Anda di halaman 1dari 9

NAMA : REZA PRATAMA KONIO

NIM : 1011420183

KELAS/SEMESTER : C/4

TUGAS HUKUM PERTAMBANGAN

“MENGANALISIS PASAL TENTANG PERTAMBANGAN RAKYAT DALAM UU


NO. 3 TAHUN 2020 DENGAN UU NO. 4 TAHUN 2009”

A. ANALISIS PASAL TENTANG PERTAMBANGAN RAKYAT


Pasal tentang Pertambangan Rakyat pada UU No. 3 Tahun 2020

UU No. 3 Tahun 2020 Analisis


Pasal 22 Pada pasal 22 huruf b dan d berubah dari
Wilayah dalam WP yang dapat ditentukan pasal 22 uu no. 4 tahun 2009 dimana
sebagai WPR harus memenuhi kriteria: kedalaman yang bertmbahh hingga 100
a. Mempunyai Cadangan Mineral Meter dan luas maksimal WPR yang
Sekunder Yang Terdapat Di Sungai Dan/Atau bertambah menjadi 100 hektare
Di Antara Tepi Dan Tepi Sungai; Pada Pasal 22 huruf f Wilayah dalam WP
b. Mempunyai Cadangan Primer yang dapat ditentukan sebagai WPR harus
Mineral Logam Dengan Kedalaman memenuhi kriteria: pemanfaatan ruang dan
Maksimal 100 (Seratus) Meter; kawasan untuk kegiatan usaha
c. Endapan Teras, Dataran Banjir, Dan pertambangan sesuai dengan ketentuan
Endapan Sungai Purba; peraturan perundang-undangan dimana
d. Luas Maksimal WPR Adalah 100 menjadi aspek koordinasi antara lembaga
(Seratus) Hektare; tata ruang.
e. Menyebutkan Jenis Komoditas Yang
Akan Ditambang; Dan/Atau
f. Memenuhi Kriteria Pemanfaatan
Ruang Dan Kawasan Untuk Kegiatan Usaha
Pertambangan Sesuai Dengan Ketentuan
Peraturan Perundang-Undangan.
Pasal22A Pasal ini ditambahkan yang kemudian
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerahmemuat isi tentang Pemerintah pusat dan
menjamin tidak ada perubahan pemanfaatanPemerintah Daerah yang kemudian
ruang dan kawasan pada WPR yang telah menjamin tidak akan terjadi perubahan
ditetapkan. pemanfaatan ruang dan kawasan pada WPR
yang telah ditetapkan.
Pasal 66 Dalam pasal ini mengatur tentang
Kegiatan Pertambangan rakyat sebagaimana pengelompkkan kegiatan pertambangan
dimaksud dalam Pasal 20 dikelompokkan rakyat yang kemudian terbagi atas 3
sebagai berikut: kelompok yaitu :
a. Pertambangan Mineral logam; d. Pertambangan Mineral logam;
b. Pertambangan Mineral bukan logam; e. Pertambangan Mineral bukan logam;
atau atau
c. Pertambangan batuan. f. Pertambangan batuan.
Dimana pada uu sebelum revisi ada 4
kelompok yang kemudian di kurangi
menjadi 3 kelompok saja.
Pasal 67 Pada pasal 67 ini mengalami banyak
(1) IPR diberikan oleh Menteri kepada: a. kekurangan menurut saya dikarenakan
orang perseorangan yang merupakan kewenangan yang sebelumnya di berikan
penduduk setempat; atau b. koperasi yang kepada pemerintah daerah kemudian padal
anggotanya merupakan penduduk setempat. uu no 3 tahun 2020 ini diganti
(2) Untuk memperoleh IPR sebagaimana kewenangannya kepada menteri.
dimaksud pada ayat (1), pemohon harus
menyampaikan permohonan kepada Menteri.

