Anda di halaman 1dari 16

REGULASI K3 DI

BIDANG MINING
(PERTAMBANGAN)
KELOMPOK 2
KELOMPOK 2

1. RAJA AKMAL HIDAYATULLAH


2. FHARADYA NINGDIAS AYU
3. HAFIDZ ZHIDANE
4. MUHAMAD ANDRIAN
5. NURLAILATUL FAUZIAH
6. THAHNIA FASRIATI RAFI’AH
INDUSTRI PERTAMBANGAN
Pertambangan memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan nasional.
Pertambangan memberikan peran yang sangat signifikan dalam perekonomian nasional, baik
dalam sektor fiscal, moneter, maupun sektor riil.

Peran pertambangan terlihat jelas dimana pertambangan menjadi salah satu sumber penerimaan
negara; berkontribusi dalam pembangaunan daerah, baik dalam bentuk dana bagi hasil maupun
program community development atau coorporate social responsibility; memberikan nilai
surplus dalam neraca perdagangan; meningkatkan investasi; memberikan efek berantai yang
positif terhadap ketenagakerjaan; menjadi salah satu faktor dominan dalam menentukan Indeks
Harga Saham Gabungan; dan menjadi salah satu sumber energy dan bahan baku domestik.

Salah satu karakteristik industri pertambangan adalah padat modal, padat teknologi dan
memiliki risiko yang besar. Oleh karena itu, dalam rangka menjamin kelancaran operasi,
menghindari terjadinya kecelakaan kerja, kejadian berbahaya dan penyakit akibat kerja maka
diperlukan implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada kegiatan pertambangan.
DASAR HUKUM K3 PERTAMBANGAN
Pemerintah sudah mengeluarkan Undang-Undang yang mengatur mengenai K3, Undang- Undang
yang mengatur K3 adalah sebagai berikut :

1. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamtan Kerja


Undang-Undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pemimpin tempat kerja dan pekerja
dalam melaksanakan keselamatan kerja.

2. Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.


Undang-undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan berkewajiban memeriksakan
kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik pekerja yang baru maupun yang akan
dipindahkan ketempat kerja baru. sesuai dengan sifat-sifat pekerja yang diberikan kepada pekerja,
serta pemeriksaan kesehatan secara berkala. Dan sebaliknya para pekerja juga berkewajiban memakai
Alat Pelindung Diri (APD) dengan tepat dan benar serta mematuhi semua syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan. Undang-undang No. 23 Tahun 1992 pasal 23 Tentang Kesehatan
Kerja juga menekankan pentingnya kesehatan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat dan
aman tanpa membahayakan diri sendri dan masyarakat sekelilingnya hingga memperoleh
produktivitas kerja yang optimal. Karena itu, kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja,
pencegah penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja.
DASAR HUKUM K3 PERTAMBANGAN

3. Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenaga Kerjaan


Undang-undang ini mengatur mengenai segala hal yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan mulai dari upah kerja, jam kerja, cuti sampai dengan
keselamatan dan kesahatan kerja. Sebagai penjabaran dan kelengkapan
Undang-undang tersebut, pemerintah juga mengeluarkan Peraturan
Pemerintah (PP) dan Keputusan Presiden terkait penyelenggaraan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), diantaranya adalah :

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 11 Tahun 1979 tentang


Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi
2. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan atas
Peredaran , Penyimpanan, dan Pengguna Pestisida
3. Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan
Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan
4. Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul
Akibat Hubungan Kerja
Undang - Undang Dasar 1945 mengisyaratkan hak setiap warga negara atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi
kemanusiaan. Pekerjaan baru dapat disebut memenuhi kelayakan bagi kemanusiaan, apabila keselamatan tenaga kerja
sebagai pelaksananya terjamin. Cidera, cacat, penyakit, kematian dan lain-lain sebagai akibat kecelakaan dalam melakukan
pekerjaan bertentangan dengan dasar kemanusiaan. Maka dari itu, atas dasar landasan UUD 1945 lahir Undang - Undang
dan ketentuan-ketentuan pelaksanaannya dalam Keselamatan Kerja.
 
