Ilmu negara berasal dari istilah Bahasa Belanda Staatsleer yang dibedakan atas dua bagian, yaitu
Algemeine Staatsleer (Ilmu Negara Umum) dan Besondere Staatsleer (Ilmu Negara Khusus)
yang memiliki pengertian berbeda.
Ilmu negara umum adalah ilmu negara yang bersifat teoritis, abstrak, dan universal sedangkan
ilmu negara khusus adalah ilmu negara teoritis yang khusus berlaku bagi negara tertentu.
Ilmu negara adalah ilmu yang menyelidiki atau yang membicarakan tentang negara atau sendi-
sendi pokok tentang negara. Dari batasan di atas, objek ilmu negara adalah negara dalam dalam
pengertian yang abstrak, umum, dan universal. Hal ini berarti ilmu negara mempelajari negara
pada umumnya, baik yang ada dalam konsep-konsep pemikiran para ilmuwan maupun negara
yang ada dan yang pernah ada dalam keniscayaan.
a. Mengkaji negara dalam pengertian yang kongkrit, artinya negara yang terikat pada tempat,
waktu, dan keadaan
Misal : Objeknya adalah negara tertentu, seperti Negara Indonesia, Malaysia dll
a. Negara dalam pengertian yang umum abstrak tidak terikat pada tempat, waktu, dan keadaaan
sehingga objeknya adalah negara dalam sifat yang umum universal.
b. Lingkup kajiannya adalah penyelidikan atau pengkajian tentang : asal mula negara; hakikat
negara; bentuk-bentuk negara dan pemerintahan.
Ilmu negara memberikan dasar-dasar teoritis bagi hukum tata negara. Hukum tata negara
merupakan penerapan di dalam kenyataan-kenyataan kongkrit dari bahan-bahan teoritis hasil
pengkajian ilmu negara. Hukum tata negara merupakan ilmu yang bersifat praktis atau ilmu
terapan yang bahan-bahannya, diselidiki, dikumpulkan, dan disediakan oleh Ilmu Negara yang
disebut ilmu murni.
Tugas ilmu perbandingan hukum tata negara adalah melakukan perbandingan artinya
menyelidiki persamaan dan perbedaan serta faktor-faktor penyebab dari sistem hukum tata
negara di berbagai negara. Ilmu negara berfungsi memberikan konstribusi berupa landasan
teoritis tentang negara dengan mendeskripsikan lembaga-lembaga formal antar negara yang
dijadikan objek perbandingan.
Ilmu negara menyelidiki corak-corak dan sifat-sifat negara sebagai genus, juga memberikan
konstribusi teoritis bagi perkembangan Hukum Internasional, begitu pula sebaliknya
perkembangan ilmu negara akan dipengaruhi oleh perkembangan hukum internasional terutama
dalam pengajian mengenai kerjasama antar negara. Jadi secara singkat dapat dikatakan,
hubungan ilmu negara dengan hukum internasional adalah hubungan saling menguntungkan.
Perbedaan ilmu negara dengan ilmu politik terletak pada pusat perhatiannya yang menurut
pandangan beberapa sarjana, meliputi :
a. Ilmu negara merupakan ilmu yang bersifat teoritis, bebas nilai. Artinya tidak mengadakan
penilaian terhadap objek yang diselidiki sedangkan ilmu politik adalah ilmu yang bersifat
praktis, mengadakan kritik dan penilaian terhadap objek yang dipelajari.
b. Ilmu negara memandang negara dalam segi statisnya artinya mempelajari negara dalam
keadaan diam yakni mengadakan penyelidikan terbatas pada kegiatan hanya mendeskripsikan
lembaga-lembaga negara sebagai institusi politik. Sedangkan ilmu politik bersifat dinamis karena
berusaha mengadakan analisis atas peristiwa politik yang berkaitan dengan kekuasaan.
c. Ilmu negara mempelajari negara berdasarkan pada metode atau pendekatan yuridis sedangkan
ilmu politik berdasarkan pendekatan sosio-politik yakni dengan memperhatikan faktor-faktor
sosial atau sosiologis dan faktor kemasyarakatan lainnya.
Menurut konsepsi ilmu politik modern, ilmu politik tidak dapat melepaskan diri dari aspek-aspek
yuridis yaitu harus memperhatikan lembaga-lembaga negara secara yuridis formal yang menjadi
fokus kajian ilmu negara. Masalah-masalah pokok yang menjadi pembahasan ilmu politik
terutama berpusat pada fenomena kekuasaan, khususnya yang mengenai organisasi negara
ataupun yang mempengaruhi pelaksanaan tugas-tugas negara. Oleh karena itu dapat dikatakan
hubungan antara ilmu negara dengan ilmu politik terjalin hubungan saling melengkapi dalam
pendalaman dan pengembangan ilmu masing-masing.
G. Jellinek sebagai Bapak Ilmu Negara dalam bukunya yang berjudul Algemeine Staatlehre
membagi dalam dua bagian yaitu :
Sifat ilmu kenegaraan ini deskriptif, yaitu kajiannya hanya mendeskripsikan atau
menggambarkan dan menceritakan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam berhubungan dengan
negara.