Pasal 68 Pada Ayat (2) IPR diberikan untuk jangka


(1) Luas wilayah untuk 1 (satu) IPR yang waktu paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
dapat diberikan kepada: dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing-
a. orang perseorangan paling luas 5 masing 5 (lima) tahun. Yang artinya Total
(lima) hektare; atau jangka waktu 20 tahun
b. koperasi paling luas 10 (sepuluh)
hektare.
(2) IPR diberikan untuk jangka waktu
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan dapat
diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 5
(lima) tahun

Pasal 70 Dari pasal 70 ini dapat dianalisis bahwa


Pemegang IPR wajib: seluruh konsep di pasal 70 menjadi
a. melakukan kegiatan Penambangan kewenangan Pemerintah Pusat
paling lambat 3 (tiga) bulan setelah IPR
diterbitkan;
b. mematuhi peraturan perundang-
undangan di bidang keselamatan
Pertambangan, pengelolaan lingkungan, dan
memenuhi standar yang berlaku;
c. mengelola lingkungan hidup bersama
Menteri;
d. membayar iuran Pertambangan
rakyat; dan
e. menyampaikan laporan pelaksanaan
kegiatan Usaha Pertambangan rakyat secara
berkala kepada Menteri.

Pasal 70A Artinya dalam pasal ini ditemukan Adanya


Pemegang IPR dilarang memindahtangankan kepastian hukum pada isi pasal ini
IPR kepada pihak lain.
Pasal 72 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan dan syarat pemberian IPR diatur dengan atau
syarat pemberian IPR diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
berdasarkan Peraturan Pemerintah

Pasal 73 Lagi kewenagan diberikan ke pusat dalam


(1) Menteri melaksanakan pembinaan di hal ini adalah menteri, artinya dalam pasal
bidang pengusahaan, teknologi ini diubah kewangan yang sebelumnya
Pertambangan, serta permodalan dan kewenangan diberikan kepada pemerintah
pemasaran dalam usaha meningkatkan kabupaten dan kota diubah menjadi
kemampuan IPR. kewenagan pusat.
Menteri bertanggung jawab terhadap
(2) pelaksanaan kaidah teknis pada IPR
yang meliputi:
a. keselamatan Pertambangan; dan
b. pengelolaan lingkungan hidup
termasuk Reklamasi dan Pascatambang.

Pasal tentang Pertambangan Rakyat pada UU No. 4 Tahun 2009

UU No. 4 Tahun 2009 Analisis


Pasal 20 Pada pasal 20 ini hanya menejelaskan
Kegiatan pertambangan rakyat dilaksanakan terkait dengan kegiatan pertambangan
dalam suatu WPR. rakyat yang dilaksanakan dalam wilayah
pertambangan rakyat

Pasal 21 Pada pasal 21 ini WPR ditetapkan oleh


WPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 Bupati atau walikota yang dimana
ditetapkan oleh bupati/walikota setelah sebelumnya telah berkonsultasi dengan
berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat DPRD Kabupaten/kota tersebut.
Daerah kabupaten/kota.

Pasal 22 Pada pasal 22 huruf b dan d


Kriteria untuk menetapkan WPR adalah sebagai menjelaskan terkait dengan maksimal
berikut: kedalaman dan luas wilayah dimana
a. mempunyai cadangan mineral sekunder masing-masing 25 meter dan 25 hektare.
yang terdapat di sungai dan/atau di antara tepi Pada huruf f juga di jelaskan bahwa
dan tepi sungai; yang merupakan tempat kegiatan
b. mempunyai cadangan primer logam atau tambang rakyat harus dikerjakan
batubara dengan kedalaman maksimal 25 (dua sekurang-kurangnya 15 tahun.
puluh lima) meter;
c. endapan teras, dataran banjir, dan
endapan sungai purba;
d. luas maksimal wilayah pertambangan
rakyat adalah 25 (dua puluh lima) hektare;
e. menyebutkan jenis komoditas yang akan
ditambang; dan/atau
f. merupakan wilayah atau tempat kegiatan
tambang rakyat yang sudah dikerjakan
sekurang-kurangnya 15 (lima belas) tahun.

