

Jerman. George Jellinet melihat ilmu negara itu melalui zwelseilen theorie.

Negara sebagai objek tidak hanya pada ilmu negara hukum tata negara
dan hukum administrasi negara memandang negara sebagai objeknya.
Walaupun HTN dan HAN menggunakan negara sebagai objeknya tetapi
beratnya pada yang pengertian konkrit, artinya objek itu terikat pada tempat,
keadaan, waktu tertentu.
Di dalam bukunya G. jellinek yang ditulis sekitar tahun 1882 dengan
berjudul Allgemeine Staaslehre atau ilmu negara umum dinyatakan dalam skema
ilmu kenegaraan oleh beliau dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Staatsullsenschaft dalam arti sempit
2. Rechtswlssenschaft
Selanjutnya George Jellinek untuk membahas Allgeine Staatslehre. Ilmu

negara umum menggunakan teori dua segi atau zweseilen theorie.

Objek Penyelidikan Ilmu Negara

Ilmu negara mengarahkan penyelidikannya kepada negara dalam arti


umum, yakni negara sebagai suatu gejala kehidupan bermasyarakat, negara
sebagai phenomen sosial. Jadi disini istilah negara dipakai dalam suatu
pengertian “genus”. Ilmu negara berusaha mencari hal-hal yang bersifat umum
dalam bentuk kehidupan bersama yang berupa negara itu. Karena itu yang
diselidiki ilmu negara, bukanlah suatu negara yang secara positif ada, melainkan
negara sebagai suatu pengertian abstrak, dalam arti bahwa penyelidikan dan
pembahasan yang dilakukan ilmu negara itu tidaklah ditujukan kepada suatu
negara secara kongkrit ada pada sesuatu waktu dan tempat tertentu, melainkan
negara terlepas baik dari waktu maupun dari tempat ruang lingkupnya, tidak
terbatas kepada pelajaran kenegaraan mengenai negara yang ada pada waktu
sekarang saja, akan tetapi juga mengenai pelajaran kenegaraan pada masa
yang akan datang, bahkan kadang-kadang juga membicarakan negara-negara
yang hanya ada dalam konsepsi idiil seorang ahli pikir saja.
Sehubungan dengan itu, maka ilmu negara menyelidiki pengertian-
pengertian pokok dan sendi-sendi pokok saja dari negara yang berlaku untuk
dan terdapat pada setiap negara. Dicarinya hakekat wujud, sifat-sifat, ciri-ciri,
syarat-syarat, dan konstruksi-konstruksi dasar dari negara “in abstracto” itu. Oleh
sebab itu hasil penyelidikan ilmu negara itu bersifat umum (ilmu negara umum).

