Anda di halaman 1dari 9

RESUME TEORI ILMU

NEGARA
ILMU NEGARA KELAS D

OLEH :

SRIWIJAYANTI K

4522060167

UNIVERSITAS BOSOWA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

A. Pengertian Ilmu Negara menurut Georg Jellinek

Ilmu negara adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki asas-asas pokok dan
pengertian-pengertian pokok tentang Negara dan Hukum Tata Negara. Istilah “Ilmu
Negara” diambil dari istilah bahasa Belanda Staatsleer yang diambilnya dari istilah
bahasa Jerman, Staatslehre. Dalam bahasa inggris disebut Theory of State atau The
General Theory of State atau Political Theory, sedangkan dalam bahasa Prancis
dinamakan Theorie d’etat.
Istilah Ilmu Negara muncul sebagai akibat penyelidikan dari seorang sarjana
Jerman bernama Georg Jellinek. Ia terkenal dengan sebutan Bapak Ilmu Negara. Ia
memulai pekerjaannya dengan mengumpulkan data tentang kenegaraan dari banyak
negara di dunia, lalu diabstraksikan untuk mencari pengetahuan umum tentang negara
yang merupakan hakikat (esensi) dari negara. Georg Jellinek membagi ilmu
kenegaraan menjadi dua bagian, yaitu
I. Ilmu Negara dalam arti sempit (staatswissenschaften).
 Algemeine Staatslehre (Ilmu Negara Umum)
- Algemeine Soziale Staatslehre
 menyelidiki negara sebagai gejala sosial
- Besondere Staatsrechtslehre
 menyelidiki negara dari segi Yuridis
 Besondere Staatslehre (Ilmu negara Khusus)
- Individuelle staatslehre
 menyelidiki negara dari lembaga-lembaga
kenegaraannya.
- Spezielle Staatslehre
 menyelidiki negara dari lembaga kenegaraan yang
khusus (Badan Perwakilannya)
II. Ilmu Pengetahuan Hukum (rechtswissenschaft)
 Hukum Tata Negara
 Hukum Administrasi Negara/Hukum Tata Usaha Negara/Hukum Tata
Pemerintahan
 Hukum Antar Negara/Hukum Internasional Publik

B. Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu Politik


Dalam menjelaskan hubungan antara Ilmu Negara dan Ilmu Politik, kiranya
perlu ditegaskan terlebih dahulu bahwa ada perbedaan yang sangat mencolok antara
aliran Eropa Kontinental dan aliran Anglo Saxon tentang konsep Ilmu Negara dan
konsep Ilmu Politik. Menurut paham Eropa Kontinental, sebagaimana diwakili oleh
para sarjana hukum publik Jerman dan Austria, seperti Gerog Jellinek, Paul Laband,
dan Hans Kelsen. Ilmu Politik merupakan praktik dari Ilmu Negara. Ilmu Negara
sebagai pure science adalah teorinya, maka disebut Theoritische Staatswissenschat,
sedangkan Ilmu Politik sebagai applied science adalah praktiknya, maka disebut
Praktische staatswissenschaft.
Berbeda halnya dengan aliran Anglo Saxon. Aliran itu memandang bahwa di
dalam Ilmu Politik sudah terdapat bagian tertentu yang merupakan pure science yang
bersifat statis, dan bagian lain yang merupakan applied science yang bersifat dinamis.
Lesli Lipson dari Universitas California, Berkeley, menjelaskan hal ini dengan
menganalogikan pengertian-pengertian anatomi dan fisiologi dalam ilmu kedokteran.
Anatomi menyelidiki tubuh manusia dengan cara menganalisis tubuh itu sampai
bagian sekecil-kecilnya. Setiap bagian diidentifikasikan, diuraikan, dan digolong-
golongkan menurut kriteria masing-masing. Fisiologi memberi aksen penyelidikan
pada proses. Oleh karena itu fisiologi merupakan ilmu yang bersifat dinamis.
Baik ilmu anatomi maupun ilmu fisiologi termasuk ilmu kedokteran.
Demikian pula Ilmu Politik, terdapat bagian seperti Ilmu Anatomi, yang mempelajari
teori-teori politik, yaitu objek yang bersifat statis. Ada juga bagian Ilmu Politik,
seperti ilmu fisiologi, yang mempelajari proses politik. Jadi, Ilmu Politik terdiri atas
bagian yang statis, yang mempelajari struktur, tujuan, bentuk negara sebagai anatomi
negara. Namun, ada pula bagian yang dinamis, yang mempelajari proses politik,
decision-making, pressure groups, dan sebagainya sebagai fisiologi negara. Bagian
Ilmu politik yang mempelajari anatomi negara inilah yang dapat disamakan dengan
Ilmu Negara. Dengan demikian, konsep Anglo Saxon tentang Ilmu Politik (Political
Science) jauh lebih luas dari pada konsep mereka tentang Ilmu Negara. Sebuah
penelitian yang dilakukan oleh American Political Science Association tahun 1950
melaporkan bahwa Ilmu Negara (teori politik) merupakan bagian yang terpenting
dalam perkuliahan Ilmu Politik di berbagai perguruan tinggi di Amerika Serikat.
Tegasnya bahwa Ilmu Negara merupakan teras inti (hard core) dari Ilmu Politik.
Untuk perkuliahan dalam lingkungan perguruan tinggi di Indonesia, Ilmu
Negara diajarkan di Fakultas Hukum pada tingkat persiapan sebagai mata kuliah
pengantar Ilmu hukum kenegaraan positif. Dalam hal ini Ilmu Negara dipandang
sebagai pure science yang mengintroduksi dasar-dasar teoretis bagi ilmu-ilmu hukum
kenegaraan sebagai ilmu yang pragmatis (applied science). Keadaan tersebut
merupakan kelanjutan sistem pengajaran di perguruan Tinggi Hukum
(Rechthogeschool) pada zaman Hindu Belanda. Saat itu pada tingkat persiapan
diajarkan semacam ilmu negara yang disebut “Historische ontwikkeling der
hedendaagsche” (perkembangan historis Lembaga-lembaga kenegaraan saat ini) yang
dipandang sebagai mata kuliah pengantar ilmu hukum kenegaraan positif.
Terbentuknya negara, perlu strategi dalam penyelenggaraan pemerintahan
yang diselenggarakan dalam satu sistem. Di sinilah keterlibatan politik, karena apabila
dikaitkan dengan definisi politik ada bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem
politik (negara). Kegiatan tersebut menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari
sistem (negara) dan melaksanakan tujuan dengan pengambilan keputusan melalui
seleksi antara beberapa alternatif (decision making). Dengan demikian, dapat
dipertegas bahwa hubungan antara negara dengan politik adalah sangat erat. Negara
dapat didirikan melalui proses politik dan negara melakukan aktivitasnya untuk
mewujudkan tujuan negara sebagaimana dituangkan dalam konstitusinya. Hal ini
semua merupakan ranah politik hukum yang tidak dapat dipisahkan antara satu
dengan yang lain. Menggunakan metode Zweiseiten Theorie, selalu melakukan
pendekatan terhadap objek studi melalui dua sudut, yaitu sudut sosiologis dan sudut
yuridis. Karena itu, Ilmu Negara tidak mempelajari negara dari sudut hukum atau
yuridis semata-mata, tetapi juga sudut sosiologis. Demikian dilaksanakannya
pendirian negara sejak zaman Yunani kuno sampai dengan zaman modern saat ini.

C. Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu Hukum Administrasi Negara

Berbicara tentang negara tidak bisa terlepas dari administrasi. Kata


administrasi artinya mengurus/mengontrol dalam hal kenegaraan. Selain itu, dapat
juga dikatan pelayanan dalam penyelenggaraan pemerintahan, mulai dari
pemerintahan pusat sampai pemerintahan desa. Kemudian, bagaimana alat-alat
pemerintahan atau lembaga negara melaksanakan tugas/fungsi masing-masing dan
wewenangnya sesuai dengan yang diamanatkan konstitusi sekaligus tidak saling
tumpang tindih antara satu dengan yang lain. Diharapkan tugas dari masing-masing
lembaga negara ini dapat mewujudkan tujuan negara. Dengan demikian, administrasi
berfungsi mengamati dan mengontrol dalam proses penyelenggaraan pemerintahan,
mulai dari pemerintahan pusat sampai dengan daerah dan sampai ke pemerintahan
desa. Artinya, apa yang menjadi tujuan dari negara akan tercapai yaitu kesejahteraan
masyarakat.
Materi muatan Ilmu Hukum Administrasi Negara tidak terbatas pada hukum
positif, tetapi juga semua teori, asas, dan faktor yang melatarbelakangi terbentuknya
Hukum Administrasi Negara Positif. Namun menurut Moh. Kusnardi dan Harmaily
Ibrahim kata ilmu pada Ilmu Negara digunakan sebab Ilmu Negara tidak mempunyai
nilai praktis. Pada Hukum Tata Negara atau Hukum Administrasi Negara tidak
digunakan kata ilmu karena mempunyai nilai praktis. Disini di tegaskan bahwa baik
Ilmu Negara maupun Ilmu Hukum Tata Negara dan Ilmu Hukum Administrasi
Negara mempunyai nilai praktis. Sebagaimana telah diutarakan di muka bahwa semua
Ilmu tidak untuk ilmu (wetenschap voor de wetenschap), tetapi semua ilmu harus
untuk keperluan pragmatik (wetenschap voor de praktijk). Meskipun tidak dapat
disangkal bahwa kadar pragmatiknya berbeda karena sejak Aristoteles mengintrodusir
ilmu murni dan ilmu pragmatik, masyarakat ilmiah mengenal ada ilmu murni (pure
science), yang kadar pragmatiknya rendah, dan ada ilmu praktis (applied science),
yang kadar pragmatiknya tinggi. Dalam ilmu-ilmu sosial, ekonomi umum (teori
ekonomi), misalnya termasuk Ilmu murni di bidang ekonomi, sementara ilmu
ekonomi perusahaan sebagai ilmu praktisnya. Atau, Ilmu hukum sebagai Ilmu murni
dan Ilmu hukum positif sebagai praktisnya.
Hubungan antara Ilmu Negara dan Ilmu Hukum Administrasi Negara tidak
berbeda dengan hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu Hukum Tata Negara karena
hubungan Ilmu Tata Negara dan Ilmu Hukum Administrasi Negara sangat erat. Di
belanda kedua lapangan ilmu ukum tersebut pernah disebut dalam satu kesatuan
Bernama Staats en Administratiefrecht, yang dalam lapangan ilmu hukum disebut