Pasal 23 ini wewenang kembali


Pasal 23 diberikan kepada pemerintah daerah
Dalam menetapkan WPR sebagaimana untuk mengumumkan terkait dengan
dimaksud dalam Pasal 21, bupati/walikota rencana WPR kepada masyarakat
berkewajiban melakukan pengumuman
mengenai rencana WPR kepada masyarakat
secara terbuka.
Pasal 24 menjelaskan apabila tempat
Pasal 24 tambang rakyat yang sudah dikerjakan
Wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat akan tetapi belum ditetapkan sebagai
yang sudah dikerjakan tetapi belum ditetapkan WPR maka akan diprioritaskan untuk
sebagai WPR diprioritaskan untuk ditetapkan menjadi WPR
sebagai WPR.
Pasal 25 menegaskan kembali terkait
Pasal 25 dengan ketentuan,pedoman,prosedur
Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman, WPR yang telah ditetapkan sebelumnya
prosedur, dan penetapan WPR sebagaimana dalam pasal 21 dan 23 yang kemudian
dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 23 diatur diatur dalam peraturan pemerintah.
dengan peraturan pemerintah.
Pada pasal 26 menegaskan kembali
Pasal 26 terkait dengan kriteria dan mekanisme
Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan penetapan WPR yang seblumnya telah
mekanisme penetapan WPR, sebagaimana diatur dalam pasal 22 dan pasal 23 yang
dimaksud dalam Pasal 22 dan Pasal 23 diatur kemudian diatur dalam peraturan daerah
dengan peraturan daerah kabupaten/kota. kabupaten/kota