Ilmu kenegaraan ini dapat dikatakan melanjutkan kajian terhadap bahan-bahan yang
dikumpulkan dan diidentifikasi oleh Beschreibende Staatswissenscahft dengan mengadakan
analisis dan memilah mana yang merupakan ciri-ciri khusus.
1) Algemeine Staatleer
Membahas mengenai :
b) Algemeine Staatsrechtsleer
Membahas mengenai :
i. Teori Kedaulatan
v. Teori Konstitusi
2) Besondere Staatleer
a) Individuelle Staatsleer
Menyelidiki negara tertentu secara kongkrit, kemudian dari negara tertentu ini yang dipelajari
adalah lembaga-lembaga kenegaraannya.
b) Spezielle Staatsleer
Menyelidiki negara dalam pengertian umum dan kemudian yang dipelajari adalah lembaga
kenegaraan yang khusus seperti mempelajari badan legislatifnya saja.
Sifat ilmu negara ini dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan yang menerapkan teori-teori
kenegaraan dalam pelajaran-pelajaran yang berguna praktek
2. Rechtswidsenschaft (Ilmu Hukum) seperti Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi Negara,
dan Hukum Tata Pemerintahan.
Perkembangan ilmu negara di Eropa continental melahirkan dua aliran besar yaitu aliran
normatif-yuridis dan aliran empiris-genetis. Aliran normatif-yuridis, melihat fenomena negara
dari sudut pandang hukum sedangkan aliran empiris-genetis melihat negara dari sudut pandang
realita dalam pengalaman yang dapat diamati oleh panca indera. Karena itu kedua aliran ini
dalam mempelajari dan mengembangkan ilmu negara metodenya berbeda-beda.
1. Metode Deduksi
Cara kerja apriori, beranjak dari pemikiran umum sampai pada kesimpulan khusus dengan
menggunakan ketentuan-ketentuan dasar dan kaidah-kaidah atau norma-norma umum untuk
memperoleh keterangan-keterangan bagi fenomena yang beraneka ragam tentang negara. Metode
ini digunakan oleh Plato dalam menyusun suatu konsepsi mengenai negara ideal yang
dikemukakan dalam bukunya The Republic.
2. Metode Filosofis
Dalam proses penyelidikannya meninjau serta membahas negara secara abstrak-ideal dan
transcendental atau bersifat metafisika atau melampaui dunia nyata. Metode filosofis ini
berpangkal pada pemikiran deduktif-spekulatif transcendental.
3. Metode Sistematis
Penyelidikannya menggunakan bahan-bahan yang sudah dihimpun oleh ilmuwan lain kemudian
terhadap bahan tersebut dilakukan deskripsi, penguraian, dan evaluasi terhadap fenomena
negara. Berdasarkan langkah tersebut, dilakukan klasifikasi ke dalam penggolongan secara
sistematik.
4. Metode Hukum
Suatu metode yang dalam penyelidikannya menggunakan pendekatan yuridis atau semata-mata
melihat fenomena negara dari sudut pandang hukum sehingga faktor-faktor non hukum
dikesampingkan.
1. Metode historis-perbandingan
Suatu metode gabungan secara historis, penyelidikan dilakukan dengan analisis terhadap
kenyataan-kenyataan sejarah yaitu dicermati pertumbuhan dan perkembangan fenomena negara,
sebab-akibatnya sebagaimana terwujud dalam sejarah. Kemudian dilakukan perbandingan
fenomena negara di dunia dengan memanfaatkan ilmu-ilmu lain seperti ekonomi, sosiologi,
politik, dan kebudayaan.
2. Metode dialektika
Digunakan filsuf Yunani Socrates dengan tanya jawab atau dialogis sebagai suatu upaya untuk
mendapatkan pengetahuan dan kebenaran.
3. Metode fungsional
Dalam penyelidikan meninjau fenomena negara di dunia tidak lepas satu dnegan lainnya
sehingga dapat dikatakan terdapat hubungan interdependansi.
4. Metode Sinkretis
Digunakan oleh G Jellinek menyelidiki fenomena negara dari dua sudut pandang yaitu dari aspek
sosial khususnya sosiologi dan aspek yuridis. Dengan demikian metode ini melakukan
penyelidikan terhadap negara melalui cara kerja menggabungkan faktor hukum dan non hukum.
E. Definisi Negara
Asosiasi yang menyelenggarakan ketertiban masyarakat daam suatu wilayah berdasarkan sistem
hukum dan untuk melaksanakan hal tersebut, ia diberi kekuasaan untuk memaksa.
2. Menurut Belefroid
Negara adalah suatu persekutuan hukum yang mempunyai suatu wilayah dan dilengkapi dengan
kekuasaan tertinggi untuk menyelenggarakan kemakmuran rakyat sebesar-besarnya.
3. Menurut Logemann
Negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang dengan kekuasaannya mengatur masyarakat.