1
Istilah ini merupakan terjemahaan dari istilah “Allgemeine Staatslehre” dari Georg
Jellinek yang harus dibedakan dari istilah “Staatsslehre” menurut Herman Heller.
Berbeda dengan ilmu hukum tatanegara yang mengambil suatu negara
tertentu atau suatu “species” negara sebagai sasaran penyelidikannya. Ilmu
negara itu sebenarnya sudah lama dikenal, yakni sejak jaman Yunani kuno,
tetapi sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri, ilmu negara itu belum lama.
Berkatalah Prof. Rudolf Kranenburg tentang hal ini dalam bukunya yang
berjudul “Algemeene Staatsleer” : De algemeene staatsleer is, wat haar naam
betreft, een jonge tak van wetenschappelijk onderzoek, maar naar haar wezen
een oude” (Periksa R. Kranenburg, “Allgemene Staatsleer”, H. D. Tjennk Willink
& Zoon NV. Haarlem, 1952 Hal 3). Artinya bahwa mengenai namanya ilmu
negara itu merupakan cabang penyelidikan ilmiah yang muda, akan tetapi
menurut hakekatnya merupakan cabang ilmu pengetahuan yang tua.
Yang mula-mula membahas ilmu negara sebagai ilmu kenegaraan
tersendiri adalah Georg Jellinek dalam bukunya “Die Allgemeine Staatslehre” dia
membuktikan, bahwa ilmu negara merupakan ilmu tersendiri yang mempunyai
sifat teoritis atau yang mempunyai sifat ilmiah murni. Ilmu negara ini oleh G.
Jellinek disebut “theoretische staatswissenschaft” atau staatslehre”.
Di negara Belanda, ilmu negara itu baru dijadikan mata kuliah yang berdiri
sendiri sebagai suatu "Leerstoel” pada kira-kira permualaan abad ke 20 di
Universitas Leiden dan Prof. R. Kranenburg sebagai guru besarnya yang
pertama.
Di atas telah dijelaskan, bahwa sebenarnya ilmu negara itu hanyalah
bagian dari ilmu kenegaraan (staatswissenscharft) atau politeia (menurut istilah
Plato) atau Politica (menurut istilah Aristoteles). Georg Jellinek membagi
staatswissenschaft menjadi :
Theoretische staatswissenschaft atau staatslehre (ilmu negara)
Practische staatswissenschaft atau politikolgi (ilmu politik)
Sedangkan staatslehre dibagi menjadi :
Aligemeine staatslehre, mengenai negara sebagai pengertian umum (ilmu
negera)
Bezondere staatslehre, mengenai negara sebagai pengertian khusus
(ilmu negara khusus)
Perumusan tentang ilmu negara, itu telah banyak dikemukakan oleh para
sarjana, namun sebagai pegangan dapat dikatakan “ilmu negara ialah ilmu
pengetahuan yang mempelajari sendi-sendi pokok dan pengertian-pengertian
pokok negara secara umum, yakni mempelajari persoalan-persoalan yang sama
pada negara-negara yang ada atau yang pernah ada di dunia.
Adapun persoalan-persoalan tersebut adalah sebagai berikut :
 Asal-usul suatu negara;
 Perkembangan suatu negara;
 Unsur-unsur negara;
 Timbul dan lenyapnya suatu negara;
 Tujuan negara dan fungsi negara;
 Jenis-jenis ataupun bentuk-bentuk negara secara umum.
Dari definisi tersebut di atas, kita katakan, bahwa ilmu negara itu bersifat
teoretis dan merupakan ilmu pengetahuan dasar bagi hukum tata negara positif.
Hukum tata negara positif ialah hukum ketatanegaraan dari suatu negara tertentu
pada suatu waktu tertentu. Contoh hukum tata negara Republik Indonesia
berdasarkan UUD 1945 sejak 5 Juli 1959 hingga sekarang.

2
Sisi Tinjauan Ilmu Negara

1) Ruang Lingkup Ilmu Negara

Ilmu negara sebagai ilmu pengetahuan telah dikenal sejak zaman Yunani

Kuno. Ilmu negara menitikberatkan penyelidikannya kepada negara sebagai

organisasi dalam pengertian umum. Ilmu negara sebagai ilmu pengetahuan asli

dari Eropa Kontinental (Jerman) ilmu negara ini adalah ilmu pengetahuan

mengenai negara yang berasal dari Jerman, kemudian menjalar mempengaruhi

ilmu pengetahuan tentang negara di daratan Eropa, termasuk negeri Belanda

dan Perancis dan daerah pengaruhnya. Disamping itu ada juga tradisi ilmu

pengetahuan An Glo Saxis, ini juga ilmu pengetahuan mengenai negara yang

berkembang di negara negara Inggris dan Amerika serta negara-negara yang

dipengaruhinya.

Ilmu negara sebagai mata kuliah yang prerequisite diberikan di tingkat

satu (dulu tingkat persiapan) dengan menggunakan daftar bacaan dari kedua

tersebut di atas, yakni Eropa Kontinental, maupun Anglo Saxis, namun

disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan sendiri.

Adapun alasannya adalah sebagai berikut :

Negara Republik Indonesia, yang baru lepas dari tangan penjajahan

Belanda (ingat Universitas Gajah Mada pada tanggal 13 Maret 1946 yang

pertama kali mempergunakan istilah ilmu negara).