Pasal 66 Pasal 66 mengatur tentang


Kegiatan pertambangan rakyat sebagaimana pengelompokkan kegiatan
dimaksud dalam Pasal 20 dikelompokkan pertambangan rakyat yaitu
sebagai berikut: dikolompokkan menjadi 4 kelompok.
a. pertambangan mineral logam;
b. pertambangan mineral bukan logam;
c. pertambangan batuan; dan/atau
d. pertambangan batubara. Pada pasal 67 ini mengatur tentang
wewenang pemerintah daerah untuk
Pasal 67 memberikan IPR kepada masyarakat
(1) Bupati/walikota memberikan IPR dan juga wewenang lainnya yang
terutama kepada penduduk setempat, baik berkaitan dengan IPR
perseorangan maupun kelompok masyarakat
dan/atau koperasi.
(2) Bupati/walikota dapat melimpahkan
kewenangan pelaksanaan pemberian IPR
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada
camat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Untuk memperoleh IPR sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), pemohon wajib
menyampaikan surat permohonan kepada
bupati/walikota.
Pada pasal 68 ini mengatur tentang luas
wilayah IPR yang diberikan kepada
Pasal 68 setiap masyarakat,perseoranga,
(1) Luas wilayah untuk 1 (satu) IPR yang kelompok masyarakat dan koperasi dan
dapat diberikan kepada: juga dengan jangka waktu 5 tahun yang
a. perseorangan paling banyak 1 (satu)
hektare; dapat diperpanjang.
b. kelompok masyarakat paling banyak 5
(lima) hektare; dan/atau
c. koperasi paling banyak 10 (sepuluh)
hektare.
(2) IPR diberikan untuk jangka waktu
paling lama 5 (lima) tahun dan dapat
Pasal 69 ini mengatur tentang hak hak
diperpanjang.
yang didapatkan oleh pemegang IPR,
Pasal 69
contohnya yaitu mendapatkan bantuan
Pemegang IPR berhak:
mendapat pembinaan dan pengawasan di modal sesuai dengan ketentuan
a.
bidang keselamatan dan kesehatan kerja, peraturan perundang undangan.
lingkungan, teknis pertambangan, dan
manajemen dari Pemerintah dan/atau
pemerintah daerah; dan
b. mendapat bantuan modal sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 70 mengatur tentang kewajiban
bagi para pemegang IPR yaitu salah
Pasal 70 satunya melakukan kegiatan
Pemegang IPR wajib: penambangan paling lambat 3 bulan
a. melakukan kegiatan penambangan setelah IPR diterbitkan.
paling lambat 3 (tiga) bulan setelah IPR
diterbitkan;
b. mematuhi peraturan perundang-
undangan di bidang keselamatan dan kesehatan
kerja pertambangan, pengelolaan lingkungan,
dan memenuhi standar yang berlaku;
c. mengelola lingkungan hidup bersama
pemerintah daerah; d. membayar iuran tetap dan
iuran produksi; dan
d. menyampaikan laporan pelaksanaan
Pasal 71 menegaskan kembali terkait
kegiatan usaha pertambangan rakyat secara
dengan kewajiban pemegang IPR
berkala kepada pemberi IPR
sebagaimana dalam pasal 66 dan juga
Pasal 71 tentang ketentuang mengenai teknis
(1) Selain kewajiban sebagaimana pertambangan syang telah diatur dalam
dimaksud dalam Pasal 70, pemegang IPR dalam ayat 1 daan diatur dengan peraturan
melakukan kegiatan pertambangan rakyat pemerintah.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 wajib
menaati ketentuan persyaratan teknis
pertambangan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai
persyaratan teknis pertambangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Pasal 72 mengatur tentang ketentuan
pemerintah. mengenai tata cara pemberian IPR yang
kemudian diatur dengan peraturan
Pasal 72 daerah kabupaten/kota.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pemberian IPR diatur dengan peraturan daerah Pasal 73 mengatur tentang wewenang
kabupaten/kota. dan kewajiban serta tanggung jawab
pemerintah daerah terhadap usaha
Pasal 73 pertambangan rakyat.
(1) Pemerintah kabupaten/kota
melaksanakan pembinaan di bidang
pengusahaan, teknologi pertambangan, serta
permodalan dan pemasaran dalam usaha
meningkatkan kemampuan usaha pertambangan
rakyat.
(2) Pemerintah kabupaten/kota bertanggung
jawab terhadap pengamanan teknis pada usaha
pertambangan rakyat yang meliputi:
a. keselamatan dan kesehatan kerja;
b. pengelolaan lingkungan hidup; dan
c. pascatambang.
(3) Untuk melaksanakan pengamanan teknis
sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
pemerintah kabupaten/kota wajib mengangkat
pejabat fungsional inspektur tambang sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
(4) Pemerintah kabupaten/kota wajib
mencatat hasil produksi dari seluruh kegiatan
usaha pertambangan rakyat yang berada dalam
wilayahnya dan melaporkannya secara berkala
kepada Menteri dan gubernur setempat.

B. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SETIAP PASAL

Kelebihan dan Kekurangan pasal dalam UU Kelebihan dan Kekurangan pasal dalam UU
No.3 Tahun 2020 No.4 Tahun 2009
Kekurangan Kekurangan
 Kewenangan dalam menetapkan WPR oleh  Persyaratan WPR yang ketat menjadi
bupati/walikota telah ditiadakan. Hal ini masalah krusial, karena sulit
saja dapat menimbulkan ketidakpastian diimplementasikan. Semua ini
hukum bagi pertambangan rakyat. Karena dikhawatirkan dapat menimbulkan persepsi
tidak ada kejelasan pihak mana yang adanya diskriminasi terhadap “rakyat”, atau
berwenang menetapkan WPR yang telah masyarakat ekonomi lemah, yang notabene
memenuhi syarat dan kriteria sesuai cukup banyak populasinya, miskin, minim
ketentuan yang berlaku. pendidikan, tidak memiliki akses terhadap
 prasyarat yang dimintakan semakin sumber daya ekonomi, dan seringkali
mempersulit dalam hal menetapkan WPR. termarginalkan. Di sini memang ada
Sebelumnya Pasal 22 hanya kedalaman dilema, sebab persyaratan ketat akan
maksimal 25 meter cadangan primer logam menimbulkan perlawanan dalam berbagai
atau batu bara, kemudian dirubah menjadi bentuk, antara lain menjadi pelaku
100 meter. Sudah barang tentu ini Pertambangan Tanpa Izin (PETI), tetapi
menyulitkan masyarakat kecil dengan persyaratan yang longgar dapat berdampak
segala keterbatasannya untuk mengetahui buruk terhadap lingkungan. Untuk itu
sebaran luas kedalaman 100 meter diperlukan perubahan atas persyaratan
cadangan logam tersebut. tersebut, agar masyarakat kecil dapat
 Masih di Pasal yang sama, untuk ditetapkan menambang melalui pola WPR.
wilayah pertambangan rakyat diperlukan Kelebihan
luas wilayah maksimal 100 hektar yang  Dalam sistem pemerintahan sekarang,
sebelumnya hanya diperlukan 25 hektar. filosofi pengelolaan pertambangan minerba
Bagaimana mungkin masyarakat kecil dapat diatur dalam pola kepemilikan dan
memenuhi luas cakupan wilayah sebegitu penguasaan (mineral right),
besar, meskipun kelonggaran luas wilayah penyelenggaraan penguasaan
merupakan batas maksimal yang dapat pertambangan (mining right), serta hak
ditetapkan adalah 100 hektar dikuatirkan pengusahaan (economic right) (Gatot,
timbul penyimpangan secara teknis 2009). Atas dasar pertimbangan di atas,
dilapangan. maka kewenangan pemprov cq. distamben
 Ditambah lagi, dalam aturan yang baru provinsi tidak dapat diubah. Namun setelah
bahwa wilayah atau tempat kegiatan pemberlakuan UU No.32/2004,
tambang rakyat yang sudah dikerjakan kewenangan mereka mengalami
sekurang-kurangnya 15 tahun telah “perbaikan” dengan dilibatkan dalam
ditiadakan menjadi syarat penetapan WPR. penyusunan setiap peraturan daerah (perda)
Hanya WPR yang diusulkan harus di pemkab/pemkot, sehingga berperan
memenuhi kriteria pemanfaatan ruang dan cukup besar dalam menentukan arah
kawasan untuk kegiatan usaha kebijakan, termasuk kebijakan di bidang
pertambangan. pertambangan minerba.
 Rakyat sebagai penambang akan semakin
terhimpit ketika mereka harus mengajukan
permohonan izin pertambangan rakyat
(IPR) kepada menteri. Dengan lahirnya UU
baru maka yang dapat mengajukan
permohonan IPR hanya orang perorangan
dan anggota koperasi yang berasal dari
penduduk setempat. Padahal di UU
terdahulu kelompok masyarakat dapat
mengajukan permohonan yang saat ini hak
tersebut telah dihapuskan.
 aspek perizinan menjadi terpusat
sentralistik di kementerian. Bagi
penambang rakyat kecil dimana akses
modal dan pengetahuan mereka yang minim
akan menyulitkan partisipasi masyarakat
untuk menambang di area lokasi dimana
tempat ia tinggal.
 Pemegang izin pertambangan rakyat
dihadapkan dengan Pasal 70A yaitu Pasal
baru yang disisipkan agar setiap pemegang
IPR tidak melakukan memindahtangankan
IPR kepada pihak lain. Jika hal ini
dilakukan, penambang rakyat akan
berhadapan dengan konsekuensi pengenaan
sanksi hukum. Sejak tahun 1998
pertambangan rakyat logam timah di pulau
Bangka telah dilakukan. Sebelumnya rakyat
tidak diperbolehkan menambang.
Masyarakat sebagai penambang rakyat
disebut sebagai Tambang Inkonvensional
(TI). Tambang rakyat TI di Bangka
Belitung secara kuantitas cukup banyak.
Dengan menggunakan peralatan seadanya
dengan modal yang kecil masyarakat sudah
bisa menambang.
 Dari aspek perizinan, pengawasan,
pembinaan, penindakan, pengelolaan
lingkungan pasca tambang (reklamasi),
hingga jaminan keselamatan dan kesehatan
penambang semua itu menjadi kewenangan
pemerintah pusat. Hal ini tentu menjadi
ironi, bagaimana bisa pemerintah pusat
dapat mengatur semua itu ditengah
masyarakat penambang kita yang
kehidupannya sangat plural dari satu daerah
dengan daerah lainnya memiliki perbedaan
corak budaya.
 Perizinan tambang rakyat tidak lagi
diberikan oleh kepala daerah, melainkan
permohonan diajukan kepada menteri
terkait. Hal ini akan membuat semakin sulit
masyarakat kecil untuk mengajukan
perizinan.
KELEBIHAN
 Jangka waktu yang diberikan izin
pertambangan rakyat (IPR) tidak lagi
sebatas paling lama 5 tahun, melainkan
jangka waktu izinnya 10 tahun dan dapat
diperpanjang dua kali masing- masing 5
tahun. Dengan demikian, luas wilayah izin
IPR yang diberikan semakin luas dalam
jangka waktu yang cukup lama