Pengelolaan K3 pertambangan dilakukan secara menyeluruh baik oleh pemerintah maupun oleh perusahaan. Pengelolaan
tersebut didasarkan pada peraturan sebagai berikut:
1. UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
2. UU No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah
3. UU No. 27 tahun 2003 tentang Panas bumi
4. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
5. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
6. PP No. 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi
7. PP No.38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemprov dan Pemkab/Kota
8. PP No.19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan K3 di Bidang Pertambangan
9. Permen No.06.P Tahun 1991 tentang Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Teknik Migas dan
Panas Bumi
10. Permen No.02 P. Tahun 1990 tentang Keselamatan Kerja Panas Bumi
11. Kepmen No.555.K Tahun 1995 tentang K3 Pertambangan Umum
12. Kepmen.No.2555.K Tahun 1993 tentang PIT Pertambangan Umum.
ELEMEN PEMERINTAH DALAM PENGELOLAAN K3
PERTAMBANGAN
Elemen pemerintah dalam pengelolaan K3 pertambangan terdiri atas:
1. Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang/Inspektur Tambang.
Adalah Kepala dari Pelaksana Inpeksi Tambang / Inspektur Tambang dalam hal ini dijabat oleh
Direktur Teknik dan Lingkungan Mineral, Batubara dan Panas Bumi, Kepala Dinas ESDM di
Provinsi dan Kabupaten/Kota.

2. Pelaksana Inspeksi Tambang (PIT) / Inspektur Tambang (IT) PIT.


Adalah aparat pengawas pelaksanaan peraturan K3 di lingkungan pertambangan umum (Pasal 1,
Kepmen No. 555.K Tahun 1995) baik di Pusat maupun Daerah. IT adalah Pegawai Negeri Sipil yang
diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak untuk melakukan inspeksi tambang (Pasal 1,
Keputusan Bersama Menteri ESDM dan Kepala BKN No. 1247 K/70/MEM/2002 dan No. 17 Tahun
2002) baik di Pusat maupun Daerah.

3. Buku Tambang.
Adalah buku catatan yang memuat larangan, perintah dan petunjuk PIT yang wajib dilaksanakan
Kepala Teknik Tambang (KTT) (Pasal 1, Kepmen No.555. K Tahun 1995).
ELEMEN PERUSAHAAN DALAM PENGELOLAAN K3
PERTAMBANGAN

Sedangkan elemen perusahaan dalam pengelolaan K3 pertambangan terdiri atas:


a. Kepala Teknik Tambang (KTT)
Adalah seseorang yang jabatannya tertinggi di Job Site untuk memimpin dan
bertanggung jawab atas terlaksananya serta ditaatinya peraturan perundang-undangan
K3 pada suatu kegiatan usaha pertambangan di wilayah yang menjadi tanggung
jawabnya (Pasal 1, Kepmen No. 555.K Tahun 1995).

b. Organisasi dan Personil K3


c. Program K3
d. Anggaran dan Biaya
e. Dokumen dan laporan K3
ELEMEN PENGAWASAN K3 PERTAMBANGAN

Berdasarkan Pasal 140 Ayat 1, UU No. 4 Tahun 2009, pengawasan


pertambangan mineral dan batubara menjadi tanggung jawab menteri dimana
menteri melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pengelolaan
usaha pertambangan yang dilaksanakan oleh pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya. Pengawasan
tersebut meliputi administarasi/tata laksana; operasional; kompetensi
aparatur; dan pelaksanaan program pengelolaan usaha pertambangan.
 
Menteri dapat melimpahkan kepada Gubernur untuk melakukan pengawasan
terhadap penyelenggaraan kewenangan pengelolaan di bidang usaha
pertambangan sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dilaksanakan oleh
pemerintah kabupaten/kota (Pasal 140 Ayat 2). Menteri, Gubernur dan
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya melakukan pengawasan atas
pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan yang dilakukan oleh pemegang
IUP, IPR atau IUPK (Pasal 140 Ayat 3).
ELEMEN PENGAWASAN K3 PERTAMBANGAN
Berdasarkan Pasal 141 Ayat 1, hal yang menjadi aspek pengawasan adalah:
a. teknis pertambangan,
b. pemasaran,
c. keuangan,
d. pengelolaan data mineral dan batubara,
e. konservasi sumber daya mineral dan batubara,
f. keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan,
g. keselamatan operasi pertambangan,
h. pengelolaan lingkungan hidup, reklamasi dan pasca tambang,
i. pemanfaatan barang, jasa, teknologi dan kemampuan rekayasa dan rancang bangun dalam
negeri,
j. pengembangan tenaga kerja teknis pertambangan,
k. pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat.
l. penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi pertambangan,
m. kegiatan-kegiatan lain di bidang kegiatan usaha pertambangan yang menyangkut kepentingan
umum,
n. pengelolaan IUP atau IUPK, dan
o. jumlah, jenis, dan mutu hasil usaha pertambangan.
 