Di Eropa Kontinental (Jerman) dikenal dengan nama “Staatslehre” atau

“Theoritische staatswissenschaft.” Karena kita pernah (3,5 abad) dijajah oleh

Belanda, dan sampai tahun 1940-an banyak produk-produk sarjana hukum dan

sebagainya dari penjajah ya bahasa pengantar yang dipergunakan baik di

3
kantor-kantor ataupun di sekolah dan dalam pergaulan digunakan bahasa

Belanda dan Inggris, termasuk daftar buku-buku bacaan di sekolah.

Sehingga pada gilirannya, dalam mengikuti mata kuliah sejak itu

dipergunakan kepustakaan Eropa.

Disamping ilmu negara, sebagai ilmu pengetahuan mengenai negara,

ada juga ilmu pengetahuan mengenai negara dan mempunyai hubungan erat

dengan ilmu negara yaitu ilmu politik, hukum tata negara, hukum administrasi

dan sebagainya. Dapat kita buktikan, bahwa disamping ilmu negara dan

sebagaimana kita ketahui, adalah merupakan cabang dari staatswissenschaft

dikenal juga Angewandte staatswissenschaft, sebagai pengetahuan parktis, dan

zaman sekarang dikenal dengan nama ilmu politik ( di lingkungan Anglo Saxis

dikenal dengan nama “political science”.

Ilmu negara sebagai pengetahuan asli dari Eropa Kontinental terutama

Jerman. Georg Jellinek melihat ilmu negara itu dari dua sisi tinjauan (Zweiseiten

theorie):

1. Sisi tinjauan sosiologis, yang terdiri dari:

a. Nama negara (istilah dari Nicolo Machiavelli “Estato atau Lo Stato”


(14691527) dalam bukunya antara lain II Principe (The Prince 1513),

“Discorsis opra la prima deca di Tirus le vius).

b. Sifat hakekat atau karakteristik daripada negara

c. Dasar penghalalan (pengesahan) hukum dari negara

d. Tujuan negara

e. Timbul dan lenyapnya negara

4
f. Sejarah type-type pokok daripada negara.

Demikianlah, jika negara dilhat dari sudut sosiologis (Allgemeine

Staatslehre), yang merupakan gejala-gejala atau peristiwa sosial atau soziale

Faktum yang merupakan masalah-masalah (problematik).

2. Sisi tinjauan Yuridis, yang terdiri dari:

a. Perbedaan hukum publik dengan hukum perdata

b. Anasir-anasir atau syarat-syarat negara

c. Kedaulatan

d. Konstitusi negara

e. Organ-organ negara (pemegang legislatif, eksekutif dan yudikatif)

f. Perwakilan

g. Fungsi negara

h. Susunan negara (negara kesatuan, negara federal)

i. Bentuk-bentuk negara dan bentuk pemerintahan

j. Negara-negara bersusun (konfederasi)

Demikianlah jika negara dilihat dari ssi yuridis (Allgemeine

staatsrechtslehre, dimana negara dilihat dari / yang merupakan bangunan –

bangunan atau lembaga – lembaga negara ataupun rechtsliche Institution,

yang terdapat beberapa problematik atau masalah – masalah.

Negara sebagai obyek tidak hanya pada ilmu negara. Hukum tata

negara dan hukum administrasi negara juga memandang negara sebagai

obyeknya. Walaupun HTN dan hukum administrasi negara, menggunakan

5
negara sebagai obyeknya, tetapi titik beratnya pada yang pengertian konkrit,

artinya obyek negara itu terikat pada tempat, keadaan, waktu tertentu.

Memang erat hubungannya.

Untuk lebih jelasnya, pahamilah bagan yang dibuat oleh G. Jellinek

yang diambil dari bukunya yang terkenal, yaitu Allgemeine Staatlehre di situ

beliau menciptakan suatu sistematis yang lengkap dan struktur dari ilmu

negara sebagai berikut :

STAATSWISSENSCHAFT (dalam arti luas)

ILMU KENEGARAAN

6
STAATSWISSENSCHAFT RECHTSWISSENSCHAFT
(Dalam arti sempit) 1. Hukum Tata Negara
2. Hukum Antar Negara
3. Hukum Administrasi Negara

