NIM : D1101181015
UAS : Hukum Pertambangan
Dosen : Yoga Herlambang, S.T, M.T
Penyelesaian
1. UU No.11 Tahun 2020 :
Undang-Undang Cipta Kerja atau Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja (disingkat UU Ciptaker atau UU CK) adalah undang-undang di Indonesia yang telah
disahkan pada tanggal 5 Oktober 2020 oleh DPR RI dan diundangkan pada 2 November
2020 dengan tujuan untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan investasi asing
dan dalam negeri dengan mengurangi persyaratan peraturan untuk izin usaha dan
pembebasan tanah. Karena memiliki panjang 1.187 halaman dan mencakup banyak sektor,
UU ini juga disebut sebagai undang-undang sapu jagat atau omnibus law.
UU No.3 Tahun 2020 :
Undang-Undang No. 3 Tahun 2020 tentang Perubahan UU No. 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara. UU Minerba yang baru (UU No. 3/2020) sangat
dinantikan oleh pelaku usaha dan disambut secara positif karena memberikan kepastian
hukum dan kepastian investasi baik bagi pemegang IUP, IUPK serta KK dan PKP2B.
Hubungan antara UU No.11 tahun 2020 dan UU No.3 Tahun 2020 :
Dengan terbitnya UU No. 11/2020 dan UU No. 3/2020, bagi industri pertambangan ada
secercah harapan ditengah kondisi Pandemi Covid-19 yang dampaknya sangat signifikan
dan kemungkinan masih akan berkepenjangan.
Meskipun UU Minerba baru banyak mengatur ketentuan yang positif bagi pelaku usaha,
namun penetapan sanksi pidana dan denda yang lebih berat perlu menjadi perhatian khusus
bagi pemegang izin. Adanya sanksi pidana penjara maksimal 5 tahun dan/atau denda uang
sampai Rp. 100 miliar tentu diharapkan mendorong kepatuhan dari pelaku usaha terhadap
peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu, penyusunan rancangan peraturan
pelaksanaan (RPP) yang sedang disusun oleh pemerintah perlu mendapat perhatian penting
dari seluruh pelaku usaha. Jika UU dan peraturan pelaksanaannya nanti positif
mengakomodir best practices dan concern dari pelaku usaha serta bisa sinkron dengan
peraturan sektoral lainnya, diyakini UU Minerba yang baru dapat membawa industri
pertambangan ke arah yang lebih baik. Paling tidak, dalam jangka pendek bisa mendorong
kegiatan usaha pertambangan lebih maksimal ditengah pelemahan demand akibat Pandemi
Covid-19.
2. Kepmen ESDM no 1827 – Setelah mengeluarkan Permen ESDM no 26 tahun 2018 tentang
Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik dan Pengawasan Mineral dan Batubara dan
mencabut beberapa regulasi sebelumnya. Pemerintah Indonesia melalui Kementrian ESDM
mengeluarkan pedoman pelaksanaannya, salah satunya adalah dengan dikeluarkannya
KepMen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik
Pertambangan Yang Baik.
Ruang lingkup pada pedoman ini terdiri atas eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, dan
pengujian alat pertambangan (commisioning), pemanfaatan teknologi, kemampuan rekayasa,
rancang bangun, pengembangan, dan penerapan teknologi pertambangan, pemasangan tanda
batas, penambangan, pengolahan dan/atau pemurnian, pengangkutan, dan pengelolaan teknis
pascatambang.
Pedoman pelaksanaan kaidah teknik pertambangan yang baik yang terdiri atas:
3. Kepala Teknik Tambang yang selanjutnya disingkat KTT adalah sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 26 Tahun 2018 tentang
Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik dan Pengawasan Pertambangan Mineral Dan
Batubara.
4. a. Masyarakat yang terkena dampak negatif langsung dari kegiatan Usaha Pertambangan
berhak:
➢ memperoleh ganti rugi yang layak akibat kesalahan dalam pengusahaan kegiatan
Pertambangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan
➢ mengajukan gugatan melalui pengadilan terhadap kerugian akibat pengusahaan
Pertambangan yang menyalahi ketentuan.
➢ Menteri berhak memberikan sanksi administratif kepada pemegang IUP, IUPK,
IPR, SIPB, atau IUP untuk Penjualan atas pelanggaran ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 36A, Pasal 41, Pasal 52 ayat (4ll, Pasal 55 ayat (4)., Pasal
58
➢ peringatan tertulis
➢ denda
➢ penghentian sementara sebagian atau seluruh kegiatan Eksplorasi atau Operasi
Produksi
➢ pencabutan IUP, IUPK, IPR, SIPB, atau IUP untuk Penjualan.
c. Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, besaran denda, tata cara, dan mekanisme pengenaan
sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 diatur dengan Peraturan
Pemerintah: