Anda di halaman 1dari 2

Nama : Sulistyo Wati

Nim : 205060400111015
MUDARAT UU OMNIBUS LAW DAN UU PERTAMBANGAN MINERBA
Kerugian yang dapat dialami buruh dan perempuan dalam UU Omnibus Law yaitu:
1. Waktu kerja dan lembur lebih panjang
Pasal 79 UU Ciptaker ayat 1b bahwa istirahat mingguan 1 hari untuk 6 hari
kerja. Waktu lembur diperpanjang UU Ketenagakerjaan 32/2003 pasal 78.
2. Waktu libur dikurangi
UU Tenaga kerja disebutkan istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam)
hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1
(satu) minggu.
3. Upah minimum hilang
Pasal 88 UU Ciptaker menghapus ketentuan rinci mengenai perhitungan upah
yaitu tidak ada lagi ketentuan upah minimum.
4. Perhitungan upah berubah
Upah dihitung berdasarkan satuan waktu dan satuan hasil (produktivitas) yang
terdapat dalam pasal 88B.
5. Upah Cuti Haid dan Melahirkan akan hilang
Ketentuan UU Cipta Kerja memang tidak menghilangkan pasal dalam UU No
13 tahun 2003 mengenai cuti haid dan cuti melahirkan. Akan tetapi, substansi tentang
upah per jam menghilangkan esensi dari cuti haid dan cuti melahirkan.
6. Cuti panjang hilang
Pasal 79 UU Ciptaker ayat 5 juga menghilangkan hak istirahat panjang (cuti
panjang) bagi pekerja.
7. PHK sepihak dipermudah
Pasal 154A UU Ciptaker yaitu PHK dapat dilakukan dengan alasan
perusahaan melakukan penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan
perusahaan; efisiensi; tutup karena rugi, force majeur, menunda utang, dan pailit.
8. Jumlah pesangon dikurangi
UU Ciptaker pasal 156 mengurangi jumlah pesangon jika pekerja di-PHK
karena menghapus uang penggantian hak.
Kerugian UU Pertambangan Minerba

UU No. 3 Tahun 2020 tentang Minerba. Memiliki 3 masalah utama : Meningkatkan peluang
korupsi, berkurangnya penerimaan negara, tidak adanya hak veto rakyat

1. Pasal 1 ayat (13 A) (SIPB), yakni izin yang diberikan untuk melaksanakan
kegiatan usaha pertambangan batuan jenis atau untuk keperluan tertentu.
2. Pasal 1 ayat 28 A Wilayah Hukum Pertambangan adalah seluruh ruang darat,
ruang laut, termasuk ruang dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah yakni
kepulauan Indonesia, tanah di bawah perairan, dan landas kontinen.
3. Pasal 4 Mengubah kewenangan pemberian izin pertambangan oleh
pemerintah daerah ke pemerintah pusat.
4. Pasal 22 huruf a dan d tentang kriteria menetapkan WPR telah membuka
ruang bagi penambangan di sungai dengan luas maksimal 100 hektar, setelah
mengubah luas maksimal sebelumnya 25 hektar
5. Pasal 42 dan Pasal 42 A Pasal ini dianggap mempermudah pengusaha
pertambangan mineral dan batu bara dalam menguasai lahan dalam jangka
waktu yang lebih lama untuk keperluan eksplorasi.
6. Pasal 45 Mengatur jika terdapat mineral lain yang tergali dalam satu masa
eksplorasi, maka tak akan terkena royalti.
7. Pasal 83 IUPK Operasi Produksi Batubara yang terintegrasi dengan kegiatan
pengembangan dan/atau pemanfaatan batu bara diberikan jangka waktu
selama 30 tahun dan dijamin memperoleh perpanjangan selama 10 tahun.
8. Dihapusnya Pasal 83 ayat 2 dan 4 UU Minerba Lama UU baru, disebutkan
luas 1 WIUPK untuk tahap kegiatan Eksplorasi Pertambangan Mineral logam
diberikan paling luas 100.000 (seratus ribu hektare) dan luas 1 WIUPK untuk
tahap kegiatan Eksplorasi Pertambangan Batubara diberikan paling luas
50.000 (lima puluh ribu hektare).
9. Pasal 162 dan 164 Adapun Pasal 164 mengatur soal sanksi tambahan bagi
orang yang dimaksud dalam Pasal 162. Sanksi tambahan itu berupa
perampasan barang yang digunakan dalam melakukan tindak pidana,
perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana, dan/atau
kewajiban membayar biaya yang timbul akibat tindak pidana.
10. Pasal 169 A yang mengatur perpanjangan izin tanpa lelang.

Anda mungkin juga menyukai