BESCHREIBENDE – sw THEORITISCHE - sw PRAKTIKSCHE -sw


(Staten Kunde) (Staten Kunde) (Angewandte - sw)

ALLGEMEINE STAATSLEHRE BESONDES STAATSLEHRE


(Ilmu Negara Umum) (Ilmu Negara Khusus)

ALIG SOZIALE ALIG STAATS INDIVIDUALE SPEZIAL STAATSLEHRE

STAATSLEHRE RECHTSLEHRE STAATSLEHRE

1. Nama Negara 1. Perbedaan hukum publik dengan


2. Sifat hakekat negara hukum perdata
3. Dasar penghalalan hukum dari negara 2. Syarat-syarat negara
4. Tujuan negara 3. Kedaulatan
5. Timbul dan lenyapnya negara 4. Konstitusi negara
6. Sejarah tipe-tipe negara 5. Organ-organ negara
6. Perwakilan
7. Fungsi negara
8. Susunan negara
9. Bentuk negara dan bentuk
pemerintahan
10. Negara-negara bersusun
(konfederasi)

Individuale staatslehre mengupas soal-soal umum suatu negara,

baik juridis maupun sosiologis. Gabungan beberapa individualle staatslehre

7
menjadi Allg Sozialle Staatslehre ; sedangkan spezialle staatslehre

membahas struktur pemerintahan suatu negara. Jika beberapa spezialle

staatslehre digabungkan, maka terjadilah Allg Staatslehre jadi gabungan

spezialle staatslehre, akan menjadi Allg Staatslehre.

2. STAATSWISSENSCHAFT :
Untuk melihat dimana ilmu negara itu sebenarnya? Dapat kita

perhatikan bagan gambar di atas dan uraiannya adalah sebagai berikut :

Di dalam bukunya G. Jellinek yang ditulis sekitar tahun 1882


dan yang berjudul Allgemeine Staatslehre atau ilmu negara umum,
dinyatakan dalam skema ilmu kenegaraan (dalam arti luas) oleh beliau
dibagi jadi 2 (dua) bagian yaitu :
I. STAATSWISSENSCAHFT DALAM ARTI SEMPIT
II. RECHTSWISSSCHAFT

Ad. I STAATSWISSENSCHAFT DALAM ARTI SEMPIT


Maksudnya, adalah staatswissenschaft dalam arti yang luas setelah
dikurangi oleh rechtwissenchaft. Dalam hal ini dimaksudkan suatu
ilmu pengetahuan mengenai negara, yang penyelidikannya
menekankan pada negara sebagai obyeknya.

Ad. II Rechtswissenschaft
Maksudnya, adalah ilmu pengetahuan mengenai negara, namun
dalam penyelidikannya ditekankan pada segi reacht atau segi
yuridisnya dari negara itu sendiri. Dimana yang termasuk
reachtswissenchaft tersebut adalah :
1. Hukum tata negara
2. Hukum administrasi negara
3. Hukum antara negara
STAATSWISSENCHAFT DALAM ARTI SEMPIT
INI DIBAGI MENJADI 3 BAGIAN, YAITU :
I. Bescheibende – sw (staten kunde)
II. Theoritische – sw (staatsleer)
III. Praktischer – sw (angenwandte – sw)
Ad I. Beschreibende Staatswissenschaft
Dikemukakan disini, adalah ilmu pengetahuan yang melukiskan
atau yang menceritakan tentang negara. Jadi segala sesuatu bahan

8
-bahan yang menggambarkan tentang negara, misalnya keadaan
alamnya faunanya dan floranya dan sebagainya.

Ad II Theoritische Staatswissenschaft
Inilah yang dimaksudkan staatslehre atau staatsleer (ilmu negara).
Theoritische Staatswissenschaft, maksudnya adalah ilmu
pengetahuan mengenai negara yang mengambil bahan-bahan dari
Beashreibende Staatswissenchaft. Dimana bahan-bahan yang
dikumpulkannya itu diolah, dianalisa dan yang sama digolongkan
sesamanya, yang berbeda dipisahkan lalu diletakan dalam suatu
sistematik dan pada akhirnya dicarinya pengertian-pengertian
pokok dan sendi-sendi pokok daripada negara.