C. KESIMPULAN
Terbitnya UU No.3 Tahun 2020 Tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara
membuat kewenangan perizinan pemerintah daerah telah diamputasi dan sepenuhnya diambil
alih oleh pemerintah pusat. Hak penguasaan mineral dan batu bara hingga kewenangan
pengelolaan pertambangan menjadi kewenangan pemerintah pusat Eksistensi pertambangan
rakyat menjadi tidak jelas pasca permberlakuan UU Minerba No.3 tahun 2020. Kewenangan
dalam menetapkan WPR oleh bupati/walikota telah ditiadakan. Dalam UU Minerba yang
baru WPR tidak terkonsolidasi secara hukum. Maksudnya Wilayah Pertambangan ditetapkan
oleh Pemerintah Pusat setelah ditentukan oleh Pemerintah Daerah Provinsi sesuai dengan
kewenangannya setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Dengan demikian, sebelumnya Pemerintah Provinsi memiliki kewenangan
menetapkan WPR berubah menjadi hanya memiliki fungsi menentukan dan mengusulkan
pemetaan WPR kepada Pemerintah Pusat setelah dilakukan konsultasi dengan DPR.
Beberapa peran strategis pemerintah daerah termuat dalam Pasal 7 dan Pasal 8 UU Minerba
No.4 Tahun 2009 telah dihapus atau dicabut oleh pemerintah pusat. Saat ini, pemerintah
daerah hanya menjadi perpanjangan tangan pemerintah pusat dalam hal pendelegasian atau
pelimpahan kewenangan perizinan sebagaimana diatur dalam Pasal 35 ayat 4 UU Minerba
No.3 Tahun 2020. Dari aspek perizinan, pengawasan, pembinaan, penindakan, pengelolaan
lingkungan pasca tambang (reklamasi), hingga jaminan keselamatan dan kesehatan
penambang semua itu menjadi kewenangan pemerintah pusat. Pemda hanya difungsikan
sebagai alat koordinasi pemerintah pusat.
Dari hasil pembahasan di atas maka disimpulkan bahwa UU Minerba yang baru yakni
UU no. 3 Tahun 2020 sangat merugikan rakyat dibandingkan dengan UU Minerba yang
sebelumnya yaitu UU No. 4 Tahun 2009 yang terlihat dari awal bahwa perumusan dari UU
Minerba yang baru juga terkesan terburu-buru

Anda mungkin juga menyukai