Staats en Administratiefleer, dan selalu diajarkan oleh satu guru besar. Meskipun
demikian tidak berarti bahwa kedua cabang ilmu pengetahuan tersebut persis sama.
Cornelis van Vollenhoven dalam bukunya Thorbecke en het Administatiefrecht (1919)
menulis sebagai berikut.
 Hukum Administrasi Negara ialah rangkaian ketentuan yang mengikat
alat-alat negara tinggi dan rendah pada waktu alat-alat negara itu mulai
menjalankan tugas sebagaimana telah ditetapkan di dalam Hukum Tata
Negara.
 Hukum Tata Negara ialah rangkaian peraturan hukum, yang mendirikan
badan-badan sebagai alat (organ) suatu negara, memberikan wewenang
kepada badan-badan itu, dan membagi-bagi pekerjaan pemerintah kepada
banyak alat negara baik yang berkedudukan tinggi maupun yang rendah.
Menurut Prof. Mr. J. Oppenheim (guru dari Cornelis van Vollenhoven)
peraturan-peraturan Hukum Tata Negara ialah peraturan mengatur negara dalam
keadaan beristirahat (de staat in ruste) ; sebaliknya Hukum Administrasi Negara ilalah
peraturan yang mengatur negara dalam keadaan bergerak (de staat in beweging).
Dengan demikian, hubungan antara Ilmu negara dan Ilmu Administrasi
Negara adalah Ketika mempelajari Ilmu Hukum Administrasi Negara, teori-teori di
dalam Ilmu Negara dapat digunakan sebagai batu loncatan. Misalnya, dalam
memahami materi peraturan kebijaksanaan (beleidsregels, policy rules) di dalam Ilmu
Hukum Administrasi Negara sebagai penggunaan freies ermessen sehingga
produknya tidak termasuk peraturan perundang-undangan, tetapi pseudowetgeving
(peraturan perundang-undangan semu), sesungguhnya mengambil teori tentang
kebebasan bertindak administrasi negara yang berkaitan dengan asas discretionaire di
dalam tipe negara hukum modern, yang merupakan materi Ilmu Negara. Demikian
pula Ilmu Negara akan semakin dipahami jika menggunakan contoh-contoh di dalam
Ilmu Hukum Administrasi Negara Ketika berbicara tentang sendi-sendi negara.
Selain itu, dapat juga dikatan pelayanan dalam penyelenggaraan pemerintahan,
mulai dari pemerintahan pusat sampai pemerintahan desa. Kemudian, bagaimana alat-
alat pemerintahan atau lembaga negara melaksanakan tugas/fungsi masing-masing
dan wewenangnya sesuai dengan yang diamanatkan konstitusi sekaligus tidak saling
tumpang tindih antara satu dengan yang lain. Diharapkan tugas dari masing-masing
lembaga negara ini dapat mewujudkan tujuan negara. Dengan demikian, administrasi
berfungsi mengamati dan mengontrol dalam proses penyelenggaraan pemerintahan,
mulai dari pemerintahan pusat sampai dengan daerah dan sampai ke pemerintahan
desa. Artinya, apa yang menjadi tujuan dari negara akan tercapai yaitu kesejahteraan
masyarakat.

D. Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu Hukum Tata Negara


Ilmu negara dan Ilmu Hukum Tata Negara mempunyai hubungan yang erat
karena kedua cabang ilmu pengetahuan itu mempunyai objek yang sama, yaitu
negara. Perbedaannya adalah Ilmu negara memandang negara dari sifatnya yang
umum, abstrak, dan universal, sementara Ilmu Hukum Tata Negara memandang
negara dari sifatnya yang khusus, konkret, terbatas pada negara tertentu. Ilmu Hukum
Tata Negara sudah terikat pada tempat, waktu, dan keadaan tertentu, misalnya negara
Indonesia, negara Jepang, dan negara Inggris. Lapangan penyelidikan Ilmu Hukum
Tata Negara adalah negara-negara yang konkret tersebut: susunan dan kedudukan
alat-alat perlengkapannya, tugas dan wewenang alat=alat tersebut serta hubungannya
satu sama lain, dan hubungannya dengan warga negara yang bersangkutan.
Ilmu Negara tidak demikian. Cakupannya pada negara-negara di dunia
umumnya sehingga melahirkan teori-teori yang bersifat umum agar dapat digunakan
di negara mana saja yang memandang teori itu relevan dengan kepribadian bangsa
yang bersangkutan. Dengan demikian, hubungan antara Ilmu Negara dan Ilmu Hukum
Tata Negara dapat saling mempengaruhi dan saling menjelaskan. Untuk memahami
Ilmu Hukum Tata Negara, Ilmu Negara digunakan sebagai batu loncatan tentang
teori-teorinya. Sebalinya, untuk memahami Ilmu Negara, contoh-contoh konkret
dalam Ilmu Hukum tata Negara digunakan untuk menjelaskan.
Ilmu negara memandang negara itu dalam pengertian yang umum (abstrak-
universal-dinamis) yakni meliputi penyelidikan terhadap 3 hal pokok antara lain:
1. Asal nula terjadinya negara
2. Hakikat dan tujuan negara
3. Bentuk-bentuk negara dan pemerintah
Sedangkan hukum tata negara objeknya yakni negara dalam pengertian yang
konkret-khusus-statis, yakni meliputi penyelidikan terhadap hal-hal yang lebih
khusus, antara lain:
1. Pengertian-pengertiannya yang konkret
2. Susunan atau strukturnya
3. Alat-alat perlengkapan atau lembaganya
4. Tugas, wewenang, serta kewajiban dari alat-alat perlengkapan tersebut dan
seterusnya.
5. Sistem pemerintahannya.
Berdasarkan objek tersebut, kedua ilmu pengetahuan ini mempunyai
perbedaanyang nyata, di mana ilmu negara objeknya (negara) dalam keadaan
terlepas dari tempat, keadaan, dan waktu. Artinya belum mempunyai ajektif
tertentu dan bersifat abstrak-umum-universal. Sedangkan hukum tata negara
objeknya (negara) dalam keadaan yang sudah terikat pada tempat, keadaan,
dan waktu. Artinya sudah mempunyai ajektif tertentu, misalnya negara
Republik Indonesia, negara Inggris, negara Jepang, dan lain-lain. Perbedaan
inilah memperjelas keeratan hubungan antara ilmu negara dan tata negara dan
menimbulkan konsekuensi bahwa ilmu negara merupakan pengantar atau
dasar dari hukum tata negara. Dalam pengertian, orang akan sulit mempelajari
hukum tata negara dari suatu negara dengan baik kalua sebelumnya tidak
mempelajari ilmu negara terlebih dahulu. Dengan demikian, pada umumnya
dalam kurikulum pada fakultas hukum, mata kuliah Ilmu Negara terlebih
dahulu disajikan dari pada Hukum Tata Negara.
Hubungan Ilmu Negara dengan Tata Negara dapat dilihat dari dua segi, yaitu:
 Segi sifat, yaitu Hukum Tata Negara merupakan ilmu pengetahuan yang
bersifat praktis, sehingga dapat diterapkan langsung. Sedangkan Ilmu
Negara merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat teoritis sehingga tidak
dapat digunakan secara langsung
 Segi manfaat, yaitu Ilmu Negara mementingkan bagaimana caranya suatu
hukum itu harus dilaksanakan, oleh karena itu ilmu negara lebih
mementingkan negara secara teoritis sedangkan Hukum Tata Negara dan
Hukum Administrasi Negara lebih mementingkansegi prakteknya.
Diantara Ahli yang menyampaikan pendapatnya mengenai hubungan
antara Hukum Tata Negara dengan Ilmu Negara adalah:
 Dasril Radjab menyimpulkan bahwa ilmu negara merupakan ilmu
pengetahuan yang menyelidiki pengertian-pengertian pokok dan sendi-
sendi dasar teoritis yang bersifat umum bagi Hukum Tata Negara. Oleh
karena itu untuk dapat mengerti Hukum Tata Negara harus terlebih dahulu
memiliki pengetahuan secara umum tentang negara (Ilmu Negara).
Dengan memberikan, Ilmu negara dapat memberikan dasar-dasar teoritis
untuk Hukum Tata Negara positif dan Hukum Tata Negara merupakan
penerapan di dalam kenyataan bahan-bahan teoritis dari Ilmu Negara.
 Georg Jellinek, berdasarkan sistematika Jellinek maka jelaslah hubungan
antara Hukum Tata Negara dengan ilmu negara, yaitu keduanya
merupakan bagian dari staatswissenschaft dalam arti luas.
Narasumber ;
Prof. Dr. Ni’matul Huda, S.H., M.Hum. (2010). Ilmu negara
Prof. Dr. Lintje Anna Marpaung, S.H., M.H. (2018). Ilmu Negara
Dr. Max Boli Sabon, S.H., M.Hum. (2009). Ilmu Negara
Dr. Teuku Saiful Bahri Johan (2018). Perkembangan Ilmu Negara Dalam Peradaban
Globalisasi Dunia

Anda mungkin juga menyukai