Ad III Praktische Staatswissenschaft /Angewandte – sw


Dimaksudkan adalah ilmu pengetahuan yang menerangkan
tentang cara-cara mempraktekan teori-teori ilmu kenegaraan. Ilmu
politik dalam sistematik G. Jellinek mempunyai arti yang lain
isinya atau berbeda dengan yang disebut Political Science (politis)
di negara Anglo Saxis.
Ilmu poltik menurut
Tradisi Anglo Saxis, merupakan ilmu pengetahuan yang berdiri
sendiri, berbeda dengan pendapat Eropa Kontinental, tidak
merupakan ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, melainkan
dijalankan dalam praktek hasil dari penyelidikan theoritische
Staatswissenchaft atau theoritical science. Jelas ada hubungan
yang erat.

THEORITISCHE – sw
Theoritische Staatswissenchaft ini dibagi menjadi dua bagin, yaitu :
1. Allgemeine Staatsleher
2. Besondere Staatslehre
Ad I Allgemeine Staatsleher
Maksud G. Jellinek adalah ilmu negara umum yang membahas
tentang teori-teori negara dan teori tersebut berlaku umum di
seluruh dunia atau berlaku di semua negara.
Ad II Besondere Staatslehre
Maksud G. Jellinek dari Besondere Staatslehre ini, adalah ilmi
negara khusus yang membahas tentang teori – teori mengenai
negara, yang berlakunya teori – teori tersebut adalah hanya pada
satu atau suatu negara tertentu saja.

9
Selanjutnya G. Jellinek untuk membahas Allgemeine Staatslehre (ilmu
negara umum, menggunakan teori dua segi atau zweiseiten theorie.
Untuk memahami hal itu pahami skema di atas !

3. Ilmu Politik

Politik, secara etimologis atau arti kata berasal dari bahasa

Yunani Purba yaitu Polis (F. Isjwara hal. 18-22), polis adalah kota yang

dianggap negara (pada waktu itu). Pada waktu itu kota identik dengan

negara. Dengan demikian polis, staads staads the greek citystates adalah

tempat tinggal bersama dari orang-orang biasa selaku para warganya

(citizens) dengan pemerintah, yang biasanya terletak disebuah bukit dan

dikelilingi benteng – tembok untuk menjaga keamanan mereka terhadap

serangan musuh yang menyerang dari luar.

Pengidentikan kota dengan negara pada waktu itu, disebabkan


polis hanya memiliki daerah yang kecil yaitu seluas kota, dan
penduduknya kurang 300.000 orang. Sedangkan sekarang jaman modern
yang dinamakan kota lebih dari itu, melainkan sudah merupakan negara
yang berwilayah yang disebut Vlakte-state atau country – state. Sehingga
negara tidak identik dengan kota, disebabkan daerah negara jauh lebih
luas daripada daerah kota, dan jumlah penduduknya lebih banyak.
Kemudian dari istilah polis diturunkan dan dihasilkan kata-kata
seperti : politeia (segala hal ihwal yang menyangkut polis / negara)
polites (warga kota atau warga negara) dan politikos (ahli negara),
polieke techne (kemahiran politik), polieke episteme (ilmu politik) dan
kemudian istilah polis itu diambil oleh orang romawi yang menghasilkan
kata are politica (Pengetahuan tentang negara atau kemahiran tentang
masalah kenegaraan) lihat hal 31.
Orang yang pertama kali, menggunakan istilah ilmu politik yaitu
Jean Bodin (Science politique) pada chef d’ouvre dalam bukunya Les Six
Livres de La Republique 1576, dan pada tahun 1606 istilah tersebut
dipergunakan pula oleh Thomas Fitzherbert, Jeremy Bentham dan
William Godwin.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka perkembangan
berikutnya muncul keanekaragaman istilah ilmu politik. Hal ini

10
disebabkan pula dalam bahasa inggris sebagai political science, the
science of politics atau politics. Sedangkan R. M. Mac Iver dalam
bukunya The Web Government The Science of Politics (Anglo Saxis)
Di Eropa Continental (Jerman) dikenal dengan berbagai nama,
misalnya angewandt staatswissentchaft yang merupakan cabang dari
staatswissentchaft, les sciences politiques (Perancis) yang selalu
didengungkan dengan ilmu moral atau ilmu-ilmu sosial lainnya sehingga
dipergunakan istilah les science morale (sosiales) et politiques.
Orang Belanda menyebut staatswetenschaappen, dan di Italia
disebut scienzee politica. Disamping itu Prof. J. Barente menerbitkan
buku yang berjudul De Wetenschap Der Politiek dengan ondertitelnya
met een terein verkenning dikenal istilah politica, sedangkan H. Heller
dalam bukunya Staatslehre menyebutnya Politikologie (1934).
Di India, menurut A. S. Altekar dalam bukunya “State and

Government in ancient India, Ilmu politik itu dikenal dengan istilah

Rajadharma (kewajiban raja), Rajayasastra (ilmu negara); Dandaniti,

Nitisastra dan Arthasastra.


Ternyata istilah ilmu politik itu sangatlah banyak, misalnya
George Jellinek dalam bukunya Recht des Modernen Staates,
menyatakan bahwa ilmu politik sangat membutuhkan suatu peristilahan
yang tepat dan tidak meragukan. Keanekaragaman istilah-istilah ilmu
politik ini, disebabkan karena belum ada kesamaan pendapat diantara
para cendekiawan atau communis opinio doctorum (opinio=pendapat,
dan communis=umum, sedangkan doctorum=para guru). Hal ini bisa
mengakibatkan kesimpang siuran, sama dengan pendapat G. Jellinek dan
Kuncaro Purbopranoto “yang mengkonstanstir, bahwa ilmu politik
sangat membutuhkan istilah yang tepat agar tidak simpang-siur.
Lain halnya pada pemakaian istilah secara teknis dalam Ilmu
Negara tidak (tidak terjadi pertentangan paham), yang mungkin bila ada
hanya merupakan masalah penafsiran saja alih bahasa saja. Bahkan orang
sering juga ada kesimpang siuran itu dalam hukum, misalnya Apakah
hukum itu? Jawabannya banyak yang berbeda (Immanuel Kant, L. J. Van
Apeldoornl. Didukung oleh pendapat Meriam Budiardjo (ilmu politik
dan artinya bagi Indonesia” bahwa: setiap kali para ahli berkumpul,
maka suka bagi mereka untuk mencapai persetujuan mengenai
pendefinisian dari ilmu politik.
Kesulitan lainnya membedakan ilmu politik dan ilmu Negara,
disebabkan adanya dua jenis, yaitu: satu dari Eropa Kontinental, dan

11
kedua dari Anglo Saxix, sehingga sulit untuk terjadinya kesatuan
pendapat dari para pemikir tentang negara.
Di Eropa, ilmu negara (Belanda) menurut RoelofKranenburg:
Ilmu Negara tidak lain, adalah” ilmu tentang negara ,“ negara diselidiki
sifat hakekatnya, struktur, dan bentuknya, asal mulanya, dan persoalan-
persoalan di sekitar negara dalam pengertian umum. Periksa Buku Prof.
J. Barents yang berjudul Pengantar Ilmu Politik dan Ilmu Negara Umum
(Roelof Kranenburg) yang diterjemahkan oleh Sitorus)!
Kembali kepada persoalan: “Apakah Ilmu Politik itu?
Apakah ilmu politik itu ilmu atau bukan? Oleh A. Th. Mason, di
jawab, bahwa politicss is art rather than science, ………..kemudian oleh
van der Goes van Naters dinyatakan bahwa De Politie is geen
wetenschap. De Romeinen van Netes ars politica politieke kunst……..,
demikian juga Otto Von Bismarch, seorang negarawan ulung, (Prusia),
mengatakan bahwa dia kunst der moglichkeiten.
Jadi walaupun J. Barents memberikan judul bukunya watenschap
der politiek dengan ondertitel een terrein verkening dapat kita tentukan
dalam ilmu politik di negeri Belanda, bahwa negeri Belanda tidak meniru
dan menyalin ilmu politik dari Jerman tetapi negeri Belanda mendapat

pengaruh dari ilmu pengetahuan Inggris dan Amerika.