Pengawasan terhadap huruf a, huruf e, huruf f, huruf g, huruf h, dan huruf l dilakukan oleh Inspektur
Tambang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 141 Ayat 2).
IMPLEMENTASI K3 PERTAMBANGAN

Pengawasan K3 dan Keselamatan Operasi Pertambangan Pengawasan K3


Pertambangan.
Dilaksanakan dengan tujuan menghindari kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Ruang
lingkup K3 pertambangan meliputi:
 
Keselamatan kerja,
Yang dimaksud keselamatan kerja antara lain berupa:
a. Manajemen risiko,
b. Program keselamatan kerja,
c. Pelatihan dan pendidikan keselamatan kerja, dll. 
 
Kesehatan kerja,
Yang dimaksud kesehatan kerja antara lain berupa:
a. Program kesehatan kerja
b. Pemeriksaan kesehatan pekerja,
c. Pencegahan penyakit akibat kerja, dll.
IMPLEMENTASI K3 PERTAMBANGAN

Lingkungan Kerja,
Yang dimaksud kesehatan kerja antara lain berupa:
Pengendalian debu,
b. Pengendalian kebisingan,
c. Pengendalian getaran,
d. Pencahayaan, dll. 
 
Sistem Manajemen K3.
Sedangkan pengawasan Keselamatan Operasi Pertambangan dilaksanakan dengan
tujuan menciptakan kegiatan operasi pertambangan yang aman dan selamat. Ruang
lingkup Keselamatan Operasi Pertambangan meliputi:
a. Evaluasi laporan hasil kajian,
b. Pemenuhan standardisasi instalasi,
c. Pengamanan instalasi,
d. Kelayakan sarana, prasarana dan instalasi peralatan pertambangan
e. Kompetensi tenaga teknik.
SISTEM MANAJEMEN K3 DI PERTAMBANGAN

Manajemen Resiko Pertambangan adalah suatu proses interaksi


yang digunakan oleh perusahaan pertambangan untuk
mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menanggulangi bahaya di
tempat kerja guna mengurangi resiko bahaya seperti kebakaran,
ledakan, tertimbun longsoran tanah, gas beracun, suhu yang
ekstrem,dll.
Jadi, manajemen resiko merupakan suatu alat yang bila
digunakan secara benar akan menghasilkan lingkungan kerja
yang aman,bebas dari ancaman bahaya di tempat kerja.
 
SISTEM MANAJEMEN K3 DI PERTAMBANGAN

Adapun Faktor Resiko yang sering dijumpai pada Perusahaan Pertambangan adalah sebagai berikut :
1. Ledakan
Ledakan dapat menimbulkan tekanan udara yang sangat tinggi disertai dengan nyala api. Setelah itu
akan diikuti dengan kepulan asap yang berwarna hitam. Ledakan merambat pada lobang turbulensi
udara akan semakin dahsyat dan dapat menimbulkan kerusakan yang fatal

2. Longsor
Longsor di pertambangan biasanya berasal dari gempa bumi, ledakan yang terjadi di dalam
tambang,serta kondisi tanah yang rentan mengalami longsor. Hal ini bisa juga disebabkan oleh tidak
adanya pengaturan pembuatan terowongan untuk tambang.

3. Kebakaran
Bila akumulasi gas-gas yang tertahan dalam terowongan tambang bawah tanah mengalami suatu
getaran hebat, yang diakibatkan oleh berbagai hal, seperti gerakan roda-roda mesin, tiupan angin dari
kompresor dan sejenisnya, sehingga gas itu terangkat ke udara (beterbangan) dan kemudian
membentuk awan gas dalam kondisi batas ledak (explosive limit) dan ketika itu ada sulutan api, maka
akan terjadi ledakan yang diiringi oleh kebakaran.
SISTEM MANAJEMEN K3 DI PERTAMBANGAN

Secara umum manfaat Manajemen Resiko pada perusahaan pertambangan


adalah sebagai berikut :

1. Menimalkan kerugian yang lebih besar


2. Meningkatkan kepercayaan pelanggan dan pemerintah kepada
perusahaan
3. Meningkatkan kepercayaan karyawan kepada perusahaan. Guna
menghindari berbagai kecelakaan kerja pada tambang bawah tanah,
terutama dalam bentuk ledakan gas perlu dilakukan tindakan pencegahan.
Tindakan pencegahan ledakan ini harus dilakukan oleh segenap pihak yang
terkait dengan pekerjaan pada tambang bawah tanah tersebut.
TERIMAKASI
H

Anda mungkin juga menyukai