Sehubungan dengan hal tersebur atau terpampang di atas, jika
diperhatikan, maka pada pokoknya batasan bagi ilmu politik dapat dibagi
menjadi tiga bagian yaitu (Periksa F. Isjwara, S hal 33 – 39)
I. Batasan Institusional
Batasan ini mempelajari lembaga – lembaga politik, namun karena
negara merupakan lembaga politik – politik pra-exelence, maka
negaralah yang menjadi pusat perhatian. Karena itu pembatasnya
dimulai dari asal usul negara, hakekat negara, sejarah serta tujuan
dan bentuk-bentuk negara yang akhirnya sampai kepada deduksi
tentang pertumbuhan dan perkembangan negara. Jadi ilmu politik
dirumuskan sebagai ilmu yang menyelidiki lembaga-lembaga politik
(political institutions) seperti negara, pemerintah, DPR, dan lain-lain
sebagainya pendukungnya antara lain Wilbur White dalam bukunya
white political dictionary, menyatakan bahwa political science the
study of the formation forms and process of the state and
government.
II. Batasan secara fungsional (pragmatis atau teologis)
Pada dasarnya merupakan batasan secara institusional, namun
berusaha melepaskan diri secara sepihak dari pandangan dogmatis
yuridis dari batasan institusional.
Maka dalam hal ini lebih diutamakan fungsi dan aktivitas dari
struktur formal lembaga-lembaga politik yang diselidiki. Lembaga-

12
lembaga politik ditinjau tidak sebagai lembaga terasing, melainkan
sebagai lembaga yang dinamis yang mendapat pengaruh dari faktor
kekuasaan rill dalam masyarakat yang bersifat non yuridis.
Berkatalah H. R. Hoetink dalam kata pengantar buku J. Barents,
bahwa peranan faktor-faktor kekuasaan rill (de reele
machtsfactoren) pressure groupe, lobbyst, public opinion dan yang
lainnya tidak kurang pentingnya dari struktur dan dokumen-dokumen
hukum dari lembaga politik itu.
Sesuai dengan fungsi dan aktivitasnya, maka terjadilah
pergeseran yang titik beratnya penyelidikan bagi ilmu politik adalah
statika kedinamika politik. Akibatnya harus pula diperhatikan faktor-
faktor nonpolitik yang mempengaruhi pelaksanaan fungsi, dan aktivitas
lembaga-lembaga politik, seperti faktor demografis, psykologis, kultural
dan ekonomie. Oleh karena itu sarjana yang termasuk kedalam golongan
ini menilai lembaga politik, tidak atas dasar ketentuan-ketentuan undang-
undang dasar atau dokumen-dokumen lainnya, tetapi atas dasar reiiil
yang telah dicapai lembaga politik bagi kesejahteraan umat manusia,
karena lembaga politik diperuntukan bagi manusia dan harus bermanfaat.

III. Batasan Secara Hakekat Politik (Power Interpretation Of Politics)


Dalam hal ini yang menjadi hakekat politik adalah kekuasaan atau
power, maka karena itu politik merupakan “perjuangan untuk
memperoleh kekuasaan” atau “Technic menjalankan kekuasan-
kekuasaan” atau “masalah pelaksanaan atau kontrol kekuasaan”.
Pemusatan peninjauan kepada gejala kekuasaan ini, menimbulkan
“ilmu kekuasaan” power science atau “kratologi” yang berasal dari
bahasa Yunani Kratos. Kekuasaan yang diselidiki itu diperlihatkan
“sifatnya, perkembangannya, rangka dan akibatnya”.
Maka bicaralah Carell Loewensteib di dalam bukunya Ver fassung
slehre, bahwa ilmu politik is nichate unders als der kampf um de
machate. Sedangkan J. Suys di dalam bukunya De Nuei politie, bahwa
politik adalah “striyd om match”.
Harold D. Laswell dalam bukunya “the language of politics
menyatakan when we speak of science of politics, we mean the science
of power.

13

Anda mungkin juga menyukai